• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA PT.MULIA GLASS SAFETY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA PT.MULIA GLASS SAFETY"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

1

SKRIPSI

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA

PT.MULIA GLASS SAFETY

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh derajat Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Lingkungan

Disusun Oleh : Teguh Arif Novianto

331310002

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PELITA BANGSA BEKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

6

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ingin mengucapkan puji syukur kepada ALLAH SWT karena atas berkat dan rahmatNya, akhirnya laporan skripsi dengan judul “PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA PT. MULIA GLASS SAFETY” telah selesai,walaupun harus tertunda selama lebih dari 2 tahun.

Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih, kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan laporan skripsi ini. Antara lain

1. Ibu Putri Anggun Sari, S.Pt.,M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Pelita Bangsa

2. Bapak Dodit Ardiatma, S.T.,M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknik

Lingkungan, yang telah banyak membantu saya dan memberi banyak nasehat kepada saya

3. Pak Nur Ilman Ilyas, S.T.,M.M ,selaku dosen pembimbing skripsi terima

kasih untuk waktu dan ilmunya selama membimbing saya

4. Kepada keluarga saya, terima kasih atas doa dan bantuan financial selama

saya studi

5. Kepada rekan-rekan TL angkatan 2013 terutama Dedy sumarno dan Putri ayu,

yang masih terus mensuport dan memotivasi hingga titik terakhir.

Serta terima kasih saya untuk semua orang yang percaya, kalau saya masih bisa finish. Atas segala bantuan doa dan semangatnya terima kasih

Akhir kata saya memohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam penyusunan laporan skripsi ini ada pihak yang dirugikan dan tersakiti. Terima kasih atas waktunya, wassalam mualikum wr wb

Bekasi, januari 2020 Hormat saya,

(7)

7 DAFTAR ISI

JUDUL ……….. i

LEMBAR PENGESAHAN ……….. ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ……… iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ………... iv

KATA PENGANTAR ………..……….v

DAFTAR ISI ……….... vi

DAFTAR GAMBAR ………... viii

ABSTRAK ……… x ABSTRACK ………. xi BAB I PENDAULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1 1.2 Rumusan Masalah ………... .2 1.3 Batasan Masalah ………... 3 1.4 Tujuan ………...………... 3 1.5 Manfaat ...………. 3 1.5.1 Bagi Mahasiswa ………..………. 3 1.5.2 Bagi Fakultas ………..……….. 4 1.5.3 Bagi Perusahaan ……….... 4 1.6 Sistematika Penulisan …...………... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produksi Bersih ..……….….. 6

2.2 Prinsip Produksi Bersih ………..………….. . 7

2.3 Teknik Pelaksanaan ………...……… . 9

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Produksi Bersih ...………….... 11

2.5 Proses Produks kaca ..……….. 24

2.5.1 Bahan baku ………25

(8)

8

2.5.3 Bahan Bakar ………... 27

2.5.4 Proses Pembuatan ……….. .27

2.6 Penerapan Produksi Bersih pada Industri ……….. 28

2.7 Penelitian terdahulu …...……… 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ………..32

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ………..32

3.3 Tahapan Penelitian ………....32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………... 33

3.4.1 Data Primer ……… .34

3.4.2 Data Sekunder ……….... 34

3.5 Bentuk Penelitian …. ……… 34

3.6 Jadwal Penelitian ………....35

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ………...………...36

4.2 Alamat Perusahaan ………. .37

4.3 Pencapaian dan Nilai-nilai Perusahaan ………. 38

4.4 Pembahasan … ………... 39

4.4.1Jenis kaca pengaman ………... 39

4.4.2 Alur proses produksi ……….... 40

4.4.3 Limbah dari proses produksi ……….... 48

4.4.4 Penerapan produksi bersih ……….. 53

4.4.5 Manfaat penerapan produksi bersih ………. 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 60

5.2 Saran . ………. 62

(9)

9 DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : pemetaan PT.MGS dari google maps ……….. 30

Gambar 4.1 :flow proses pembuatan kaca di PT.MGS...……… 37

Gambar 4.2 : Raw Glass yang ada di warehouse ………... 38

Gambar 4.3 : contoh logo yang terdapat di kaca ……….... 39

Gambar 4.4: box kayu untuk packing produk finish good ...………... 40

Gambar 4.5 : pre proses mesin vacuum(Bando)………. 41

Gambar 4.6 : Proses cutting...……….. 41

Gambar 4.7 : contoh logo yang terdapat di kaca ………... 41

Gambar 4.8 : Proses Bending………... 42

Gambar 4.9 : Contoh Packing besi ……….... 43

Gambar 4.10 : Conto Packing kayu ……….. ..43

Gambar 4.11: Tempat penampungan cullet dari line cutting ………. 45

Gambar 4.12: tempat penampungan raw glass khusus warna clear dan Warna green………...45

Gambar 4.13: tempat penampungan raw glass warna dark grey dan yang terkena noda ceramic ink………..45

(10)

10

Gambar 4.15: limbah kayu dari ex. Packing………...….46

Gambar 4.16 : limbah styrofoam Sisa cutting……….….47

Gambar 4.17: contoh pemanfaatan limbah kertas bekas………..48

Gambar 4.18 : pemanfaat limbah sebagai soringan………..48

Gambar 4.19: contoh soringan yang lain……… 49

Gambar 4.20 : proses pembuatan box packing dari limbah kayu……… 49

Gambar 4.21: pemisahan limbah ……… 50

(11)

11 ABSTRAK

Semakin pesatnya perkembangan ekonomi dan pembangunan, sepertinya harus dibayar dengan harga yang mahal. Yaitu Menipisnya cadangan SDA dan

semakin rusaknya lingkungan, pada September 2009 munculah “manila declaration

fo green indrutry” di Filipina. Semenjak saat itu setiap perusahaan berusaha memproduksi tanpa mencemari lingkungan. Dari konsep itulah lahir produksi bersih,

dengan pilar utamanya reuse, reduce,recycle, recovery, dan re-think. Dengan adanya

produksi bersih ini, diharapkan perusahaan yang baru merintis dapat mulai menerapkan produksi bersih juga, karena telah memiliki konsep dan prinsip yang jelas. Hal yang dirasakan dari penerapan produksi ini adalah, lingkungan kerja jadi lebih tertata dan juga tidak ada bahan pencemar lagi. Dampak lain yang dirasakan adalah, biaya produksi yang dapat di tekan karena melakukan konsep 5R tadi. Limbah yang sekiranya masih bermanfaat, dapat di daur ulang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan produksi bersih, pada PT. MULIA GLASS SAFETY, limbah apa saja yang bisa di daur ulang untuk menekan biaya produksi. Metode yang di lakukan adalah observasi, melihat langsung ke lokasi penelitian, mewawancarai para pelaku atau pekerja pada perusahaan. Serta melakukan evaluasi hasil daur ulang limbah produksi. Hasil yang diharapkan dari penerapan produksi bersih adalah, menekan biaya produksi dari pemanfaatan limbah, mencegah kerusakan lingkungan disekitar perusahaan. Dengan penerapan produksi bersih, pengelolaan limbah pada PT.MGS lebih aman untuk lingkungan. Serta menerapkan penghematan terhadap bahan baku, tidak melakukan pemborosan.

(12)

12 ABSTRACK

The rapid economic development and development, it seems to be paid a high price. Namely the depletion of natural resource reserves and the increasingly damaged environment, in September 2009 came the "manila declaration for green indrutry" in the Philippines. Since then every company has tried to produce without polluting the environment. From this concept came clean production, with its main pillars of reuse, reduce, recycle, recovery, and re-think. With this clean production, it is expected that new pioneering companies can start implementing clean production as well, because they already have clear concepts and principles. What is felt from the application of this production is that the work environment becomes more organized and there are no more pollutants. Another impact that is felt is that production costs can be reduced due to the 5R concept. Waste that is still useful can be recycled. The study aims to determine the extent of the application of cleaner production, at PT. MULIA GLASS SAFETY, any waste that can be recycled to reduce production costs. The method used is observation, look directly at the location of the study, interviewing the perpetrators or workers at the company. As well as evaluating the results of recycling waste production. The expected outcome of implementing clean production is, reducing production costs from waste utilization, preventing environmental damage around the company. With the application of cleaner production, waste management at PT.MGS is safer for the environment. As well as applying savings to raw materials, not through waste.

(13)

13 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya perkembangan pada teknologi, maka perkembangan pada industri juga ikut berkembang pesat. Semakin banyak bermunculan kegiatan pengolahan untuk peningkatan perokonomian. Perkembangan dalam bidang perindustrian membawa berbagai dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak berupa positif dan dampak berupa negative.

Dampak positif yang sangat terasa pada kehidupan manusia adalah, semakin mudahnya mencari lapangan pekerjaan, infrastruktur yang semakin berkembang, dan kemajuan dalam bidang transportasi. Tapi dampak positif ini beriringan dengan timbulnya dampak negative, dan dampak negative yang paling terasa saat ini adalah perubahan pada lingkungan.banyak terjadi percemaran akibat perkembangan industry.

PT. MULIAGLASS SAFETY adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi kaca pengaman untuk kendaraan, dan dalam proses produksinya, juga menghasilkan berbagai macam limbah, terutama limbah padat. Walaupun sifat limbah yang dihasilkan tidak bersifat pencemar atau tergolong B3. Tapi tetap saja menjadi masalah yang harus tetap di atasi.

Pembangunan sektor industri diIndonesia telah berjalan sekitar empat puluh lima tahun terhitung sejak lahirnya Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA) tahun 1967 dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tahun 1968. Selama 10 tahun terakhir, industri memberikan kontribusi 25,45-28,96 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dengan kecenderungan meningkat.

(14)

14

Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperkuat pendapatan darisektor non-migas dan pertumbuhan sektor industri didorong hingga mencapai 8,5 persen pada tahun 2014 dan harus terus naik hingga rata-rata sebesar 9,75 persen pada periode 2020-2025.

Di tingkat global, tuntutan agar diterapkannya standar industri yang menitikberatkan pada upaya efisiensi bahan baku, air dan energi, diversifikasi energi, eco-design dan teknologi rendah karbon dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimalisasi limbah semakin tinggi. Untuk mendukung beralihnya sektor industri

Indonesia dari Business as Usual (BAU) menjadi Green Business beberapa langkah

sudah mulai dilakukan. Pada bulan September 2009 bersama 20 negara Asia lainnya,

Indonesia menandatangani Manila Declaration on Green Industry di Filipina. Dalam

deklarasi ini, Indonesia menyatakan tekad untuk menetapkan kebijakan, kerangka peraturan dan kelembagaan yang mendorong pergeseran ke arah industri yang efisien dan rendah karbon atau dikenal dengan istilah industri hijau.

Industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Penerapan industri hijau dilakukan melalui konsep produksi bersih (cleaner production) melalui aplikasi

4R, yaitu Reduce (pengurangan limbah pada sumbernya), Reuse (penggunaan

kembali limbah), dan Recycle (daur ulang limbah), dan Recovery (pemisahan suatu

bahan atau energi dari suatu limbah). Untuk lebih mengefektifkan aplikasi penerapan

produksi bersih, prinsip Rethink (konsep pemikiran pada awal operasional kegiatan)

dapat ditambahkan sehingga menjadi 5R

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa langkah yang dilakukan PT. MULIAGLASS SAFETY dalam penerapan

(15)

15

2. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk mencegah

semakin banyaknya limbah yang dapat merusak lingkungan?

3. Dampak apa saja yang di rasakan perusahaan setelah melakukan pembatasan

proses produksi yang meghasilkan limbah?

1.3 Batasan Masalah

1. Penelitian dilakukan di PT. MGS di fokuskan pada department PPIC, karena

yang bertanggung terhadap pengadaan material, dan bahan sisa dari pembungkus material tersebut.

2. Penelitian hanya mengenai pamanfaatan limbah, dan daur ulang limbah tanpa

menggangu proses produksi yang berjalan.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui langkah apa saja yang telah dilakukan pihak perusahaan dalam

penerapan produksi bersih, untuk menekan banyaknya limbah.

2. Mengetahui tindakan apa saja yang dilakukan oleh pihak perusahaan, untuk

mengurangi kuantitas limbah yang dapat mencemari atau merusak lingkungan disekitar perusahaan.

3. Dampak apa saja yang di rasakan pihak perusahaan, setelah di terapkan

industri bersih pada PT. MULIAGLASS SAFETY.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Mahasiswa

1. Mengetahui berbagai jenis limbah yang ada dan di hasilkan dari proses

produksi terutama industri kaca pengaman kendaraan.

2. Mendapat wawasan baru dalam mengurai meningkatnya limbah hasil

produksi. Dan langkah efektif apa yang dapat di ambil

3. Mendapat kesempatan dalam menyusun laporan skripsi sebagai bagian dari

tugas akhir mahasiswa.

(16)

16

1. Terciptanya hubungan kerjasama dengan perusahaan tempat magang dalam

Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan.

2. Mendapatkan saran agar program magang di tahun berikutnya dapat terjalin

lebih baik.

1.5.3 Bagi Perusahaan

1. Mendapat masukan dalam menjalankan system produksi bersih dari data

observatif yang telah di lakukan.

2. Terjalin kerjasama antara pihak kampus dan perusahaan dalam rangka

pengadan sumber daya manusia yang handal

3. Hasil dari penulisan dapat dijadiakan acuan pihak perusahaan dalam

menentukan standar dalam pelaksanaan produksi bersih di lingkungan perusahaan

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan Laporan , sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah yang dihadapi, tujuan dan kegunakan pemecahan masalah, ruang lingkup pembahasan dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan serta teori-teori yang mendukung dalam pemecahan masalah.

BAB III TINJAUAN PERUSAHAAN

Bab ini berisikan tentang model pemecahan masalah dan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pemecahan masalah.

(17)

17 BAB IV METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang data-data yang diperlukan untuk penelitian, dan

pengolahan data yang dibuat dari hasil pengumpulan data-data yang diambil.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang data umum perusahaan dan data yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang selanjutnya dilakukan pengolahan data dan pembahasan.

BAB VI KESIMPULAN

Bab ini berikan tentang kesimpulan hasil pemecahan masalah yang diperoleh

(18)

18 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Produksi Bersih

Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan (UNEP, 2003). Kementerian Lingkungan Hidup mendefinisikan produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan.

Dari pengertian mengenai produksi bersih maka kata kunci yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan adalah: pencegahan, terpadu, peningkatan efisiensi, minimisasi resiko. Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan - bahan berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan limbah sebelum meninggalkan proses. Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan selama daur hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan.

Adapun keberhasilan penerapan produksi bersih di industri (Purwanto, 2005), jika ditandai dengan :

(19)

19

1. Berkurangnya pemakaian air, sehingga industri memiliki kelebihan

pasokan air,

2. Peningkatan efisiensi energi, sehingga industri memiliki kelebihan daya

dan masih dapat dimanfaatkan,

3. Adanya penanganan limbah industri yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan

baku,

4. Adanya penurunan timbulan limbah cair maupun padat, sehingga kapasitas

instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan incinerator berlebih.

Penerapan ekoefisiensi hampir sama dengan konsep produksi bersih, di mana pengelolaan lingkungan dilakukan ke arah pencegahan pencemaran yang mengurangi terbentuknya limbah, mulai dari pemilihan bahan baku sampai dengan produk yang dihasilkan. Ekoefisiensi bermula dari isu efisiensi ekonomi yang mempunyai manfaat lingkungan, sedangkan produksi bersih bermula dari isu efisiensi lingkungan yang mempunyai manfaat ekonomi. Produksi bersih bertujuan untuk mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan di seluruh tahapan produksi (Sari et al., 2012). Tujuan produksi bersih adalah untuk memenuhi kebutuhan kita akan produk secara berkelanjutan dengan menggunakan bahan yang dapat diperbarui, bahan tidak berbahaya, dan penggunaan energi secara efisien dengan tetap mempertahankan keanekaragaman. Sistem produksi bersih berjalan dengan pengurangan penggunaan bahan, air, dan energi (Kunz et al., 2003).

2.2 Prinsip Produksi Bersih

Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan

pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse,

Recycle, Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003)

(20)

20

1. Elimination (pencegahan)

Adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk.

2. Re-think (berpikir ulang),

Adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi:

- Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk

- Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha

3. Reduce (pengurangan)

Adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan limbah pada sumbernya.

4. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali)

Adalah upaya yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.

5. Recycle (daur ulang)

Adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan fisika, kimia dan biologi.

(21)

21

Adalah upaya mengambil bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia dan biologi.

Tujuh faktor kunci dalam ekoefisiensi atau produksi bersih yang diidentifikasi

oleh World Bussiness Council for Sustainability Development (WBCSD) menurut

KNLH-GTZ, 2007, yaitu:

a. mengurangi jumlah penggunaan bahan

b. mengurangi jumlah penggunaan energy

c. mengurangi pencemaran

d. memperbesar daur ulang bahan

e. memaksimalkan penggunaan sumber daya alam yang dapat

diperbarui

f. memperpanjang umur pakai produk

g. meningkatkan intensitas pelayanan

2.3 Teknik Pelaksanaan

Ada beberapa teknik penerapan indutri bersih adalah.

1. Pengurangan pada sumber

Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah pada sumbernya.

a. Perubahan Produk

Perancangan ulang produk, proses dan jasa yang dihasilkan sehingga akan terjadi perubahan produk. Perubahan ini dapat berupa komperhensif maupun radikal.

b. Perubahan Material

Perubahan material adalah usaha penghilangan atau mengurangi bahan

berbahaya dan beracun yang di gunakan dalam proses produksi

(22)

22

Melakukan pemisahan limbah dari limbah yang berbahaya dan limbah

yang tidak berbahaya. Teknologi ini di pakai untuk mengurangi volume

limbah yang di buang, dan menaikan volume limbah yang dapat di olah

lagi.

d. Penerapan operasi yang baik (Good House Keeping)

Good House Keeping adalah salah satu pilihan mengurangi pada sumber, mencakup tindakan procedural dan administratif yang dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah.

Konsep Good Housekeeping:

i. Rasionalisasi pemakaian masukan bahan baku, air dan energi,

sehingga mengurangi kerugian masukan bahan berbahaya dan karenanya mengurangi biaya operasional.

ii. Mengurangi volume dan atau toksisitas limbah, limbah air, dan emisi

yang berkaitan dengan produksi.

iii. Menggunakan limbah dan atau mendaur ulang masukan primer dan

bahan kemasan secara maksimal.

iv. Memperbaiki kondisi kerja dan keselamatan kerja dalam perusahaan.

v. Mengadakan perbaikan organisasi.

Dengan menerapkan Good Housekeeping maka perusahaan mendapat

berbagai keuntungan selain itu juga dapat mengurangi dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan. Sebagai pedoman untuk mengidentifikasi langkah-langkah apa yang dapat dilaksanakan untuk

menerapkan Good Housekeeping dalam perusahaan maka dapat disusun

dalam bentuk daftar periksa yang mencakup 6 bidang kegiatan yang berkaitan

dengan Good Housekeeping yang meliputi bahan, limbah, penyimpanan dan

penanganan bahan, air dan air limbah, energi, proteksi keselamatan dan kesehatan tempat kerja. Masing-masing daftar periksa membuat serangkaian pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang

(23)

23

mungkin timbul, penyebabnya dan tingkat korektif yang dapat diambil dalam lingkungan perusahaan pada keenam bidang tersebut (Moertinah, 2008).

2. Daur Ulang

Daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai bentuk, di antaranya

a. Dikembalikan lagi keproses semula

b. Bahan baku dijadikan bahan untuk proses produksi lain

c. Dipisahkan untuk diambil lagi bagian yang bermanfaat

d. Diolah lagi sebagai produk sampingan

Daur ulang adalah cara yang sangat efektif, karena sangat menekan biaya produksi. Tapi harus di ingat, dalam proses daur ulang harus benar-benar di perhatikan segala upaya untuk pengurangan limbah, bukan hanya dari segi penekanan biaya produksi saja.

2.4 Faktor – factor yang Mempengaruhi Penerapan Produksi Bersih.

Ada banyak factor yang memasaksa para pengusaha untuk ikut serta dalam penerapan produksi bersih ini, selain adanya peraturan pemerintah tentang limbah buangan, serta tingginya cost production yang di rasakan oleh setiap pengusaha. Sehingga mau tidak mau produksi bersih mulai banyak di minati. Berikut beberapa factor penyebabnya.

1. ISO 14001

Adalah sebuah spesifikasi internasional untuk Sistem manajemen lingkungan, yang membantu perusahaan agar mudah mengidentifikasi, memeprioritaskan, dan mengatru resiko-resiko lingkungansebagai praktek bisnis.

Dengan adanya ISO 14001 ini, sehingga berdampak besar untuk menjaga linkungan, dan para perusahaan di tuntut untuk ikut serta dalam menjaga lingkungan atau area industrinya masing-masing. Setiap perusahaan akan secara sukarela menjaga lingkungan dengan mengurangi limbah yang dapat merusak lingkungan sekitar. ISO 14001 menuntut komitmen perbaikan

(24)

24

yang terus menerus, sehingga mendorong penggunaan bahan mentah yang lebih ramah linkungan dan lebih efisien.

Adapun dampak positif perusahaan yang dengan komitmen menerapkan ISO 14001 ini antara lain.

I. Mengurai biaya

Akan adanya pemenfaatan sampah hasil produksi sehingga akan ada penekanan biaya produksi

II. Reputasi perusahaan

Sertifikat ISO 14001 dapat memeberikan efek yang sangat positif, karena perusahaan yang memiliki sertifikat ini, sudah berhasil menjaga linkungan dari pencemaran. Hal ini juga dapat memberi citra yang positif terhadap klien.

III. Menambah manfaat kompetitif

Memungkinkan untuk menjadikan perusahaan yang ramah lingkungan

IV. Kemudahan berintegrasi

Memungkinkan dapat dengan mudah untuk di gabung dengan setifikat ISO lainnya, seperti ISO 9001 dan OHSAS 18001

Berikut adalah Klausul-Klausul persyaratan dalam ISO 14001. No.1-3 bukan merupakan sebua persyaratan

4.Konteks organisasi

4.1 Memahami organisasi dan konteksnya

Klausa ini membawa persyaratan baru jika dibandingkan dengan versi standar ISO 14001:2004, dimana mensyaratkan organisasi untuk menentukan semua masalah internal dan eksternal yang mungkin relevan dengan pencapaian sasaran dari Sistem Manajemen Lingkungan (SML) itu sendiri. Ini termasuk semua elemen yang akan mempengaruhi tujuan dan hasil di masa depan, termasuk kondisi lingkungan yang terpengaruh oleh aktifitas organisasi.

(25)

25

Organisasi harus menentukan pihak yang berkepentingan yang relevan dengan SML dan identifikasi kebutuhan dan harapan mereka. Termasuk kebutuhan dan harapan yang akan menjadi kewajiban bagi organisasi untuk dipatuhi.

4.3. Menentukan ruang lingkup Sistem Manajemen Lingkungan

Menentukan ruang lingkup SML adalah salah satu tonggak utama dalam implementasi. Lingkupnya harus diperiksa dan ditetapkan dengan

mempertimbangkan masalah internal dan eksternal, pihak yang

berkepentingan dan kebutuhan mereka dan harapan, serta kewajiban kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Pertimbangan tambahan yang diperlukan untuk ruang lingkup SML adalah produk, layanan, dan ukuran organisasi, sifat dan kompleksitas. Ruang lingkup dan pengecualiannya harus disimpan sebagai informasi yang terdokumentasi.

4.4. Sistem Manajemen Lingkungan dan prosesnya

Standar menunjukkan bahwa SML harus dibentuk untuk mencapai hasil dengan menggunakan proses yang berinteraksi dan menggunakan informasi yang ditentukan dalam (4.1) & (4.2) untuk memberikan perbaikan terus-menerus. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja lingkungan organisasi.

(26)

26 Tabel 2.1:Tabel pemakaian material bahan baku beserta penanggulangannya

5. Kepemimpinan

5.1 Kepemimpinan dan komitmen

Organisasi dan manajemen puncak tetap bertanggung jawab atas kinerja lingkungan setiap saat. Kebijakan dan tujuan lingkungan selaras satu sama lain, dan dengan kebijakan strategis dan arah bisnis secara keseluruhan, termasuk integrasi dengan sistem bisnis lain yang berlaku. Sumber daya harus disediakan untuk memastikan SML dapat dioperasikan secara efisien, dan manajemen puncak harus memastikan bahwa orang-orang

no Sumber Material Fungsi proses produk Limbah Dampak Penanggulanan

karet termasuk material returnable, dan wajib digunakan kembali, penggunaan karet sebagai pengganti styrofoam sulit diolah tanah

karet bekas box siap pakai

menjadi bantalan kaca, agar tidak rusak saat proses packing dan delivery bantalan kaca

saat packing karet

10 plastik

9 kaca terbungkus plastik sisa plastik sulit diolah tanah

plastik termasuk material returnable, sehingga digunakan kembali sisa potongan styrofoam merusak tanah karena sulit di olah tanah

di manfaatkan menjadi soringan dan di ganti menjadi material yang lebih aman

kaca finish good sebelum proses pengepackan( pengebokan) terlebi dahulu di cover plastik. pembungkus

kaca

kaca yang di packing pada box besi di beri alas styrofoam agar tidak merusak kaca untuk packing

styrofoam

8 box siap pakai

di olah lai menjadi box, serta di olah menjadi soringan kaca ( penahan tepi kaca) penumpukan

material bekas dan membuat lay out bekas kayu, dan paku box kayu untuk packing kaca yang sudah finish good

di packing menggunakan box kayu, sebelum dikirim untuk packing kayu 7 mencemari lingkungan dan beracun

di olah oleh PPLI

6 panas membentuk kaca

kaca dipanaskan agar dapat dicetak pada mold yang tersedia

hasil kaca hawa panas

membuat kondisi kerja kurang nyaman

pemberian kipas dan pemasanan blower sisa ceramik dan

kaleng bekas pembungkus

pencemaran lingkungan dan beracun

di buang atau di olah oleh ppli 4

tinner pengencer tinta

di gunakan sebagai bahan campuran ceramic(tinta) agar tidak terlalu pekat

5 kaca berlogo kaleng bekas

pvb 3

ceramic ink pemberian logo perusahaan

raw glass yang telah di cutting diberi logo perusahaandan tanggal

kaca dengan logo dua lembar kaca di rekatkan

dengan pvb agar tidak muda di tembus

lapisan kaca laminated sisa potongan pvb sulit diolah

tanah di kembalikan ke produsen perekat kaca di buang ke wtp 1 bahan baku utama produksi kaca setelah dicutting kaca di panaskan aar mendapat lengkungan yang di ingin

kaca mobil serpihan kaca ( cullet)

merusak tanah dan safety karyawan

diolah menjadi kca lembaran kembali Raw glass 2 Air Produksi domestik(MCK) Untuk cleanning kacasebelum di print dan di pasan pvb kaca bersih air yang mengandung serpihan kaca tidak berdampak pada lingkungan

(27)

27

yang bertanggung jawab dalam SML memiliki dukungan, pelatihan, dan panduan yang benar untuk menyelesaikan tugas mereka secara efektif. 5.2 Kebijakan

Kebijakan Lingkungan adalah dokumen tingkat tinggi yang berisi pernyataan tentang arah umum organisasi, dan komitmennya terhadap sistem manajemen lingkungan .

a. Ini memberikan kerangka kerja untuk sasaran atau tujuan

organisasi.

b. Memenuhi faktor kepatuhan dan peraturan jelas merupakan

elemen kunci.

c. Kebijakan harus memberikan komitmen terhadap

perlindungan lingkungan, mencegah terjadinya pencemaran & peningkatan berkelanjutan pada SML dan hasilnya.

Kebijakan Lingkungan harus dipertahankan sebagai informasi yang terdokumentasi, dikomunikasikan dalam organisasi, dan tersedia untuk semua pihak yang berkepentingan.

5.3 Peran, tanggung jawab, dan wewenang organisasi

Tanggung jawab dan wewenang harus didefinisikan dengan tepat dan dikomunikasikan ke semua tingkatan hierarki dalam organisasi.

6. Perencanaan

6.1 Tindakan untuk mengatasi risiko dan peluang Klausul ini mengharuskan organisasi untuk;

a. Memahami berbagai risiko dan peluang yang relevan ke ruang

lingkup organisasi dan menentukan tindakan, tujuan dan rencana untuk mengatasinya

b. Dalam memahami risiko dan peluang itu, gunakan input yang

diidentifikasi organisasi memahami konteksnya sebagaimana disyaratkan dalam klausul 4.1, dan pandangan serta masukan dari pihak yang berkepentingan klausa 4.2

(28)

28

I. Aspek lingkungan

ISO 14001: 2015 meminta organisasi untuk mempertimbangkan, dari perspektif siklus hidup – yang mencakup pengangkutan, pembuangan, dan daur ulang serta produksi – semua aspek lingkungan dari produk, layanan, dan kegiatan yang dianggap berada dalam kendali organisasi. Perubahan yang direncanakan di masa depan menjadi layanan juga harus diperhitungkan, seperti halnya situasi abnormal yang mungkin timbul masuk akal bagi organisasi untuk memprediksi – misalnya, jika Anda akan meluncurkan produk baru itu

membutuhkan bahan kemasan baru yang radikal. Sekali lagi, organisasi perlu mempertahankan dokumentasi informasi tentang klausa ini dan unsur-unsurnya, dan komunikasi ke tingkat yang sesuai dengan efektif frekuensi perlu direncanakan dan dilakukan.

II. Kewajiban kepatuhan

Organisasi harus memutuskan kewajiban apa yang terkait dengan aspek lingkungannya dan cara terbaik mengaksesnya, memutuskan bagaimana mereka berlaku untuk organisasi, dan mempertimbangkannya kapan membangun, mengoperasikan, dan memberikan peningkatan berkelanjutan melalui SML. Bukti terdokumentasi

III. Tindakan perencanaan

Dalam klausul ini, standar menyatakan bahwa organisasi harus merencanakan untuk mengambil tindakan untuk mengatasinya aspek lingkungan, risiko dan peluang, dan kewajiban kepatuhan, yang semuanya kita miliki dibahas di atas. Ini juga perlu diimplementasikan ke dalam SML organisasi dan terkait proses bisnis. Tugas mengevaluasi keefektifan tindakan-tindakan ini juga harus dipertimbangkan, dengan pertimbangan teknologi, keuangan, dan operasional semuanya diperhitungkan.

(29)

29

Manajemen tingkat atas harus menetapkan sasaran lingkungan untuk fungsi dan tingkat yang relevan. Sasaran lingkungan harus konsisten terhadap kebijakan lingkungan, dapat diukur, dipantau dan dikomunikasikan. Organisasi wajib untuk membuat perencanaan bagaimana untuk mencapai sasaran lingkungan.

7.Dukungan 7.1 Sumberdaya

Standar ini mengharuskan organisasi untuk menentukan dan menyediakan sumber daya untuk menetapkan, implementasi, pemeliharaan, dan peningkatan berkelanjutan dari SML, dengan mempertimbangkan kemampuan dan kendala sumber daya internal yang ada dan kebutuhan untuk mendapatkan sumber daya tambahan dari penyedia eksternal.

7.2 Kompetensi

Organisasi perlu menentukan kompetensi yang diperlukan dari karyawannya, dan memastikan hal itu karyawan kompeten berdasarkan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang tepat. Ini berarti bahwa organisasi perlu memiliki proses untuk menentukan kompetensi dan pencapaian yang diperlukan melalui pelatihan dan atau cara lainnya.

7.3 Kepedulian

Kesadaran terkait erat dengan kompetensi dalam standar. Karyawan harus diberi tahu tentang Kebijakan Lingkungan dan isinya, setiap dampak untuk saat ini dan di masa depan yang dapat memengaruhi tugas mereka, apa tugas setiap orang untuk meningkatkan kinerja organisasi. Serta apa implikasinya jika sasaran tidak tercapai.

7.4 Komunikasi

Proses untuk komunikasi internal dan eksternal perlu ditetapkan dalam SML. Kunci elemen yang perlu diputuskan dan ditindaklanjuti adalah apa yang perlu dikomunikasikan, kapan perlu dikomunikasikan, bagaimana

(30)

30

hal itu harus dilakukan, siapa yang perlu menerima komunikasi, dan siapa yang akan menyampaikan.

7.5 Informasi yang terdokumentasi

Dokumentasi SML terdiri tidak hanya dari dokumen dan catatan yang disyaratkan secara eksplisit oleh standar, tetapi juga dokumen dan catatan yang menurut organisasi diperlukan untuk melaksanakan kegiatannya dan proses. Jumlah dan besaran dokumentasi dipengaruhi oleh banyak faktor: itu akan tergantung pada ukurannya organisasi dan kompleksitas proses, produk, dan layanannya; peraturan & perundangan yang wajib dipatuhi; dan oleh kompetensi karyawan. Standar ini mensyaratkan bahwa informasi yang terdokumentasi yang dibuat atau diperbarui dalam ruang lingkup SML harus diidentifikasi dan dijelaskan dengan benar, juga mempertimbangkan presentasi kontennya, dan media yang digunakan. Semua informasi yang terdokumentasi harus masuk dalam prosedur peninjauan dan persetujuan yang tepat untuk memastikannya sesuai untuk itu tujuan yang dimaksud. Untuk kontrol yang tepat terhadap informasi yang terdokumentasi, organisasi harus mempertimbangkan penyediaan proses mengenai distribusi, retensi, akses, penggunaan, pengambilan, pelestarian dan penyimpanan, kontrol, dan disposisi informasi tersebut. Juga harus dicatat bahwa harus ada kontrol untuk mencegah penggunaan informasi usang yang tidak disengaja.

8.Operasi

8.1 Perencanaan dan kontrol operasional

Organisasi harus menetapkan, menerapkan, mengendalikan dan memelihara proses yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan sistem manajemen lingkungan, dan untuk mengimplementasikan tindakan yang diidentifikasi dalam 6.1 dan 6.2, dengan:

a. menetapkan kriteria operasi untuk proses;

(31)

31

CATATAN Kontrol dapat mencakup kontrol dan prosedur teknik. Kontrol dapat diterapkan mengikuti hierarki (mis. Eliminasi, substitusi, administrasi) dan dapat digunakan secara individual atau dalam kombinasi.

Organisasi harus mengendalikan perubahan yang direncanakan dan meninjau konsekuensi dari perubahan yang tidak disengaja, mengambil tindakan untuk mengurangi dampak buruk, sebagaimana diperlukan.

Organisasi harus memastikan bahwa proses outsourcing dikendalikan atau dipengaruhi. Jenis dan tingkat kontrol atau pengaruh yang akan diterapkan pada proses harus didefinisikan dalam sistem manajemen lingkungan.

Konsisten dengan perspektif siklus hidup.

a) menetapkan kontrol, sebagaimana diperlukan, untuk memastikan

bahwa persyaratan lingkungannya ditangani dalam proses desain dan

pengembangan untuk produk atau layanan, dengan

mempertimbangkan setiap tahap siklus kehidupan;

b) menentukan persyaratan lingkungannya untuk pengadaan produk dan

layanan, yang sesuai;

c) mengomunikasikan persyaratan lingkungan yang relevan kepada

penyedia eksternal, termasuk kontraktor;

d) mempertimbangkan kebutuhan untuk memberikan informasi tentang

potensi dampak lingkungan yang signifikan terkait dengan transportasi atau pengiriman, penggunaan, perawatan akhir hayat dan pembuangan akhir produk dan layanannya.

Organisasi harus memelihara informasi yang terdokumentasi sejauh yang diperlukan untuk memiliki keyakinan bahwa proses telah dilakukan sesuai rencana.

(32)

32

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara proses yang diperlukan untuk mempersiapkan dan menanggapi potensi situasi darurat yang diidentifikasi.

Organisasi harus:

a) bersiap untuk merespons dengan merencanakan tindakan untuk

mencegah atau mengurangi dampak lingkungan yang merugikan dari situasi darurat;

b) menanggapi situasi darurat aktual;

c) mengambil tindakan untuk mencegah atau mengurangi konsekuensi

dari situasi darurat, sesuai dengan besarnya darurat dan potensi dampak lingkungan;

d) secara berkala menguji tindakan respons yang direncanakan, jika

memungkinkan;

e) secara berkala meninjau dan merevisi proses dan tindakan respons

yang direncanakan, khususnya setelah terjadinya situasi atau tes darurat;

f) memberikan informasi dan pelatihan yang relevan terkait dengan

kesiapsiagaan dan tanggap darurat, yang sesuai, kepada pihak yang berkepentingan yang relevan, termasuk orang yang bekerja di bawah kendalinya.

Organisasi harus memelihara informasi yang terdokumentasi sejauh yang diperlukan untuk memiliki keyakinan bahwa proses dilaksanakan sesuai rencana.

9.Evaluasi kinerja

9.1 Pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi Organisasi harus menentukan:

a) apa yang perlu dipantau dan diukur;

b) metode untuk pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi,

(33)

33

c) kriteria yang dengannya organisasi akan mengevaluasi kinerja

lingkungannya, dan indikator yang sesuai;

d) kapan pemantauan dan pengukuran harus dilakukan;

e) ketika hasil dari pemantauan dan pengukuran harus dianalisis dan

dievaluasi.

Organisasi harus memastikan bahwa peralatan pemantauan dan pemantauan yang dikalibrasi atau diverifikasi digunakan dan dipelihara, sebagaimana diperlukan.

Organisasi harus mengevaluasi kinerja lingkungannya dan efektivitas sistem manajemen lingkungan.

Organisasi harus mengkomunikasikan informasi kinerja

lingkungan yang relevan baik secara internal maupun eksternal, sebagaimana diidentifikasi dalam proses komunikasinya dan sebagaimana diharuskan oleh kewajiban kepatuhannya.

Organisasi harus menyimpan informasi terdokumentasi yang sesuai sebagai bukti

9.2 Audit internal

Tujuan audit internal bukan untuk menentukan ketidaksesuaian; tujuannya adalah untuk memeriksa apakah SML suatu organisasi :

a) mematuhi persyaratan ISO 14001 dan persyaratan organisasi

b) diimplementasikan dan dipelihara secara efektif

Di akhir audit, organisasi akan mendapatkan hasil audit dengan mengevaluasi data yang dikumpulkan selama audit. Hasil audit dapat dimanifestasikan sebagai: pujian, rekomendasi untuk perbaikan, dan ketidaksesuaian (Mayor dan minor). Verifikasi tindakan yang diambil mungkin diperlukan, dan dalam hal ini, langkah selanjutnya adalah audit tindak lanjut.

(34)

34

Setidaknya setahun sekali, manajemen tingkat atas harus meninjau SML untuk menentukan:

a. Kesesuaian – apakah ini memenuhi tujuannya dan memenuhi

kebutuhan organisasi?

b. Kecukupan – apakah SML sesuai dengan persyaratan standar?

c. Penerapan – apakah kegiatan dilakukan sesuai prosedur?

d. Efektivitas – apakah ini mencapai hasil yang direncanakan?

Tinjauan ini harus mengevaluasi kemungkinan untuk peningkatan dan kebutuhan untuk mengubah SML, kebijakan lingkungan, dan sasaran lingkungan. Mempertimbangkan input untuk tinjauan manajemen, seperti hasil sebelumnya tinjauan manajemen, perubahan dalam konteks, hasil survei kepuasan pelanggan, kinerja SML dan pemasok, dll., Manajemen puncak harus membuat keputusan tentang peluang untuk peningkatan, kebutuhan untuk perubahan dalam SML, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk periode mendatang.

10. Perbaikan 10.1 Umum

Berdasarkan hasil tinjauan manajemen, organisasi harus membuat keputusan dan mengambil tindakan yang akan mendorongnya menuju perbaikan berkelanjutan. Tindakan itu bisa dalam bentuk tindakan korektif, pelatihan, reorganisasi, inovasi, dan sebagainya.

10.2 Ketidaksesuaian dan tindakan korektif

Segala ketidaksesuaian perlu ditanggapi dengan mengambil tindakan untuk mengendalikannya dan menghadapinya konsekuensi. Setelah diidentifikasi, ketidaksesuaian harus memicu tindakan korektif untuk

menghapus penyebab ketidaksesuaian dan mencegah terulangnya.

Efektivitas tindakan yang diambil harus dievaluasi dan didokumentasikan, bersama dengan yang awalnya dilaporkan informasi tentang ketidaksesuaian / tindakan korektif dan hasil yang dicapai.

(35)

35

10.3 Peningkatan berkelanjutan

Peningkatan berkelanjutan adalah aspek kunci dari SML, untuk mencapai dan mempertahankan Manajemen Lingkungan Kesesuaian, kecukupan, dan keefektifan sistem mengenai tujuan organisasi

2. Peningkatan cost produksi

Seiring dengan makin majunya perkembangan teknologi, permintaan hasil produksi pun ikut meningkat tajam. Hal ini menyebabkan peningkatan juga terhadap biaya produksi. Tingginya cost produksi akan berdampak terhadap kecilnya keuntungan yang di peroleh oleh perusahaan.

Untuk menekan pengeluaran biaya produksi perusahaan menerapkan beberapa langkah yang dapat di terapka.

I. Penggantian bahan baku

Langkah ini di ambil untuk mendapatkan bahan baku yang lebih efektif dan efesien. Bahan baku yang lebih sedikit menghasilkan wash atau sampah, sehingga sampah lebih sedikit

II. Menerapkan4R

Recycle, Reuse, Reduce,Repair adalah hal yang sering di terpakan pihak perusahaan untuk menekan biaya produksi yang semakin besa. Reduce : mengurangi penggunaan barang yang banyak menghasilakan sampah dan penggunaan energy

Reuse : mengganti barang yang hanya sekali pakai, menjadi barang yang dapat digunakan kembali

Recycle : mendaur ulang barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang baru yang dapat di gunakan kembali.

Repair : memperbaiki barang yang rusak sehingga dapat digunakan kembali dan tanpa di buang

III. Mengadakan perlombaan antar pekerja

Perlombaan yang dimaksud adalah mengadakan perlombaan penekanaan cost produksi atau biasa di sebut GKM (gugus kendali

(36)

36

mutu). Setiap pekerja di pacu untuk mengefektifkan segala sesuatu permasalahan dan kekurangan di tiap bagian agar tercapai hasil yang maksimal.

2.5 Proses Produksi Kaca

Dari segi fisika kaca adalah zat cair lewat dingin yang tegar dan tidak mempunyai titik cair tertentu serta mempunyai viskositas cukup tinggi sehingga tidak megalami kristalisasi. Di pihak lain dari segi kimia, kaca adalah gabungan berbagai oksida anorganik yang tak mudah menguap, yang di hasilkan dari dekomposisisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagia penyusun lainnya sehingga menghasilkan produk yang mengahasilkan struktur atom yang acak. Kaca adalah pruduk yang mengalami vitrifikasi sempurna, atau setidak-tidaknya produk yang mengandung amat sedikit bahan nonvitreo dalam keadaan suspensi.

Kaca banyak sekali di gunakan dalam sifat-fatnya yang khas, yaitu transparan, tahan terhadap serangan kimia, efektif sebagai isolator listrik, dan mampu menahan vacum. Tetapi kaca adalah bahan yang rapuh dan secara khas mempunyai kekuatan kompresi lebih tinggi dari kekuatan tariknya. Dewasa ini ada sekitar 800 macam kaca yang di hasilkan ada yang dengan keunggulan pada satu sifat tertentu, dan ada pula yang lebih mementingkan keseimbangan pada seperangkat sifat tertentu.

Sebagaimana halnya dengan bahan-bahan yang sangat banyak di gunakan dalam peradaban modern, riwayat penemuan kaca tidaklah jelas sama sekali. Salah satu rujukan yang paling tua mengenai bahan ini di buat oleh pliny, yang menceritakan bagaimana pedagang-pedagang Phonesia purba menemukan kaca tatkala memasak makanan. Periuk yang di gunakannya secar tidak sengaja di letakan di atas massa trona di suatu pantai, penyatuan yang terjadi antara pasir dan alkali menarik perhatian dan orang kemudian berusaha menirunya.

(37)

37 Pada tahun 1914, di Belgia di kembangkan proses fourcault yang menarik kaca plat secara kontinyu. Selama 50 tahun berikutnya, para insinyur dan ilmuwan telah berhasil berbagai modifikasi terhadap proses penarikan kaca dengan tujuan untuk memperkecil distorsi optik kaca lembaran (kaca jendela) dan menurunkan biaya pembuatan kaca lembaran gosok dan poles.

Bermacam-macam mesin otomatis di ciptakan pula untuk mempercepat produksi botol, bola lampu dan sebagainya. Akibatnya, industri kaca dewasa ini telah tumbuh menjadi suatu industri yang sangat terspesialisasi.

2.5.1 Bahan Baku

Walupun terdapat ribuan macam formulasi kaca yang di kembangkan dalam 30 tahun terakhir namum perlu di catat bahwa pasir kaca, gamping, silika, dan soda masih merupakan bahan baku dari 90 persen dari seluruh kaca yang di produksi di dunia.

1. Pasir

Pasir yang di gunakan haruslah kuarsa yang hampir murni, oleh karena itu, lokasi pabrik kaca biasanya di tentukan oleh lokasi endapan pasir kaca,kandungan besinya tidak boleh melebihi 0,45 % untuk barang gelas pecah belah atau 0,015 % untuk kaca optik, sebab kandungan besi ini bersifat merusak warna kaca pada umumnya.

2. Soda (Na2O)

Soda terutam di dapat soda abu padat Na2 CO3. sunber lainnya adalah bikarbonat, kerak garam, dan natrium nitrat.yang tersebut terakhir ini sangat berguna untuk mengoksidasi besi dan unutk mempercepat pencairan.

(38)

38 Merupakan 95 % dari semua kaca yang di hasilkan. Kaca ini di gunkan untuk membuat segala macam bejana, kaca lembaran, jendelamobil, atau lain-lain, gelas atau barang pecah belah.

2.5.2 Bahan Tambahan

Sebagai fluks dari silika, di pakai soda abu, kerak garam, batu gamping dan gamping. Di samping itu, banyak pula di pakai oksida timbal, abu mutiara (kalsium karbonat), salpeter, boraks, asam borat, asam trioksida, feldspar, dan fluorspar bersam berbagai oksida, karbonat serta garam-garam logam lain untuk membuata kaca berwarna.

Dalam operasi penyelesaian, banyak pula di pakai berbagai produk lain seperti abrasif dan asam fluorida.

1. Feldspar

Mempunyai rumus umum P2O.Al2O3 6SiO2.feldspsr mempunyai banyak keunggulan di banding produk lain, karena murah, murni dan dapat di lebur dan seluruhnya terdiri dari oksidasi pembentuk kaca

2. Borax

Adalah perawis tambahan yang menambahkan Na2O dan boron oksida kepada kaca. Walaupun jarang di pakai dalam kaca jendela atau kaca lembaran, boraks sekarang banyak di gunkan di dalam berbagai jenis kaca pengemas.

3. Kerak Garam ( salt cake )

Sudah lama digunakan dalm perawis tambahan pada pembuatan kaca, demikian pula beberapa sulfat lain amonium sulfat dan barium sulfat, dan sering di tentukan pada. Kerak garam ini di perkirakan dapat membersihkan buih yang mengganggu pada tanur tangki. Sulfat ini harus di pakai bersama karbon agar tereduksi menjadi sulfit.

(39)

39 Dapat pula di tambahkan untuk menghilangkan gelombang-gelombang dalam kaca.

5. Nitrat

Baik dari natrium maupun kalium di gunkan untuk mengoksidasi besi sehingga tidak terlalu kelihatan pada kaca produk.

6. Kalium Nitrat

Digunakan pada berbagai jenis kaca meja, kaca dekorasi dan kaca optik.

7. Kulet (Cullet)

Adalah kaca hancuran yang di kumpulkan dari barang-barang rusak, pecahan kaca beling dan berbagai kaca limbah. Bahan ini dapat di pakai 10% atau bahkan sampai 80% dari muatan bhan baku.

8. Blok Refraktori

Zirkon, alumina, mulit, mulit alumina sinter dan zirkonia alumina elektrokast banyak di gunakan sebagai refraktor pada tanki kaca.

2.5.3 Bahan Bakar

Pada proses peleburan kaca sarana yang di gunakan adalah api yang sangat panas untuk memanaskan tungku pemanas agar kaca dapat melelbur sesuai dengan suhu yang di inginkan atau tergantung pada jenis bahan yang di kehendaki.

2.5.4 Proses Pembuatan

Urutan proses pembuatan kaca pada umumnya dapt di pecah-pecah menjadi langkah-langkah sebagai berikut :

1. Transportasi bahan baku ke pabrik

(40)

40 3. Penimbunan bahan baku

4. Pengangkutan, penimbangan, dan pencampuran bahn baku, dan pemuatannya ke tanur kaca

5. Reaksi pembentukan kaca di dalm tanur

6. Penghematan kalor melalui regenarasi dan rekuperasi

7. Pembuatan bentuk produk kaca

8. Penyelesaian produk kaca

2.6 Penerapan Produksi Bersih pada Industri

Penerapan produksi bersih di industri dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Adanya faktor pendorong dalam pengelolaan lingkungan khususnya produksi bersih menyebabkan industri lebih memperhatikan aspek lingkungan dengan dasar peningkatan efisiensi proses (Kusumawati, 2011).

Produksi bersih menawarkan pemecahan yang paling baik dalam mereduksi dampak lingkungan dan efisiensi dalam segi ekonomis (reduksi bahan baku, energy, dan utilitas). Dalam aplikasinya produksi bersih dapat dijalankan

secara parallel dengan program GMP, HACCP, dan produksi nir limbah (Fransiska, 2010). Menurut Purwanto, (2005),

penerapan produksi bersih pada industri secara sistematis meliputi 5 (lima) langkah, yaitu :

1. Perencanaan dan Organisasi

Langkah ini memerlukan komitmen dari manajemen untuk melakukan penerapan produksi bersih. Kebanyakan industri kecil tidak mempunyai struktur organisasi, manajemen perusahaan dilakukan oleh pemilik perusahaan secara langsung. Komitmen, visi dan misi perusahaan untuk mengelola lingkungan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan, sehingga karyawan dapat mengetahui dan bekerjasama dengan pemilik untuk melakukan kegiatan industri yang dapat mengurangi potensi timbulnya limbah.

(41)

41

2. Kajian dan Identifikasi Peluang

Langkah ini membuat diagram alir proses sebagai metode untuk memperoleh informasi aliran bahan, energi dan timbulan limbah. Identifikasi peluang penerapan produksi bersih dilakukan dengan peninjauan ke lapangan dengan mengamati setiap proses, kemungkinan peningkatan efisiensi dan pencegahan timbulnya limbah dari sumbernya. Kajian penerapan produksi bersih dilakukan untuk mengevaluasi kinerja lingkungan, efisiensi pemakaian bahan dan timbulan limbah.

3. Analisis Kelayakan

Analisis kelayakan penerapan produksi bersih atau ekoefisiensi meliputi kelayakan lingkungan, teknis dan ekonomi. Kelayakan lingkungan untuk mengetahui apakah penerapan produksi bersih dapat mengurangi timbulnya limbah baik kuantitas maupun kualitas. Kelayakan teknis berhubungan dengan penerapan teknologi dalam proses produksi, sedangkan kelayakan ekonomi dilakukan untuk menghitung investasi, waktu pengembalian modal dan besarnya penghematan dari penerapan produksi bersih. Dalam membuat analisis kelayakan ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu:

a. pertimbangan teknologi diantaranya ketersediaan teknologi yang dimiliki, keterbatasan fasilitas termasuk kesesuaian operasi yang ada, syarat untuk membuat suatu produk, keamanan operator dan pelatihan, potensi terhadap kesehatan dan dampak lingkungan,

b. pertimbangan ekonomi yaitu modal dan biaya operasi, serta pay-back period (Indrasti & Fauzi, 2009).

4. Implementasi

Langkah implementasi ini memerlukan penanggungjawab pelaksana dan sumber daya yang diperlukan dalam penerapan produksi bersih. Sumber daya meliputi dukungan biaya dan kesiapan karyawan untuk memahami bahwa produksi bersih merupakan bagian dari pekerjaan. Indikator kinerja, efisiensi, lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja digunakan untuk mengetahui sejauh mana implementasi produksi bersih.

(42)

42

5. Monitoring dan Evaluasi

Langkah ini melakukan tinjauan secara periodik terhadap pelaksanaan penerapan produksi bersih dan dibandingkan dengan sasaran yang akan dicapai. Evaluasi dilakukan dengan mengumpulkan data sebelum dan sesudah penerapan produksi bersih.

Berdasarkan langkah-langkah penerapan industri bersih diatas maka keberhasilannya dapat ditinjau dari berbagai kriteria. Terutama pada lingkungan sekitar perusahaan yang mengalami perubahan.

Kriteria apa saja yang digunakan sebagai evaluasi keberhasilan penerapan produksi bersih pada sebuah perusahaan, antara lain

a. Bahan

-. Kualitas produk tetap terjaga -. Effesien dalam penggunaan bahan b. Proses

-. Peningkatan effesiensi proses.

-. Adanya kesesuaian antara prosedur operasi dengan kondisi yang ada. c. Tenaga kerja

-. Dalam prosesnya aman untuk tenaga kerja -. Adanya sumber daya manusia

2.7 Penelitian Terdahulu

Berikut adalah beberapa hasil dari penelitian terdahulu, yang berkaiatan dengan penerapan produksi bersih. Yang mana hasil penelitiannya, dapat bermanfaat untuk di terapakan pada penelitian ini. Berikut adala beberapa hasil penelitian terdahulu yang penulis jadikan acuan dalam penelitian ini.

(43)

43 Tabel 2.2 : hasil penelitian terdahulu

NO NAMA /TAHUN

JUDUL

METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

1 dyah Banun (2011) Studi Penerapan Industri Bersih

Untuk Produksi Kerupuk

Metode

quick scanning

terhadap

keseluruan proses tahapan

mengetahui flow proses pembuatan

kerupuk, penerapan produksi bersih

dengan cara penggantian bahan MSG

2 Agustin Elfira (2014) Produksi Bersih Pada Industri

pengolaan logam PT.TIRA

AUSTENITE Bogor

Metode Observasi Langsung Di

Tempat Kerja

Penerapan produksi bersih, dengan di

gantinya bahan bakar dari solar menjadi

as LNG, serta mengolah kembali produk

NG

3 Dwi Nugraha,

Winardi (2006)

Studi Penerapan Industri Bersih

(Pada Perusahaan Pulp And Paper

Serang)

Metode Observasi Langsung Di

Tempat Kerja

Dari Hasil Penerapan Produksi Bersih,

Perusahaan Dapat Menekan Biaya

Produksi Sebesar Rp 646.000.000,00

4 apriyani Melia (2014) Analysis Penerapan Produksi

Bersih Menuju Produksi Nata De

Coco Ramah Lingkungan

Metode Bersifat Deskriptif Kuantitatif Dari Hasil Penerapan Produksi Bersih,

Perusahaan Dapat Menekan Biaya

Produksi Sebesar Rp 55.000.000,00

Serta Menurunkan Timbunan Limbah

Cair Sebesar 919.000 Liter per Tahun

(44)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan Tugas akhir,

PT. MULIAGLASS SAFETY division, Jalan Raya Tegal Gede NO.1 Lemahabang Cikarang – Bekasi 17550, Indonesia

Waktu pelaksanaan Penelitian dua bulan . Waktu pelaksanaan yang diajukan adalah pada Tanggal 02 november – 24 desember 2019.

Gambar 3.1: pemetaan PT. MGS diambil dari google maps

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan pada setiap proses pembuatan kaca pengaman, meliputi proses bagian barang baku, proses awal cutting, sampai pada proses pengemasan, atau packing. Dari pengamatan ini, maka diperoleh indikasi terjadinya pemborosan atau proses produksi yang paling banyak menghasilkan limbah yang dapat merusak lingkungan. Sehingga dapat dicarikan solusi dan penanganan yang effisien.

(45)

45

Langkah - langkah pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan adalah:

1. Studi Pustaka

Mencari materi yang dapat dijadikan dasar teori dalam penelitian ini. 2. Studi Pendahuluan

Pendalaman teori yang akan digunakan sebagai dasar observasi selama masa penelitian, serta mengenali dan menyesuaikan diri dengan kondisi umum perusahaan. 3. Observasi Lapangan

Terjun langsung ke lapangan untuk mengamati penerapan teknologi yang ditinjau dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk analisis dalam penyusunan laporan.

4. Wawancara

Untuk mendukung data hasil observasi maka dibutuhkan pengumpulan data sekunder yang didapat dari wawancara terhadap staff perusahaan di bidang yang terkait dengan topik penelitian

5. Studi Literatur

Menjadi perbandingan untuk proses pengolahan data yang didapat dari wawancara dan obervasi lapangan. Teori pendukung hasil studi literatur akan dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi dan analisis.

6. Evaluasi

Dari hasil observasi, wawancara, dan studi literatur, dapat dilakukan evaluasi terhadap penerapan produksi bersih sebagai focus utama dalam penelitian

7. Analisis dan Diskusi

Hasil evaluasi digunakan untuk menyusun analisis agar dapat dihasilkan saran atau pengajuan usul yang bertujuan menunjang kinerja teknologi yang menjadi focus tinjauan penelitian. Proses pembuatan analisis dibantu dengan diskusi antara pelaksana penelitian dan pembimbing, baik pembimbing lapangan dari perusahaan yang bersangkutan maupun dosen pembimbing dari program studi.

(46)

46

Teknik pengumpulan data menggunakan Observasi secara langsung di lapangan. Melihat langsung yang berhubungan dengan proses pembuatan kaca pengaman untuk kendaraan di PT.MULIAGLASS SAFETY, serta melakukan wawancara secara langsung kepada para operator yang terkait pada proses produksi sehingga mendapat data yang akurat.

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung, terbagi menjadi dua jenis aktif dan pasif

i. Primer aktif di peroleh dengan cara wawancara secara langsung, dengan staff maupun para pekerja langsung. Mengenai bahan apa saja yang di gunakan, jenis material apa saja yang menghasilkan limbah paling banyak, cara penanganan limbah pada perusahaan dilakukan dengan cara yang bagaimana, berapa biaya bahan untuk packing produk finish good, dan yang terakhir, berapa besar kuantitas produksi dalam satu hari.

ii. Primer pasif di peroleh dari pengamatan secara langsung, hasil pengamatan yang di peroleh adalah banyaknya limbah yang di buang pada tempat pembuangan dan dapat menyebabkan potensi bahaya baik safety maupun lingkungan, mayoritas limbah yang dihasilkan adalah limbah padat yang berupa kayu dan Styrofoam.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak ketiga yang hasilnya bias dipertanggung jawabkan dan tidak perlu di lakukan penelitian untuk melihat kebenarannya. Contohnya seperti data diri pihak perusahaan, mengenai proses penangan limbah B3, proses penagannya di lakukan dengan bantuan pihak pengelohan limbah B3, seperti PPLI dan lembaga yang serupa lainnya.

3.5 Bentuk Kerja Praktek

Proses atau tahapan dalam produksi yang berpotensi menghasilkan banyak limbah, dan jenis limbah apa saja yang di hasilkan, serta langkah apa saja yang dapat

(47)

47

kita ambil untuk turut serta mengurangi limbah tersebut. serta mengetahui dampak apa saja yang di rasakandari penerapan produksi bersih ini.

3.6 Jadwal Penelitian

Tabel 3.1: jadwal kegiatan penelitian

WEEK 1 WEEK 2 WEEK 3 WEEK 4 WEEK 1 WEEK 2 WEEK 3 WEEK 4

1

Studi Pustaka

2 Studi Pendahuluan 3 Observasi Lapangan 4

Wawancara

5 Studi Literatur 6 Evaluasi

7 Analisis dan Diskusi

NO KEGIATAN

WAKTU

(48)

48 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Latar Belakang PT Mulia Industrindo, Tbk.

Didirikan pada tanggal 5 November 1986, PT Mulia Industrindo, Tbk. terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 17 Januari 1994. Perseroan memiliki dua anak perusahaan yang beroperasi, yaitu PT Muliaglass dan PT Muliakeramik Indahraya.

PT Muliaglass memproduksi kaca lembaran, botol kemasan dari kaca, glass blocks, dan kaca pengaman otomotif. Botol kemasan dari kaca, glass blocks, dan kaca pengaman otomotif juga dipasarkan di luar negeri. Produk botol kemasan dari kaca lebih dominan dijual di pasar domestik yaitu untuk barang konsumsi dan industri farmasi.

PT Muliakeramik Indahraya memproduksi keramik lantai dan dinding. Di dalam negeri, kami adalah salah satu pemain domestik yang paling diperhitungkan. Untuk mempertahankan posisi di pasar domestik, kami terus mencari lebih banyak peluang dan juga meningkatkan porsi ekspor.

PT. Muliaglass terbagi menjadi 3 divisi, PT Muliaglass Float, PT Muliaglass Container, dan PT Muliaglass Safety. Tempat untuk melakukan kerja praktek saat ini adalah PT. Muliaglass Safety, perusahaan yang menghasilkan kaca pengaman otomotif di Indonesia.

4.1.2 PT MULIAGLASS SAFETY

Muliaglass Divisi Safety Glass didirikan pada Oktober 1997 dengan kapasitas 150.000 lembar kaca pengaman mobil per tahun.

(49)

49

Dengan menggunakan teknologi canggih terkomputerisasi, mesin terbaik di dunia dan dengan manajemen yang berpengalaman; divisi ini telah berhasil mencapai reputasi yang baik dari manufaktur mobil terkenal sebagai pemasok OEM mereka.Setiap tahap dari proses manufaktur didukung oleh teknisi yang berkualitas dan berpengalaman, bersama dengan sistem terkomputerisasi untuk mengeliminasi kesalahan manusia. Untuk memastikan kepuasan pelanggan, kami menerapkan kontrol kualitas yang paling ketat di semua tahapan proses manufaktur.

Produk kami diproduksi sesuai dengan standar E / ECE / 324 E / ECE / TRANS / 505 Peraturan Nomor 43 (Komisi Ekonomi untuk Eropa), ANSI / SAE

Z.26. 1-1996 (American Standard Institute Nasional), JIS R 3211 (Asosiasi Standar

Jepang), JASO M 501 (Jepang Otomotif Standard Organization) dan AS / NZS

2080 (Australia / Selandia Baru Standar) yang diekspor ke seluruh dunia.

Nilai-nilai perusahaan

Nilai perusahaan adalah Sebuah filosopi atau prinsip yang menjadi

panduan perilaku internal organisasi

serta hubungannya dengan pelanggan, mitra dan pemegang saham

1. Motivasi

Berpikir besar, bekerja cerdas, antusias, pantang menyerah, semangat, berinisiatif

2. Unity: bersatu

Saling hormat dan mengindahkan, sepadan & setara, bekerja sebagai tim, saling mendukung

3. Leadership: kepemimpinan

Menjadi teladan, bekerja profesional, menjadi inspirasi, memberdayakan, selalu belajar & menjadi lebih baik

4. Integritas: Berdedikasi dan Berkomitmen

Berdedikasi & berkomitmen, patut diandalkan, dapat dipercaya dan jujur, pandai menjaga rahasia

(50)

50 5. Accountability: BertanggungJawab

Fokus pada pencapaian hasil, hanya yang terbaik, prioritaskan yang terpenting, terobosan inovasi, bertanggungjawab penuh

4.2 Alamat Perusahaan Factory:

Mulia Industry Estate

Jalan Raya Tegal Gede No 1 Lemahabang Cikarang – Bekasi 17550, Indonesia

4.3 Pencapaian dan Nilai-Nilai Perusahaan 4.3.1 Pencapaian Perusahaan

PT muliaglass pernah mendapat berbagai Penghargaan antara lain,

2010, 24 Maret Apresiasi Kualitas Pencapaian Target, HINO

2010, 23 April Apresiasi terhadap kualitas & kinerja pengiriman

2009/2010, DAIHATSU

2009, 23 Maret Apresiasi Prestasi Target Pengiriman, HINO

2009, 15 Mei Apresiasi untuk Partisipasi Dalam Kinerja Biaya, April

2008-Maret2009, DAIHATSU

2009, 13 Nov SNI Award 2007

2008, 3 April Apresiasi Kualitas dan Prestasi Pengiriman, HINO

2007, 24 April Apresiasi Kualitas dan Prestasi Pengiriman, HINO

2006, 21 Maret Sertifikat Kinerja Pengiriman, HINO

2005, 29 Nov Anugerah Panca Satya

2005, 29 Nov Prestasi penghargaan Kualitas sistem manajemen yang

handal

2005, 29 Nov SNI Award 2007

2004, 29 Nov ISO 9000 Penghargaan Prestasi

4.3.2 Nilai-nilai Perusahaan

Gambar

Gambar 3.1: pemetaan PT. MGS diambil dari google maps
Tabel 3.1: jadwal kegiatan penelitian
Gambar 4.2 :flow proses penerapan produksi bersih
Tabel 4.1 : Jenis raw glass yang di perunakan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengukur efektivitas mesin auto hanger dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk mendapatkan nilai availability,

Indeks fit ini merupakan the minimum sample discrepancy function (CMIN) dibagi dengan degree of freedom-nya akan menghasilkan indeks CMIN/DF. Umumnya para peneliti melaporkannya

Pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi generatif, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, panjang malai, umur berbunga, umur panen, jumlah gabah isi, jumlah

Tunas-tunas yang terbentuk tersebut berwarna hijau dengan pertumbuhan sempurna (Gambar 3), sedangkan pada eksplan kalus embrionik hasil persilangan antara jeruk siem x

Operasi mesin berikut dengan berat kendaraan 3 ton atau lebih: (a) mesin konstruksi tipe kendaraan untuk perataan tanah, pemindahan, pemuatan, dan pengeboran, (b) mesin untuk

Menonton sepak bola tidak hanya di lakukan didalam rumah saja, ada beberapa tempat seperti cafe-cafe, tempat makan, dan bahkan disetiap perumahan, banyak yang dengan

Asas Alih Tangan Kasus adalah asas yang menghendaki agar konselor yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas