• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan dan Pengujian Kualitas Semen Portland Yang Diperkaya Silikat Abu Ampas Tebu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembuatan dan Pengujian Kualitas Semen Portland Yang Diperkaya Silikat Abu Ampas Tebu"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pembuatan dan Pengujian Kualitas Semen

Portland

Yang Diperkaya Silikat Abu Ampas Tebu

(Fabrication and Quality Test of Cement Portland With Enriched by Silicate Sugarcane Bagasse Ash)

Suci Wulandari Indah Pratama*), Nurlaela Rauf dan Eko Juarlin

Jurnal Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin

Kampus Tamalanrea Jl. Perintis Kemerdekaan. 10 Makassar, 90245

E-mail: suciwulandari_camps@yahoo.com

SARI BACAAN

Penelitian ini mengkaji pengaruh penambahan abu ampas tebu terhadap kuat tekan mortar dan sifat fisis semen portland komposit, meliputi: kehalusan semen, kebutuhan air semen, waktu pengikatan semen, pemuaian dan komposisi kimia semen. Dari hasil penelitian, besar kuat tekan pada penggunaan abu ampas tebu dengan kadar 9% merupakan penambahan optimum pada mortar yang direndam larutan kapur jenuh Sedangkan dari hasil pengujian fisis yang meliputi kehalusan semen, kebutuhan air semen, waktu pengikatan semen, pemuaian dan komposisi kimia semen, diperoleh hasil pengukuran diatas standar pabrik PT. Semen Tonasa Pangkep dan SNI Semen portland komposit (SNI 7064:2014).

Kata kunci: Abu ampas tebu, Mortar, Uji kuat tekan, sifat fisis semen.

ABSTRACT

Research studies about the influences of sugarcane bagasse ash to the compressive strength of mortar and nature portland composite Physical properties of cement, including the fineness, cement’s water needs, cement’s setting time, expansion and cement’s chemical composition. Based on the result of the research, compressive strength of the usage of sugarcane bagasse ash with persentage of 9% is the optimum addition in mortar that was submerged by lime saturated liquid. Whereas from the physical properties experiment that involved cement smoothness, cement’s water needs, cement’s bonding time, expansion and cement’s chemical composition, gained measurement’s result above the standard of PT. Semen Tonasa Pangkep and SNI portland composite cement’s (SNI 7064:2014 and SNI 15-2049-2004).

Keywords: Sugarcane bagasse ash, Mortar,compressive strength, physical properties of cement.

I. PENDAHULUAN

Perkembangan dalam sektor pembangunan memicu tingginya kebutuhan semen yang berpengaruh pada peningkatan produktifitas. Peningkatan produktifitas yang tinggi akan berdampak pada peningkatan biaya produksi dan eksploitasi alam yang terus menerus. Kondisi tersebut akan berpengaruh pada kesediaan bahan baku dimasa akan datang. Kandungan silika dalam abu ampas tebu yang cukup tinggi dapat meningkatkan daya guna dari abu ampas tebu itu sendiri. Salah satunya dapat dijadikan bahan alternatif dalam pembuatan semen.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggantian sebagian agregat halus dengan abu ampas tebu dalam campuran semen terhadap sifat fisis dan mekanis dari mortar.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Membuat sampel semen portland tipe PCC dengan penambahan abu ampas tebu.

2. Menguji pengaruh penambahan abu ampas tebu terhadap sifat fisis semen.

Mengetahui optimalisasi penambahan abu ampas tebu terhadap kuat tekan mortar.

Semen merupakan campuran dari beberapa senyawa kimia yang bersifat hidrolis. Hidrolis artinya apabila suatu bahan dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahan-bahan lain menjadi satu kesatuan massa yang dapat memadat dan mengeras serta tidak larut. Secara umum semen dapat didefinisikan sebagai bahan perekat yang dapat merekatkan bagian-bagian benda, dua atau lebih benda sehingga menjadi bentuk yang kuat, kompak dan keras

[5].

Semen portland merupakan semen yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan bahan tambahan berupa gipsum [6].

Pada saat semen dicampur dengan air, timbul reaksi antara komponen semen dengan air. Reaksi-reaksi ini menghasilkan beberapa macam senyawa kimia (C3S, C2S, C3A dan C4AF) [7].

1. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) disingkat C3A

Senyawa ini bereaksi dengan sangat cepat secara isotermik, memberikan kekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam pertama. C3A sangat berpengaruh

pada nilai panas hidrasi yang tinggi, baik pada saat awal maupun pada saat pengerasan berikutnya. Senyawa ini

(2)

2 mempengaruhi kuat tekan sampai tingkat tertentu dan semakin kecil pada umur 1 atau 2 tahun [7].

2. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) disingkat C3S

Senyawa ini jika terkena air akan cepat bereaksi dan menghasilkan panas, panas tersebut akan mempengaruhi kecepatan pengerasan semen sebelum hari ke 14. Jika kandungan C3S lebih banyak maka akan

terbentuk semen dengan panas hidrasi dan kuat tekan awal yang tinggi. C3S memberikan kekuatan besar pada

fase permulaan dan memberi efek penambahan kekuatan yang kontinu pada waktu berikutnya [7].

3. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) disingkat C2S

Senyawa ini mengalami pelepasan panas yang cenderung lambat. Semen yang mempunyai C2S yang

besar memberikan ketahanan terhadap serangan zat kimia yang tinggi dan mempengaruhi susut terhadap pengaruh panas akibat lingkungan. C2S memberikan

kontribusi yang besar pada kuat tekan di umur yang lebih panjang [7].

4. Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO. Al2O3. Fe2O3)

disingkat C4AF

Senyawa ini kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen sehingga kontribusi dalam kekuatan kecil. C4AF hanya memberi warna pada

semen [7].

Tabel 1.1 Persyaratan Kimia Semen Portland [3].

Semen portland komposit (PCC) merupakan jenis semen varian baru yang mempunyai karakteristik mirip dengan semen portland pada umumnya tetapi semen jenis ini mempunyai kualitas yang lebih baik, ramah lingkungan dan lebih ekonomis. Semen portland komposit adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama antara terak semen portland, gipsum dan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozzolan, senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik tersebut yaitu 6%-35% dari massa semen tipe PCC [8].

Adapun syarat fisika untuk semen tipe PCC dapat dilihat pada tabel 2.2 [2].

Tabel 1.2 Syarat Fisis Semen tipe PCC[2].

No Uraian Satuan Persyaratan

1. Kehalusan dengan alat blaine m2/kg Min 280 2. Kekekalan dalam autoclave - Pemuaian - Penyusutan % % Maks 0,80 Maks 0,20 3. Waktu pengikatan

dengan jarum vicat - Pengikatan awal - Pengikatan akhir Menit Menit Min 45 Max 375 4. Kuat tekan - Umur 3 hari - Umur 7 hari - Umur 28 hari Kg/cm2 Kg/cm2 Kg/cm2 Min 130 Min 200 Min 280 5. Peningkatan semu

Penetrasi akhir % Min 50

6. Kandungan udara dalam mortar

% volume

Maks 12

Abu Ampas Tebu

Tanaman tebu merupakan tanaman yang digunakan sebagai bahan baku oleh pabrik gula. Tanaman tebu memiliki nama latin Saccharum sp. Tebu termasuk ke dalam ordo Poales, famili Poaceae dan genus saccharum L. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah di panen akan di peras dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Selanjutnya, tira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetesan (molasse) dan air. Pembakaran ampas tebu akan menghasilkan

(3)

3 abu, abu ampas tebu memiliki kandungan unsur silika (SiO2) yang cukup tinggi apabila dilakukan

pembakaran dengan suhu secara kontrol. Pembakaran ampas tebu pada suhu >600˚C selama 1 sampai 2 jam akan menghasilkan abu ampas tebu dengan kandungan silika tercatat sebesar 60,43%.

Gambar 2.2 Pembuatan Abu Ampas Tebu Pengujian Semen

Pengujian merupakan syarat utama pada pembuatan semen, agar diperoleh hasil yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Pengujian semen biasanya dilakukan dilaboratorium yang suhu dan kelembaban ruangannya di kontrol dengan baik. Suhu ruang dijaga antara 20 - 27,5˚C dengan kelembaban relatif tidak boleh kurang dari 50% [3].

Pengujian semen yang dilakukan antara lain: 1) Kehalusan (Blaine)

Kehalusan sangat mempengaruhi pengerasan semen portland dan juga kekuatannya, makin halus semen maka makin cepat dan lebih efektif terjadinya interaksi dengan air serta kuat tekannyapun makin tinggi. [10]. Nilai kehalusan (blaine) dihitung dengan

permeability udara terhadap sampel semen yang dipadatkan pada kondisi tertentu. Alat blaine pada dasarnya menarik sejumlah udara melalui suatu alas semen yang disiapkan dengan porositas tertentu merupakan fungsi dari ukuran-ukuran butir-butir semen dan menentukan kecepaan alir udara melalui alasnya [3].

𝑆 =𝑆𝑆 √𝑇

𝑇𝑆 (1) Keterangan:

S = Blaine/ Luas permukaan spesifik semen (cm2/g)

𝑆𝑆 = Blaine semen standar (3818 cm2/g)

𝑇𝑆 = Waktu alir semen standar (√82,13 = 9,06 𝑠) T = Waktu alir semen uji (s)

2) Kebutuhan air semen (Normal consistency) Normal consistency (NC) merupakan suatu nilai perbandingan antara massa air yang digunakan dan massa semen yang dinyatakan dalam persen. Kebutuhan air dipengaruhi oleh kandungan aluminat dan untuk pengujian sifat fisis semen, jumlah air campuran yang digunakan mengacu pada kondisi normal konsistensi [6].

Metode pengujian ini meliputi pemeriksaan konsentrasi normal dari semen hidrolisis. Metode ini juga merupakan perbandingan antara jumlah air yang digunakan dengan semen pada pembuatan pasta semen

[3]. 𝑁𝐶(%) = (𝐵 𝐴) 𝑥 100% (2) Keterangan: B = Berat semen (gr) A = Jumlah air (ml) 3) Waktu pengikat semen (Setting Time)

Waktu ikat merupakan penentu awal dan akhir pengikatan pasta semen, disamping kehalusan. Waktu ikat dipengaruhi oleh komposisi mineral dan air yang dipakai. Selain untuk menghidrasikan semen, air juga berfungsi untuk memberi mobilitas bagi pasta semen

[10].

Pada saat bercampur dengan air semen mengalami pengikatan dan mengeras. Lamanya pengikatan juga dipengaruhi oleh suhu udara di sekitarnya. Ada dua macam waktu pengikat pada semen, yaitu waktu ikat awal dan waktu ikat akhir. Waktu ikat awal adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur dengan air dari kondisi plastis menjadi tidak plastis, sedangkan waktu ikat akhir adalah waktu yang dibutuhkan semen sejak bercampur dengan air dari kondisi plastis menjadi keras. Waktu ikat awal menurut standar SNI minimum 45 menit, sedangkan waktu ikat akhir maksimum 360 menit.

4) Pemuaian (Autoclave)

Autoclave bertujuan untuk menentukan tingkat perkembangan pasta semen atau menetapkan semen tersebut memenuhi batas spesifikasi cepat kaku. Sebelum pengujian kekekalan bentuk dilakukan terlebih dahulu ditentukan jumlah air dan menghetahui pengikatan awal yang akan digunakan untuk pembuatan semen. Pengujian kekekalan bentuk dilakukan dua percobaan dengan tujuan untuk mengetahui peristiwa kerja (retak, pecah atau perubahan bentuk lainnya) yang diperlihatkan setelah pengujian. Adapun rentan waktu yang sudah ditentukan di ruang lembab dengan kelembaban relatif + 90%, yaitu [6]:

1.) Percobaan cepat

Percobaan cepat dapat dilakukan dengan cara merebus benda uji yang telah di simpan 3 x 24 jam di ruang lembab selama 3 jam.

2.) Percobaan lambat

Benda uji yang telah disimpan selama 3 x 24 jam di dalam ruang lembab di rendam dalam bak air yang berisi air dingin selama 25 hari. Pengujian dengan autoclave meliputi pemuaian dari semen portland, dengan melakukan pengujian terhadap benda uji.

(4)

4 Adanya hidrasi CaO bebas, Mgo atau kedua-duanya menyebabkan indeks potensial lambat berkembang [3].

Persentase pemuaian(%) =𝐿𝑎𝑘−𝐿𝑎𝑤

𝐿𝑎𝑤 x 100% (3) Keterangan:

L (ak) = Panjang akhir benda uji (cm)

L (aw) = Panjang awal benda uji (cm)

5) Pengujian komposisi kimia semen

Pengujian komposisi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan XRF. Pengujian komposisi kimia bertujuan untuk mengetahui komposisi yang terkandung di dalam semen. Komposisi yang terkandung didalam semen akan mempengaruhi kualitas semen yang akan di buat.

6) Kuat tekan mortar

Kuat tekan merupakan sifat yang paling penting bagi mortar ataupun beton. Kuat tekan dimaksud sebagai kemampuan suatu material untuk menahan suatu beban tekan, kuat tekan dipengaruhi oleh komposisi mineral utama. Umumnya kuat tekan diukur pada hari ke 28. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan ialah [11]:

a. Kualitas semen

b. Kualitas selain semen ( kualitas air, kualitas agregat halus dan kualitas additive)

Metode ini menggunakan cetakan berbentuk kubus dengan ukuran sisi 50 mm. Kuat tekan merupakan suatu acuan yang digunakan oleh spesifikasi lain dan metode uji lainnya. Salah satu yang mempengaruhi kuat tekan adalah kandungan trikalsium silikat (C3S) [12].

Gambar 1.3 Cetakan Kubus [12].

Hasil akhir kuat tekan dinyatakan dalam kg/cm2

sebagai hasil rata-rata dari pengujian beberapa benda uji yang dibuat dari bahan yang sama, dengan ketelitian pengukuran sampai 0,01 [11].

𝑃 =𝐹

𝐴 (4)

Keterangan:

P = kuat tekan mortar (kg/cm2)

F = gaya tekan maksimum (kg) A= luas penampang benda uji (cm2)

II. METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dengan skala laboratorium, dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2015, bertempat di Laboratorium Fisika, Kimia dan Pengendalian Mutu, Biro Jaminan Mutu PT. Semen Tonasa yang berlokasi di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.

Persiapan Bahan

Bahan semen terdiri dari klinker, gipsum, batu kapur dan tras yang berasal dari PT. Semen Tonasa Pangkep. Bahan abu ampas tebu yang dijadikan sebagai fly ash diperoleh dari pabrik gula PT. Perkebunan Nusantara XIV yang berlokasi di Desa Parappunganta, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. III. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Telah dibuat semen uji dengan campuran klinker, gipsum, batu kapur, tras dan abu ampas.

2. Penambahan abu ampas tebu mempengaruhi sifat fisis semen. Pengujian fisis yang dilakukan antara lain kehalusan (blaine), kebutuhan air (NC), waktu ikat (setting time), pemuaian (autoclave) dan komposisi kimia semen. Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa kualitas fisis semen diatas standar pabrik PT. Semen Tonasa Pangkep dan standar SNI 7064:2014 dan 15-2049-2004.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Abdullah Faqih U. Penurunan Kadar Zat Warna Remazol Yellow FG Menggunakan Adsorben Semen Portland. Skripsi Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2010.

[2] SNI 7064:2014. Semen Portland Komposit. Badan Standarisasi Nasional. 2014.

[3] SNI 15-2049-2004. Semen Portland. Badan Standarisasi Nasional. 2004.

[4] Emelda Sihotang. Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Pada Pembuatan Mortar. Skripsi Departemen Fisika FMIPA. Universitas Sumatra Utara. Medan. 2009.

[5] Apriadi Firdaus. Proses Pembuatan Semen Pada PT. Holcim Indonesia, tbk. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Sultan Agung Tirtayasa. Banten. 2007.

(5)

5 [6] Musnaeni. Pembuatan dan Pengujian

Pengikatan Awal dan Kekekalan Bentuk Semen Pozolan Kapur Yang Diperkaya Silikat Abu Sekam Padi. Skripsi Jurusan Fisika FMIPA. Universitas Hasanuddin. Makassar. 2010.

[7] Triyulia Ningsih, R. Chairunnisa, dan S. Miskah. Pemanfaatan Bahan Additive Abu Sekam Padi Pada Cement Portland PT. Semen Baturaja (Persero). Jurnal Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. 2012 Jan; 4 (18): 59-67.

[8] Yani Maretisa. Pengaruh Penambahan Fly Ash Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe Portland Komposit Cement (PCC) dengan Perendaman dalam Larutan Asam. Jurusan Kimia FMIPA. Skripsi Universitas Andalas. Padang. 2012.

[9] Gifyul Refnita, Z. Zuki, dan Y. Yusuf. Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC serta Analisis Air suling Laut yang Digunakan Untuk Perendaman. Jurnal Kimia Unad. 2012; 1 (2): 1-7.

[10] I. P. Laintarawan, I. N. S. Widnyana, dan I. W. Artana. Buku Ajar: Konstruksi Beton 1. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik. Universitas Hindu Indonesia. Denpasar. 2009. [11] Meri Darmawi. dan A. Mahyudin. Pengaruh Penambahan Serat Ijuk Terhadap Sifat Fisis dan Mekanik Papan Semen-Gipsum. Jurnal Fisika Unand. 2013 Jan; 2 (91) : 6-12. [12] SNI 03-6825-2002. Metode Pengujian Kuat

Tekan Mortar Semen Portland untuk Pekerjaan Sipil. Badan Standarisasi Nasional. 2002.

[13] Tanti Kartika Sitorus. Pengaruh Penambahan silika Amorf Dari Sekam Padi Terhadap Sifat Mekanis dan Sifat Fisis Mortar. Skripsi Jurusan Fisika FMIPA. Universitas Sumatra Utara. Medan 2009.

[14] M. Nur. Syukri. Karakteristik Tanaman Tebu Sebagai Bahan Baku Bioenergi. Bogor: PT. Insan Fajar Mandiri Nusantara. 2013.

Gambar

Tabel 1.2 Syarat Fisis Semen tipe PCC [2] .
Gambar 2.2 Pembuatan Abu Ampas Tebu  Pengujian Semen

Referensi

Dokumen terkait

(2) Tata Cara Pengajuan Pembayaran Tunjangan Kinerja pada Satker Pembayarsesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang tercantum dalam Lampiran Xyang merupakan bagian

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan judul “ Analisis Tingkat

Berdasarkan hasil wawancara singkat antara peneliti dengan beberapa guru bahasa Inggris di SMP Negeri 14 Cirebon, ditemukan kesimpulan bahwa kecenderungan Kurikulum

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4503); Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun

Data-data tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan dalam pendidikan sangat rendah dibanding laki-laki (Supandi, 2008, hlm. 22) mengidentifikasi tiga kendala bagi

Berdasarkan hasil pengukuran semua variabel yang dilakukan pada penelitian selama 42 hari, diperoleh data total konsumsi pakan (TKP), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP),

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat depresi dengan kualitas tidur pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Budi