• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SIST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SIST"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA An.C.K DENGAN DIARE AKUT

DI RSUD SAM RATULANGI TONDANO

Di Susun Oleh :

I Putu Agus Faryastawan, S.Kep (17062001) Kristy Hana Palit, S.Kep (17062002)

Tasya Maria, S.Kep (17062003)

Sampul Natalia Christien, S.Kep (17062004)

Rosalina MahupaleS.Kep (17062005)

Marsella F. Tamangendar, S.Kep (17062006)

CI :

Ns. Olha Turang, S.Kep CT :

Dr. Indriani Yauri, MN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas tuntunan-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Laporan Kelompok dengan Asuhan Keperawatan Sistem Reproduksi pada pasien Intranatal Care di RSUD Sam Ratulangi Tondano dengan baik.

Laporan Kasus dengan Intranatal Care pada Ny. F.T. ini disusun untuk menambah ilmu keperawatan kami selama proses pendidikan Profesi Ners dilaksanakan. Selain itu, laporan kasus ini juga diajukan untuk melengkapi tugas stase Maternitas kami.

(3)

DAFTAR ISI COVER

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang 1.2Tujuan

1.3Manfaat 1.4Identifikasi

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Pendahuluan 2.2 Asuhan Keperawatan Teori

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 3.1 Pengkajian

3.2 Klasifikasi Data 3.3 Analisa Data

3.4 Diagnosa Keperawatan 3.5 Intervensi dan Rasional 3.6 Implementasi dan Evaluasi BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Analisis antara Tinjauan Teori dengan Kasus Kelompok 4.2 Analisis antara Asuhan Keperawatan Teori dengan Asuhan

Keperawatan Kasus. BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

(4)

DIARE AKUT PADA ANAK

A. PENGERTIAN

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Alimul H, 2006).

Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekuwensi defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).

Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari Depkes RI (2005).

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih dari 3 kali (Simatupang, 2004)

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI 1. Anatomi

Menurut Syaifuddin, (2003), susunan pencernaan terdiri dari : a. Mulut

Terdiri dari 2 bagian :

1) Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan pipi.

(5)

Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam di tutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengakat dan depresor anguli oris menekan ujung mulut.

b) Pipi

Di lapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila, otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator.

c) Gigi

2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.

a) Palatum

(6)

b) Lidah

Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu: Radiks Lingua = pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah dan Apek Lingua + ujung lidah. Pada pangkal lidah yang kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting-puting pengecapatau ujung saraf pengecap. Fenukun Lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah, jika tidak digerakkan ke atas nampak selaput lendir.

c) Kelenjar Ludah

Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductus wartoni dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat di bawah tulang rahang atas bagian tengah, kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat di sebelah depan di bawah lidah.

Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah di sebut koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva). Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis yang letaknya dibawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni, duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator). Kelenjar submaksilaris terletak di bawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya duktus watoni bermuara di rongga mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar ludah didasari oleh saraf-saraf tak sadar.

d) Otot Lidah

(7)

b. Faring (tekak)

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esofagus), didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.

c. Esofagus

Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan kolumna vertebralis, dibelakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung kedepan, menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk esofagus ke dalam lambung adalah kardia.

d. Gaster ( Lambung )

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fudus uteri.

e. Intestinum minor ( usus halus )

Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan usus halus terdiri dari :

1) Lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (m.sirkuler) 2) Otot memanjang (m. Longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar). Pergerakan usus halus ada 2, yaitu:

1) Kontraksi pencampur (segmentasi)

Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu.desakan kimus 2) Kontraksi Pendorong

(8)

dinding usus halus.

Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosekalis yang berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus halus. Derajat kontraksi sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks yang berasal dari sekum. Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini di perantarai oleh pleksus mienterikus. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan- pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula, dan lemak. Iritasi yang sangat kuat pada mukosa usus,seperti terjadi pada beberapa infeksi dapat menimbulkan apa yang dinamakan ”peristaltic rusrf” merupakan peristaltik sangat kuat yang berjalan jauh pada usus halus dalam beberapa menit. Intesinum minor terdiri dari :

a) Duodenum ( usus 12 jari )

Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiru. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membuktikan di sebut papila vateri. Pada papila veteri ini bermuara saluran empedu (duktus koledukus ) dan saluran pankreas ( duktus pankreatikus ).

b) Yeyenum dan ileum

(9)

orifisium ileoseikalis, orifisium ini diperkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini. Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampangan melintang vili di lapisi oleh epiel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.

f. Intestinium Mayor ( Usus besar )

Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :

1) Seikum

Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm. 2) Kolon asendens

Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati membengkak ke kiri, lengkungan ini di sebut Fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum.

3) Appendiks ( usus buntu )

Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum.

4) Kolon transversum

Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.

5) Kolon desendens

(10)

bersambung dengan kolon sigmoid. 6) Kolon sigmoid

Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung bawahnya berhubung dengan rectum.

Fungsi kolon: Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2 macam:

1. Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot polos dan longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar menjadi seperti kantong.

2. Pergarakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus besar yang mendorong feses ke arah anus.

g. Rektum dan Anus

Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di antara pelvis, dindingnya di perkuat oleh 3 sfingter:

1) Sfingter Ani Internus 2) Sfingter Levator Ani 3) Sfingter Ani Eksternus

Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass movement. Mekanisme :

1) Kontraksi kolon desenden 2) Kontraksi reflek rectum 3) Kontraksi reflek sigmoid 4) Relaksasi sfingter ani

(11)

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang dikelompokan sebagai berikut:

1. Infeksi

 Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus Cereus, Clostridium perfringens, Staphilococ Usaurfus,Camfylobacter, Aeromonas)  Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)

 Parasit

 Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia, Balantidium Coli, Crypto Sparidium)

 Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis Huminis) 2. Malabsorpsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.

3. Alergi: alergi makanan 4. Keracunan :

 Keracunan bahan-bahan kimia

 Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi : a. Jazad renik, Algae

b. Ikan, Buah-buahan, Sayur-sayuran

5. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids, dll

6. Sebab-sebab lain: faktor lingkungan dan perilaku, psikologi: rasa takut dan cemas

D. KLASIFIKASI

1. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan

2. Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi

(12)

E. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:

1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah 2. Suhu tubuh meninggi/demam

3. Feces encer, berlendir atau berdarah

4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu 5. Anus lecet

6. Muntah sebelum dan sesudah diare 7. Anoreksia

8. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang

9. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.

10.Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer 11.Keram abdominal

12.Mual dan muntah 13.Lemah

14.Pucat

15.Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat. 16.Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

F. PATOFISIOLOGI DAN PATOFLOW

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah: 1. Gangguan osmotic

Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

(13)

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut: 1) Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

3) Hipoglikemia

(14)

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:

- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.

- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5) Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai berikut :

a. Lekosit Feses (Stool Leukocytes)

Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus diperiksa.

b. Volume Feses

Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi lemak.

(15)

Jika berat feses >300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.

d. Lemak Feses

Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.

e. Osmolalitas Feses

Diperlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na, K dan Osmolalitas harus diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah –290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na&K) dimana nilai normalnya <50 mosm. Anion organic yang tidak dapat diukur, metabolit karbohidrat primer (asetat, propionat dan butirat) yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai pendek. Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah biasanya menunjukkan diare sekretori. Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.

f. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses

Untuk menunjukkan adanya Giardia E Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang dideteksi dengan modifikasi noda asam.

g. Pemeriksaan darah

(16)

losing enteropathy akibat inflamasi intestinal. Skrining awal CBC, protrombin time, kalsium dan karotin akan menunjukkan abnormalitas absorbsi. Fe, VitB12, asam folat dan vitamin yang larut dalam lemak (ADK). Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk defak absorbsi lemak pada stadium luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik postmukosa. Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin turun tetapi Fe,folat dan albumin mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan normal jika malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.

h. Tes Laboratorium lainnya

Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome), calcitonin (medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).

i. Diare Factitia

Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya. Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic seperti MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2 PO4.

Pemeriksaan Penunjang Lain 1. Biopsi Usus Halus

Biopsi usus halus diindikasikan pada (a) pasien dengan diare yang tidak dapat dijelaskan atau steatore,(b) anemia defisiensi Fe yang tidak dapat dijelaskan yang mungkin menggambarkan absorbsi Fe yang buruk pada celiac spure dan (c) Osteoporosis idiopatik yang menggambarkan defisiensi terisolasi terhadap absorbs kalsium.

2. Enteroskopi Usus Halus

Memerlukan keterampilan khusus yang dapat membantu menidentifikasi lesi pada usus halus.

(17)

Pemeriksaan ini dapat membantu dalam mendeteksi IBD termasuk colitus mikroskopik, melanosis coli dan indikasi penggunaan kronis anthraguinone laksatif.

4. Rangkaian Pemeriksaan Usus Halus

Pemeriksaan yang optimal diperlukan bagi klinisi untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi di abdomen. Radiologis dapat melakukan flouroskopi dalam memeriksa keseluruhan bagian usus halus atau enteroclysis yang dapat menjelaskan dalam 6 jam pemeriksaan dengan interval 30 menit. Tube dimasukkan ke usus halus melewati ligamentum treitz, kemudian diijeksikan suspensi barium melalui tube dan sesudah itu 1-2 liter 0,5% metil selulosa diinjeksikan.

5. Imaging

Penyebab diare dapat secara tepat dan jelas melalui pemeriksaan imaging jika diindikasikan. Klasifikasi pada radiografi plain abdominal dapat mengkonfirmasi pankreatitis kronis. Studi Seri Gastrointestinal aatas atau enterokolosis dapat membantu dalam mengevaluasi Chron’s disease, Limfoma atau sindroma carcinoid. Kolososkopi dapat membantu mengevaluasi IBD. Endoskopi dengan biopsy usus halus berguna dalam mendiagnosa dugaan malabsorbsi akibat penyakit pada mukosa. Endoskopi dengan aspirasi duodenum dan biopsy usus halus berguna pada pasien AIDS, Cryptosporidium, Mccrosporida, Infeksi M Avium Intraseluler. CT Abdpminal dapat menolong dalam mendeteksi pankreatitis kronis atau endokrin pancreas.

6. Beberapa Tes Untuk Malabsorbsi (Daldiyono, 1990 cit Sutadi, 2003) a. Tes Untuk Menilai Abnormalitas Mukosa

1) The d-xylose absorption test

Absorbsi xylose tidak lengkap dimetabolisme di usus halus bagian proksimal, Abnormalitas ini ditandai jika eksresi pada ginjal rendah kurang dari 4 gram urine setelah pemberian 25 gr dosis oral. False positif terjadi pada renal insufisiensi, hipertensi portal dan penggunaan NSAID.

(18)

Hidrogen dihasilkan dari fermentasi bakteri dari karbohidrat, dimana akan meningkat pada pertumbuhan bakteri dan intolerans laktosa. Hidrogen Breath Test akan mencapai pucaknya 2 jam setelah pertumbuhan bakteri dan 3-6 jam pada pasien dengan defisiensi lactase atau insufisiensi pancreas. Membedakan defisiensi lactase dan insufisiensi pancreas, pemberian enzim pancreas akan menurunkan Breath hydrogen.

b. Test Menilai Fungsi Pancreas 1) Schiling Test

Protease pancreas dari ikatan R-protein diperlukan untuk pembelahan B12 sebelum bergabung dengan factor intrinsic dimana pada insufisiensi pancreas berat kan menurunkan absorbsi B12. Label yang digunakan adalah Cobalamin (CO) dengan isotop yang berbeda. CO ini mengikat R protein dan factor intrinsic. Pada insufisiensi pancreas CO tidak diabsorbsi.

2) Test Stimulasi Pankreas

Pankreas dapat distimulasi dengan CCK intravena atau sekretin atau makanan yang mengandung lemak,protein dan karbohidrat. Cairan pancreas diaspirasi melalui kateter dari duodenum sebagai bikarbonat atau enzim pancreas spesifik. Tidak adanya peningkatan bikarbonat atau enzim pancreas setelah distimulasi menunjukkan insufisiensi pancreas.

c. Test Menilai Pertumbuhan Bakreri

Kultur bakteri kuantitatif : Dilakukan intubasi pada duodenum atau jejunum proksimal kemudian diinjeksikan NaCl steril kedalam lumen dan kemudian ddiaspirasi. Terdapatnya >105 bakteri/ml menunjukkan pertumbuhan bakteri.

H. PENATALAKSANAAN Pemberian cairan.

(19)

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.

b. Cairan parenteral.

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.

Jadwal pemberian cairan a) Belum ada dehidrasi

Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar Parenteral dibagi rata dalam 24 jam

b) Dehidrasi ringan

1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

c) Dehidrasi sedang

1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

d) Dehidrasi berat

Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak

Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :

Memberikan asi.

1. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

(20)

3. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.

4. Obat-obatan.

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll)

 Obat anti sekresi.

 Obat anti spasmolitik.  Obat pengeras tinja.  Obat antibiotik. I. KOMPLIKASI

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:

1. Dehidrasi

 Dehidrasi Ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.

 Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.

 Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

2. Renjatan hipovolemik 3. Hipokalemia

4. Hipoglikemia

5. Intoleransi laktosa sekunder

(21)

7. Malnutrisi energi protein

J. DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Ed 12. Jakarta: EGC

Carpenitto.LJ. 2006. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 7. Jakarta: EGC

Markum.AH. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan komunitas 2: Teori & Aplikasi dalam Praktik dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto

Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

(22)

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

DIARE AKUT

Pengkajian Keperawatan

1. Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enterik menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya

2. Keluhan Utama BAB lebih dari 3 x

3. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis). 4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

(23)

7. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.

8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan a. Pertumbuhan

 Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.

 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.

 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah

 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring. b. Perkembangan

 Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud. Fase anal :

Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).

 Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson. Autonomy vs Shame and doundt

Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.

Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :

1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)

2. Meniru membuat garis lurus (GH)

3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK) 4. Melepasa pakaian sendiri (BM)

9. Pemeriksaan Fisik

(24)

 keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.  Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak

umur 1 tahun lebih

 Mata : cekung, kering, sangat cekung

 Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum

 Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

 Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .

 Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

 Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

 Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

10.Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium :

 Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi

 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )

 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumoni

Penatalaksanaan Diare

Rehidrasi

1. Jenis cairan

a. Cara rehidrasi oral

 Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit, pedyalit setiap kali diare.

 Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa) b. Cara parenteral

 Cairan I : RL dan NS

(25)

D5 : RL = 4 : 1 + KCL

D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL

 HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.

2. Jalan pemberian

 Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)

 Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun) 3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :

 Defisit ( derajat dehidrasi)

 Kehilangan sesaat (concurrent less)  Rumatan (maintenance).

4. Jadwal / kecepatan cairan

a) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :

- BB (kg) x 50 cc

- BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls. b) Terapi standar pada anak dengan diare sedang :

- + 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt Terapi

a) obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari

b) obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide

Antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta dietetic

a) Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu

b) Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau semi elemental formula.

Supportif

Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun

DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Ketidakefektifan termoregulasi 2. Resiko Ketidakseimbangan Cairan 3. Defisit Nutrisi

4. Ansietas

5. Gangguan Pola Tidur

Dx. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan kenaikan produksi panas dalam tubuh

(26)

Kriteria Hasil : 1. Peningkatan suhu kulit dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu

2. Berkeringat saat panas

3. Perubahan warna kulit dari sedang menjadi ringan.

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitor tanda-tanda vital dan warna kulit

2. Hentikan aktivitas fisik

3. Tutup pasien dengan selimut, atau pakaian ringan

4. Berikan kompres hangat

5. Longgarkan atau lepaskan pakaian

6. Memonitor suhu tubuh menggunakan alat yang sesuai

7. Instruksikan pasien mengenai tindakan-tindakan untuk mencegah kondisi sakit yang berhubungan dengan panas.

8. Monitor warna kulit dan suhu 9. Fasilitasi istirahat, terapkan

pembatasan aktivitas : jika diperlukan.

10.Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering

11.Kolaborasi dalam berikan antipiretik

1. Untuk mengetahui status termoregulasi

2. Aktivitas fisik yang berlebih dapat meningkatkan keletihan dan pengeluaran energy yang berlebih.

3. Pakaian yang ringan dapat menstabilkan suhu tubuh serta menyerap keringat

4. Untuk menurunkan suhu tubuh pasien dalam batas normal 5. Dengan melonggarkan pakaian

dapat membuat kenyamanan dan produksi panas tidak terakumulasi pada tubuh. 6. Pantauan suhu tubuh untuk

mengetahui kenaikan suhu yang terjadi.

7. Tindakan yang mencegah kondisi panas, seperti kelelahan, aktivitas yang berlebih, dan mudahnya terpapar dengan infeksi dan kuman yang ada dilingkungan. 8. Untuk memantau adanya

gejala dan tanda perubahan pada kulit.

9. Membatasi aktivitas yang berlebih, dan hanya aktivitas yang mampu dilakukan. 10. Mukosa bibir dan hidung yang

kering dapat terjadi pecah-pecah sebagai tanda awal dehidrasi 11. Antipiretik dapat menurunkan

(27)

Dx. Resiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan keseimbangan cairan dapat dipertahankan.

Kriteria Hasil :

1. Intake dan Output seimbang 2. Vital sign dalam batas normal 3. Tidak ada tanda dehidrasi

4. Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab.

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitor vital sign

2. Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien

3. Hitung atau timbang popok dengan baik

4. monitor intake dan output.

5. Monitor status hidrasi

6. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan.

7. Monitor status hidrasi

8. Berikan cairan dengan tepat

9. Berikan diuretic yang diresepkan 10.Dukung pasien dan keluarga

untuk membantu dalam pemberian makan dengan baik. 11.Tawari makanan ringan

12.Anjurkan untuk minum sedikit namun sering

13.Berikan obat antimietik

1. Vital sign merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien 2. Untuk mengetahui kenaikan BB dan keseimbangan cairan yang masuk.

3. Untuk mengetahui hasil dari pengeluaran metabolism tubuh 4. Pemasukan intake yang adekuat

untuk mengetahui kepatenan masuknya cairan dalam tubuh.

5. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda hidrasi.

6. Hasil laboratorium untuk mengetahui masalah yang ada dalam tubuh.

7. Untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda hidrasi

8. Cairan yang tepat untuk mengatasi kurangnya cairan dalam tubuh.

9. Sesuai dengan instruksi dengan dokter.

10.Dukungan dari keluarga dapat membantu dalam pemberian asupan makan.

(28)

dapat membantu dalam pemenuhan cairan

13.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antimietik untuk mengurangi rasa muntah yang dialami pasien

Dx. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan proses penyakit

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan kualitas tidur tidak terganggu

Kriteria Hasil : 1. Tempat tidur yang nyaman

2. suhu ruangan yang nyaman

3. kualitas tidur tidak terganggu

4. jam tidur tidak terganggu

INTERVENSI RASIONAL

1. Tentukan pola tidur/aktivitas pasien

2. Monitor pola tidur, dan catat kondisi fisik, keadaan yang menggangu tidur

3. Sesuaikan lingkungan untuk meningkatkan tidur

4. Monitor makanan sebelum tidur dan intake minuman yang dapat memfasilitasi/menggangu tidur 5. Mulai terapkan langkah-langkah

kenyamanan seperti pijat, pemberian posisi, dan sentuhan afektif.

6. Anjurkan tidur siang untuk memenuhi kebutuhan tidur.

1. Memonitor pola tidur untuk ditentukan intervensi yang tepat 2. Mengkaji status yang menganggu

keadaan tidur dan melakukan intervensi untuk mengatasi pola tidur jika ada

3. Lingkungan yang aman dan tenang membuat siklus tidur lebih efektif

4. Intake makanan/minuman yang berlebihan dapat menganggu tidur klien

5. Posisi nyaman, dan pijat membuat tubuh menjadi lebih rileks

6. Menambah kebutuhan tidur jika pola tidur kurang dari kebutuhan

(29)

7. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai teknik untuk meningkatkan tidur.

intervensi yang menambah kebutuhan tidur pada pasien

Dx. Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunan napsu makan / diare

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan dapat meningkatkan kebutuhan nutrisi

Kriteria hasil:

1. Intake makanan lewat mulut yang tidak adekuat ditingkatkan ke cukup adekuat

2. Intake cairan lewat mulut yang tidak adekuat ditingkatkan ke cukup adekuat

Dx. Ansietas berhubungan dengan kurangnya Pengetahuan Orangtua tentang Penyakit yang diderita Anaknya.

(30)

Kriteria Hasil :

1. Orangtua pasien dapat beristirahat

2. Orangtua pasien berjalan tidak mondar-mandir. 3. Orangtua pasien tidak merasa gelisah

INTERVENSI RASIONAL

1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

2. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang mungkin akan dialami klien selama prosedur dilakukan.

3. Berada disisi orangtua pasien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan.

4. Yakinkan keselamatan dan keamanan pasien.

5. Berikan informasi factual terkait diagnosis, perawatan prognosis. 6. Dorong keluarga untuk

mendampingi klien dengan cara yang tepat.

7. Ciptakan atmosfer rasa aman untuk meningkatkan kepercayaan. 8. Intruksikan pasien untuk

menggunakan teknik relaksasi.

1. Pendekatan yang baik antara klien dapat membangun hubungan saling percaya.

2. Meningkatkan pemahaman dan pemecahan masalah sehingga kecemasan dapat teratasi.

3. Berada disisi orangtua agar rasa aman dapat dirasakan orangtua pasien dan mengurangi kecemasan yang dirasakan.

4. Meyakinkan pasien memungkinkan klien lebih semangat

5. Pemahaman yang baik tentang diagnosa membuat pasien atau keluarga lebih tenang

6. Adanya keluarga membuat pasien lebih nyaman, dan adanya dukungan. 7. Rasa aman memberikan kepercayaan

antara keluarga dan pasien.

(31)

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

I. BIODATA

A. Identitas Klien

Nama/ nama panggilan : An. C.K

Tempat Tanggal Lahir/usia : Tondano, 15 Desember 2014/ 11 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan :

-Agama : Kristen Protestan

Tanggal Masuk : 03 Desember 2017 Jam 04.00 WITA

Tanggal pengkajian : 04 Desember 2017 Jam 11.00 WITA

Diagnose Medik : Diare akut

B. Identitas Orang Tua 1. Ayah

Nama : Tn. P.K

Usia : 31 Tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan/Sumber Penghasilan : Securiti

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Kembuan

2. Ibu

Nama :Ny. J.P

(32)

Pendidikan : SMA Pekerjaan/sumber penghasilan : Honorer

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Kembuan

C. Identitas Saudara Kandung

No Nama usia Hubungan Status

Kesehatan

1 Sheril 6 tahun kakak sehat

II. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit Muntah 4x/hari, BAB cair ± 7x/hari

III. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang Muntah 4x/hari, BAB cair ± 7x/hari

B. Riwayat Kesehatan Lalu ( Khusus unuk anak usia 0-5 tahun) 1. Pre natal care

a. Pemeriksaan kehamilan : ± 5 kali

b. Keluhan selama kehamilan : Ngidam, muntah c. Kenaikan BB selama hanil : 55 kg

d. Imunisasi TT : 2 kali

e. Golongan darah ibu ; O. Golongan darah Ayah O 2. Natal

a. Tempat melahirkan : RS Samratulangi Tondano b. Lama dan jenis persalinan : Spontan

c. Penolong persalinan : Bidan

d. Cara untuk memudahkan persalinan : obat perangsang e. Komplikasi waktu lahir : Robek perineum 3. Post Natal

a. Kondisi Bayi: BB Lahir: 2.700 Gram, PB: 48 cm (Untuk semua usia )

(33)

2. Kecelakaan yang dialami : (-)

3. Dirawat di Rumah Sakit : Tidak Pernah

4. Alergi : Tidak ada riwayat alergi

5. Perkembangan anak disbanding saudara-saudaranya: Sama C. Riwayat Kesehatan Keluarga

6. Penyakit anggota keluarga: alergi (-), asma (-), TBC (-), hipertens (-), penyakit Jantung (-), stroke (-), anemia (-), hemophilia (-), arthritis (-), migraine (-), DM (-), kanker (-), jiwa (-).

7. Genogram

Keterangan :

IV. Riwayat Persalinan N

o

Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi setelah pemberian

1 BCG Anak baru lahir Badan terasa hangat

2 DPT ( I,II,III) Bulan ke-2, 4 dan 6 Tidak ada 3 Polio (I,II,III,IV) Bulan ke-2, 4 dan 6 Tidak ada

4 Campak Bulan ke-9 Tidak ada

5 Hepatitis Anak baru lahir Tidak ada

p

Pasien p

Laki-laki

(34)

V. Riwayat tumbuh kembang a. Pertumbuhan Fisik

a. BB : 7,5 Kg

b. Tinggi Badan: 55 cm

c. Waktu tumbuh gigi: 6 bulan, Tanggal gigi (-) Tahun b. Perkembangan tiap tahap

a. Berguling : 6 bulan

b. Duduk : 8 bulan

c. Merangkak : 8 bulan

d. Berdiri :10 bulan

e. Berjalan : 11 bulan f. Senyum kepada orang lain pertama kali : 10 bulan

g. Bicara pertama kali : 8 bulan

h. Berpakaian tanpa bantuan : 10 bulan VI. Riwayat Nutrisi

a. Pemberian ASI

a. Pertama kali disusui : Waktu lahir

b. Cara pemberian : Setiap kali menangis c. Lama pemberian : 3 bulan

b. Pemberian susu formula

a. Alasan pemberian : Sebagai asupan nutrisi tambahan b. Jumlah pemberian : ± 250-300 ml

c. Cara memberikan : Menggunakan dot c. Pemberian makanan tambahan

a. Pertama kali diberikan usia : 6 bulan

b. Jenis : bubur susu, regal Pola pemberian nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian

0 - 4 bulan 4 - 12 bulan Saat ini

Asi, Bubur susu Susu formula Bubur beras, sayur, regal

0-4 bulan 4-11 bulan 4-11 bulan

VII. Riwayat Psichososial

a. Apakah anak tinggal di : Rumah sendiri b. Lingkungan berada di : Desa

c. Apakah rumah dekat : Sekolah

d. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya (tidak), apakah anak punya ruang bermain (tidak)

e. Hubungan antara anggota keluarga: Harmonis f. Pengasuh anak : orang tua

(35)

a. Kegiatan keagamaan: Beribadah IX. Reaksi Hospitalisasi

1. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawaat inap

1. Mengapa ibu membawa anaknya ke RS? Muntah dan BAB cair 2. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak: ya

3. Bagaimana perasaan orang tua saat ini: cemas, khawatir 4. Apakah orang tua akan selalu berkunjung: ya

5. Siapa yang tinggal dengan anak: ayah, ibu X. Aktivitas Sehari-hari

A. Nutrisi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Selera makan 2. Menu makan 3. Frekuensi makan 4. Makanan yang disukai 5. Makanan pantangan 6. Pembatasan pola makan 7. Cara makan

8. Ritual saat makan

Baik Disuapi oleh ibunya

Berdoa Disuapi oleh ibunya

Berdoa

B. Cairan

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Jenis minuman 2. Frekuensi minum 3. Kebutuhan cairan 4. Cara pemenuhan

Susu SGM

C. Eliminasi (BAB dan BAK)

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Tempat pembuangan 2. Frekuensi (waktu)

3. Konsistensi 4. Kesulitan 5. Obat pencahar

Popok BAB (pagi dan

siang) BAK (2x ganti pampers(±400 ml))

BAB (lembek) Tidak ada Tidak ada

Popok BAB ( ±7x/hari)

BAK (2x ganti pampers (±400))

BAB (Cair) Tidak ada Tidak ada

(36)

kondisi Sebelum sakit Saat sakit 1. Jam tidur

a. Siang b. Malam 2. Pola tidur

a. Kebiasaan sebelum tidur b. Kesulitan tidur

± 3 jam

E. Olah Raga

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Program olah raga 2. Jenis dan frekuensi

3. Kondisi setelah olah raga

F. Personal Hygiene

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Mandi a. Cara b. Frekuensi c. Alat mandi 2. Cuci rambut

a. Frekuensi b. Cara 3. Gunting kuku

a. frekuensi b. cara 4. Gosok Gigi

a. Frekuensi b. cara

Menyirami seluruh tubuh 1 hari 2x mandi Sabun, air, wascom

Tiap hari Keramas dengan

shampoo 2 minggu 1x Dilakukan oleh

G. Aktivitas/ Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Kegiatan sehari-hari 2. Pengaturan jadwal

(37)

3. Penggunaan alat bantu

4. Kesulitan pergerakan tubh

Tidak Tidak

Tidak Tidak

H. Rekreasi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Perasaan saat sekolah 2. Waktu luang 3. Perasaan setelah

rekreasi

4. Waktu senggang keluarga

5. Kegiatran hari libur

Belum sekolah Selalu Senang Sore hari – malam

Tamasya

Belum sekolah Selalu Senang Setiap hari

Istirahat

XI. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaaan umum klien: Lemah B. Tanda-tanda vital

Suhu : 39ºc Nadi : 90x;menit Repirasi :32x/menit Tekanan darah :

-C. Atropometri

1. Tinggi badan : 55 cm 2. Berat badan : 7.500 Gram 3. Lingkar lengan atas : 12 cm 4. Lingkar kepala : 41 cm 5. Lingkar dada : 43 cm 6. Lingkar perut : 44 cm

7. Skin fold :

-D. Sistem Pernapasan

1. Hidung simetris : kanan – kiri

2. Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), tumor (-) 3. Dada

a. Bentuk dada: Normal

(38)

c. Suara nafas: vocal fremitus kanan-kiri, ronchi (-), wheezing (-), stidor (-), rales(-)

E. Sistem Kardio Vaskuler

1. Congjutiva: tidak anemia, bibir pucat/cyanosis (+)

Arteri carotis: kuat, tekanan vena jugularis: tidak meninggi 2. Ukuran jantung: normal, membesar (-), ictus cordis/apex teraba 3. Suara jantung S1 (ya), S2 (ya), bising aorta (-), mur-mur (-), gallop

(-)

4. Capillary refilling Time: > 2 detik F. Sistem pencernaan

1. Sklera : tidak icterus, bibir kering (+), labio skizis (-)

2. Mulut : simetris, palato skiziz (-), jumlah gigi, kemampuan menelan: baik

3. Gaster : kembung (+), gerakan peristaltic 35x/menit 4. Abdomen : hati: teraba(), lien(-), ginjal (-),

5. Anus : adanya kemerahan pada sekitar daerah anus 6. fases: cair sedikit ± 5x warna kuning

G. System Indra 1. Mata

a. Kelopak mata: Normal, bulu mata :Normal, alis: Sedikit b. Lapang pandang: Normal

2. Hidung

c. Penciuman: normal, perih dihidung (-), trauma (-) d. Secret yang mengalami penciuman (-)

3. Telinga

e. Keadaan daun telinga: Normal, kanal auditoris : bersih, serumen (-)

f. Fungsi pendengaran: Normal H. Sistem Muskuloskeletal

1. Kepala: Bentuk Kepala: bulat, gerakan baik tidak ada gangguan 2. Pelvis : Gaya jalan: tegak, gerakan (+)

3. Lutut : Bengkak(-) , kaku (-)

4. Kaki: Bengkak: (-), gerakan(+), kemampuan jalan(+) 5. Tangan : Bengkak(-), gerakan (+)

I. Sistem Integumen

1. Rambut : Warna:hitam

2. Kulit : warna : putih langsat ,bulu(+), kulit: turgor kulit buruk, erupsi(-), tahi lalat(-) , ruam(-)

(39)

J. Sistem Endokrin

1. Kelenjar thyroid: tidak ada pembengkakan

2. Ekskresi urin berlebihan: (-), polydipsi (-), polyphagia(-) 3. Suhu tubuh yang tidak seimbang: keringat berlebihan: (tidak) 4. Riwayat bekas air seni dikeliling semut: (-)

K. Sistem Perkemihan

1. Odema palpebral: (-), moon face: (-), odema anasarca (-) 2. Keadaan kandung kemih: kosong

3. Nocturia: (-), dysuria: (-), kencing batu (-) L. System Reproduksi

1. Wanita

Payudara : putting (+)

Labia mayora dan minora: bersih, secret (-), bau (+) XII. Test Diagnostik

1. Laboratorium :

HEMATOLOGI HASIL NILAI NORMAL

Hemoglobin Eritrosit Leukosit

Laju endap darah Diff. count: Granulosit

Limfosit Monosit Golongan darah Masa pembekuan/CT Masa pendarahan/BT Thrombocyt

PCV Malaria Wildal HBs Ag

Dengue IgG/IgM

11.3 gr% 4.12 juta/mm3

8.100 /mm3

79% (40-75%) 17% (20-25%)

4% (2-8%)

212.000 /mm3

31%

L:13,5-17,5 / P:11,5-16,5 L: 4,4-6,5 / P: 3,8-5,8

4.000 – 10.000 40 – 75 %

20 - 45 % 2 – 8 %

150.000 – 450.000 L:> 45– 52 / P:< 40 –

48%

(40)

3. Oralit 3x1 sachet

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

 Orang tua pasien mengatakan anaknya sudah 4x muntah dalam sehari

 BAB ± 7x dalam sehari, konsistensi BAB cair.

 Orang tua pasien mengatakan cemas dengan kondisi anak yang sedang sakit

 Orang tua pasien mengatakan sebelum sakit anak aktif bermain dengan kakaknya, sejak sakit anak tidak bersemangat.  Orang tua pasien mengatakan

panas anak naik turun.

 Orang tua pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah masuk RS

KU : Lemah Anak tampak pucat

TTV : SB = 390C N=90x/m

R = 32x/m Bibir pucat

Gerakan peristaltik usu >30x/m Orang tua tampak khawatir Hasil Laboratorium :

- HB : 11.3 gr%

- Eritrosit : 4.12 juta/mm3

- Leukosit 8.100 /mm3

- Granulosit 79% (40-75%) - Limfosit 17% (20-25%) - Monosit 4% (2-8%) - Thrombocyt 212.000 /mm3

- PCV 31%

(41)

ANALISA DATA

N

O DATA ETIOLOGI KEPERAWATANMASALAH

1. Ds :

Orang tua pasien mengatakan panas naik turun.

Do :

KU : Lemah TTV : SB=390C

N=90x/m R = 32x/m

Internal (bakteri, virus, parasit, protozoa, cacing

perut)

Masuk saluran cerna

Berkembang biak di usus

Peradangan mukosa usus

Agregasi makrofag & pengeluaran mediator

kimia

Mempengaruhi sel point pada hipotalamus Suhu tubuh meningkat

Hipertermia

2. Ds :

 Orang tua pasien mengatakan anaknya sudah 4x muntah dalam sehari  BAB ± 7x dalam

sehari, konsistensi BAB cair.

Do :

 Bibir pucat

Malabsorbsi (KH, Protein, Lemak)

Makanan tidak diserap

Tekanan osmotik meningkat

Pergeseran air dan

Resiko Ketidakseimbangan

(42)

 Gerakan peristaltik usus > 30x/m  Anak tampak pucat  Hasil Lab :

- HB 11.3 % - Granulosit

79%

- Monosit 4%

elektrolit dalam lumen usus

Peningkatan isi lumen usus

Diare

Peningkatan frekuensi BAB

3 Ds :

 Orang tua pasien mengatakan cemas dengan kondisi anak yang sedang sakit  Orang tua pasien

mengatakan sebelum sakit anak aktif bermain dengan kakaknya, sejak sakit anak tidak

bersemangat  Orang tua pasien

mengatakan sebelumnya tidak pernah masuk RS Do :

 Orang tua tampak khawatir

 Orang tua tampak bertanya-tanya dengan penyakit anaknya

Diare

Pergerakkan usus berlebihan

Ketidaknyamanan abdomen

Ketidaktahuan orang tua

Kurangnya terpapar linformasi

(43)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : An.C.K Ruangan : Anak

Umuu : 11 bulan Kamar : I

N

o Diagnosa Keperawatan

Tanggal Ditemukan

Tanggal

Teratasi Prioritas 1. Hipertermi berhubungan

dengan proses penyakit 5-12-2017 7-12-2017 1

2. Resiko ktidakseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB

5-12-2017 7-12-2017 2

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi

(44)
(45)

No Hari/Tang

Intervensi Rasional Jam Implementasi Evaluasi

1. Selasa dengan proses penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan suhu badan dalam batas normal. Kriteria hasil:

-Peningkatan suhu kulit dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu

-Perubahan warna kulit dari sedang menjadi

2. Tutup pasien dengan

4. Lembabkan

bibir dan

2. Pakaian yang ringan dapat menstabilkan suhu tubuh serta menyerap keringat

3. Untuk menurunkan suhu tubuh pasien dalam batas normal

4. Mukosa bibir dan hidung yang kering dapat terjadi

Dinas

1. Memonitor Tanda-tanda vital dan warna kulit. Hasil:

- SB: 39OC - N: 90 x/m

- R: 32 x/m

2. Menutupi pasien dengan selimut dan pakaian ringan. Hasil:

menganjurkan kepada ibu pasien untuk mengganti selimut yang tipis serta menggantikan pakaian pasien dengan yang meyerap keringat

3. Memberikan kompres

hangat. Hasil: ibu pasien sedang melakukan kompres hangat dengan menggunakan air dan kain dan diletakkan di dahi pasien. Serta

menganjurkan kepada ibu pasien untuk melakukan sendiri kompres hangat disaat suhu tubuh pasien meningkat pasien masih teraba panas

- Masalah belum teratasi

P:

(46)

5. Kolaborasi dalam berikan antipiretik

pecah-pecah sebagai tanda awal dehidrasi

5. Antipiretik dapat menurunkan demam

4. Melembabkan bibir yang kering. Hasil:

menganjurkan kepada orangtua pasien untuk memberikan minum

5. Berkolaborasi dalam memberikan antipiretik. Hasil: dengan proses penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan suhu badan dalam batas normal. Kriteria hasil:

-Peningkatan suhu kulit dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu

-Perubahan

1. Monitor

2. Pakaian yang ringan dapat menstabilkan suhu tubuh serta menyerap keringat

3. Untuk menurunkan suhu tubuh

Dinas

1. Memonitor Tanda-tanda vital dan warna kulit. Hasil:

- SB: 38.5OC - N: 90 x/m

- R: 32 x/m

- Warna kulit kemerahan

2. Menutupi pasien dengan selimut dan pakaian ringan. Hasil: pasien sedang menggunakan selimut yang tipis dan pakaian yang menyerap keringat suhu tubuh pasien menurun sedikit O:

- Warna kulit tampak masih kemerahan

(47)

warna kulit dari sedang menjadi ringan

4. Lembabkan

bibir dan mukosa hidung yang kering

5. Kolaborasi dalam berikanantip iretik

pasien dalam batas normal

4. Mukosa bibir dan hidung yang kering dapat terjadi pecah-pecah sebagai tanda awal dehidrasi

5. Antipiretik dapat menurunkan demam

16.10

3. Memberikan kompres

hangat. Hasil: ibu pasien sedang melakukan kompres hangat dengan menggunakan air dan kain dan diletakkan di dahi pasien. Serta

menganjurkan kepada ibu pasien untuk melakukan sendiri kompres hangat disaat suhu tubuh pasien meningkat

4. Melembabkan bibir yang kering. Hasil:

menganjurkan kepada orangtua pasien untuk tetap memberikan minum

5. Berkolaborasi dalam memberikan antipiretik. Hasil:

(48)

2 Selasa, selama 3x24 jam, kriteria hasil :

-Intake dan Output turgor kulit baik, Intake dan Output cairan

3. Monitor status hidrasi

4. Dukung pasien dan keluarga acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien 2. Pemasukan

intake yang adekuat apakah ada tanda-tanda hidrasi

4. Dukungan dari keluarga

1. Memonitor vital sign.

Hasil : SB : 390C

N : 90x/m R : 32x/m 2. Memonitor intake

dan output. Hasil intake : Air mineral

±150ml/hari, Susu LLM 250-300 ml/ hari

Hasil output : BAB Cair ±7x, BAK (pempers ±200ml),

Muntah : sudah 4x 3. Memonitor status

hidrasi.

Hasil : membrane mukosa kering, turgor kulit buruk. 4. Memotivasi

kepada keluarga pasien untuk

Selasa, 05-12--Turgor kulit kering

-BAB cair ±7x -Muntah : masih 4x A :

Masalah Belum Teratasi

P :

(49)

5. Anjurkan untuk minum sedikit namun sering

6. Kolaborasi untuk berikan obat

antimietik

dalam pemberian asupan makanan

5. Minum sedikit namun sering dapat membantu dalam pemenuhan cairan

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antimietik untuk mengurangi

11.45 memberikan makanan dengan tepat.

Hasil : ibu pasien mengerti dan memberikan makanan dengan tepat, yaitu 1 hari 3x dengan menu bubur dan SGM LLM, Regal. 5. Menganjurkan

(50)

rasa muntah yang dialami pasien.

obat antimietik Hasil : Pemberian Obat selama 3x24 jam, kriteria hasil :

-Intake dan Output seimbang -Vital sign dalam batas normal

1. Monitor tanda-tanda vital

2. Monitor Intake dan Output

3. Monitor status hidrasi

1. Vital sign merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien 2. Pemasukan

intake yang adekuat apakah ada

Dinas

1. Memonitor vital sign.

Hasil : SB 38,50

N : 90x/m R : 32x/m 2. Memonitor intake

dan output. Hasil intake : Air mineral ±100ml, Susu LLM 250-300 ml/hari Hasil output : BAB Cair ±7x, BAK (pempers ±200ml),

Muntah : masih 4x

3. Memonitor status hidrasi.

Hasil : membrane

Selasa,

05-12-Masalah teratasi sebagian

P :

(51)

-Tidak ada tanda dehidrasi -Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab.

4. Dukung pasien dan keluarga

5. Anjurkan untuk minum sedikit namun sering

6. Kolaborasi untuk berikan obat antimietik

tanda-tanda hidrasi 4. Dukungan

dari keluarga sering dapat membantu dalam pemenuhan cairan

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

16.03

16.45

mukosa kering, turgor kulit buruk. 4. Memotivasi

kepada keluarga pasien untuk memberikan makanan dengan baik.

Hasil : ibu pasien mengatakan akan memberikan makan sore pada bayi dengan menu bubur dan air mineral. 5. Menganjurkan

kepada keluarga pasien untuk memberi minum sedikit namun sering.

Hasil : ibu pasien mengerti dan memberikan minum sedikit namun sering.

(52)

obat antimietik untuk mengurangi rasa muntah yang dialami pasien.

6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antimietik

Hasil : Pemberian Obat

Intervensi Rasional Jam Implementasi Evaluasi

3 Selasa/ selama 1x24 jam

diharapkan masalah

1. Lakukan pendekatan yang tenang dan

meyakinkan

1. Pendekatan yang baik

1. Melakukan pendekatan yang tenang dan meyakinkan Hasil : Melakukan pendekatan yang baik pada orangtua pasien dan

(53)

ansietas dapat teratasi dengan kriteria hasil: - Orangtua

pasien dari cemas n keluarga dalam

meyakinkan kepada orangtua bahwa pasien sudah dalam pengobatan

sehingga orangtua pasien tidak perlu merasa cemas. 2. Memberikan

informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis.

Hasil: Memberikan pemahaman kepada orangtua pasien tentang penyakit yang sedang diderita pasien, serta

perawatan yang sedang dilakukan. 3. Mempertimbangkan

kemampuan orangtua pasien dalam mengambil keputusan.

Hasil: Orangtua pasien belum terlalu yakin dalam

(54)

mendamping i pasien dengan cara yang tepat

4. Adanya keluarga dapat membuat pasien lebih merasa nyaman dan lebih tenang

mengambil

keputusan dalam hal pemenuhan nutrisi, orangtua pasien lebih banyak bertanya kepada perawat ruangan 4. Dorong keluarga

untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat.

Hasil: Orangtua pasien selalu

(55)

1. Rabu, 6/12/2 017

Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan suhu badan dalam batas normal. Kriteria hasil:

-Peningkatan suhu kulit dari cukup terganggu

2. Pakaian yang ringan dapat menstabilkan suhu tubuh serta menyerap

1. Memonitor Tanda-tanda vital dan warna kulit. Hasil:

- SB: 37.6OC - N: 86 x/m

- R: 32 x/m

- Warna kulit tampak tidak kemerahan

2. Menutupi pasien dengan selimut dan pakaian ringan. Hasil:

menggantikan pakaian pasien dengan yang menyerap keringat

3. Memberikan kompres

hangat. Hasil: mengatakan

Rabu, 6/12/2017 Jam: 14.00 S:

(56)

tidak terganggu

-Perubahan warna kulit dari sedang menjadi ringan

kompres hangat

4. Kolaborasi dalam berikan antipiretik

suhu tubuh pasien dalam batas normal

4. Antipiretik dapat menurunkan demam

08.05

kepada orangtua pasien untuk memberikan kompres disaat pasien teraba panas

4. Berkolaborasi dalam memberikan antipiretik. Hasil:

Sanmol 3x3/ 4 CTH

- Intervensi 1,2,4 dilanjutkan dengan proses penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan suhu badan dalam batas normal. Kriteria hasil:

-Peningkatan suhu kulit dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu

-Perubahan warna kulit dari sedang menjadi

3. Kolaborasi dalam

2. Pakaian yang ringan dapat menstabilkan suhu tubuh serta menyerap keringat

3. Antipiretik dapat

1. Memonitor Tanda-tanda vital dan warna kulit. Hasil:

- SB: 37OC - N: 86 x/m

- R: 32 x/m

- Warna kulit tampak tidak kemerahan

2. Menutupi pasien dengan selimut dan pakaian ringan. Hasil:

menggantikan pakaian pasien dengan yang menyerap keringat

3. Berkolaborasi dalam memberikan antipiretik. Hasil: suhu tubuh pasien

(57)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dari hasil analisis Urutan Kepentingan Kepuasan Konsumen diketahui bahwa atribut rumah makan yang paling menentukan tingkat kepuasan responden adalah atribut harga,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru kelas rendah di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah Kota Lhokseumawe, Provinsi

Mahasiswa dapat menjelaskan ruang lingkup makhluk hidup dan lingkungan kehidupannya, yang mencakup ruang lingkup biologi dan hubungannya dengan ilmu lain, metode dan kerja

Faktor produski yang digunakan dalam produksi industri simping di.. Kabupaten Purwakarta adalah modal, tenaga kerja, bahan baku,

Jika dari kotak tersebut diambil dua bola sekaligus secara acak, maka peluang terambil dua merah atau dua biru adalah ..... Sebuah kotak berisi 8 kelereng merah dan 4

Keempat, jika kristalisasi teori Coser bahwa tidak selamanya konflik itu berkonotasi negatif, akan tetapi dapat pula berfungsi menghadirkan integrasi pada

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan isolat aktinomisetes dari sampel tanah asal Ternate yang memproduksi senyawa antimikroba, serta mengetahui hubungan kekerabatan

Dalam pengelolaan sumber daya manusia terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan antara lain : analisa pekerjaan, penyusunan perencanaan, pelaksanaan