• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TELAAH PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TELAAH PUSTAKA"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

TELAAH PUSTAKA

Implementasi KTSP di sekolah tidak terlepas dari teori yang dikembangkan oleh pakar terkemuka manajemen pendidikan George R. Terry, hal ini sebagai

proses untuk membedakan perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut George R. Terry langkah tersebut menjadi tujuan manajemen setiap sekolah. Diantaranya perencanaan (planning), pengorganisasian (organization), penggerakan (actuating) dan pengawasan (controlling).

A.

Perencanaan Proses Pembelajaran

1. Pengertian perencanaan (plannning) pembelajaran

Sebelum mengetahui makna dari

pencanaan pembelajaran, tentu kita harus mengetahui dulu apa itu perencanaan. Ada

beberapa pendapat menurut para ahli,

diantaranya:

a. Banghart dan Trull (1973 dalam Majid, 2012)

Perencanaan adalah awal dari semua proses rasional dan mengandung sifat optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan

dapat mengatasi berbagai macam

permasalahan.

b. Terry (1993 dalam Majid, 2012) menyatakan

(2)

11 pekerjaan yang harus dilaksnakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan pengambil keputusan. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat kedepan guna merumuskan suatu pola tindakan untuk masa mendatang.

c. Nana sudjana (2000 dalam Majid, 2012)

mengatakan bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.

Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksuud untuk mencapai tujuan. Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil dari pendapat para ahli diatas adalah bahwa perencanaan merupakan suatu proses pemecahan masalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Perencanaan merupakan suatu dasar dari fungsi lain dalam manajemen untuk melakukan penyusunan langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Melakukan perencanaan tadi merupakan suatu kegiatan mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan

(3)

12 merumuskan apa saja kegiatan yang akan dilakukan. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Definisi yang dikemukakan oleh Guruge

(1972, dalam Majid, 2012) bahwa: “A simple

definision of educational planning is the process of preparing decisions for action in the future in the field of educational development is the funtion of educational planning”. Dengan demikian menurut Guruge bahwa perencanaan pembelajaran adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan adalah tugas perencanaan pendidikan.

Dalam hal ini, perencanaan pembelajaran adalah rencana yang dibuat oleh guru untuk memproyeksikan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh guru dan anak agar tujuan dapat dicapai. Perencanaan pembelajaran Bahasa Inggris dalam KTSP mengandung komponen yang ditata secara sistematis dimana komponen-komponen tersebut saling berhubungan dan saling ketergantungan satu sama lainya.

Sampai saat ini riset tentang perencanaan pembelajaran masih jarang, tetapi beberapa

(4)

13 meningkatkan efektifitas pembuatan perencanaan pengajaran. Konsep tersebut mengandung dua pemikiran utama, yaitu proses pengambilan keputusan dan pengetahuan profesional tentang proses pengajaran. Keputusan yang diambil oleh guru bisa bermacam-macam, mulai dari yang sederhana sampai pada tingkat yang komplek.

Rencana pembelajaran yang baik menurut Gagne dan Brigss (1974 dalam Majid, 2012) hendaknya mengandung tiga komponen yang disebut anchor point, yaitu : 1) tujuan pengajaran; 2) materi pelajaran/bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran dan pengalaman belajar; dan 3) evaluasi keberhasilan.

Berdasarkan uraian diatas, menurut Abdul

Majid (2012: 17) konsep perencanaan

pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:

a. Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong

penggunaan teknik-teknik yang dapat

mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran.

b. Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem adalah subuah susunan dari

sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk

menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran melalui proses yang

sistematik selanjutnya diimplementasikan

(5)

14

c. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah

disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang

senantiasa memperhentikan hasil-hasil

penelitian dan teori tentang strategi pengajaran

dan implementasinya terhadap strategi

tersebut. Perencanaan pembelajaran sebagai sains (science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses adalah mengembangkan pengajaran secara sistematik yang digunakan

secara khusus atas dasar teori-teori

pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini dilakukan analisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktifitas-aktifitas sistematik. d. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah

realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik.

(6)

15 Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil dari pendapat para ahli diatas adalah bahwa perencanaan merupakan suatu proses pemecahan masalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Maksud perencanaan pembelajaran adalah proses membantu guru secara sistematik dan menganalisis kebutuhan pelajar dan menyusun

kemungkinan yang berhubungan dengan

kebutuhan. Perencanana pembelajaran

pembelajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan sebagai upaya membelajarkan siswa, itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru, tetapi mungkin juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”.

Pemaparan pelaksanaan sebagaimana hasil observasi peneliti kepada guru mata pelajaran bahasa inggris mengacu pada dokumen instrumen penilaian kinerga guru (IPKG) 1 yang berisi tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan silabus. Diantaranya memuat aspek : Identitas RPP, rumusan indikator pencapaian kompetensi (IPK), rumusan tujuan pembelajaran, materi pokok/pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian alat/bahan/media/sumber belajar.

(7)

16 2. Dasar pelaksanaan perencanaan pembelajaran

Dasar Perlunya Perencanana Pembelajaran sebagiamana disebutkan diatas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:

a. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran

perlu diawali dengan perencanaan

pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.

b. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu

menggunakan pendekatan sistem.

c. Perencanaan desain pembelajaran diacukan

pada bagaimana seseorang belajar.

d. Untuk merencanakan suatu desain

pembelajaran diacukan pada siswa secara perseorangan.

e. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara

pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran.

f. Sasaran akhir dari perencanaan desain

pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.

g. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan

semua variabel pembelajaran.

h. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat

adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(8)

17

a. Silabus

Merupakan seperangkat rencana dan

pengaturan kegiatan pembelajaran,

pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi Dasar.

b. Standar Kompetensi

Merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam suatu bidang pengembangan.

c. Kompetensi Dasar

Merupakan pernyataan yang diharapkan dapat diketahui, disikapi dan dilakukan peserta didik

d. Hasil Belajar

Merupakan pernyataan kemampuan peserta didik yang diharapkan dalam menguasai sebagian atau seluruh kompetensi yang dimaksud.

e. Indikator

Merupakan kompetensi dasar yang lebih spesifik dan operasional yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran.

f. Perencanaan Semester

Merupakan program pembelajaran yang dipetakan berisi jaringan tema, bidang

(9)

18 pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang ditata secara urut dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya ke dalam semester 1 dan 2.

g. Perencanaan Mingguan Disusun dalam bentuk

satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan subtema.

h. Perencanaan Harian Disusun dalam bentuk

satuan kegiatan harian (SKH). SKH merupakan penjabaran dari satuan kegiatan mingguan

(SKM). SKH memuat kegiatan-kegiatan

pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam satu hari. Kegiatan awal merupakan kegiatan untuk pemanasan dan dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain, misalnya berdoa/mengucap salam, membicarakan tema atau subtema, dan sebagainya. Kegiatan inti merupakan kegiatan

yang dapat mengaktifkan perhatian,

kemampuan, sosial dan emosional anak. Kegiatan ini dapat dicapai melalui kegiatan yang memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen sehingga dapat memunculkan inisiatif, kemandirian dan

(10)

19 kreativitas anak, serta kegiatan yang dapat

meningkatkan pengertianpengertian,

konsentrasi dan mengembangkan kebiasaan bekerja yang baik. Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara individual/

kelompok. Istirahat/Makan merupakan

kegiatan yang digunakan untuk mengisi kemampuan anak yang berkaitan dengan makan, misalnya mengenalkan kesehatan, makanan yang bergizi, tata tertib makan yang diawali dengan cuci tangan kemudian makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan. Setelah kegiatan makan selesai, anak melakukan kegiatan bermain dengan alat permainan di luar kelas dengan maksud untuk mengembangkan motorik kasar anak dan bersosialisasi Kegiatan akhir merupakan kegiatan penenangan yang dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan yang dapat diberikan pada kegiatan akhir, misalnya membacakan cerita dari buku, mendramatisasikan suatu cerita, mendiskusikan tentang kegiatan satu hari atau menginformasikan kegiatan esok hari, menyanyi, berdoa, dan sebagainya.

4. Langkah-langkah perencanaan

Sebagaimana biasanya setiap orang

mempunyai pandangannya sendiri-sendiri, maka isi langkah-langkah itu pun tidak sama antara seorang ahli dengan ahli lainnya. Morphet mengingatkan kepada kita apa yang perlu

(11)

20 Prosedur-prosedur yang harus diperhatikan ialah: mengumpulkan informasi dan analisis data,

menyelesaikan perubahan dalam bentuk

kebutuhan, mengidentifikasi tujuan dan prioritas, membentuk alternatif-alternatif penyelesaian dan mengimplementasi, menilai serta memodifikasi.

Langkah perencanaan yang di buat oleh Mc Ashan adalah mewujudkan pernyataan misi dan

tujuan-tujuan, mengumpulkan informasi,

menganalisa kebutuhan, menentukan prioritas, menspesifikasi tujuan-tujuan, membuat strategi (maksudnya alternatif-alternatif), menentukan budget, dan mengadakan evaluasi.

Langkah-langkah perencanaan atau proses perencanaan adalah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Menentukan kebutuhan atas dasar antisipasi

terhadap perubahan lingkungan atau masalah yang muncul. Bila kebutuhan banyak diadakan prioritas.

b. Melakukan forecasting/ramalan, menentukan

program, tujuan, misi perencanaan. Bila tujuan banyak diadakan prioritas.

c. Menspesifikasi tujuan.

d. Membentuk/menentukan standar performan.

e. Menentukan alat/ metode/ alternatif

pemecahan

f. Melakukan implementasi dan menilai.

g. Mengadakan review.

(12)

21 Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam

melayani kebutuhan belajar siswanya.

Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan

sebagai langkah awal sebelum proses

pembelajaran berlangsung. Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu:

a. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam

mencapai tujuan.

b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan

wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.

c. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik

unsur guru maupun unsur murid.

d. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu

pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.

e. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi

keseimbangan kerja.

f. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan

biaya.

6. Karakteristik perencanaan

Pembelajaran mempunyai ciri unik dalam kaitanya dengan pembangunan nasional dan mempunyai ciri khas karena yang menjadi muara

garapannya adalah manusia. Dengan

mempertimbangkan ciri-ciri pembelajaran dalam perannya dalam proses pembangunan, maka

(13)

22 perencanaan pembelajaran, mempunyai ciri-ciri seperti antara lain:

a. Perencanaan pembelajaran harus

menguta-makan nilai-nilai manusiawi, karena

pembelajaran itu membangun manusia yang harus mampu membangun dirinya dan masyarakatnya.

b. Perencanaan pembelajaran harus memberikan

kesempatan untuk memngembangkan segala potensi pesrta didik seoptimal mungkin.

c. Perencanaan pembelajaran harus memberikan

kesempatan yang sama bagi setiap peserta didik.

d. Perencanaan pembelajaran harus

kompre-hensif dan sistematis dalam arti tidak praktikal atau segmentaris tapi menyeluruh dan terpadu serta di susun secara logis dan rasional serta mencakup berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan.

e. Perencanaan pembelajaran harus diorientasi

pada pembangunan, dalam arti bahwa program pendidikan haruslah di tujukan untuk membantu mempersiapakan man power (SDM) yang di butuhkan oleh berbagai sektor pembangunan.

f. Perencanaan pembelajaran harus

dikem-bangkan dengan memperhatikan keterkaitan-nya dengan berbagai komponen pendidikan secara sistematis.

(14)

23

g. Perencanaan pembelajaran harus

menggunakan resources secermat mungkin karena resources yang tersedia adalah langka.

h. Perencanaan pembelajaran haruslah

berorientasi kepada masa datang, karena pembelajaran adalah proses jangka panjang dan jauh menghadapi masa depan.

i. Perencanaan pembelajaran haruslah kenyal

dan responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat, tidak setatis tapi dinamis.

j. Perencanan pembelajaran haruslah

merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan hingga pembaharuan terus menerus berlangsung.

7. Model perencanaan

a. Perencanaan versi PBTE

Pengembangan program intruksional

dilakanakan dengan pendekatan sistematik. Pendekatan ini mempertimbangkan semua faktor dan komponen yang ada sehingga pelaksanaan program akan berjalan secara efisiensi dan efektif. Berdasarkan pola

pendekatan tersebut maka sistem

instruksional dikembangkan melalui prosedur sebagai berikut:

1) Merumuskan asumsi-asumsi secara jelas,

ekspilisit dan khusus.

Asumsi-asumsi tersebut dirumuskan berdasarkan pada pokok-pokok pikiran yang bertalian dengan beberapa hal, yaitu:

(15)

24

a) Keyakinan tentang masyarakat,

pendidikan dan belajar.

b) Pandangan tentang peranan guru

dalam sistem intruksional.

c) Penjabaran ciri-ciri khusus dan berbagi

hambatan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan program.

2) Mengidentifikasi kompetensi.

Terdapat enam jenis pendekatan yang dapat digunakan untuk merumuskan kompetensi, yaitu sebgai berikut:

a) Menerjemahkan pelajaran yang telah

menjadi sejumlah kompetensi yang tujuan tingkah lakunya harus diteliti kembali.

b) Pendekakatan analisis tugas yang harus

dikerjakan, lalu ditentukan peran-peran apa yang diperlukan, lalu ditentukan jenis-jenis kompetensi yang dituntut tersebut.

c) Pendekatan kebutuhan siswa di sekolah

berdasarkan ambisi, nilai dan perspektif para siswa.

d) Pendekatan kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan kebutuhan masyarakat yang nyata disusun program sekolah dan program latihan yang perlu dilakukan.

e) Pendekatan teoritis yang disususn

(16)

25 deduktif dalam kerangka ilmu tentang tingkah laku manusia.

f) Pendekatan cluster yang disusun

berdasarkan program umum yang biasa berlangsung.

3) Merumuskan tujuan-tujuan secara

deskriptif.

Kompetensi yang telah ditentukan kemudian dirumuskan lebih khusus, lebih eksplisit menjadi tujuan-tujuan yang dapat diamati, dapat diukur berdasarkan kreteria tertentu.

4) Menentukan tingkat kriteria dan jenis

assement.

Dengan kriteria ini dapat ditentukan tingakat keberhasilan tentang sejauh mana suatu tujuan telah dicapai.

5) Pengelompokan dan penyusunan

tujuan-tujuan pelajaran berdasarkan urutan

pikologis untuk mencapai maksud

instruksional.

6) Mendesain strategi intruksional.

Beberapa strategi dapat pula

dirancang oleh guru, contohnya dengan ceramah.

7) Mengorganiasikan sistem pengelolaan

kelas.

Sistem pengelolaan yang ditentukan disesuaikan dengan berbagai alternatif kegiatan yang akan dilakukan, seperti

(17)

26

pengajaran individual, core pengajaran

unit.

8) Mencobakan program.

Tujuannya adalah untuk mengetes

efektifitas strategi intruksional,

kemantapan alat assement, efektivitas

sistem pengelolaan kelas.

9) Menilai desain intruksional.

Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek, antara lain validitas tujuan, tingkat

kriteria assement, stategi intruksional dan

organisasi sistem pengelolaan.

10) Memperbaiki kembali program.

Berdasarkan penilaian yang telah diperoleh, maka perlu dilakukan beberapa perubahan dan perbaikan.

b. Perencanaan sistematis

Suatu model penggunaan pendekatan

sistem dalam rangka mengembangkan couse

design, sebagai berikut:

1) Identifikasi tugas-tugas

Kegiatan merancang suatu program harus dimulai dari identifikasi tugas-tugas yang menjadi tuntunan suatu pekerjaan. Karena

itu perlu dibuat job description secara

cermat dan lengkap.

2) Analisis tugas

Tugas-tugas yang telah ditetapkan secara

dimensional dijabarkan menjadi

(18)

27

3) Penetapan kemampuan

Setiap kemampuan hendaknya didasarkan

pada kriteria kognitif, efektif, performance,

produk, dan ekploratoris.

4) Spesifikasi pengetahuan, ketrampilan dan

sikap

Dari kriteria kognitif, efektif, performance

dirinci menjadi pengetahuan apa, sikap-sikap apa dan ketrampilan-ketampilan apa yang perlu dimiliki oleh setiap lulusan.

5) Identifikasi kebutuhan pendidikan dan

latihan

Merupakan jenis-jenis pendidikan atau latihan-latihan yang sewajarnya

disedia-kan dalam rangka mengembangkan

kemampuan yang telah ditetapkan.

6) Perumusan tujuan

Tujuan pendidikan masih bersifat umum. Tujuan-tujuan yang dirumuskan harus koheren dengan kemampuan-kemampuan yang hendak dikembangkan.

7) Kriteria keberhasilan program

Keberhasilan ditandai dengan tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan. Tujuan program dianggap berhasil juka lulusan dapat menunjukan kemampuan pelak-sanaan tugas yang telah ditentukan.

8) Organisai sumber-sumber belajar

Menekankan pada materi pelajaran yang yang akan disampaikan sehubungan

(19)

28 pencapaian tujuan kemampuan yang telah ditentukan.

9) Pemilihan strategi pengajaran

Penentuan strategi dan metode yang akan

digunakan untuk mencapai tujuan

kemampuan yang diharapkan. Strategi pengajaran terpadu dapat menunjang

keberhasilan program pengajaran

diamping startegi mengajar remedial.

10) Uji lapangan program

Dimaksudkan untuk melihat kemung-kinan keterlaksanaan, keberhasilan dan jenis kesulitan yang akan dihadapi.

11) Pengukuran reliabilitas program

Berdasarkan pengukuran ini dapat dicek sejauh mana efektifitas program, validitas dan reabilitas alat ukur, dan efektifitas system intriksional.

12) Perbaikan dan penyesuaian program

Berguna untuk menjamin konsistensi

koherensi, monitoring sistem dan

selanjutnya memberikan umpan balik kepada organisasi sumber-sumber, strategi pengajaran dan motivasi belajar.

13) Pelaksanan program

Langkah yang didasari oleh suatu asumsi, bahwa rancangan program yang telah

didesain secara cermat dan telah

mengalami uji coba serta perbaikan dalam dipublikasikan dan dilaksanakan dalam sampel yang lebih luas.

(20)

29

14) Monitoring program

Sepanjang pelaksanaan program perlu diadakan monitoring secara terus-menerus dan berkala untuk menghimpun informasi tentang pelaksanaan program.

c. Perencanaan model Davis

Teknik merancang sistem belajar

berlangsung dalam tahap-tahap sebagai berikut:

(i) Penetapan status sistem pengajaran

Semua usaha perancangan suatu

sistem senantiasa dimuali dari

menetapkan kedudukan sistem pengajaran

yang ada saat ini, baik input, output

maupun operasinya. Kemudian dilakuakan

kembali perancangan desain baru.

Tahapan ini dimulai dengan memikirkan daerah pelajaran yang telah diberikan. Semua lingkungan yang penting untuk melaksanakan suatu program pengajaran harus dideskripsikan secara teliti dan terperinci. Jika perencanaaan sistem

pengajaran hendak menetapkan

kedudukan sistem yang telah ada sekarang, maka perlu menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:

(a) Karakterisik-karakteristik apa yang

terdapat dalam sistem pengajaran di mana dia harus bekerja? Apa tujuan

(21)

30

dipergunakan untuk mencapai

tujuan-tujuan itu?

(b) Sumber-sumber apa yang akan

digunakan? Apa batasan-batasannya dan hambatan-hambatan apa yang ada?

(c) Siapa siswanya?

Ketrampilan-ketrampilan dan harap-harapan apa serta kebutuhan belajar apa yang mereka miliki atau rasakan? Dan berapa jumlah siswanya?

(d) Apa sebaiknya diperbuat untuk

memberikan kontribusi pelajaran dalam usaha mencapai tujuan-tujuan itu dan membantu siswa belajar.

(ii) Perumusan tujuan pengajaran

Tujuan terpenting adalah dalam menentuak urutan bahan yang akan disampaikan, metode mengajar, prosedur evaluasi yang akan dikembangkan. Tujaun mengandung makna yang penting dalam

rangaka menentukan prosedur

intruksional yang akan ditempuh oleh guru. Berdasarkan tujuan-tujuan yang

telah dirumuskan tersebut maka

disarankan agar guru merancang kegiatan-kegaitan yang serasi untuk membantu

siswa belajar. Perumusan tujuan

merupakan hal yang penting dalam sistem pengajaran. Alasannya yaitu:

(22)

31

(a) Umumnya desain pengajaran

didasarkan pada tujuan-tujuan

(b) Tujuan memainkan peranan krisis

dalam evaluasi pengajaran

(c) Kemungkinan terjadinya salah kaprah

sehingga tujuan tadi sebagai media komunikasi dan memberiakan alat yang sama bagi semua guru.

(d) Tujuan menjadi pedoman bagi siswa

yang mengarahkan kegiatan belajar mereka dan untuk menilai kemajuan belajar yang telah mereka lakukan sebelumnya.

(iii) Perencanaan dan pelaksanaan evaluasi Setiap perumusan tujuan belajar bagi siswa senantiasa harus disertai dengan perencanaan evaluasi intruksional. Meskipun masalah evaluasi erupakan masalah akhir yang perlu dirancang sebelumnya. Evaluasi harus dilakukan dengan berhati-hati dan teliti karena hal berikut:

(a) Dengan program evaluasi, guru dan

siswanya dapat menemukan bukti telah terjadinya proses belajar.

(b) Evaluasi penting bagi guru dan siswa

karena bertalian dengan kualitas

pengajaran yang ditandai oleh

keberhasilan belajar pada siswanya. (iv) Pendeskripkian dan pengkajian tugas

(23)

32 Deskripsi tugas dimaksudkan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang ditempuh oleh seorang ahli bila dia melakukan suatu tugas. Tugas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

(a) Tugas Tindakan (task action) adalah

seperangkat langkah yang dirumuskan secara jelas dan dapat diamati serta dapat diperinci menjasi subtugas-subtugas.

(b) Tugas Kognitif (cognitive task) adalah

kegiatan-kegiatan yang dilakukan

secara mental yang umumnya tidak dapat diamati.

Suatu deskripsi tugas atau

seperangakat tujuan selanjutnya dianalisis menjadi jenis-jenis belajar yang perlu dilakukan. Semua tugas dianalisis menjadi sejumlah kegiatan belajar. Untuk jenis-jenis belajar tertentu akan dibutuhkan prosedur intruksional tertentu pula antara tujuan, deskripsi tugas dan analisis tugas yang saling berinteraksi satu dengan yang lain.

(v) Pelaksanaan prinsip-prinsip Belajar

Sebagai seorang guru perlu

menetapkan lebih dahulu hal-hal yang akan diajarkan baru mempertimbangkan berbagi alternatif metode mengajar yang akan digunakan. Dengan mempelajari

(24)

33 prinsip-prinsip belajar maka guru dapat membantu para siswa belajar, dengan jalan menyediakan kondisi-kondisi yang dipergunakan melalui pembelajaran yang diberikannya sebagaimana gambar 2.1 dibawah ini.

(25)

34 Bagan 2.1 Garis Waktu Proses Merancang Sistem

Pengajaran (hamalik, 2008:72)

d. Prosedur pengembangan sistem instruksional

(PPSI)

Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem instruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang berhubungan satu sama lainnya dalam rangka Analisis Tugas dan Tujuan Merencanak an Evaluasi Menentukan Tugas-tugas Melaksanakan Evaluasi Merancang Pengajaran Menetapkan Sistem yang ada Sekarang Menetapkan dan Menulis Tujuan-tujuan Melaksanakan Evaluasi Revisi Balikan

(26)

35 mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan

perencanaan dan pelaksanaan program

pengajaran secara sistemik dan sistmatis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Langkah-langkah dari pengembangan model PPSI ini adalah sebagai berikut:

(i) Merumuskan Tujuan. Langkah ini

menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku, dan hanya ada satu kemampuan atau tujuan.

(ii) Pengembangan Alat Evaluasi. Dalam

mengembangkan alat evaluasi, langkah-langkahnya adalah menentukan jenis tes yang akan digunakan dan menyusun item soal untuk setiap tujuan.

(iii) Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

Langkah ketiga yaitu merumuskan semua kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh.

(iv) Pedoman Program Kegiatan Guru.

Merupakan petunjuk bagi guru untuk merencanakan program kegitan bimbingan sehingga siswa dapat belajar denga terstruktur. Yang diperlukan guru, yaitu:

(a) Merumuskan materi pelajaran secara

terperinci.

(27)

36

(c) Meyusun jadwal secara terperinci

(v) Pedoman Pelaksanaan Progaram. Dalam

pengembangan program KBM, maka

langkah-langkahnya ialah merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode yang digunakan, memilih alat dan sumber yang digunakan dan menyusun program kegiatan atau jadwal. Petujuk dalam kegiatan belajar mengjar memungkinkan untuk dapat berubah sesuai keadaan.

(vi) Pedoman perbaikan atau revisi. Langkah

yang terakhir yaitu mengadakan pre-tes,

menyampaikan materi pelajaran,

mengadakan post-tes dan revisi. Perbaikan dilakuakn berdasarkan umpan balik yang diperoleh dari hasil akhir.

Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas penting guru dalam

memproses pembelajaran siswa. Dalam

perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yaitu

adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya

menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan

pembelajaran hendaknya diletakkan dan

dijadikan titik tolak berfikir guru dalam menyusun sebuah Rencana Pembelajaran, yang

(28)

37

akan mewarnai komponen-komponen

perencanan lainnya. Upaya merumuskan tujuan

pembelajaran dapat memberikan manfaat

tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan

belajarnya secara lebih mandiri; (2)

memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media

pembelajaran; (4) memudahkan guru

mengadakan penilaian. Dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

disebutkan bahwa tujuan pembelajaran

memberikan petunjuk untuk memilih isi mata

pelajaran, menata urutan topik-topik,

mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Berdasarkan kajian diatas, dapat

disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran bahasa inggris yang dimaksud dalam tesis ini diantaranya :

1) Perencanaan tujuan pembelajaran bahasa

inggris berdasarkan karakteristik peserta didik.

(29)

38 Menguasai karakteristik peserta didik. Guru

mampu mencatat dan menggunakan

informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya:

a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik

belajar setiap peserta didik di kelasnya,

b) Guru memastikan bahwa semua peserta

didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,

c) Guru dapat mengatur kelas untuk

memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda,

d) Guru mencoba mengetahui penyebab

penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,

e) Guru membantu mengembangkan

potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik.

f) Guru memperhatikan peserta didik

dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok-olok, minder, dsb).

(30)

39

2) Perencanaan media dan sumber belajar

Perencanaan pemilihan media dan sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Oleh sebab itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber,

serta prosedur penilaiannya perlu

dipertimbangkan. Perencanaan media dan sumber belajar dalam tesis ini mengacu pada instrumen penilaian kinerja guru (IPKG-2) pembinaan dan pengembangan profesi guru buku ke 2, pedoman pelaksanaan penilaian

kinerja guru kementerian pendidikan

nasional direktorat jenderal peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan tahun 2011, diantaranya memuat sebagai berikut:

a) Terampil menggunakan sumber belajar/

media pembelajaran.

b) Menghasilkan pesan yang menarik siswa.

c) Melibatkan siswa dalam pembuatan/

pemanfaatan sumber/media pembela-jaran.

3) Perencanaan metode dan strategi belajar

Perencanaan pembelajaran juga perlu memperhatikan keadaan sekolah tempat pembelajaran ini berlangsung. Terutama

ketersediaan sarana dan prasarana,

(31)

40 menjadi pendukung terlaksananya berbagai aktivitas belajar peserta didik. Guru tidak

mungkin melaksanakan kegiatan

pembelajaran menggunakan bak pasir jika di sekolah tersebut tidak tersedia bak pasir yang diperlukan tersebut. Guru juga tiak akan mungkin meminta peserta didik untuk mengamati tanaman jika di sekolah tersebut tidak ada kebun sekolah.

Dalam menyusun perencanaan

pembelajaran komponen peserta didik perlu mendapat perhatian yang memadai. Agar bahan dan cara belajar ini sesuai dengan kondisi peserta didik, maka penyusunan skenario program pembelajaran dan keluasan maupun kedalaman bahan ajar perlu disesuaikan kelas yang pandai atau cepat belajar, sedangkan kelompok kurang atau lambat belajar guru dalam menyusun rencana pelajaran harus mendasarkan pada kriteria peserta didik yang akan menerima pelajaran itu. Untuk mengatasi kemampuan peserta didik, guru perlu menggunakan metode atau bentuk keiatan mengajar yang bervariasi pula.

Data atau informasi tentang peserta didik dapat dimanfaatkan untuk penyusunan

dan perencanaan penyempurnaan

pengajaran. Pengajaran yang baik hendaknya

disusun dengan berpedoman kepada

(32)

41 kebutuahan peserta didik. Hal ini secara nyata dapat diketahui melalui proses dan

hasil pengumpulan data. Sebelum

menyiapkan rencana pelajaran, atau satuan pelajaran guru hendaknya mempelajari dulu record peserta didik. Melalui pemanfaatan record tersebut, guru akan memperoleh gambaran umum tentang kondisi dari masalah peserta didik, dengan mengetaui kondisi tersebut guru dapat mengadakan berbagai usaha penyesuaian pelajaran dengan perbedaan individu. Tiap peserta didik mempunyai kemampuan, kondisi kecepatan belajar, dan lain-lain yang berbeda.

Dalam proses pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan dalam segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan pengajaran. Jika seorang guru suatu saat memiliki kekurangan dalam hal-hal tertentu, maka guru yang bersangkutan

dituntut untuk belajar meningkatkan

kompetensinya baik melalui jalur pendidikan dan latihan maupun belajar mandiri dengan melakukan diskusi dengan teman sejawat secara intensif. Dalam program semester guru menyusun rencan penyampaian bahan ajar, dan bagian akhir tersebut sudah benar-benar dikuasai oleh guru baik pangajaran di kelas maupun suatu percobaan yang akan dilaksanakan di laboratorium atau tempat

(33)

42 lain yang ditunjuk sebagai tempat belajar peserta didik.

B.

Pelaksanaan Proses Pembelajaran

1. Pengertian pelaksanaan pembelajaran

Pengertian pembelajaran menurut para ahli diantaranya menurut Warsita (2008:85) adalah “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”. Sedangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Menurut Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar

terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua

pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297) “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Dan menurut Trianto (2010:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel

(34)

43 dapat diartikan sebagai produk interaksi

berkelanjutan antara pengembangan dan

pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)

dalam rangkan mencapai tujuan yang

diharapkan.

Berdasarakan definisi pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang

diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, namun mempunyai arti yang berbeda. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu

pekerjaan guru saja. Guru berceramah

sedangkan siswa hanya sebagai pendengar sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pengajaran masih belum maksimal. Pembelajaran yang baik harus ada interaksi

(35)

44 antara guru dengan siswa. Untuk memperoleh pembelajaran yang baik sehingga terjadi interaksi berupa tanya jawab antara guru maupun siswa membutuhkan suatu alat bantu pembelajaran berupa media pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa

dalam proses pembelajaran dan dapat

mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran maupun saat ingin mengilustrasikan cara kerja maupun ilustrasi yang lainnya.

Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah – langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil yang diharapkan (Nana Sudjana, 2010:136). Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2010:1)

pelaksanaan pembelajaran adalah suatu

kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan

siswa. Interaksi yang bernilai edukatif

dikarenakan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai.

2. Dasar hukum pelaksanaan pembelajaran

a. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN), pasal 19, dinyatakan bahwa:

(i) Proses pembelajaran pada satuan

pendidikan diselenggarakan secara

(36)

45 menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

(ii) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.

(iii) Setiap satuan pendidikan melakukan

perencanaan proses pembelajaran,

pelaksanaan proses pembelajaran,

penilaian hasil pembelajaran dan

pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses bahwa standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses

pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran.

3. Komponen pelaksanaa pembelajaran

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses sudah tentu harus dapat mengembangkan dan menjawab beberapa persoalan yang mendasar. Keempat persoalan (tujuan, bahan, metode, alat peraga, serta penilaian) menjadi komponen

(37)

46 utama yang harus dipenuhi dalam proses belajar mengajar. Secara skematis keempat komponen tersebut dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :

Bagan 2.2 : Interelasi komponen pengajaran ( Nana Sudjana, 2010 : 30 )

a. Tujuan

Dalam proses belajar-mengajar

merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang

Tujuan

Bahan Metode dan Alat

(38)

47 berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya adalah rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa seteleh mereka menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada intinya adalah hasil belajar yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka ada tujuan yang dibuat oleh guru, untuk mencapai tujuan

pembelajaran maka guru harus

memperhatikan beberapa hal antara lain (Nana Sudjana, 2010 : 63).

(i) Luas dan dalamnya bahan yang akan di

ajarkan.

(ii) Waktu yang tersedia

(iii) Sarana belajar seperti buku pelajaran,

alat bantu dan lain-lain

(iv) Tingkat kesulitan bahan dan tingkat

permasalahan siswa

Ada beberapa ketentuan yang harus

dipenuhi dalam merumuskan tujuan

pembelajaran antara lain :

(i) Rumusan tujuan harus berpusat pada

perubahan tingkah laku siswa

(ii) Rumusan tujuan pembelajaran harus

berisikan tingkah laku operasional, yang artinya dapat diukur saat itu juga

(iii) Rumusan tujuan berisikan tentang

makana dari pokok bahasan yang akan diajarkan saat itu.

(39)

48

b. Bahan

Tujuan yang jelas dan oprasional dapat ditetapkan bahan pelajaran yang harus menjadi isi kegiatan belajar-mengajar. Bahan pelajaran inilah yang diharapkan dapat mewarnai tujuan, mendukung tercapai tujuan atau tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki siswa. Menurut nana sudjana (2010: 69), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan bahan pembelajaran antara lain :

(i) Bahan harus sesuai dan menunjang

tercapainya tujuan

(ii) Bahan yang ditulis dalam perencanaan

mengajar terbatas pada

(iii) konsep saja sehingga tidak perlu ditulis

secara rinci

(iv) Menetapkan bahan pembelajaran harus

sesuai dengan urutan tujuan.

(v) Urutan bahan hendaknya

memperhatikan kesinambungan antara bahan yang satu dengan bahan yang lain.

(vi) Bahan disusun dari yang sederhana

menuju yang kompleks, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang konkrit menuju yang abstrak.

(vii) Sifat bahan ada yang faktual dan ada

yang konseptual, Bahan yang faktual sifatnya konkret dan mudah diingat, sedangkan bahan yang konseptual

(40)

49 berisikan konsep – konsep abstrak dan memerlukan pemahaman.

c. Metode

Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan

hubungan dengan siswa pada saat

berlangsung pembelajaran (Sudjana,

2005:76). Metode pembelajaran akuntansi

adalah cara atau pendekatan yang

dipergunakan dalam menyajikan atau

menyampaikan materi pelajaran akuntansi. Menempati peranan yang tak kalah penting dalam proses belajar mengajar. Dalam pemilihan metode apa yang tepat, guru harus melihat situasi dan kondisi siswa serta materi yang diajarkan.

Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang tepat sangat dibutuhkan. Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa dalam kegiatan mewujudkan kegiatan belajar mengajar (Hasibuan, 2004:3). Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga pencapaian tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.

(41)

50 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai. Metode dan alat yang digunakan harus betul efektif dan efisien.

(i) Faktor-faktor yang mempengaruhi

metode pembelajaran

Sebagai suatu cara, metode

tidaklah berdiri sendiri, tetapi

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut. Menurut Winarno Surakhmad dalam Djamarah (2002:89) pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:

(a) Anak didik

Anak didik adalah manusia

berpotensi yang menghajatkan

pendidikan. Disekolah, gurulah yang

(42)

51 Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran mana yang sebaiknya guru ambil

untuk menciptakan lingkungan

belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

(b) Tujuan

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar-mengajar. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran ada berbagai jenis, ada tujuan instruksional, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan taraf kemampuan anak didik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

(c) Situasi

Situasi kegiatan belajar

mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari.

Guru harus memilih metode

pembelajaran yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu.

(d) Fasilitas

Fasilitas merupakan hal yang

(43)

52 penentuan metode pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di

sekolah. Misalnya ketiadaan

laboratorium Bahasa Inggris untuk

praktek kurang mendukung

penggunaan metode eksperimen.

(e) Guru

Setiap guru mempunyai

kepribadian yang berbeda. Latar

pendidikan guru diakui

mempengaruhi kompetensi.

Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi

kendala dalam memilih dan

menentukan metode

(ii) Syarat-syarat metode pembelajaran

Menurut Ahmadi dalam (Asih, 2007:20) syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar adalah:

(a) Metode mengajar harus dapat

membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa.

(b) Metode mengajar harus dapat

menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.

(c) Metode mengajar harus dapat

memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

(44)

53

(d) Metode mengajar harus dapat

merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan

eksplorasi dan inovasi

(pembaharuan).

(e) Metode mengajar harus dapat

mendidik murid dalam teknik belajar

sendiri dan cara memperoleh

pengetahuan melalui usaha pribadi.

(f) Metode mengajar harus dapat

meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.

(g) Metode mengajar harus dapat

menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

(iii) Macam-macam metode pembelajaran

Proses belajar-mengajar yang

baik, hendaknya mempergunakan

berbagai jenis metode pembelajaran secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan dan kelebihannya. Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar-mengajar.

(45)

54 macam-macam metode pembelajaran adalah sebagai berikut:

(a) Metode proyek

Metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak pada suatu masalah, kemudian

dibahas dari berbagai segi

pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah perlu melibatkan bukan hanya satu mata pelajaran, melainkan hendaknya melibatkan berbagai mata pelajaran

yang ada kaitannya dengan

pemecahan masalah tersebut.

(b) Metode eksperimen

Metode eksperimen

(perco-baan) adalah cara penyajian

pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa dituntut untuk

mengalami sendiri, mencari

kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik

kesimpulan atau proses yang

dialaminya itu.

(46)

55

Metode resitasi (penugasan)

adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan

kegiatan belajar. Metode ini

diberikan karena materi pelajaran banyak sementara waktu sedikit. Agar materei pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya digunakan oleh guru. Tugas ini biasanya bisa dilaksanakan di rumah, disekolah, diperpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik individu maupun kelompok, tugas yang diberikan

sangat banyak macamnya

tergantung dari tujuan yang hendak dicapai.

(d) Metode diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Dalam diskusi terjadi interaksi, tukar

(47)

56 menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dan siswa menjadi aktif.

(e) Metode sosiodrama

Metode sosiodrama dan role

playing dapat dikatakan sama dalam

pemakaiannya sering

disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.

(f) Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran

dengan memperagakan atau

mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam sehingga membentuk

pengertian dengan baik dan

sempurna.

(g) Metode problem solving

Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan

(48)

metode-57 metode lainnya yang dimulai dari

mencari data sampai kepada

menarik kesimpulan.

(h) Metode karya wisata

Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dalam arti umum.

Karyawisata di sini berarti

kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Teknik karya wisata

adalah teknik mengajar yang

dilaksanakan dengan mengajar siswa kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu.

(i) Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab

memungkinkan terjadinya

komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.

(j) Metode latihan

Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini dapat juga

(49)

58 digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.

(k) Metode ceramah

Metode ceramah adalah

metode tradisional, karena sejak dulu dipergunakan sebagai alat

komunikasi lisan antara guru

dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam metode ceramah dibutuhkan keaktifan guru dalam kegiatan pengajaran. Metode ini banyak digunakan pada pengajar yang kekurangan fasilitas.

Setiap metode pembelajaran

mempunyai keunggulan dan kelemahannya sendiri-sendiri. Penggunaan metode yang variatif dan sesuai dengan materi serta tujuan pembelajaran dapat membuat siswa senang dan termotivasi untuk belajar. Metode

tersebut harus dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.

d. Alat peraga/media

(i) Pengertian alat peraga

(a) Menurut Sudjana (2009) Pengertian

alat peraga pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan

(50)

59 telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.

(b) Faizal (2010) mendefinisikan alat

peraga pendidikan sebagai instrument audio maupun visual yang digunakan

untuk membantu proses

pembelajaran menjadi lebih menarik dan membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi.

(c) Wijaya dan Rusyan, 1994 yang

dimaksud alat peraga pendidikan adalah media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar dan dapat

menumbuhkan motivasi belajar

sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.

(d) Nasution, 1985 alat peraga

pendidikan adalah alat pembantu dalam mengajar agar efektif”.

(e) Suhardi (1978) Pengertian alat peraga

pendidikan atau Audio-Visual Aids

(AVA) adalah media yang

pengajarannya berhubungan dengan indera pendengaran.

(f) Sumad (1972) mengemukakan bahwa

alat peraga atau AVA adalah alat untuk memberikan pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera. Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan adalah

(51)

60 alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif.

(g) Amir Hamzah, 1981 bahwa alat peraga

pendidikan adalah adalah alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk

membuat cara berkomunikasi

menjadi efektif”. Sedangkan yang

dimaksud dengan alat peraga

menurut Nasution (1985: 95) adalah “alat bantu dalam mengajar lebih efektif”.

Dari uraian-uraian di atas jelaslah bahwa pengertian alat peraga pendidikan adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Secara ringkas, proses

pembelajaran memerlukan media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi atau materi pelajaran yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan pencapaian suatu tujuan pengajaran yang

telah ditetapkan. Fungsi media

pendidikan atau alat peraga pendidikan dimaksudkan agar komunikasi antara guru dan siswa dalam hal penyampaian

(52)

61 pesan, siswa lebih memahami dan mengerti tentang konsep abstrak yang diinformasikan kepadanya. Siswa yang diajar lebih mudah memahami materi pelajaran jika ditunjang dengan alat peraga pendidikan.

(ii) Tujuan dan manfaat alat peraga

(a) Alat peraga pendidikan bertujuan agar

proses pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar siswa.

(b) Alat peraga pendidikan

memungkin-kan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para siswa belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu.

(c) Alat peraga pendidikan memiliki

manfaat agar belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan diluar kelas,

(d) Alat peraga memungkinkan mengajar

lebih sistematis dan teratur. (iii) Manfaat alat bantu/peraga

(a) Menimbulkan minat sasaran

pendidikan

(b) Mencapai sasaran yang lebih banyak

(c) Membantu dalam mengatasi berbagai

hambatan dalam proses pendidikan

(d) Merangsang masyarakat atau sasaran

(53)

mengim-62 plementasikan atau melaksanakan pesan-pesan kesehatan atau pesan pendidikan yang disampaikan

(e) Membantu sasaran pendidikan untuk

belajar dengan cepat dan belajar lebih

banyak materi/bahan yang

disampaikan

(f) Merangsang sasaran pendidikan

untuk dapat meneruskan pesan-pesan yang disampaikan pemateri kepada orang lain

(g) Mempermudah penyampaian bahan/

materi pendidikan/informasi oleh para pendidik atau pelaku pendidikan

(h) Mempermudah penerimaan informasi

oleh sasaran pendidikan. Seperti diuraikan di atas, bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui panca indera. Berdasarkan penelitian para ahli, bahwa indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75 % sampai 87 % dari pengetahuan manusia diperoleh/ disalurkan melalui mata. Sedangkan 13 % sampai 25 % lainnya diperoleh atau tersalur melalui indera yang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat peraga/media/alat bantu visual akan lebih mempermudah cara

(54)

63 informasi atau bahan atau materi pendidikan.

(i) Dapat mendorong keinginan orang

untuk mengetahui, kemudian lebih

mendalami, dan akhirnya

mendapatkan pengertian yang lebih baik. Orang yang melihat sesuatu yang memang diperlukan tentu akan menarik perhatiannya. Dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan pengertian bru baginya, yang merupakan pendorong untuk melakukan atau memakai sesuatu yang baru tersebut.

(j) Membantu menegakkan pengertian/

informasi yang diperoleh. Sasaran pendidikan di dalam memperoleh atau

menerima sesuatu yang baru,

manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa. Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal tersebut, AVA (Audio Visual Aid alat bantu/peraga audio visual) akan

membantu menegakkan

pengeta-huan-pengetahuan yang telah

diterima oleh sasaran pendidikan sehingga apa yang diterima akan lebih lama tersimpan di dalam ingatan.

(55)

64 Untuk menetapkan apakah tujuan belajar telah tercapai atau tidak maka penilaianlah yang harus memainkan peran dan fungsinya. Dengan perkataan lain bahwa penilaian berperan sebagai barometer untuk

mengukur tercapai tidaknya tujuan

pembelajaran. Itulah sebabnya fungsi

penilaian pada dasarnya untuk mengukur

tujuan. Beberapa hal yang harus

diperhatikan guru dalam penilaian menurut nana sudjana (2010:117) antara lain :

(i) Penilaian harus dilakukan secara

berlanjut.

(ii) Dalam proses mengajar penilaian dapat

dilakukan dengan tiga tahap yaitu

Pre-test yaitu tes kepada siswa sebelum pelajaran dimulai, Mid-test yaitu tes yang

diberikan pada pertengahan

pelaksanaan pembelajaran dan Post-test yaitu tes yang diberikan setelah proses pembelajaran berlangsung.

(iii) Penilaian dilakukan tidak hanya didalam

kelas melainkan juga diluar kelas terutama pada tingkah laku.

(iv) Untuk memperoleh gambaran objektif

penilaian sebaiknya dilakukan penilaian tes dan non tes.

4. Aspek pembelajaran

Menurut Ela Yulaelawati (2007:71) aspek pembelajaran digolongkan menjadi tiga asek yang

(56)

65 berkaitan dan saling melengkapi, aspek tersebut meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif digolongkan menjadi enam tingkatan, dari pengetahuan sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah ke penilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang paling tinggi.

(i) Pengetahuan, didefinisikan sebagai ingatan

terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan kemampuan awal meliputi kemampuan

mengetahui sekaligus menyampaikan

ingatanya bila diperlukan. Hal ini termasuk mengingat bahan-bahan, benda, fakta, gejala, dan teori. Hasil dari pengetahuan merupakan tingkatan rendah. Contoh kata kerja: meniru, menyabutkan, menghafal,

mengulang, mengenali, mendaftar,

mengurutkan, mmenyadari, menyusun, mengaitkan, dan mereproduksi.

(ii) Pemahaman, didefinisikan sebagai

kemampuan untuk memahami materi/ bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi/bahan ke materi /bahan lain. Seorang yang mampu memahami sesuatu antara lain mampu menjelaskan narasi (pernyataan kosakata) ke dalam angka,

(57)

66

dapat menafsirkan sesuatu melalui

pernyataan dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman juga dapat

dilanjutkan dengan kemampuan

memperkirakan kecenderungan,

kemam-puan meramalkan akibat-akibat dari

berbagai penyeban suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari

ingatan sederhana, hafalan atau

pengetahuan tingkat rendah. Contoh kata

kerja: menjelaskan, mengemukakan,

menerangkan, menguraikan, memillih,

menunjukan, menyatakan, memihak,

menempatkan, mengenali, menguji ulang, menurunkan dan menjabarkan.

(iii) Penerapan, merupakan kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkret,

nyata, atau baru. Kemampuan ini

mencakup penggunaan pengetahuan,

aturan, rumus, konsep, prinsip, hukum dan teori. Hasil belajar dari kemampuan penerapan ini tingkatanya lebih tinggi dari

pemhaman. Contoh kata kerja:

menerapkan, menggunakan, memilih,

menentukan, mendemonstrasikan,

mendre-matisasi, mengajukan permohonan,

menafsirkan, mempraktikan, menjadwal-kan, mensketsan, mencari jawaban dan menulis.

(58)

67 (iv) Analisis, merupakan kemampuan untuk menguraikan materi dalam bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih

terstruktur dan mudah dimengerti.

Kemampuan menganalisis termasuk

mengidentifikasi bagian-bagian, mengana-lisis kaitan antar bagian, serta mengenali

atau mengemukakan organiasi dan

hubungan antar bagian tersebut. Hasil belajar analisis merupakan tingkatan kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan mamahami dan menerapkan, karena untuk

memiliki kemampuan menganalisis,

seseorang harus mampu memahami

isi/substansi sekaligus struktur

organisasinya. Contoh kata kerja:

membedakan, membandingkan, mengolah,

menganalisis, memberi harga/nilai,

mengategorikan, mengontraskan, men-deversifikasikan, mengkritik, mengung-gulkan, melakukan pengujian, melakukan

percobaan, mempertanyakan dan

mengetes.

(v) Sintesis, merupakan kemampuan untuk

mengumpulkan bagian bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Kemampuan ini meliputi memproduksi bentuk komunikasi yang unik dari segi tema dan cara mengkomunikasikanya, mengajukan proposal penelitian, membuat model atau pola yang mencerminkan

(59)

68 struktur yang utuh dan menyeluruh dari keterkaitan pengertian atau informasi abstrak. Hasil belajar sintesis menekankan

pada perilaku kreatif dengan

mengutamakan perumusan pola atau struktur yang baru dan unik. Contoh kata kerja: menyiapkan, menyusun, mengoleksi,

menulis, mengubah, mengkonstruksi,

merancang, menciptakan, mendesain,

merumuskan, membangun, mengelola, mengorganisasikan, merencanakan, meng-ajukan proposal, membentuk, membuat pola atau model dan menulis.

(vi) Penilaian, merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai atau materi (pernyataan, novel, puisi, laporan penelitian) untuk tujuan tertentu. Penilaian

didasari dengan kriteria yang

terdefinisikan. Kriteria terdefinisi ini

mencakup kriterai internal (organisasi) atau kriteria eksternal (terkait dengan tujuan) yang telah ditentukan. Peserta didik dapat

menentukan kriteria sendiri atau

memperoleh kriteria dari narasumber. Hasil belajar penilaian merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi tentang

unsur-unsur dari semua kategori,

termasuk kesadaran untuk melakukan pengujian yang sarat akan nilai dan kejelasan kriteria. Contoh kata kerja:

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Informasi adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah memiliki 8 komponen yaitu identitas, indikator, tujuan pembelajaran, materi rencana kegiatan guru yang berupa skenario

dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang

Rukmana & Suryana (2009) lebih lanjut menjelaskan bahwa secara garis besar kegiatan guru dalam manajemen kelas ada dua yaitu kegiatan pengaturan kondisi

Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan pembelajaran PKn. Melalui kegiatan evaluasi pembelajaran guru tidak hanya dituntut melakukan

Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pengendali utama. Dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan berbagai metode

Keberhasilan proses pembelajaran tentunya tidak lepas dari guru sebagai salah satu sumber belajar. Peran guru sebagai sumber belajar sangatlah penting dimana

Power merupakan salah satu komponen fisik yang memiliki peran penting bagi setiap cabang olahraga terutama yang memerlukan daya ledak otot yang tinggi. 41) “Power