10
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Implementasi KTSP di sekolah tidak terlepas dari teori yang dikembangkan oleh pakar terkemuka manajemen pendidikan George R. Terry, hal ini sebagai
proses untuk membedakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut George R. Terry langkah tersebut menjadi tujuan manajemen setiap sekolah. Diantaranya perencanaan (planning), pengorganisasian (organization), penggerakan (actuating) dan pengawasan (controlling).
A.
Perencanaan Proses Pembelajaran
1. Pengertian perencanaan (plannning) pembelajaran
Sebelum mengetahui makna dari
pencanaan pembelajaran, tentu kita harus mengetahui dulu apa itu perencanaan. Ada
beberapa pendapat menurut para ahli,
diantaranya:
a. Banghart dan Trull (1973 dalam Majid, 2012)
Perencanaan adalah awal dari semua proses rasional dan mengandung sifat optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan
dapat mengatasi berbagai macam
permasalahan.
b. Terry (1993 dalam Majid, 2012) menyatakan
11 pekerjaan yang harus dilaksnakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan pengambil keputusan. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat kedepan guna merumuskan suatu pola tindakan untuk masa mendatang.
c. Nana sudjana (2000 dalam Majid, 2012)
mengatakan bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksuud untuk mencapai tujuan. Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil dari pendapat para ahli diatas adalah bahwa perencanaan merupakan suatu proses pemecahan masalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Perencanaan merupakan suatu dasar dari fungsi lain dalam manajemen untuk melakukan penyusunan langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Melakukan perencanaan tadi merupakan suatu kegiatan mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan
12 merumuskan apa saja kegiatan yang akan dilakukan. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Definisi yang dikemukakan oleh Guruge
(1972, dalam Majid, 2012) bahwa: “A simple
definision of educational planning is the process of preparing decisions for action in the future in the field of educational development is the funtion of educational planning”. Dengan demikian menurut Guruge bahwa perencanaan pembelajaran adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan adalah tugas perencanaan pendidikan.
Dalam hal ini, perencanaan pembelajaran adalah rencana yang dibuat oleh guru untuk memproyeksikan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh guru dan anak agar tujuan dapat dicapai. Perencanaan pembelajaran Bahasa Inggris dalam KTSP mengandung komponen yang ditata secara sistematis dimana komponen-komponen tersebut saling berhubungan dan saling ketergantungan satu sama lainya.
Sampai saat ini riset tentang perencanaan pembelajaran masih jarang, tetapi beberapa
13 meningkatkan efektifitas pembuatan perencanaan pengajaran. Konsep tersebut mengandung dua pemikiran utama, yaitu proses pengambilan keputusan dan pengetahuan profesional tentang proses pengajaran. Keputusan yang diambil oleh guru bisa bermacam-macam, mulai dari yang sederhana sampai pada tingkat yang komplek.
Rencana pembelajaran yang baik menurut Gagne dan Brigss (1974 dalam Majid, 2012) hendaknya mengandung tiga komponen yang disebut anchor point, yaitu : 1) tujuan pengajaran; 2) materi pelajaran/bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran dan pengalaman belajar; dan 3) evaluasi keberhasilan.
Berdasarkan uraian diatas, menurut Abdul
Majid (2012: 17) konsep perencanaan
pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
a. Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong
penggunaan teknik-teknik yang dapat
mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran.
b. Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem adalah subuah susunan dari
sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk
menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran melalui proses yang
sistematik selanjutnya diimplementasikan
14
c. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah
disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang
senantiasa memperhentikan hasil-hasil
penelitian dan teori tentang strategi pengajaran
dan implementasinya terhadap strategi
tersebut. Perencanaan pembelajaran sebagai sains (science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses adalah mengembangkan pengajaran secara sistematik yang digunakan
secara khusus atas dasar teori-teori
pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini dilakukan analisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktifitas-aktifitas sistematik. d. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah
realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik.
15 Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil dari pendapat para ahli diatas adalah bahwa perencanaan merupakan suatu proses pemecahan masalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Maksud perencanaan pembelajaran adalah proses membantu guru secara sistematik dan menganalisis kebutuhan pelajar dan menyusun
kemungkinan yang berhubungan dengan
kebutuhan. Perencanana pembelajaran
pembelajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan sebagai upaya membelajarkan siswa, itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru, tetapi mungkin juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”.
Pemaparan pelaksanaan sebagaimana hasil observasi peneliti kepada guru mata pelajaran bahasa inggris mengacu pada dokumen instrumen penilaian kinerga guru (IPKG) 1 yang berisi tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan silabus. Diantaranya memuat aspek : Identitas RPP, rumusan indikator pencapaian kompetensi (IPK), rumusan tujuan pembelajaran, materi pokok/pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian alat/bahan/media/sumber belajar.
16 2. Dasar pelaksanaan perencanaan pembelajaran
Dasar Perlunya Perencanana Pembelajaran sebagiamana disebutkan diatas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:
a. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
perlu diawali dengan perencanaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
b. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu
menggunakan pendekatan sistem.
c. Perencanaan desain pembelajaran diacukan
pada bagaimana seseorang belajar.
d. Untuk merencanakan suatu desain
pembelajaran diacukan pada siswa secara perseorangan.
e. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara
pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran.
f. Sasaran akhir dari perencanaan desain
pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
g. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan
semua variabel pembelajaran.
h. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat
adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
17
a. Silabus
Merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi Dasar.
b. Standar Kompetensi
Merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam suatu bidang pengembangan.
c. Kompetensi Dasar
Merupakan pernyataan yang diharapkan dapat diketahui, disikapi dan dilakukan peserta didik
d. Hasil Belajar
Merupakan pernyataan kemampuan peserta didik yang diharapkan dalam menguasai sebagian atau seluruh kompetensi yang dimaksud.
e. Indikator
Merupakan kompetensi dasar yang lebih spesifik dan operasional yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran.
f. Perencanaan Semester
Merupakan program pembelajaran yang dipetakan berisi jaringan tema, bidang
18 pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang ditata secara urut dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya ke dalam semester 1 dan 2.
g. Perencanaan Mingguan Disusun dalam bentuk
satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan subtema.
h. Perencanaan Harian Disusun dalam bentuk
satuan kegiatan harian (SKH). SKH merupakan penjabaran dari satuan kegiatan mingguan
(SKM). SKH memuat kegiatan-kegiatan
pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam satu hari. Kegiatan awal merupakan kegiatan untuk pemanasan dan dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain, misalnya berdoa/mengucap salam, membicarakan tema atau subtema, dan sebagainya. Kegiatan inti merupakan kegiatan
yang dapat mengaktifkan perhatian,
kemampuan, sosial dan emosional anak. Kegiatan ini dapat dicapai melalui kegiatan yang memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen sehingga dapat memunculkan inisiatif, kemandirian dan
19 kreativitas anak, serta kegiatan yang dapat
meningkatkan pengertianpengertian,
konsentrasi dan mengembangkan kebiasaan bekerja yang baik. Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara individual/
kelompok. Istirahat/Makan merupakan
kegiatan yang digunakan untuk mengisi kemampuan anak yang berkaitan dengan makan, misalnya mengenalkan kesehatan, makanan yang bergizi, tata tertib makan yang diawali dengan cuci tangan kemudian makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan. Setelah kegiatan makan selesai, anak melakukan kegiatan bermain dengan alat permainan di luar kelas dengan maksud untuk mengembangkan motorik kasar anak dan bersosialisasi Kegiatan akhir merupakan kegiatan penenangan yang dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan yang dapat diberikan pada kegiatan akhir, misalnya membacakan cerita dari buku, mendramatisasikan suatu cerita, mendiskusikan tentang kegiatan satu hari atau menginformasikan kegiatan esok hari, menyanyi, berdoa, dan sebagainya.
4. Langkah-langkah perencanaan
Sebagaimana biasanya setiap orang
mempunyai pandangannya sendiri-sendiri, maka isi langkah-langkah itu pun tidak sama antara seorang ahli dengan ahli lainnya. Morphet mengingatkan kepada kita apa yang perlu
20 Prosedur-prosedur yang harus diperhatikan ialah: mengumpulkan informasi dan analisis data,
menyelesaikan perubahan dalam bentuk
kebutuhan, mengidentifikasi tujuan dan prioritas, membentuk alternatif-alternatif penyelesaian dan mengimplementasi, menilai serta memodifikasi.
Langkah perencanaan yang di buat oleh Mc Ashan adalah mewujudkan pernyataan misi dan
tujuan-tujuan, mengumpulkan informasi,
menganalisa kebutuhan, menentukan prioritas, menspesifikasi tujuan-tujuan, membuat strategi (maksudnya alternatif-alternatif), menentukan budget, dan mengadakan evaluasi.
Langkah-langkah perencanaan atau proses perencanaan adalah melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Menentukan kebutuhan atas dasar antisipasi
terhadap perubahan lingkungan atau masalah yang muncul. Bila kebutuhan banyak diadakan prioritas.
b. Melakukan forecasting/ramalan, menentukan
program, tujuan, misi perencanaan. Bila tujuan banyak diadakan prioritas.
c. Menspesifikasi tujuan.
d. Membentuk/menentukan standar performan.
e. Menentukan alat/ metode/ alternatif
pemecahan
f. Melakukan implementasi dan menilai.
g. Mengadakan review.
21 Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam
melayani kebutuhan belajar siswanya.
Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan
sebagai langkah awal sebelum proses
pembelajaran berlangsung. Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam
mencapai tujuan.
b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan
wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
c. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik
unsur guru maupun unsur murid.
d. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu
pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
e. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi
keseimbangan kerja.
f. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan
biaya.
6. Karakteristik perencanaan
Pembelajaran mempunyai ciri unik dalam kaitanya dengan pembangunan nasional dan mempunyai ciri khas karena yang menjadi muara
garapannya adalah manusia. Dengan
mempertimbangkan ciri-ciri pembelajaran dalam perannya dalam proses pembangunan, maka
22 perencanaan pembelajaran, mempunyai ciri-ciri seperti antara lain:
a. Perencanaan pembelajaran harus
menguta-makan nilai-nilai manusiawi, karena
pembelajaran itu membangun manusia yang harus mampu membangun dirinya dan masyarakatnya.
b. Perencanaan pembelajaran harus memberikan
kesempatan untuk memngembangkan segala potensi pesrta didik seoptimal mungkin.
c. Perencanaan pembelajaran harus memberikan
kesempatan yang sama bagi setiap peserta didik.
d. Perencanaan pembelajaran harus
kompre-hensif dan sistematis dalam arti tidak praktikal atau segmentaris tapi menyeluruh dan terpadu serta di susun secara logis dan rasional serta mencakup berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan.
e. Perencanaan pembelajaran harus diorientasi
pada pembangunan, dalam arti bahwa program pendidikan haruslah di tujukan untuk membantu mempersiapakan man power (SDM) yang di butuhkan oleh berbagai sektor pembangunan.
f. Perencanaan pembelajaran harus
dikem-bangkan dengan memperhatikan keterkaitan-nya dengan berbagai komponen pendidikan secara sistematis.
23
g. Perencanaan pembelajaran harus
menggunakan resources secermat mungkin karena resources yang tersedia adalah langka.
h. Perencanaan pembelajaran haruslah
berorientasi kepada masa datang, karena pembelajaran adalah proses jangka panjang dan jauh menghadapi masa depan.
i. Perencanaan pembelajaran haruslah kenyal
dan responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat, tidak setatis tapi dinamis.
j. Perencanan pembelajaran haruslah
merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan hingga pembaharuan terus menerus berlangsung.
7. Model perencanaan
a. Perencanaan versi PBTE
Pengembangan program intruksional
dilakanakan dengan pendekatan sistematik. Pendekatan ini mempertimbangkan semua faktor dan komponen yang ada sehingga pelaksanaan program akan berjalan secara efisiensi dan efektif. Berdasarkan pola
pendekatan tersebut maka sistem
instruksional dikembangkan melalui prosedur sebagai berikut:
1) Merumuskan asumsi-asumsi secara jelas,
ekspilisit dan khusus.
Asumsi-asumsi tersebut dirumuskan berdasarkan pada pokok-pokok pikiran yang bertalian dengan beberapa hal, yaitu:
24
a) Keyakinan tentang masyarakat,
pendidikan dan belajar.
b) Pandangan tentang peranan guru
dalam sistem intruksional.
c) Penjabaran ciri-ciri khusus dan berbagi
hambatan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan program.
2) Mengidentifikasi kompetensi.
Terdapat enam jenis pendekatan yang dapat digunakan untuk merumuskan kompetensi, yaitu sebgai berikut:
a) Menerjemahkan pelajaran yang telah
menjadi sejumlah kompetensi yang tujuan tingkah lakunya harus diteliti kembali.
b) Pendekakatan analisis tugas yang harus
dikerjakan, lalu ditentukan peran-peran apa yang diperlukan, lalu ditentukan jenis-jenis kompetensi yang dituntut tersebut.
c) Pendekatan kebutuhan siswa di sekolah
berdasarkan ambisi, nilai dan perspektif para siswa.
d) Pendekatan kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan kebutuhan masyarakat yang nyata disusun program sekolah dan program latihan yang perlu dilakukan.
e) Pendekatan teoritis yang disususn
25 deduktif dalam kerangka ilmu tentang tingkah laku manusia.
f) Pendekatan cluster yang disusun
berdasarkan program umum yang biasa berlangsung.
3) Merumuskan tujuan-tujuan secara
deskriptif.
Kompetensi yang telah ditentukan kemudian dirumuskan lebih khusus, lebih eksplisit menjadi tujuan-tujuan yang dapat diamati, dapat diukur berdasarkan kreteria tertentu.
4) Menentukan tingkat kriteria dan jenis
assement.
Dengan kriteria ini dapat ditentukan tingakat keberhasilan tentang sejauh mana suatu tujuan telah dicapai.
5) Pengelompokan dan penyusunan
tujuan-tujuan pelajaran berdasarkan urutan
pikologis untuk mencapai maksud
instruksional.
6) Mendesain strategi intruksional.
Beberapa strategi dapat pula
dirancang oleh guru, contohnya dengan ceramah.
7) Mengorganiasikan sistem pengelolaan
kelas.
Sistem pengelolaan yang ditentukan disesuaikan dengan berbagai alternatif kegiatan yang akan dilakukan, seperti
26
pengajaran individual, core pengajaran
unit.
8) Mencobakan program.
Tujuannya adalah untuk mengetes
efektifitas strategi intruksional,
kemantapan alat assement, efektivitas
sistem pengelolaan kelas.
9) Menilai desain intruksional.
Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek, antara lain validitas tujuan, tingkat
kriteria assement, stategi intruksional dan
organisasi sistem pengelolaan.
10) Memperbaiki kembali program.
Berdasarkan penilaian yang telah diperoleh, maka perlu dilakukan beberapa perubahan dan perbaikan.
b. Perencanaan sistematis
Suatu model penggunaan pendekatan
sistem dalam rangka mengembangkan couse
design, sebagai berikut:
1) Identifikasi tugas-tugas
Kegiatan merancang suatu program harus dimulai dari identifikasi tugas-tugas yang menjadi tuntunan suatu pekerjaan. Karena
itu perlu dibuat job description secara
cermat dan lengkap.
2) Analisis tugas
Tugas-tugas yang telah ditetapkan secara
dimensional dijabarkan menjadi
27
3) Penetapan kemampuan
Setiap kemampuan hendaknya didasarkan
pada kriteria kognitif, efektif, performance,
produk, dan ekploratoris.
4) Spesifikasi pengetahuan, ketrampilan dan
sikap
Dari kriteria kognitif, efektif, performance
dirinci menjadi pengetahuan apa, sikap-sikap apa dan ketrampilan-ketampilan apa yang perlu dimiliki oleh setiap lulusan.
5) Identifikasi kebutuhan pendidikan dan
latihan
Merupakan jenis-jenis pendidikan atau latihan-latihan yang sewajarnya
disedia-kan dalam rangka mengembangkan
kemampuan yang telah ditetapkan.
6) Perumusan tujuan
Tujuan pendidikan masih bersifat umum. Tujuan-tujuan yang dirumuskan harus koheren dengan kemampuan-kemampuan yang hendak dikembangkan.
7) Kriteria keberhasilan program
Keberhasilan ditandai dengan tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan. Tujuan program dianggap berhasil juka lulusan dapat menunjukan kemampuan pelak-sanaan tugas yang telah ditentukan.
8) Organisai sumber-sumber belajar
Menekankan pada materi pelajaran yang yang akan disampaikan sehubungan
28 pencapaian tujuan kemampuan yang telah ditentukan.
9) Pemilihan strategi pengajaran
Penentuan strategi dan metode yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan
kemampuan yang diharapkan. Strategi pengajaran terpadu dapat menunjang
keberhasilan program pengajaran
diamping startegi mengajar remedial.
10) Uji lapangan program
Dimaksudkan untuk melihat kemung-kinan keterlaksanaan, keberhasilan dan jenis kesulitan yang akan dihadapi.
11) Pengukuran reliabilitas program
Berdasarkan pengukuran ini dapat dicek sejauh mana efektifitas program, validitas dan reabilitas alat ukur, dan efektifitas system intriksional.
12) Perbaikan dan penyesuaian program
Berguna untuk menjamin konsistensi
koherensi, monitoring sistem dan
selanjutnya memberikan umpan balik kepada organisasi sumber-sumber, strategi pengajaran dan motivasi belajar.
13) Pelaksanan program
Langkah yang didasari oleh suatu asumsi, bahwa rancangan program yang telah
didesain secara cermat dan telah
mengalami uji coba serta perbaikan dalam dipublikasikan dan dilaksanakan dalam sampel yang lebih luas.
29
14) Monitoring program
Sepanjang pelaksanaan program perlu diadakan monitoring secara terus-menerus dan berkala untuk menghimpun informasi tentang pelaksanaan program.
c. Perencanaan model Davis
Teknik merancang sistem belajar
berlangsung dalam tahap-tahap sebagai berikut:
(i) Penetapan status sistem pengajaran
Semua usaha perancangan suatu
sistem senantiasa dimuali dari
menetapkan kedudukan sistem pengajaran
yang ada saat ini, baik input, output
maupun operasinya. Kemudian dilakuakan
kembali perancangan desain baru.
Tahapan ini dimulai dengan memikirkan daerah pelajaran yang telah diberikan. Semua lingkungan yang penting untuk melaksanakan suatu program pengajaran harus dideskripsikan secara teliti dan terperinci. Jika perencanaaan sistem
pengajaran hendak menetapkan
kedudukan sistem yang telah ada sekarang, maka perlu menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
(a) Karakterisik-karakteristik apa yang
terdapat dalam sistem pengajaran di mana dia harus bekerja? Apa tujuan
30
dipergunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan itu?
(b) Sumber-sumber apa yang akan
digunakan? Apa batasan-batasannya dan hambatan-hambatan apa yang ada?
(c) Siapa siswanya?
Ketrampilan-ketrampilan dan harap-harapan apa serta kebutuhan belajar apa yang mereka miliki atau rasakan? Dan berapa jumlah siswanya?
(d) Apa sebaiknya diperbuat untuk
memberikan kontribusi pelajaran dalam usaha mencapai tujuan-tujuan itu dan membantu siswa belajar.
(ii) Perumusan tujuan pengajaran
Tujuan terpenting adalah dalam menentuak urutan bahan yang akan disampaikan, metode mengajar, prosedur evaluasi yang akan dikembangkan. Tujaun mengandung makna yang penting dalam
rangaka menentukan prosedur
intruksional yang akan ditempuh oleh guru. Berdasarkan tujuan-tujuan yang
telah dirumuskan tersebut maka
disarankan agar guru merancang kegiatan-kegaitan yang serasi untuk membantu
siswa belajar. Perumusan tujuan
merupakan hal yang penting dalam sistem pengajaran. Alasannya yaitu:
31
(a) Umumnya desain pengajaran
didasarkan pada tujuan-tujuan
(b) Tujuan memainkan peranan krisis
dalam evaluasi pengajaran
(c) Kemungkinan terjadinya salah kaprah
sehingga tujuan tadi sebagai media komunikasi dan memberiakan alat yang sama bagi semua guru.
(d) Tujuan menjadi pedoman bagi siswa
yang mengarahkan kegiatan belajar mereka dan untuk menilai kemajuan belajar yang telah mereka lakukan sebelumnya.
(iii) Perencanaan dan pelaksanaan evaluasi Setiap perumusan tujuan belajar bagi siswa senantiasa harus disertai dengan perencanaan evaluasi intruksional. Meskipun masalah evaluasi erupakan masalah akhir yang perlu dirancang sebelumnya. Evaluasi harus dilakukan dengan berhati-hati dan teliti karena hal berikut:
(a) Dengan program evaluasi, guru dan
siswanya dapat menemukan bukti telah terjadinya proses belajar.
(b) Evaluasi penting bagi guru dan siswa
karena bertalian dengan kualitas
pengajaran yang ditandai oleh
keberhasilan belajar pada siswanya. (iv) Pendeskripkian dan pengkajian tugas
32 Deskripsi tugas dimaksudkan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang ditempuh oleh seorang ahli bila dia melakukan suatu tugas. Tugas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
(a) Tugas Tindakan (task action) adalah
seperangkat langkah yang dirumuskan secara jelas dan dapat diamati serta dapat diperinci menjasi subtugas-subtugas.
(b) Tugas Kognitif (cognitive task) adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan
secara mental yang umumnya tidak dapat diamati.
Suatu deskripsi tugas atau
seperangakat tujuan selanjutnya dianalisis menjadi jenis-jenis belajar yang perlu dilakukan. Semua tugas dianalisis menjadi sejumlah kegiatan belajar. Untuk jenis-jenis belajar tertentu akan dibutuhkan prosedur intruksional tertentu pula antara tujuan, deskripsi tugas dan analisis tugas yang saling berinteraksi satu dengan yang lain.
(v) Pelaksanaan prinsip-prinsip Belajar
Sebagai seorang guru perlu
menetapkan lebih dahulu hal-hal yang akan diajarkan baru mempertimbangkan berbagi alternatif metode mengajar yang akan digunakan. Dengan mempelajari
33 prinsip-prinsip belajar maka guru dapat membantu para siswa belajar, dengan jalan menyediakan kondisi-kondisi yang dipergunakan melalui pembelajaran yang diberikannya sebagaimana gambar 2.1 dibawah ini.
34 Bagan 2.1 Garis Waktu Proses Merancang Sistem
Pengajaran (hamalik, 2008:72)
d. Prosedur pengembangan sistem instruksional
(PPSI)
Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem instruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang berhubungan satu sama lainnya dalam rangka Analisis Tugas dan Tujuan Merencanak an Evaluasi Menentukan Tugas-tugas Melaksanakan Evaluasi Merancang Pengajaran Menetapkan Sistem yang ada Sekarang Menetapkan dan Menulis Tujuan-tujuan Melaksanakan Evaluasi Revisi Balikan
35 mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan
perencanaan dan pelaksanaan program
pengajaran secara sistemik dan sistmatis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Langkah-langkah dari pengembangan model PPSI ini adalah sebagai berikut:
(i) Merumuskan Tujuan. Langkah ini
menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku, dan hanya ada satu kemampuan atau tujuan.
(ii) Pengembangan Alat Evaluasi. Dalam
mengembangkan alat evaluasi, langkah-langkahnya adalah menentukan jenis tes yang akan digunakan dan menyusun item soal untuk setiap tujuan.
(iii) Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Langkah ketiga yaitu merumuskan semua kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh.
(iv) Pedoman Program Kegiatan Guru.
Merupakan petunjuk bagi guru untuk merencanakan program kegitan bimbingan sehingga siswa dapat belajar denga terstruktur. Yang diperlukan guru, yaitu:
(a) Merumuskan materi pelajaran secara
terperinci.
36
(c) Meyusun jadwal secara terperinci
(v) Pedoman Pelaksanaan Progaram. Dalam
pengembangan program KBM, maka
langkah-langkahnya ialah merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode yang digunakan, memilih alat dan sumber yang digunakan dan menyusun program kegiatan atau jadwal. Petujuk dalam kegiatan belajar mengjar memungkinkan untuk dapat berubah sesuai keadaan.
(vi) Pedoman perbaikan atau revisi. Langkah
yang terakhir yaitu mengadakan pre-tes,
menyampaikan materi pelajaran,
mengadakan post-tes dan revisi. Perbaikan dilakuakn berdasarkan umpan balik yang diperoleh dari hasil akhir.
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas penting guru dalam
memproses pembelajaran siswa. Dalam
perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yaitu
adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya
menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan
pembelajaran hendaknya diletakkan dan
dijadikan titik tolak berfikir guru dalam menyusun sebuah Rencana Pembelajaran, yang
37
akan mewarnai komponen-komponen
perencanan lainnya. Upaya merumuskan tujuan
pembelajaran dapat memberikan manfaat
tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan
belajarnya secara lebih mandiri; (2)
memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran; (4) memudahkan guru
mengadakan penilaian. Dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
disebutkan bahwa tujuan pembelajaran
memberikan petunjuk untuk memilih isi mata
pelajaran, menata urutan topik-topik,
mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Berdasarkan kajian diatas, dapat
disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran bahasa inggris yang dimaksud dalam tesis ini diantaranya :
1) Perencanaan tujuan pembelajaran bahasa
inggris berdasarkan karakteristik peserta didik.
38 Menguasai karakteristik peserta didik. Guru
mampu mencatat dan menggunakan
informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya:
a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik
belajar setiap peserta didik di kelasnya,
b) Guru memastikan bahwa semua peserta
didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,
c) Guru dapat mengatur kelas untuk
memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda,
d) Guru mencoba mengetahui penyebab
penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,
e) Guru membantu mengembangkan
potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik.
f) Guru memperhatikan peserta didik
dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok-olok, minder, dsb).
39
2) Perencanaan media dan sumber belajar
Perencanaan pemilihan media dan sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Oleh sebab itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber,
serta prosedur penilaiannya perlu
dipertimbangkan. Perencanaan media dan sumber belajar dalam tesis ini mengacu pada instrumen penilaian kinerja guru (IPKG-2) pembinaan dan pengembangan profesi guru buku ke 2, pedoman pelaksanaan penilaian
kinerja guru kementerian pendidikan
nasional direktorat jenderal peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan tahun 2011, diantaranya memuat sebagai berikut:
a) Terampil menggunakan sumber belajar/
media pembelajaran.
b) Menghasilkan pesan yang menarik siswa.
c) Melibatkan siswa dalam pembuatan/
pemanfaatan sumber/media pembela-jaran.
3) Perencanaan metode dan strategi belajar
Perencanaan pembelajaran juga perlu memperhatikan keadaan sekolah tempat pembelajaran ini berlangsung. Terutama
ketersediaan sarana dan prasarana,
40 menjadi pendukung terlaksananya berbagai aktivitas belajar peserta didik. Guru tidak
mungkin melaksanakan kegiatan
pembelajaran menggunakan bak pasir jika di sekolah tersebut tidak tersedia bak pasir yang diperlukan tersebut. Guru juga tiak akan mungkin meminta peserta didik untuk mengamati tanaman jika di sekolah tersebut tidak ada kebun sekolah.
Dalam menyusun perencanaan
pembelajaran komponen peserta didik perlu mendapat perhatian yang memadai. Agar bahan dan cara belajar ini sesuai dengan kondisi peserta didik, maka penyusunan skenario program pembelajaran dan keluasan maupun kedalaman bahan ajar perlu disesuaikan kelas yang pandai atau cepat belajar, sedangkan kelompok kurang atau lambat belajar guru dalam menyusun rencana pelajaran harus mendasarkan pada kriteria peserta didik yang akan menerima pelajaran itu. Untuk mengatasi kemampuan peserta didik, guru perlu menggunakan metode atau bentuk keiatan mengajar yang bervariasi pula.
Data atau informasi tentang peserta didik dapat dimanfaatkan untuk penyusunan
dan perencanaan penyempurnaan
pengajaran. Pengajaran yang baik hendaknya
disusun dengan berpedoman kepada
41 kebutuahan peserta didik. Hal ini secara nyata dapat diketahui melalui proses dan
hasil pengumpulan data. Sebelum
menyiapkan rencana pelajaran, atau satuan pelajaran guru hendaknya mempelajari dulu record peserta didik. Melalui pemanfaatan record tersebut, guru akan memperoleh gambaran umum tentang kondisi dari masalah peserta didik, dengan mengetaui kondisi tersebut guru dapat mengadakan berbagai usaha penyesuaian pelajaran dengan perbedaan individu. Tiap peserta didik mempunyai kemampuan, kondisi kecepatan belajar, dan lain-lain yang berbeda.
Dalam proses pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan dalam segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan pengajaran. Jika seorang guru suatu saat memiliki kekurangan dalam hal-hal tertentu, maka guru yang bersangkutan
dituntut untuk belajar meningkatkan
kompetensinya baik melalui jalur pendidikan dan latihan maupun belajar mandiri dengan melakukan diskusi dengan teman sejawat secara intensif. Dalam program semester guru menyusun rencan penyampaian bahan ajar, dan bagian akhir tersebut sudah benar-benar dikuasai oleh guru baik pangajaran di kelas maupun suatu percobaan yang akan dilaksanakan di laboratorium atau tempat
42 lain yang ditunjuk sebagai tempat belajar peserta didik.
B.
Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1. Pengertian pelaksanaan pembelajaran
Pengertian pembelajaran menurut para ahli diantaranya menurut Warsita (2008:85) adalah “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”. Sedangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Menurut Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar
terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua
pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297) “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Dan menurut Trianto (2010:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel
43 dapat diartikan sebagai produk interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)
dalam rangkan mencapai tujuan yang
diharapkan.
Berdasarakan definisi pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, namun mempunyai arti yang berbeda. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan guru saja. Guru berceramah
sedangkan siswa hanya sebagai pendengar sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pengajaran masih belum maksimal. Pembelajaran yang baik harus ada interaksi
44 antara guru dengan siswa. Untuk memperoleh pembelajaran yang baik sehingga terjadi interaksi berupa tanya jawab antara guru maupun siswa membutuhkan suatu alat bantu pembelajaran berupa media pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa
dalam proses pembelajaran dan dapat
mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran maupun saat ingin mengilustrasikan cara kerja maupun ilustrasi yang lainnya.
Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah – langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil yang diharapkan (Nana Sudjana, 2010:136). Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2010:1)
pelaksanaan pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan
siswa. Interaksi yang bernilai edukatif
dikarenakan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai.
2. Dasar hukum pelaksanaan pembelajaran
a. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN), pasal 19, dinyatakan bahwa:
(i) Proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara
45 menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
(ii) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.
(iii) Setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses bahwa standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran.
3. Komponen pelaksanaa pembelajaran
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses sudah tentu harus dapat mengembangkan dan menjawab beberapa persoalan yang mendasar. Keempat persoalan (tujuan, bahan, metode, alat peraga, serta penilaian) menjadi komponen
46 utama yang harus dipenuhi dalam proses belajar mengajar. Secara skematis keempat komponen tersebut dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :
Bagan 2.2 : Interelasi komponen pengajaran ( Nana Sudjana, 2010 : 30 )
a. Tujuan
Dalam proses belajar-mengajar
merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang
Tujuan
Bahan Metode dan Alat
47 berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya adalah rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa seteleh mereka menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada intinya adalah hasil belajar yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka ada tujuan yang dibuat oleh guru, untuk mencapai tujuan
pembelajaran maka guru harus
memperhatikan beberapa hal antara lain (Nana Sudjana, 2010 : 63).
(i) Luas dan dalamnya bahan yang akan di
ajarkan.
(ii) Waktu yang tersedia
(iii) Sarana belajar seperti buku pelajaran,
alat bantu dan lain-lain
(iv) Tingkat kesulitan bahan dan tingkat
permasalahan siswa
Ada beberapa ketentuan yang harus
dipenuhi dalam merumuskan tujuan
pembelajaran antara lain :
(i) Rumusan tujuan harus berpusat pada
perubahan tingkah laku siswa
(ii) Rumusan tujuan pembelajaran harus
berisikan tingkah laku operasional, yang artinya dapat diukur saat itu juga
(iii) Rumusan tujuan berisikan tentang
makana dari pokok bahasan yang akan diajarkan saat itu.
48
b. Bahan
Tujuan yang jelas dan oprasional dapat ditetapkan bahan pelajaran yang harus menjadi isi kegiatan belajar-mengajar. Bahan pelajaran inilah yang diharapkan dapat mewarnai tujuan, mendukung tercapai tujuan atau tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki siswa. Menurut nana sudjana (2010: 69), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan bahan pembelajaran antara lain :
(i) Bahan harus sesuai dan menunjang
tercapainya tujuan
(ii) Bahan yang ditulis dalam perencanaan
mengajar terbatas pada
(iii) konsep saja sehingga tidak perlu ditulis
secara rinci
(iv) Menetapkan bahan pembelajaran harus
sesuai dengan urutan tujuan.
(v) Urutan bahan hendaknya
memperhatikan kesinambungan antara bahan yang satu dengan bahan yang lain.
(vi) Bahan disusun dari yang sederhana
menuju yang kompleks, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang konkrit menuju yang abstrak.
(vii) Sifat bahan ada yang faktual dan ada
yang konseptual, Bahan yang faktual sifatnya konkret dan mudah diingat, sedangkan bahan yang konseptual
49 berisikan konsep – konsep abstrak dan memerlukan pemahaman.
c. Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat
berlangsung pembelajaran (Sudjana,
2005:76). Metode pembelajaran akuntansi
adalah cara atau pendekatan yang
dipergunakan dalam menyajikan atau
menyampaikan materi pelajaran akuntansi. Menempati peranan yang tak kalah penting dalam proses belajar mengajar. Dalam pemilihan metode apa yang tepat, guru harus melihat situasi dan kondisi siswa serta materi yang diajarkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang tepat sangat dibutuhkan. Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa dalam kegiatan mewujudkan kegiatan belajar mengajar (Hasibuan, 2004:3). Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga pencapaian tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.
50 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai. Metode dan alat yang digunakan harus betul efektif dan efisien.
(i) Faktor-faktor yang mempengaruhi
metode pembelajaran
Sebagai suatu cara, metode
tidaklah berdiri sendiri, tetapi
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut. Menurut Winarno Surakhmad dalam Djamarah (2002:89) pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
(a) Anak didik
Anak didik adalah manusia
berpotensi yang menghajatkan
pendidikan. Disekolah, gurulah yang
51 Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran mana yang sebaiknya guru ambil
untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
(b) Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar-mengajar. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran ada berbagai jenis, ada tujuan instruksional, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan taraf kemampuan anak didik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
(c) Situasi
Situasi kegiatan belajar
mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari.
Guru harus memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu.
(d) Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang
52 penentuan metode pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di
sekolah. Misalnya ketiadaan
laboratorium Bahasa Inggris untuk
praktek kurang mendukung
penggunaan metode eksperimen.
(e) Guru
Setiap guru mempunyai
kepribadian yang berbeda. Latar
pendidikan guru diakui
mempengaruhi kompetensi.
Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi
kendala dalam memilih dan
menentukan metode
(ii) Syarat-syarat metode pembelajaran
Menurut Ahmadi dalam (Asih, 2007:20) syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar adalah:
(a) Metode mengajar harus dapat
membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa.
(b) Metode mengajar harus dapat
menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
(c) Metode mengajar harus dapat
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
53
(d) Metode mengajar harus dapat
merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan
eksplorasi dan inovasi
(pembaharuan).
(e) Metode mengajar harus dapat
mendidik murid dalam teknik belajar
sendiri dan cara memperoleh
pengetahuan melalui usaha pribadi.
(f) Metode mengajar harus dapat
meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.
(g) Metode mengajar harus dapat
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
(iii) Macam-macam metode pembelajaran
Proses belajar-mengajar yang
baik, hendaknya mempergunakan
berbagai jenis metode pembelajaran secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan dan kelebihannya. Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar-mengajar.
54 macam-macam metode pembelajaran adalah sebagai berikut:
(a) Metode proyek
Metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak pada suatu masalah, kemudian
dibahas dari berbagai segi
pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah perlu melibatkan bukan hanya satu mata pelajaran, melainkan hendaknya melibatkan berbagai mata pelajaran
yang ada kaitannya dengan
pemecahan masalah tersebut.
(b) Metode eksperimen
Metode eksperimen
(perco-baan) adalah cara penyajian
pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa dituntut untuk
mengalami sendiri, mencari
kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik
kesimpulan atau proses yang
dialaminya itu.
55
Metode resitasi (penugasan)
adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar. Metode ini
diberikan karena materi pelajaran banyak sementara waktu sedikit. Agar materei pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya digunakan oleh guru. Tugas ini biasanya bisa dilaksanakan di rumah, disekolah, diperpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik individu maupun kelompok, tugas yang diberikan
sangat banyak macamnya
tergantung dari tujuan yang hendak dicapai.
(d) Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Dalam diskusi terjadi interaksi, tukar
56 menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dan siswa menjadi aktif.
(e) Metode sosiodrama
Metode sosiodrama dan role
playing dapat dikatakan sama dalam
pemakaiannya sering
disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
(f) Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam sehingga membentuk
pengertian dengan baik dan
sempurna.
(g) Metode problem solving
Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan
metode-57 metode lainnya yang dimulai dari
mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan.
(h) Metode karya wisata
Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dalam arti umum.
Karyawisata di sini berarti
kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Teknik karya wisata
adalah teknik mengajar yang
dilaksanakan dengan mengajar siswa kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu.
(i) Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab
memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.
(j) Metode latihan
Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini dapat juga
58 digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.
(k) Metode ceramah
Metode ceramah adalah
metode tradisional, karena sejak dulu dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru
dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam metode ceramah dibutuhkan keaktifan guru dalam kegiatan pengajaran. Metode ini banyak digunakan pada pengajar yang kekurangan fasilitas.
Setiap metode pembelajaran
mempunyai keunggulan dan kelemahannya sendiri-sendiri. Penggunaan metode yang variatif dan sesuai dengan materi serta tujuan pembelajaran dapat membuat siswa senang dan termotivasi untuk belajar. Metode
tersebut harus dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
d. Alat peraga/media
(i) Pengertian alat peraga
(a) Menurut Sudjana (2009) Pengertian
alat peraga pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan
59 telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.
(b) Faizal (2010) mendefinisikan alat
peraga pendidikan sebagai instrument audio maupun visual yang digunakan
untuk membantu proses
pembelajaran menjadi lebih menarik dan membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi.
(c) Wijaya dan Rusyan, 1994 yang
dimaksud alat peraga pendidikan adalah media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar dan dapat
menumbuhkan motivasi belajar
sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.
(d) Nasution, 1985 alat peraga
pendidikan adalah alat pembantu dalam mengajar agar efektif”.
(e) Suhardi (1978) Pengertian alat peraga
pendidikan atau Audio-Visual Aids
(AVA) adalah media yang
pengajarannya berhubungan dengan indera pendengaran.
(f) Sumad (1972) mengemukakan bahwa
alat peraga atau AVA adalah alat untuk memberikan pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera. Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan adalah
60 alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif.
(g) Amir Hamzah, 1981 bahwa alat peraga
pendidikan adalah adalah alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk
membuat cara berkomunikasi
menjadi efektif”. Sedangkan yang
dimaksud dengan alat peraga
menurut Nasution (1985: 95) adalah “alat bantu dalam mengajar lebih efektif”.
Dari uraian-uraian di atas jelaslah bahwa pengertian alat peraga pendidikan adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Secara ringkas, proses
pembelajaran memerlukan media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi atau materi pelajaran yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan pencapaian suatu tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan. Fungsi media
pendidikan atau alat peraga pendidikan dimaksudkan agar komunikasi antara guru dan siswa dalam hal penyampaian
61 pesan, siswa lebih memahami dan mengerti tentang konsep abstrak yang diinformasikan kepadanya. Siswa yang diajar lebih mudah memahami materi pelajaran jika ditunjang dengan alat peraga pendidikan.
(ii) Tujuan dan manfaat alat peraga
(a) Alat peraga pendidikan bertujuan agar
proses pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar siswa.
(b) Alat peraga pendidikan
memungkin-kan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para siswa belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu.
(c) Alat peraga pendidikan memiliki
manfaat agar belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan diluar kelas,
(d) Alat peraga memungkinkan mengajar
lebih sistematis dan teratur. (iii) Manfaat alat bantu/peraga
(a) Menimbulkan minat sasaran
pendidikan
(b) Mencapai sasaran yang lebih banyak
(c) Membantu dalam mengatasi berbagai
hambatan dalam proses pendidikan
(d) Merangsang masyarakat atau sasaran
mengim-62 plementasikan atau melaksanakan pesan-pesan kesehatan atau pesan pendidikan yang disampaikan
(e) Membantu sasaran pendidikan untuk
belajar dengan cepat dan belajar lebih
banyak materi/bahan yang
disampaikan
(f) Merangsang sasaran pendidikan
untuk dapat meneruskan pesan-pesan yang disampaikan pemateri kepada orang lain
(g) Mempermudah penyampaian bahan/
materi pendidikan/informasi oleh para pendidik atau pelaku pendidikan
(h) Mempermudah penerimaan informasi
oleh sasaran pendidikan. Seperti diuraikan di atas, bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui panca indera. Berdasarkan penelitian para ahli, bahwa indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75 % sampai 87 % dari pengetahuan manusia diperoleh/ disalurkan melalui mata. Sedangkan 13 % sampai 25 % lainnya diperoleh atau tersalur melalui indera yang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat peraga/media/alat bantu visual akan lebih mempermudah cara
63 informasi atau bahan atau materi pendidikan.
(i) Dapat mendorong keinginan orang
untuk mengetahui, kemudian lebih
mendalami, dan akhirnya
mendapatkan pengertian yang lebih baik. Orang yang melihat sesuatu yang memang diperlukan tentu akan menarik perhatiannya. Dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan pengertian bru baginya, yang merupakan pendorong untuk melakukan atau memakai sesuatu yang baru tersebut.
(j) Membantu menegakkan pengertian/
informasi yang diperoleh. Sasaran pendidikan di dalam memperoleh atau
menerima sesuatu yang baru,
manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa. Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal tersebut, AVA (Audio Visual Aid alat bantu/peraga audio visual) akan
membantu menegakkan
pengeta-huan-pengetahuan yang telah
diterima oleh sasaran pendidikan sehingga apa yang diterima akan lebih lama tersimpan di dalam ingatan.
64 Untuk menetapkan apakah tujuan belajar telah tercapai atau tidak maka penilaianlah yang harus memainkan peran dan fungsinya. Dengan perkataan lain bahwa penilaian berperan sebagai barometer untuk
mengukur tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran. Itulah sebabnya fungsi
penilaian pada dasarnya untuk mengukur
tujuan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan guru dalam penilaian menurut nana sudjana (2010:117) antara lain :
(i) Penilaian harus dilakukan secara
berlanjut.
(ii) Dalam proses mengajar penilaian dapat
dilakukan dengan tiga tahap yaitu
Pre-test yaitu tes kepada siswa sebelum pelajaran dimulai, Mid-test yaitu tes yang
diberikan pada pertengahan
pelaksanaan pembelajaran dan Post-test yaitu tes yang diberikan setelah proses pembelajaran berlangsung.
(iii) Penilaian dilakukan tidak hanya didalam
kelas melainkan juga diluar kelas terutama pada tingkah laku.
(iv) Untuk memperoleh gambaran objektif
penilaian sebaiknya dilakukan penilaian tes dan non tes.
4. Aspek pembelajaran
Menurut Ela Yulaelawati (2007:71) aspek pembelajaran digolongkan menjadi tiga asek yang
65 berkaitan dan saling melengkapi, aspek tersebut meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif digolongkan menjadi enam tingkatan, dari pengetahuan sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah ke penilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang paling tinggi.
(i) Pengetahuan, didefinisikan sebagai ingatan
terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan kemampuan awal meliputi kemampuan
mengetahui sekaligus menyampaikan
ingatanya bila diperlukan. Hal ini termasuk mengingat bahan-bahan, benda, fakta, gejala, dan teori. Hasil dari pengetahuan merupakan tingkatan rendah. Contoh kata kerja: meniru, menyabutkan, menghafal,
mengulang, mengenali, mendaftar,
mengurutkan, mmenyadari, menyusun, mengaitkan, dan mereproduksi.
(ii) Pemahaman, didefinisikan sebagai
kemampuan untuk memahami materi/ bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi/bahan ke materi /bahan lain. Seorang yang mampu memahami sesuatu antara lain mampu menjelaskan narasi (pernyataan kosakata) ke dalam angka,
66
dapat menafsirkan sesuatu melalui
pernyataan dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman juga dapat
dilanjutkan dengan kemampuan
memperkirakan kecenderungan,
kemam-puan meramalkan akibat-akibat dari
berbagai penyeban suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari
ingatan sederhana, hafalan atau
pengetahuan tingkat rendah. Contoh kata
kerja: menjelaskan, mengemukakan,
menerangkan, menguraikan, memillih,
menunjukan, menyatakan, memihak,
menempatkan, mengenali, menguji ulang, menurunkan dan menjabarkan.
(iii) Penerapan, merupakan kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkret,
nyata, atau baru. Kemampuan ini
mencakup penggunaan pengetahuan,
aturan, rumus, konsep, prinsip, hukum dan teori. Hasil belajar dari kemampuan penerapan ini tingkatanya lebih tinggi dari
pemhaman. Contoh kata kerja:
menerapkan, menggunakan, memilih,
menentukan, mendemonstrasikan,
mendre-matisasi, mengajukan permohonan,
menafsirkan, mempraktikan, menjadwal-kan, mensketsan, mencari jawaban dan menulis.
67 (iv) Analisis, merupakan kemampuan untuk menguraikan materi dalam bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih
terstruktur dan mudah dimengerti.
Kemampuan menganalisis termasuk
mengidentifikasi bagian-bagian, mengana-lisis kaitan antar bagian, serta mengenali
atau mengemukakan organiasi dan
hubungan antar bagian tersebut. Hasil belajar analisis merupakan tingkatan kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan mamahami dan menerapkan, karena untuk
memiliki kemampuan menganalisis,
seseorang harus mampu memahami
isi/substansi sekaligus struktur
organisasinya. Contoh kata kerja:
membedakan, membandingkan, mengolah,
menganalisis, memberi harga/nilai,
mengategorikan, mengontraskan, men-deversifikasikan, mengkritik, mengung-gulkan, melakukan pengujian, melakukan
percobaan, mempertanyakan dan
mengetes.
(v) Sintesis, merupakan kemampuan untuk
mengumpulkan bagian bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Kemampuan ini meliputi memproduksi bentuk komunikasi yang unik dari segi tema dan cara mengkomunikasikanya, mengajukan proposal penelitian, membuat model atau pola yang mencerminkan
68 struktur yang utuh dan menyeluruh dari keterkaitan pengertian atau informasi abstrak. Hasil belajar sintesis menekankan
pada perilaku kreatif dengan
mengutamakan perumusan pola atau struktur yang baru dan unik. Contoh kata kerja: menyiapkan, menyusun, mengoleksi,
menulis, mengubah, mengkonstruksi,
merancang, menciptakan, mendesain,
merumuskan, membangun, mengelola, mengorganisasikan, merencanakan, meng-ajukan proposal, membentuk, membuat pola atau model dan menulis.
(vi) Penilaian, merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai atau materi (pernyataan, novel, puisi, laporan penelitian) untuk tujuan tertentu. Penilaian
didasari dengan kriteria yang
terdefinisikan. Kriteria terdefinisi ini
mencakup kriterai internal (organisasi) atau kriteria eksternal (terkait dengan tujuan) yang telah ditentukan. Peserta didik dapat
menentukan kriteria sendiri atau
memperoleh kriteria dari narasumber. Hasil belajar penilaian merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi tentang
unsur-unsur dari semua kategori,
termasuk kesadaran untuk melakukan pengujian yang sarat akan nilai dan kejelasan kriteria. Contoh kata kerja: