• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam BNSP (2006:161) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan suatu penemuan. Sedangkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Fowler dalam Trianto (2010:136) adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.

Ilmu Pengetahuan Alam menurut Wahyana dalam Trianto (2010:136) adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Dalam hal ini antara kumpulan fakta yang ada, metode ilmiah dan sikap ilmiah saling berkesinambungan.

Oleh karena itu IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan alam sekitar. Dalam kegiatan mencari tahu tentang alam tersebut dilakukan secara sistematis dengan tindakan yang berusaha mencari tahu apa yang ada, baik sebuah pengetahuan yang harus dipelajari, sebuah fakta yang harus dibuktikan kebenarannya maupun berupa prinsip atau konsep yang perlu diaplikasikan dalam pemahaman tentang alam hingga menghasilkan sebuah penemuan yang berarti dan berguna. Dalam pembelajaran tentang alam tersebut perlu dilakukan pengamatan yang seksama guna menghasilkan suatu penemuan yang berarti tersebut. Pengamatan yang dilakukan terhadap alam dapat bermula dari pengamatan tentang suatu gejala alam yang terjadi. Bisa dari suatu gejala alam yang sederhana yang sering kita lihat ataupun yang saat ini sedang terjadi di

(2)

7

sekitar kita. Gejala alam yang terjadi tersebut bisa disebut fakta. Fakta yang saling berhubungan menimbulkan pertanyaan dan keinginan dari seseorang untuk mencari dan menemukan jawaban atas sebab adanya fakta tersebut. Usaha untuk mencari tahu jawaban tersebut dikenal dengan sikap ilmiah yang dilakukan dengan dasar keilmuan dan menggunakan metode keilmuan pula. Dalam proses berjalannya antara metode dan sikap ilmiah tersebut berkesinambungan dan saling mendukung untuk menuju jawaban atas pertanyaan sebelumnya bahkan dapat menghasilkan sebuah penemuan yang berguna. Jadi IPA merupakan kegiatan mencari tahu tentang alam, baik berupa fakta, konsep atupun prinsip sampai pada kegiatan menemukan yang dilakukan secara sistematis.

2.1.2 Pembelajaran IPA di SD

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA dalam BNSP (2006:161) menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana(BSNP, 2006:161).

Hamdani(2010:47) berpendapat bahwa ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa.

4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

(3)

8

5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik, maupun psikologi.

7) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa. 8) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.

Trianto (2010:142) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana tercantum dalam taksonomi bloom bahwa:

“diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya.Di samping itu, pembelajaran IPA diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi.”

Oleh karena itu pembelajaran IPA yang diberlakukan pada dunia pendidikan SD ditekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswanya.Hal tersebut sesuai dengan karakter siswa SD yang belajar secara kongkrit dan langsung. Pembelajaran secara langsung diharapkan dapat membantu mengembangkan kemampuan yang dimilki oleh siswa dalam mencari tahu informasi tentang alam melalui usaha siswa untuk menjelajahi dan memahami alam disekitar mereka yang bisa dilakukan secara ilmiah.Pembelajaran IPA di SD dilaksanakan dengan cara inkuiri ilmiah yaitu melalui kemampuan berpikir siswa untuk menemukan, mereka akan berusaha memaksimalkan kemampuan berpikirnya untuk menemukan jawaban atas permasalahan ilmiah yang terjadi sehingga kemampuan berpikirnya berkembang. Bahkan mereka akan bekerja dalam sebuah tindakan mencari tahu jawaban permasalahan dengan sikap keilmuan sebagai wujud pengembangan kecakapan dan keterampilnya dalam hidup. Pembelajaran yang terjadi merupakan kegiatan belajar yang saling berhubungan antara Sains yang terjadi di lingkungan tempat siswa berada yang didukung dengan perkembangan teknologi yang dibuat oleh masyarakat dan berdampak pada masyarakatpula.Pada pelaksanaannya dirancang

(4)

9

dengan pengalaman belajar langsung yang menerapkan konsep-konsep IPA dan mengembangkan sikap bekerja secara ilmiah.

Kegiatan pembelajaran memiliki ciri adanya perencanaan sebelumnya yang dalam pelaksanaanya disadari oleh para pelaku pembelajaran yaitu guru dan siswa.Pembelajaran yang terjadi harus mampu menarik perhatian siswa sehingga motivasinya dalam belajar meningkat.Pemilihan bahan belajar yang tepat dapat menimbulkan rasa tertantang dari dalam diri siswa untuk mengetahui lebih jauh tentang bahan pembelajaran tersebut. Pemilihan dan penggunaan alat bantu belajar yang tepat seperti alat peraga yang sesuai dengan bahan belajar dan usia siswa dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa akanmemperhatikan apa yang disampaikan guru.Situasi lingkungan tempat belajar siswa harus benar-benar diperhatikan keamanan dan kenyamanannya. Ketika situasi tempat belajar mereka tidak terganggu, maka kegiatan belajar siswa akan berjalan dengan lancar. Seorang guru juga harus memperhatikan kondisi dari siswanya.Keadaan fisik siswa berpengaruh penting pada penerimaan akan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Ketika seorang siswa dalam kondisi sehat secara fisik, maka ia memiliki kemampuan untuk mendengarkan dan memperhatikan gurunya. Namun jika seorang siswa dalam kondisi kurang sehat fisiknya, tentu ia akan merasa malas untuk memperhatikan dan mendengarkan gurunya. Selain itu kondisi psikologi dari siswa juga berpengaruh pada proses pembelajaran. Siswa yang memiliki beban pikiran atau permasalahan akan sulit menerima materi belajar karena otaknya sudah dipenuhi dengan permasalahan lain. Misalnya saja seorang siswa yang bermasalah akibat kedua orangtuanya berceraiakan berbeda daya tangkapnya dengan siswayang hubungan kedua orangtuanya baik-baik saja. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan suasana psikologi seorang anak dalam keadaan tenang untuk siap belajar.Pembelajaran yang terjadi harus menumbuhkan keaktifan siswasehinggasiswa mampu memaksimalkan kemampuannya baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik.Dalam kegiatan pembelajaran diberlakukan factor sengaja untuk merubah tingkah laku siswa kearah positif.

(5)

10

Pembelajaran IPA yang diharapkan dapat memberikan efek positif berupa pengetahuan bagi siswa yang berawal dari belum tahu menjadi tahu.Pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai modal bagi siswa untuk menghadapi kehidupan sehari-hari, untuk memahami dan mempelajari lebih dalam tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Pembelajaran tersebut juga diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan siswa dalam mempergunakan alat tertentu, mengolah bahan bahkan menciptakan suatu alat. Selain itu diharapkan siswa mampu bersikap secara ilmiah dalam mempelajari IPA yang memungkinkan siswa untuk mampu menanggapi permasalah IPA yang mungkin muncul ataupun sedang terjadi dengan bijaksana.

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Menurut BNSP (2006:162) tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI agar peserta didik memiliki kemampuansebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkankeberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaatdan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanyahubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi danmasyarakat.

4. Mengembangkan keterampilanproses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkanmasalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga danmelestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannyasebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasaruntuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dari tujuan pembelajaran yang diutarakan tersebut, diharapkan siswa dapat memiliki rasa yakin kepada alam yang diciptakan Tuhan sebagai wujud kebesaran Tuhan.Melalui rasa yakin tersebut, siswa juga bisa mengembangkan pengetahuan dan pemahamanannya tentang alam dengan landasan konsep-konsep IPA yang dimengertinya untuk diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dapat menimbulkan rasa penasaran dan keingintahuan siswa tentang alam dan sekitarnya. Kemudian siswa berusaha mencari tahu dan menyelidiki apa yang

(6)

11

membuatnya penasaran yang berhubungan dengan masalah-masalah yang terjadi. Dari kemampuannya memecahkan masalah, siswa dapat meningkatkan rasa kesadarannya untuk mencintai lingkungannya melalui sikap menjaga, memelihara dan melestarikan alam ciptaan Tuhan, bahkan tidak berusaha merusak alam sebagai wujud rasa menghargai suatu ciptaan Tuhan.Pembelajaran yang diharapkan adalah kegiatan pembelajaran yang dimulai dari keadaan belum tahu hingga siswa memperoleh pengetahuan kemudian dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya hingga siswa mampu bersikap untuk menghargai dan memelihara lingkungan sekitarnya dengan cara yang bijaksana.

2.1.3 Model Pembelajaran CTL Metode Inkuiri

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran CTL Metode Inkuiri

Nurhadi dalam Rusman (2010:189) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sedangkan menurut Rusman (2010:193) model pembelajaran ini memiliki tujuh prinsip yang dapat dikembangkan yaitu: (1) konstruktivisme (contructivism); (2) menemukan (inquiry); (3) bertanya (questioning); (4) masyarakat belajar (learning community); (5) pemodelan (modelling); (6) refleksi (reflection); (7) penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Peneliti memilih prinsip inkuiri karena metode ini membimbing siswa untuk aktif dalam proses kegiatan pembelajaran dalam rangka menemukan informasi melalui hasil mencari tahu oleh siswa itu sendiri.

Menurut Rusman (2010:193) mengemukakan bahwa:

“Prinsip inkuiri merupakan upaya menemukan yang akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran merupakan hasil dan kreativitas siswa sendiri, akan bersifat lebih tahan lama

(7)

12

diingat oleh siswa bila dibandingkan dengan sepenuhnya merupakan pemberian dari guru.”

Menurut Sanjaya (2006:196) metode inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Sedangkan menurut Sagala (2004:34) metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam memecahakan masalah.

Menurut Piaget dalam Mulyasa (2008:108) berpendapat bahwa: “Metode inkuiri adalah metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.”

Sesuai pendapat ahli di atas dapat dikaji bahwa pembelajaran inkuiri adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan makna suatu materi pelajaran dengan proses mencari tahu jawaban dari suatu permasalahan dengan hasil kreatifitas berpikir siswa sehingga mudah untuk diingat dan dipahami oleh siswa. Dalam proses mencari tahu tersebut yang menjadi subyek belajar adalah siswa yang dibelajarkan untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sikap aktif yang ditunjukkan siswa dapat berupa rasa ingin tahunya dengan mengajukan pertanyaan, mencari jawaban atas pertanyaannya, siswa dapat menemukan jawaban pertanyaannya dan siswa dapat menghubungkan penemuan jawaban atas pertanyaannya dengan penemuan yang lainnya. Pembelajaran metode inkuiri ini mengajaksiswa untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang aktif dan kreatif dalam rangka menemukan sendiri tentang suatu fakta, konsep dan prinsip dengan mencari tahu apa yang ada di alam.

(8)

13

2.1.3.2 Komponen Pembelajaran CTL Metode Inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri memiliki 5 komponen seperti yang dikemukakan oleh Garbon (2005:23), yaitu

1. Question : pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembukaan yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena.

2. Student Engangement : dalam metode inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan dalam menciptakan sebuah produk dalam mempelajari suatu konsep.

3. Cooperative interaction : siswa diminta untk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok dan mendiskusikan berbagai gagasan. 4. Performance evaluation : dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa

diminta untuk membuat suatu produksi yang dpaat menggambarkan pengetahuannya yang sedang dipecahkan. Melalui produk ini, guru melakukan evaluasi.

5. Variety of resources : siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar. Misalnya buku teks, website, video, televisi, poster, wawancara dengan ahli dan lain sebagainya.

Komponen-komponen di atas merupakan hal yang penting bagi kegiatan pembelajaran inkuiri.Dalam pembelajaran inkuiri, guru harus mengajukan sebuah pertanyaan sebagai bahan acuan untuk menarik rasa ingin tahu siswa dan sebagai langkah awal adanya suatu permasalahan yang harus dicari jawabannya.Selain itu, siswa harus aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai sikap untuk mencarai tahu tentang jawaban dari maslah tersebut.Setelah itu juga terdapat aktivitas untuk berkelompok dan berdiskusi sebagai wujud berbagi gagasan antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.Kemudian diharapkan ada produk yang dihasilkan dari kegiatan berdiskusi dan berkelompok tersebut sebagai bukti penemuan dan bahan penilaian guru.Dalam mencari jawaban tersebut terdapat sumber belajar yang digunakan bukan hanya alam sekitar tapi bisa menggunakan buku, video dan lain sebagainya.

2.1.3.3 Prinsip-prinsip Model Pembelajaran CTL Metode Inkuiri

Dalam pelaksanaan aplikasi metode inkuiri di dalam kelas, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru supaya penggunaan metode inkuiri dapat terlaksana secra maksimal sesuai perencanaan awal.Menurut Sanjaya

(9)

14

(2006:199) prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru dalam penggunaan metode inkuiri, yaitu:

1. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, metode ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasaai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu.

2. Prinsip interaksi

Pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru sebagai pengatur lingkungan yang mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.

3. Prinsip bertanya

Kemampuan guru dalam bertanya pada pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri sangat diperlukan. Sebab dengan memberikan pertanyaan kepada siswa akan melatih kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan, baik bertanya untik melacak maupun bertanya untuk menguji kemampuan.

4. Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya untuk mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yakni proses mengembangkan seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek.

5. Prinsip keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.Dalam metode inkuiri, tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesisnya dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

Prinsip-prinsip tersebut di atas harus diperhatikan oleh guru dengan seksama demi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru harus mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam aktivitasnya untuk menemukan jawaban dari suatu permasalahan. Bukan hanya sekedar siswa tahu tentang materi pembelajaran tetapi siswa mampu beraktivitas untuk mencari dan menemukan.Prinsip interaksi berperan sebagai penghubung antara siswa dengan

(10)

15

guru ataupun siswa dengan siswa bahkan siswa dengan lingkungan.Kemampuan guru dalam bertanya sangat diperlukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa. Sehingga memicu siswa untuk berpikir mencarai jawaban atas pertanyaan yang diutarakan guru. Diharapkan siswa mampu berpikir untuk mengembangkan otaknya dalam mencarai dan menemukan jawaban. Adanya prinsip keterbukaan sangat penting, karena dalam hal ini siswa bisa mengemukakan apa yang ditemukannya kepada temanya atau guru dan diperlukan pembuktian atas kebenaran dari penemuannya.

2.1.3.4 Langkah –langkah PembelajaranModel Pembelajaran CTL Metode Inkuiri

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inquiri yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007:141).Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:

Tabel 2.1

Tahap Pembelajaran Inkuiri Menurut Eggen dan Kauchak

Fase Perilaku Guru

1.Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa

mengidentifikasikan masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok

2.Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidik.

3.Merancang

percobaan/pengamatan

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. 4.Melakukan percobaan untuk

memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

5.Mengumpulkan dan

menganalisa data

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyajikan hasil

(11)

16

pengolahan data yang terkumpul.

6.Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesipulan.

Sudjana (dalam Trianto, 2007: 142) menyatakan, ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inquiri yaitu:

(1) merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa;

(2) menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis;

(3) mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan;

(4) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi; dan (5) mengaplikasikan kesimpulan.

Dalam pembelajaran inkuiri harus terdapat beberapa tahapan yaitu adanya permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan sebagai modal awal untuk menarik perhatian siswa sehingga siswa menjadi penasaran dan muncul rasa ingin tahu tentang apa jawaban dari pertanyaan tersebut. Dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa, hendaknya guru membimbing siswa untuk memahami permasalahan yang diajukan. Guru harus mampu mengomunikasikan pertanyaan dalam bentuk kalimat yang baik yang dapat dipahami siswa sehingga tidak menimbulkan kebingungan bagi siswa. Pertanyaan tersebut memerlukan jawaban. Jawaban dari pertanyaan tersebut yang dapat memicu siswa untuk berpendapat sebagai jawaban sementara yang belum tentu kebenarannya atau disebut hipotesis. Agar mendapatkan jawaban yang benar atas pertanyaan tersebut, maka perlu diadakan percobaan atau penelitian yang dirancang dengan baik oleh siswa dan guru yang mengandung banyak informasi yang perlu diketahui siswa. Dalam melakukan percobaan atau penelitian perlu mencari informasi baik berupa data ataupun fakta tentang perihal materi yang bersangkutan dengan pertanyaan sebelumnya. Dari percobaan tersebut dihasilkan data yang kemudian akan dianalisis siswa bersama guru untuk mendapatkan kesimpulan jawaban akan permasalahan awal. Setelah didapat kesimpulan dari percobaan, maka akan dapat diketahui jawaban yang sebenarnya yang menjadi pertanyaan pada awal kegiatan belajar.

(12)

17

Berikut ini langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan metode inkuiri berdasarkan standar proses yaitu :

Tabel 2.2

Pembelajaran Inkuiri Sesuai Standart Proses

No Kegiatan

1. Kegiatan Awal  Salam pembuka.  Absensi

 Menanyakan kesiapan belajar pada anak

 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan. 2. Kegiatan Inti

 Eksplorasi

 Guru menyampaikan peta konsep tentang materi yang akan dibelajarkan.

 Guru bertanya jawab dengan siswa berkaitan tentang materi yang akan dibelajarkan sesuai dengan apa yang diketahui siswa.  Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

 Siswa bersama kelompok diberikan kesempatan luas untuk berfikir dan bertindak menurut cara masing – masing dan guru berperan sebagai fasilitator.

 Elaborasi

 Siswa bersama kelompok melakukan penyelidikan untuk

menemukan cara – cara baru penyelesaian masalah yang sedang dibahas. Siswa dapat mengumpulkan data dari permasalahan yang dibahas.

 Secara bersama kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian masalah yang ditemukannya di depan kelas.

 Siswa lain atau kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari presentasi didepan kelas.

 Konfirmasi

 Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja yang dilakukan siswa.

 Guru memberikan konfirmasi perihal kegiatan yang sudah dilakukan siswa.

 Dengan bimbingan guru,

siswamengkomunikasikanpengalamannya dalam melaksanakan tugas kelompok dan melakukan evaluasi kinerja masing – masing kelompok, sebagai refleksi selama mengikuti pembelajaran.  Guru memberikanmotivasi kepada siswa agar lebih berpartisipasi

(13)

18 3. Kegiatan Akhir

 Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran.  Siswa mengerjakan soal evaluasi dari guru.

 Siswa melakukan kegiatan tindak lanjut. 2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Pengertian Belajar

Slameto (2010:2) mengungkapkan pengertian belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Nana Sudjana (2005:2) mengungkapkan, belajar mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan. Yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar-mengajar, dan hasil belajar. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini:

Gambar 2.1

Diagram Hubungan Tiga Unsur Belajar

Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman belajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara pengalaman belajar dengan hasil belajar, dan garis (c) menunjukkan hubungan tujuan instruksional dengan hasil belajar. Dari diagram di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penilaian dinyatakan oleh garis (c), yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar). Sedangkan garis (b)

Tujuan instruksional Pengalaman belajar (proses belajar-mengajar) Hasil belajar a c b

(14)

19

merupakan kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar

Nana Sudjana (2005:3) mengemukakan bahwa:

“Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.Oleh sebab itu dalam penilaian hasil belajar, peranan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.”

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley dalam Nana Sudjana (2005:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.

Gagne dalam Nana Sudjana (2005:22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Sedangkan dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin S. Bloom dalam Suprijono (2009:6) yaitu ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain tersebut adalahsebagaiberikut:

a. RanahKognitif

Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). b. RanahAfektif

Receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

c. RanahPsikomotor

Initiatory, pre-routine, rountinized, keterampilan produktif, teknis, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.

(15)

20

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.Dimana ketiga ranah tersebut menurut Srini M. Iskandar (1996:96) ranah kognitif tetap mendapat penekanan khusus dalam pembelajaran meskipun pakar-pakar pendidikan IPA memasukkan ranah afektif dan psikomotor. Menurut Bloom ada 6 tingkatan intelegensi dalam ranah kognitif yaitu:

1) Pengetahuan tentang fakta-fakta dan psrinsip-prinsip, pemahaman (memahami fakta-fakta dan ide-ide).

2) Menerapkan fakta dan ide pada situasi baru.

3) Analisa (memecahkan/ membagi konsep dalam bagian-bagiannya kemudian melihat hubungannya satu sama lain),

4) Sintesa (mengumpulkan fakta dan ide).

5) Evaluasi (menentukan nilai dari fakta dan ide).

Ranah kognitif meliputi pengetahuan dan pemahaman secara intelektual dimana pengetahuan dan pemahaman ini dapat diukur menggunakan tes tertulis dengan memperhatikan tingkatan intelegensi dalam ranah kognitif seperti yang telah dipaparkan.Sedangkan ranah afektif menurut Bloom dalam Srini M. Iskandar (1996:107) ranah afektif mencakup perasaan, emosi, minat, sikap, nilai, dan apresiasi.Hal ini erat hubungaannya dengan perasaan murid terhadap pelajaran IPA dan bagaimana perasaan mempengaruhi mereka.Cara terbaik untuk menilai sikap dan perasaan (afektif) siswa adalah mengamati secara langsung pada waktu mereka bekerja atau pada waktu mereka bermain dengan sesama murid, dan tidak hanya ketika guru mengajar.

Srini M. Iskandar (1996:109) mengemukakan bahwa dalam ranah psikomotor menekankan keterampilan-keterampilan motorik atau keterampilan menangani benda-benda atau alat-alat pada waktu melakukan kegiatan percobaan IPA.Untuk ranah psikomotor, guru dapat membuat bagan untuk mengklasifikasi tujuan pembelajaran karena guru mempunyai banyak kesempatan untuk mengamati keterampilan siswa dalam menangani alat-alat atau benda-benda percobaan.Untuk penilaian atau asesmen obyektif, spesifik,

(16)

21

dan dapat diamati, guru dapat membuat daftar pengamatan kinerja siswa dan skala penilaiannya.

Hasil belajar merupakan hasil dari pengalaman belajar seseorang yang berupa perubahan tingkah laku meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.Dimana hasil belajar tersebut pada setiap siswa berbeda satu dengan lainnya tergantung kemampuan dan kecakapan masing-masing.

2.1.4.3 Pentingnya Hasil Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar

Dimyati dan Mudjiono (2009:200) mengemukakan tentang pentingnya hasil belajar dalam proses belajar mengajar bahwa:

“Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar. Dari pengertian ini, maka tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran.Dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.”

Dari pendapat tersebut dapat diperhatikan jika hasil belajar merupakan suatu proses untuk menentukan tingkat keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran melalui penilaian ataupun pengukuran hasil belajar yang ditandai dengan skala nilai. Jelas bahwa hasil belajar merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran sebagai pengukuran tingkat keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran. Hasil belajar tercermin dari seluruh aspek kepribadian siswa baik afektif, kognitif dan psikomotorik. Apabila semua aspek tersebut dapat tercapai, maka dapat dikatakan tujuan pembelajaran tercapai. Supaya hasil belajar diketahui, maka perlu diadakan evaluasi terhadap hasil belajar. Setelah itu dapat dilakukan kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Nana Sudjana (2005:2) menjelaskan tentang kegiatan penilaian yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang diperlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar). Sehingga dapat dimengerti jika tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari penilaian hasil belajar.Objek evaluasi adalah tingkah laku siswa yang mengalami perubahan pada

(17)

22

akhir kegiatan pembelajaran.Perubahan perilaku yang dievaluasi bukan hanya pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik.

2.2 Kajian Penelitian

Berpijak dari telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan sebuah penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan. Penelitian oleh Ria Nur Apriani (2012), dalam skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Proses Pembentukan Tanah Karena Pelapukan”, kesimpulan yang dapat ditarik bahwa penerapan Model Pembelajaran CTL meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil analisis siklus pertama menunjukkan peningkatan hasil belajar IPA mencapai 73,36% pada siklus I, pada siklus II meningkat menjadi 88,80% dan pada siklus III meningkat menjadi 90,80%.

Penelitian yang dilakukan oleh Army Maulani Aries (2013) yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran CTL untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”. Pada siklus I minat siswa mencapai 54,17%, pada siklus II mencapai 95,83%. Sedangkan hasil belajar yang dihasilkan untuk mencapai KKM pada siklus I sebanyak 58,33% dan pada siklus II mencapai 91,67%.

Dari kedua hasil penelitian diatas, bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran CTL dapat meningkatkanhasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti juga optimis bahwa pada penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran CTL metode inkuiri juga akan berhasil untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPAdi SDN Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.

2.3 Kerangka Berpikir

Penyebab permasalahan dalam pembelajaran IPA adalah seharusnya siswa belajar dengan cara konkrit dan langsung mengingat anak-anak usia SD

(18)

23

mempunyai kebutuhan untuk belajar dengan cara nyata dan langsung. Meskipun lingkungan belajar untuk pembelajaran IPA ada dan nyata, namun kenyataannya pelaksanaan pembelajaran yang terjadi siswa tidak aktif untuk belajar secra langsung tentang alam sekitarnya. Pembelajaran yang terlaksana hanya sekedar hafalan saja, hanya mendengarkan penjelasan guru secara konvesional. Hal ini membuat siswa kurang tertarik dan bosan dengan pelajaran IPA. Selain itu berdampak pada rendahnya nilai pelajaran IPA siswa kelas 5 SD Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang yang masih banyak di bawah KKM.

Pemecahan masalah dari kejadian tersebut adalah guru harus mampu mencari solusi untuk menjadikan pembelajaran IPA menjadi kegiatan belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Sesuai dengan karakter siswa SD yang belajra secara konkrit dan langsung, maka pembelajaran yang dilaksanakan seharusnya merupakan pembelajaran yang konkrit yang sesuai dengan keadaan lingkungan siswa. Kemudian pembelajaran secara langsung yang berarti siswa mengalami sendiri proses belajar untuk mencari tahu dan mendapat jawaban pemasalahan yang mereka hadapi. Dalam penelitian ini akan digunakan model pembelajran CTL metode inkuiri. Melalui metode ini akan dilaksanakan kegiatan pembelajaran dimana siswa akan bekerja dengan cara mengemukakan hipotesanya dari permasalahan yang ada, kemudian akan mempersiapkan dan merancang percobaan/pengamatan, lalu siswa akan melakukan percobaan/pengamatan, kemudian mengumpulkan dan menganalisis data dan membuat kesimpulan akhir dari apa yang telah mereka peroleh dalam kegiatan pembelajaran.

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL metode Inkuiri pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam pembelajarannya siswa dapat belajar dengan cara mencari dan menemukan jawaban atas suatu permasalahan secara lebih aktif di alam. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran tentang alam dan sekitarnya, tentang cara mencari tahu di alam yang bukan hanya sekedar fakta, konsep dan prinsip tetapi diharapkan dapat menemukan. Demikian pula metode inkuiri merupakan cara belajar dengan mencari tahu jawaban dari suatu permasalahan sehingga siswa dapat menemukan jawabannya.

(19)

24

Dari hasil mencari tahu dan menemukan tersebut, akan terjadi peningkatan hasil belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran yaitu mata pelajaran IPA. Karena metode inkuiri adalah metode inovatif yang mengajak siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Diharapkan siswa dapat mengenang apa yang dipelajarinya dalam kegiatan pembelajaran yang aktif tersebut. Kegiatan pembelajaran yang penuh keaktifan akan membuat siswa lebih mudah mengingat apa yang dipelajarinya. Untuk meningkatkan minat siswa harus diterapkan cara yang tepat dalam proses pembelajaran yaitu melalui metode inkuiri.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan, dapat diajukan hipotesis tindakan yaitu

1. Diduga, penerapan metode pembelajaran CTL metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 semester 2 SD Negeri Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. 2. Diduga, melalui penerapan metode pembelajaran CTL metode inkuiri dapat

meningkatkan hasil belajarsiswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 semester 2 SD Negeri Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang dengan langkah-langkah pengajuan masalah berupa pertanyaan, kemudian siswa mengemukakan hipotesisnya, lalu merancang percobaan, melakukan percobaan untuk mendapatkan informasi, mengumpulkan dan menganalisa dan membuat kesimpulan. Melalui pembelajaran inkuiri tersebut diharapkan siswa akan lebih tertarik dan aktif dalam pembelajaran sehingga dapat memahami materi pelajaran. Siswa dapat lebih memaksimalkan kemampuannya untuk mencari jawaban permasalahan dan menemukan jawabannya juga dapat lebih memahami materi pembelajaran. Diharapkan model pembelajaran CTL metode inkuiri dapat digunakan sebagai usaha perbaikan atau tindakan yang dapat memperbaiki permasalahan hasil belajar siswa yang rendah.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun permasalahan yang akan dibahas pada penelitian tugas akhir ini adalah bagaimana merancang sebuah model sistem pengukuran kinerja bagi klaster industri

tersebut dapat berjalan lancar karena adanya dukungan dari dosen pembimbing, guru pembimbing dan dari siswa. Setelah program terlaksana, berikut hasil analisis dari angket

Perbaikan atau redesain dilakukan pada aspek: task, organisasi kerja dan lingkungan fisik kerja di SKBB, agar tercipta kondisi kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat,

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan turun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan berkenaan dengan

Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk

Mendasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Dengan model pembelajaran Problem Based Learning, pendekatan saintifik, dan diskusi kelompok menggunakan Lembar Tugas Peserta Didik, peserta didik dapat

Kegiatan PPL yang telah dilaksanakan oleh praktikan di SMA Negeri 2 telah memberikan pengalaman, baik suka maupun duka menjadi seorang guru atau tenaga