• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Swakelola Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Metode Pengadaan Barang dan Jasa (Studi Pada Cara Penyaluran Bantuan Kepada Petani Model kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kelayakan Swakelola Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Metode Pengadaan Barang dan Jasa (Studi Pada Cara Penyaluran Bantuan Kepada Petani Model kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian)"

Copied!
250
0
0

Teks penuh

(1)41464.pdf. TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER (TAPM). ANALISIS KELAYAKAN SWAKELOLA PEMBERDAYAAN MASYARAKATSEBAGAIMETODEPENGADAAN BARANG DAN JASA. AS. TE. R. BU. KA. (STUDI PADA CARA PENYALURAN BANTUAN KEPADA PETANI MODEL KONTRAKTUAL DAN BANTUAN SOSIAL PERTANIAN). U. N. IV E. R. SI T. TAPM Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam IImu Administrasi Bidang Minat Administrasi Publik. Disusun Oleh :. EKO BUDI SANTOSO NIM: 018399286. PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS TERBUKA JAKARTA 2013 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(2) ii 41464.pdf. TE. R. BU. PERNYATAAN. KA. UNIVERSITAS TERBUKA PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK. SI TA S. TAPM yang berjudul Analisis Kelayakan Swakelola Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Metode Pengadaan Barang dan Jasa (Studi Pada Cara Penyaluran Bantuan Kepada Petani Model Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian) adalah hasil karya saya sendiri, dan se1urub sumber yang dikutip maupun dirujuk te1ah saya nyatakan dengan benar.. U. N IV. ER. Apabila di kemudian hari temyata ditemukan adanya penjiplakan (plagiat), maka saya bersedia menerirna sanksi akadernik.. EKO BUDI SANTOSO NIM.018399286. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(3) 41464.pdf jii. l'NIVERSITAS TER8UKA PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK. Nama. EKO Bum SANTOSO. NIM. 018399286. BU. Program Studi: Magister Administrasi Publik. KA. PENGESAHAN. /uduI Tesis. S. TE R. Analisis Kelayakan SwakeIoJa Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Metode Pengadaan Barang dan Jasa (Studi Pada Cara Penyaluran Bantuan Kepada Petani Model Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian). IV. U. U. N. Wak t. 15 Septemher 2013. ER. Hari/Tanggal. SI TA. TeJah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Penguji Tesis Program Pascasarjana, Program Studi Administrasi Publik, Universitas Terbuka pada :. 13.00. dan telah dinyatakan lulus. PANITIA PENGVJI TESIS. Ketua Komisi Penguji : SUCJA TI. M.Sc., Ph.D Penguji Ahli. : Prof. Dr. ARIES DJAENURI. MA. Pembimhing I. : Dr. Drs. HARD! WARSONO. MTP. Pembimhing II. : Dr. SRI SEDIY ANINGSIH. M.Si. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. ....... ······/f ............. ~cJ{.""". -. ~~...-_-. .,. ~~~. ... . ..

(4) iv. 41464.pdf. LEMBAR PERSETUJUAN TAPM. : Analisis Kelayakan Swakelola Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Metode Pengadaan Barang dan Jasa (Studi Pada Cara Penyaluran Bantuan Kepada Petani Model Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian). Penyusun TAPM. : EKO BUm SANTOSO. NIM. : 018399286. Program Studi. : Magister Administrasi. BU. KA. Judul TAPM. TE. R. HarifTanggal. Menyetujui :. Pembimbing II,. IV ER. SI. TA S. Pembimbing I,. Dr. SRI SEDIYANINGSIH, M.Si NIP.: 196201311988122001. U. N. Dr. HARDI WARSONO, MTP NIP.: 19640827199001 1001. Mengetahui :. FLORENTINA R. WULANDARI, S.IP:i NIP.: 197106091998022001. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. NIP.: 19520213 1985032001.

(5) v. 41464.pdf. ABSTRACT Feasibility Analysis of Community Empowennent Self-Management as a Method of Good and Services Procurement (Studi on Distribution of Support to Fanners Model of the Contractual and Agricultural Social Assistance) Eko Budi Santoso Universitas Terbuka ekonunukan@gmail.com The Public Procurement, Budget Utilization Efficiency and Effectiveness. Agricultural Social Assistance, Contractual Procurement, Community Empowennent. BU. KA. Keyword:. U. N. IV ER. SI. TA S. TE R. This research aims to anaylize on efficiency and effectiveness used of budget of distribution support to fanners model of the contractual and Agricultural Social Assistance. This research is to study the need for Community Empowennent Self-Management as a new method of goods and services procurement. Locus has been researched was the Department of Agriculture and Cattle District N unukan within 5 (five) years from fiscal year 2008 to 2012. The method used in this research is descriptive quantitative benchmarking techniques. The used data werw primary and secondary data. Primary data obtioned through interviews using questionaires and interview guides. Secondary data was obtained through a review of document related to research focus. The result showed that the Agricultural Social Assistance better than contractual for distribution of support to fanners, because getting the value of efficiency and effectiveness of budget utilization 82,29%, compared the contractual of 52,79%. Agricultural Social Assistance budget utilization efficiency scores 95,40%, better than 75,61% contractual procurement method. Excellence in Agricultural Social Assistance budget utilization efficiency seen in the use of funds and simplicity of the process, while the contractual method superior to the used of time. Agricultural Social Assistance effective use budget score 69,18%, better than 29,96% of contractual method. In the tenns of effective use budget, Agricultural Social Assistance excel in stakeholder, suitability and flexibility needs of the time, while the contractual method superior to the control and lower potential irregularities. With the method of Agricultural Social Assistance worthy alternative method {)f procurement of g~s and servWes in the addition to the new self-management method with the name of self-managed community development take the good things that exist in the mechanism of Social Assistance and self-management by agriculture society, as users of money transfer mechanism, dose not require the involvement of a third party, do not require commite procurement or procurement official, do not need to pay taxes, pre-delivery preparation detail aid, the division of the task team, the time of completion of work, sense of responbility Budget User, Assistant Budget User or Commiting Officer (PAlKPNPPK), how disbursement and utilization of funds, reporting progress of work and delivery of the work. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(6) vi. 41464.pdf. ABSTRAK Analisis Kelayakan Swakelola Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Metode Pengadaan Barang dan lasa (Studi Pada Carn Penyaluran Bantuan Kepada Petani Model Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian). Eko Budi Santoso Univel'llitas Terbuka ekonunukanlWgmail.com. KA. Kata kooci : Pengadaan Barang dan lasa, Efisiensi dan Efektivitas Pemanfaatan Anggaran, Bantuan Sosial Pertanian, Kontraktual, Pemberdayaan Masyarakat. U. N. IV ER. SI. TA S. TE R. BU. Penelitian ini bertujuan ootuk: menganalisis penyaluran bantuan kepada petani model kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian terhadap efisiensi dan efektivitas pemanfaatan anggaran. Penelitian ini ootuk: mempelajari perlooya SwakeIola Pemberdayaan Masyarakat sebagai metode barn pengadaan barang dan jasa. Lokus penelitian adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nooukan dalam kurun waktu selama 5 (lima) taboo dari taboo anggaran 2008 sampai dengan 2012. Metode yang digooakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik pembandingan. Data yang digooakan adalah data primer dan sekooder. Data primer diperoleh melalui kuestioner dan wawancara menggooakan pedoman wawancara. Data sekunder diperoleh melalui teIaah dokumen yang berhuboogan dengan fokus penelitian. Hasil penelitian menoojukkan bahwa efisiensi dan efektivitas pernanfaatan anggaran Bantuan Sosial Pertanian lebih baik daripada kontraktual sebagai earn penyaluran bantuan kepada petani, karena mendapatkan nilai 82,29% dibandingkan kontraktual 52,79%. Bantuan Sosial Pertanian mendapatkan nilai efisiensi pemanfaatan anggaran 95,40010, Iebih baik dibandingkan kontraktual 75,61 %. Keooggulan Bantuan Sosial Pertanian dalam efisiensi pemanfaatan anggaran terlihat pada penggooaan dana dan kesederhanaan proses, sementara kontraktual ooggul pada penggooaan waktu. Bantuan Sosial Pertanian juga mendapatkan nilai efektifitas pemanfaatan anggaran 69,18%, lebih baik dibandingkan kontraktual 29,96%. Dalam hal efektivitas pemanfaatan anggaran Bantuan Sosial Pertanian unggul pada keterlibatan para pihak, kesesuaian kebutuhan dan fleksibilitas waktu, sedangkan kontraktual unggul pada perangkat pengawasan dan lebih rendahnya potensi penyimpangan. Dengan demikian, Bantuan Sosial Pertanian layak dijadikan altematif metode pengadaan barang dan jasa barn selain metode swakelola dengan nama swakelola pemberdayaan masyarakat yang memiliki kelebihan dalam mekanisme Bantuan Sosial Pertanian dan Swakelola oleh Kelompok Masyarakat, seperti penggunaan mekanisme transfer uang, tidak memerlukan keterlibatan pihak ketiga, tidak memerlukan panitialpejabat pengadaan, tidak perlu membayar pajak, detail persiapan pm penyaluran bantuan, adanya pembagian tugas tim, waktu penyelesaian pekerjaan, tanggung jawab PNKPA!PPK, earn pencairan dana dan penggooaan dana, pelaporan kemajuan pekerjaan serta penyerahan hasil pekerjaan.. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(7) vii. 41464.pdf. KATAPENGANTAR. Penelitian adalah bagian dari Tugas Akhir Program Magister Administrasi Publik Universitas Terbuka.. Dalam rangka itulah penulis mengambil judul. Analisis Kelayakan Swakelola Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Metode Pengadaan Barang dan Jasa (Studi Pada Cara Penyaluran Bantuan Kepada Petani. KA. Model Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian). Atas selesainya TAPM ini,. BU. penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT, yang atas karunia-Nya memberikan. R. kekuatan kepada penulis menjalani semua dengan penuh keikhlasan.. TE. Hambatan terbesar yang dihadapi penulis dalam mengusung tema 1m. S. adalah kurangnya penelitian yang menggunakan tema Bantuan Sosial yang. SI TA. diketahui penulis, sehingga kajiannya menggunakan bahan dari sumber yang. R. menurut penulis anggap sejalan. Meskipun demikian, penulis berharap apa yang. IV E. tersaji saat ini sudah dapat digunakan sebagai dasar perbaikan peraturan. N. pengadaan barang danjasa.. U. Dengan selesainya TAPM ini, terima kasih mendalam penulis sampaikan kepada DR. Hardi Warsono, MTP dan DR. Sri Sediyaningsih, M.Si, dosen pembimbing penulis, atas ketulusan pembimbingannya yang penulis rasakan selama penulisan TAPM. Terima kasih juga perlu penulis sampaikan kepada DR. Samudra Wibawa, M.Sc dan DR. Suhamo, M.Si, dosen yang mendampingi penulis selama menempuh pendidikan magister serta Kepala UPBJJ Universitas Terbuka Samarinda bersama staf, yang telah membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan perkuliahan. Penulis juga merasa sangat berterima kasih kepada Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Petemakan Kabupaten Nunukan serta Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(8) viii. 41464.pdf. Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada penulis untuk mengkaji tema ini. Rasa terima kasih yang besar juga perlu penulis sampaikan kepada keluarga, antara lain istri penulis, Sri Wahyuni, S.Pt dan anak kami, Hutama Muhammad Anhar dan Kharisma I1yasa Anhar, yang rela hak-haknya untuk berkumpul terkurangi, karena penyelesaian penulisan ini. Demikian juga adik­. KA. adik penulis, Dwi Utami, Nanang Joko Pumomo dan Dedik Indria Prasetyo dan. BU. para sahabat yang tidak mungkin disebutkan satu per satu atas semua andilnya. R. daIam penyelesaian proses pendidikan penulis.. TE. Mudah-mudahan penelitian ini memberi manfaat kepada pemerintah dan. Nunukan, Juni 2013 Penults,. U. N. IV. ER. SI T. AS. petani yang selama ini telah mendapatkan manfaat dari Bantuan Sosial Pertanian.. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. EKO BUDI SANTOSO.

(9) ix 41464.pdf. DAFTARISI. BU. SI TA S. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori. Kebijakan Publik Kebijakan Publik yang Baik Implementasi Kebijakan Publik Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah 5. Pengadaan Barang dan Jasa dengan Pola Kontraktual 6. Swakelola 7. Bantuan Sosial 8. Bantuan Sosial Pertanian 9. Pemanfaatan Anggaran 10. Efisiensi Pemanfaatan Anggaran 11. Efektifitas Pemanfaatan Anggaran 12. Penilaian Efisiensi dan Efektifitas Pemanfaatan Anggaran. U. N IV. I. 2. 3. 4.. ER. BAB II. R. PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasaIah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian. TE. BAB I. . . . . . . . . .. ... KA. PERNYATAAN PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN TAPM ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR lSi DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPlRAN. B. Kajian Terdahulu C. Kerangka Berfikir D. Pokok Bahasan BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. DesaiB PeaelitiaB B. Narasumber dan Bahan Studi C. Pedoman Wawancara D. Pemililtan Narasllmber E. Metode Analisis Data. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. 11. 111 IV V. Vi V11. IX XIV. xx XX11. I I 10 10 II. 12 12 12 13 15 16 19 20 22 23 24 26 27 29 31 33. 35 39 39 39 40. 40 44.

(10) x 41464.pdf. TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Tugas pokok dan fungsi dinas 2. Arti penting kegiatan bantuan kepada petani 3. Pelaksanaan kegiatan bantuan kepada petani 4. Jenis bantuan dan petani penerima bantuan B. Temuan Penelitian 1. Perbedaan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan anggaran....... a. Identifikasi perbedaan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan anggaran I) Efisiensi pemanfaatan anggaran a) Penggunaan waktu (I) Kontraktual (2) Bantuan Sosial Pertanian (3)Perbandingan penggunaan waktu penyaluran bantuan antara kontraktual dengan bantuan sosial pertanian b) Penggunaan dana (I) Kontraktual (2) Bantuan Sosial Pertanian (3) Perbandingan penggunaan dana antara kontraktual dengan bantuan sosial pertanian ........ ..... c) Kesederhanaan proses penyaluran bantuan (1) Kontraktual .. (2) Bantuan Sosial Pertanian (3) Perbandinganjumlah tahapan antara kontraktual dengan bantuan sosial pertanian 2) Efektivitas pemanfaatan anggaran a) Keterlibatan para pihak (I) Kontraktua1................................ (2) Bantuan Sosial Pertanian (3) Perbandingan para pihak yang terlibat dalam penyaluran bantuan antara kontraktualdan bantuan sosial pertanian .. b) Kesesuaian kebutuhan (I) Kontraktua1 (a) Menurut PPTK (b) Menumt Kontraktor .. (c) Menurut Petani. 50 50 50 51 54 57 61 61 61 62 63 63 64. 65 66 66 68. 69 69 70 72. U. N. IV. ER. SI T. AS. TE. R. BU. KA. BAB IV. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. 73 74 75 75 76. 77 79 80 80 81 83.

(11) xi. 41464.pdf. KA. BU. 84 84 85 85. 87. 88 88 89 89 90. U. N. IV. ER. SI T. AS. TE. R. c). (d) Rekapitulasi rata-rata kesesuaian bantuan dengan kebutuhan penerima bantuan pada kontraktual .. (2) Bantuan Sosial Pertanian (a) Menurut PPK (b) Menurut Petani (c) Rekapitulasi rata-rata kesesuaian bantuan dengan kebutuban penerima bantuan pada bantuan sosial pertanian (3) Perbandingan kesesuaian bantuan dengan kebutuhan petani penerima bantuan antara kontraktual dan bantuan sosial pertanian........ Fleksibilitas Waktu (I) Kontraktual (a) Menurut PPTK (b) Menurut Petani (c) Rekapitulasi rata-rata fleksibilitas waktu kontraktual (2) Bantuan Sosial Pertanian .. (a) Menurut PPK (b) Menurut Petani....................... (c) Rekapitulasi fleksibilitas waktu penerimaan bantuan pada bantuan sosial pertanian ........ (3) Perbandingan fleksibilitas waktu penyaluran bantuan antara kontraktual dan bantuan sosial pertanian Perangkat Pengawasan ( I) Kontraktual (a) Menurut PPTK (b) Menurut Kontraktor (c) Menurut Petani (d) Rekapitulasi rata-rata perangkat pengawasan pada kontraktual (2) Bantuan Sosial Pertanian (a) Menurut PPK (b) Menurut Petani (c) Rekapitulasi rata-rata nilai perangkat pengawasan pada bantuan sosial pertanian ..... (3) Perbandingan perangkat pengawasan antara kontraktual dan bantuan sosial pertanian. d). Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. 92 93 93 94. 95. 96 % 97 97 911 99 101 102 102 103. 104. 105.

(12) xii. 41464.pdf. TE R. BU. KA. e) Potensi Penyimpangan (I) Kontraktual................................. (a) Menurut PPTK (b) Menurut Kontraktor (c) Menurut Petani (d) Rekapitulasi rata-rata potensi penyimpangan pada kontraktual (2) Bantuan Sosial Pertanian (a) Menurut PPK (b) Menurut Petani (c) Rekapitulasi potensi penyimpangan pada bantuan sosial pertanian (3) Perbandingan potensi penyimpangan antara kontraktual dan bantuan sosial pertanian 3) Rekapitulasi Perbedaan Efisiensi dan Efektivitas Carn Penyaluran Bantuan. U. N IV. ER. SI. TA. S. B. Pembahasan HasH Penelitian I. Analisis Perbedaan Efisiensi dan Efektivitas Pemanfaatan Anggaran Pada Cara Penyaluran Kontraktual dan Bantuan 80sial Pertanian ... a. Analisis Efisiensi Pemanfaatan Anggaran..... I) Analisis Efisiensi Penggunaan Waktu. 2) Analisis Efisiensi Penggunaan dana...... 3) Analisis Kesederhanaan Proses Penyaluran 4) Analisis Nilai Efisiensi Pemanfaatan Anggaran b. Analisis Efektivitas Pemanfaatan Anggaran 1) Analisis Keterlibatan Para Pihak dalarn Penyaluran Bantuan 2) Analisis Kesesuaian dengan Kebutuhan Penerima Bantuan 3) Analisis Fleksibilitas Waktu Penyaluran Bantuan 4) Analisis Ketersediaan Perangkat Pengawasan 5) Analisis Potensi Penyimpangan Pemanfaatan Anggaran 6) Analisis Nilai Efektivitas Pemanfaatan Anggaran 7) Rekapitulasi Hasil Analisis Efisiensi dan Efektivitas Pemanfaatan Anggaran 2. Analisis Kelayakan Bantuan 80sial Pertanian 8ebagai Alternatif Metode Pengadaan Barang dan Jasa. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. 106 Hl7 107 108 III 113 liS liS 117 120. 123 124 126. 126 127 127 129 132 140 142 143 145 I46 148 ISO I 53 155. 158.

(13) xiii. 41464.pdf. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. BU. BAD V. KA. a. Prinsip-prinsip Pengadaan Barang dan Jasa b. Kelernahan Kontraktual untuk Penyaluran Bantuan Kepada Petani c. Kelebihan Bantuan Sosial Pertanian untuk Penyaluran Bantuan Kepada Petani d. Perbedaan Bantuan Sosial Pertanian dengan Banluan Sosial Lainnya . e. Hal-hal yang Perlu Dibenahi pada Bantuan Sosial Pertanian Sebagai AltematifMetode Pengadaan Barang dan Jasa f. Swakelola Pemberdayaan Masyarakat Sebagai AltematifPengadaan Barang <ian Jasa baru. R. B. Saran. TE. DAFTAR PUSTAKA. 158 162 167 171. 175. 180 185 185 186 188 191. LAMPlRAN. 192. U. N. IV. ER. SI T. AS. RUJUKANPERATURAN.................................................. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(14) xiv 41464.pdf. DAFTAR TABEL Tabel Tabell. Tabel 2. Uraian. Hal. Perbedaan Proses Pengadaan Barang dan Jasa Anlara Bantuan Sosial Pertanian, Swakelola dan Kontraktual. 5. Nilai Anggaran Dilihat dari Kemanfaatan Bagi Penerima Bantuan Pada Kontralctual dan Bantuan Sosial Pertanian. {). Daftar Nama PPK Responden. 41. Tabel4. Daftar Nama PPTK Responden. 41. Tabel5. Daftar Nama Kontraktor Responden. Tabel6. Daftar Nama Ketua Kelompok Tani Responden. Tabel7. Nilai dan Jumlah Kegiatan Penyaluran Bantuan Kepada Petani Berdasarkan Sumber Anggaran Pada Dispertanak Kabupaten Nunukan Tahun 2008 - 2012. BU. KA. Tabel 3. Nilai dan Persentase Anggaran serta Jumlah Kegiatan yang Menggunakan Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian Pada Dispertanak Kabupaten Nunukan Tahun 2008 - 2012. Tabel II. SI. 63. IV. ER. Jurnlah Hari yang Dibutuhkan untuk Penyaluran Bantuan dengan Kontraktual Menurut Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Jumlah Hari yang Dibutuhkan untuk Penyaluran Bantuan dengan Bantuan Sosial Pertanian Menurut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). 64. Perbandingan Jurnlah Hari yang Dibutuhkan Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 65. U. TabeilO. 55. N. Tabel9. 53. S. TE. R. 43. TA. Tabel 8. 42. Tabel12. Faktor Pembentuk HPS Pada Kontraktual Menurut PPTK. Tabel13. Faktor Pembentuk HPS Pada Bantuan Sosial Pertanian Menurut PPK. 68. Faktor Pembentuk HPS Pada Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian Menurut Responden. 69. Jurnlah Tahapan Proses Penyaluran Kontraktual Menurut PPTK. 70. 67. Tabel 14. Tabel15. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. Bantuan. Pada.

(15) xv 41464.pdf. Tabel20. Tabel 21. Tabel22. Tabel 23. Jenis Tahapan Penyaluran Bantuan Pada Bantuan Sosial Pertanian Menurut PPK. 72. Perbandingan Tahapan Proses Penyaluran Bantuan Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 73. Para Pihak yang Terlibat dalam Penyaluran Bantuan Model Kontraktual Menurut PPTK. 76. Para Pihak yang Terlibat dalam Penyaluran Bantuan Sosial Pertanian Menurut PPK. 77. Para Pihak yang Terlibat dalam Penyaluran Bantuan Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 78. Kemungkinan Petani Mengambil Keuntungan dari Bantuan Sosial Pertanian. 79. Keterlibatan Penerima Bantuan dalam Menentukan Jenis dan Jumlah Barang yang Diterimanya pada Penyaluran Bantuan Cara Kontraktual Menurut PPTK. 81. Keterlibatan Penerima Bantuan dalam Menentukan Jenis dan Jumlah Barang yang Diterimanya pada Penyaluran Bantuan Cara Kontraktual Menurut Kontraktor. 82. U. N. Tabel25. IV ER. SI. Tabel 24. 72. KA. Tabel 19. 71. Jumlah Tahapan Penyaluran Bantuan Pada Bantuan Sosial Pertanian Menurut PPTK. BU. Tabel 18. Bantuan. TE R. Tabel 17. Jenis Tahapan Pada Proses Penyaluran Menggunakan Kontraktual Menurut PPTK. TA S. Tabel 16. Tabel 26. Tabel 27. Tabel28. Keterlibatan Penerima Bantuan dalam Menentukan Jenis dan Jumlah Sarang yang Diterimanya pada Penyaluran Bantuan Cara Kontraktual Menurut Ketua Kelompok Tani Penerima Bantuan. 83. RekapituJasi Rata-rata KeterJibatan Penerima Bantuan dalam Menentukan Jenis dan Jumlah Barang yang Diterimanya pada Penyaluran Santuan Cara Kontraktual Menurut PPTK, Kontraktor dan Ketua Kelompok Tani Penerima Bantuan. 84. Keterlibatan Penerima Bantuan dalam Menentukan Jenis dan Jumlah &rang yang Diterimanya pada Bantuan Sosial Pertanian Menurut PPK. 85. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(16) xvi. 41464.pdf. Tabel29. Keterlibatan Penerima Bantuan dalam Menentukan Jenis dan Jumlah Barang yang Diterimanya pada Bantuan Sosial. Tabel34. Fleksibilitas Waktu Penerimaan Bantuan pada Kontraktual Menurut PPTK. 90. BU. KA. 88. Fleksibilitas Waktu Penyaluran Bantuan pada Kontraktual Menurut Ketua Kelompok Tani Penerima Bantuan 91. Rekapitulasi Rata-rata Fleksibilitas Waktu Penyaluran Bantuan pada Kontraktual Menurut PPTK, Kontraktor dan Ketua Kelompok Tani Penerima Bantuan. 92. Fleksibilitas Waktu Penyaluran Bantuan pada Sosial Pertanian Menurut PPK. 93. Bantuan. 94. Rekapitulasi Rata-rata Fleksibilitas Waktu Penyaluran Banman pada Banman Sosial Pertanian Menurut PPK dan Ketua Kelompok Tani Penerima Bantuan. 95. Perbandingan Rata-rata Fleksibilitas Waktu Penyaluran Bantuan pada Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 96. Tabel 39. Perangkat Pengawasan pada Kontraktual Menurut PPTK. 98. Tabel40. Perangkat Pengawasan pada Kontraktor. Menurut. 99. Tabel41. Perangkat Pengawasan pada Kontraktual Menurut Ketua Kelompok Tani Penerima Bantuan. 100. U. Tabel37. Fleksibilitas Waktu Penyaiuran Bantuan pada Bantuan Sosial Pertanian Menurut Petani Penerima Bantuan. N. Tabel 36. IV E. R. Tabel35. Perbandingan Rata-rata Keterlibatan Penerima Bantuan dalam Menentukan Jenis dan Jumlah Barang yang Diterimanya Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. R. Tabel33. 87. TE. Tabel32. Rekapitulasi Rata-rata Keterlibatan Penerima Bantuan dalam Menentukan Jenis dan Jumlah Barang yang Diterimanya pada Bantuan Sosial Pertanian Menurut PPK dan Ketua Kelompok Tani Penerima Bantuan. S. Tabel 31. 86. SI TA. Tabel 30. Pertanian Menurut Petani Penerima Bantuan. Tabel38. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. Kontraktual.

(17) xvii. 41464.pdf. Tabel43. Tabel44. Tabel45. 101. Perangkat Pengawasan pada MenurutPPK. 102. Bantuan Sosial Pertanian. Perangkat Pengawasan pada Bantuan Sosial Pertanian Menurut Petani Penerima Bantuan. 103. Perangkat Pengawasan pada Bantuan Sosial Pertanian Menurut PPK dan Ketua Kelompok Tani Penerima Bantuan. 104. 105. Tabel47. Potensi Penyimpangan pada Kontraktual Menurut PPTK. 107. Tabel48. Pandangan Responden PPTK Terhadap Jenis Potensi Penyimpangan pada Kontraktual. Tabel 50. R. TE. AS. Kontraktual. 109. Pandangan Responden Kontraktor Terhadap Potensi Penyimpangan Kontraktual. 110. Potensi Penyimpangan pada Kontraktual Menurut Ketua Kelompok Tani Penerima Bantuan. III. N. Pandangan Responden Ketua Kelompok Tani Terhadap Potensi Penyimpangan Kontraktual. 112. Potensi Penyimpangan Kontraktual Menurut PPTK, Kontraktor dan Ketua Kelompok Tani Penerima Bantuan. 113. Pandangan Responden Terhadap Potensi Penyimpangan Kontraktual. 114. U. Tabel 52. Tabel 53 Tabel54. Tabel55. Potensi Penyimpangan pada MenurutPPK. Tabel56. Pandangan Responden PPK Terhadap Penyimpangan Bantuan Sosial Pertanian. Tabel 57. 108. Menurut. IV. Tabel 51. Potensi Penyimpangan pada Kontraktor. SI T. Tabel 49. BU. Perbandingan Rata-rata Perangkat Pengawasan Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. ER. Tabel 46. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Perangkat Pengawasan pada Kontraktual Menurut PPTK, Kontraktor dan Ketua Kelompok Tani Penerima Bantuan. KA. Tabel42. Bantuan Sosial Pertanian Potensi. Potensi Penyimpangan pada Bantuan Sosial Pertanian Menurut Petani Penerima Bantuan. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. 116. 117. 118.

(18) xviii. 41464.pdf. Tabel 63. Tabel64. Tabel65. 122. Potensi Penyimpangan pada Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 123. Uraian Keunggulan Efisiensi Pemanfaatan Anggaran Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 124. Uraian Keunggulan Efektivitas Pemanfaatan Anggaran Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 125. Perbandingan Efisiensi Penggunaan Waktu Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. Antara 127. Perbandingan Tabapan Pra Penyaluran Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian Menurot Penyelenggara Kegiatan. 128. Saat Penyaluran Antara Perbandingan Tabapan Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian Menurot Penyelenggara Kegiatan. 128. Perbandingan Tabapan Pasca Penyaluran antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian Menurot Penyelenggara Kegiatan. 129. Perbandingan Pagu dan Realisasi Bantuan Kepada Petani Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian Pada Dispertanak Kabupaten Nunukan Tabun 2008 - 2012. 133. Faktor Pengurang Nilai Realisasi Anggaran dari Pagu Anggaran. 134. Perbandingan Efisiensi Penggunaan Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 137. U. Tabel 67. N. IV. Tabel66. Pandangan Responden Terhadap Potensi Penyimpangan Bantuan Sosial Pertanian. KA. Tabel62. 121. R BU. Tabel61. Potensi Penyimpangan pada Bantuan Sosial Pertanian Menurot PPK dan Ketua Kelompok Tani Penerima Bantuan. TE. Tabel 60. 119. TA S. Tabel 59. Pandangan Responden Ketua Kelompok Tani Terhadap Potensi Penyimpangan Bantuan Sosial Pertanian. ER SI. Tabel 58. Tabel 68. Tabel 69. Tabel 70. Tabel71. dana. Antara. Perbandingan Efisiensi Kesederhanaan Proses Penyaluran Bantuan Antara KontraktuaI dan Bantuan Sosial Pertanian. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. 138.

(19) xix. 41464.pdf. Tabel72. Antara 139. 140. Tabel 74. Nilai Intensitas Interaksi dari Keterlibatan Para Pihak. 144. Tabel75. Kesesuaian dengan Kebutuhan Penerima Bantuan Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 145. Fleksibilitas Waktu Penyaluran Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 147. Ketersediaan Perangkat Pengawasan Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 149. Tabe1 80. Tabel81. BU. TE R. Nilai Efektivitas Pemanfaatan Anggaran Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 154. Antara. Nilai Efisiensi dan Efektivitas Pemanfaatan Anggaran Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian Uraian Perbedaan Efisiensi dan Efektivitas Pemanfaatan Anggaran Pada Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian Cara Penyaluran Bantuan yang Disukai Responden. U. Tabel82. lSI. S. Tabel79. Potensi Penyimpangan Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. SI TA. Tabel 78. ER. Tabel77. IV. Tabel76. KA. Nilai Efisiensi Pemanfaatan Anggaran Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. N. Tabel 73. Perbandingan Tahapan Penyaluran Bantuan Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 156. 157 166. Tabel83. Alasan Responden Lebih Menyukai Kontraktual. 166. Tabel 84. Alasan Responden Lebih Menyukai Pertanian. 169. Tabel 85. Tabel 86. Tabel 87. Bantuan Sosial. Perbedaan Bantuan Sosial Pertanian dengan Bantuan Sosial Lainnya. 174. Hal-hal Baik yang Perlu Dipertahankan Pada Bantuan Sosial Pertanian dan Swake10la oleh Ke1ompok Masyarakat pada Model Pengadaan Barang Jasa Altematif. 177. Model Swake10la Pemberdayaan Masyarakat yang Diusulkan Menjadi Metode Pengadaan Barang/ Jasa Baru. 182. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(20) xx 41464.pdf. DAFTAR GAMBAR. Gambar. Uraian. Gambar I. Hal. Perbedaan Proses Penyaluran Bantuan dan Keterlibatan Para Pihak Menggunakan Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian Kerangka Pikir Penelitian. Gambar 3. Grafik Perbandingan Persentase Kontribusi PDRB Sektor Pertanian dan Pertambangan Terhadap Penyerapan Angkatan Kelja di Kabupaten Nunukan Tahun 2011 Nilai dan Jumlah Kegiatan Penyaluran Bantuan Kepada Petani Berdasarkan Sumber Anggaran Pada Dispertanak Kabupaten Nunukan Tahun 2008 - 2012 Perkembangan Nilai Bantuan Kepada Petani yang Menggunakan Kontraktul dan Bantuan Sosial Pertanian pada Dispertanak Kabupaten Nunukan Tahun 2008 - 2012. Gambar 6. Perbandingan Banyaknya Penyaluran Bantuan dan Jumlah Kelompok Tani Penerima Bantuan Pada Cara Penyaluran Kontraktua1 dan Bantuan Sosial Pertanian di Dispertanak Kabupaten Nunukan Tahun 2008 - 2012. 54. 56. 58. U. N. IV. ER. SI T. Gambar 5. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar II. 52. AS. TE. Gambar 4. Gambar 7. 34. R. BU. KA. Gambar 2. 7. Jenis Bantuan dan Jumlah Kelompok Tani Penerima Bantuan Pada Dispertanak Kabupaten Nunukan Tahun 2008 - 2{)12. S8. Penyebaran Lokasi Penyaluran Bantuan Kepada Petani Pada Dispertanak Kabupaten Nunukan Tahun 2008 - 2012. 59. Perbandingan Pagu, Realisasi dan SILPA Pada Total Anggaran dan Anggaran Bantuan Kepada Petani. 13{). Paradigma Penggunaan dan Pemanfaatan Anggaran serta Penurunan Nilai Anggaran Pada Kontraktual. 131. Nilai Pengurangan Anggaran dari Realisasi Anggaran dan Nilai Bantuan Sebenarnya. 135. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(21) xxi. 41464.pdf. Gambar 12. llustrasi Persentase Bantuan Sebenarnya Kepada Petani Menggunakan Pengadllan Kontraktual. Gambar 13. Nilai Efisiensi Pemanfaatan Anggaran Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 141. Nilai Potensi Penyimpangan Bantuan Sosial Pertanian. Antara KontraktuaJ dan 152. Nilai Perangkat Pengawasan Bantuan Sosial Pertanian. Antara Kontraktual dan. Gambar 18. KA. IS 5. Nilai Efisiensi, Efektivitas dan Rata-rata Pemanfaatan Anggaran Antara Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. 156. Beberapa Keunggulan Kontraktual Dibandingkan Bantuan Sosial Pertanian. 165. 168. Gambar 20. Struktur Organisasi Swakelola oleh Kelompok Masyarakat. 180. Gambar 21. Struktur Organisasi yang Diusulkan untuk Swakelola Pemberdayaan Masyarakat. 181. ER. SI T. Faktor Kelebihan Bantuan Sosial Pertanian Dibandingkan KontraktuaJ dalam Efisiensi dan Efektivitas Pemanfaatan Anggaran. U. N. IV. Gambar 19. Antara. BU. Gambar 17. Nilai Efektivitas Pemanfaatan Anggaran Kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. R. Gambar 16. 153. TE. Gambar 15. AS. Gambar 14. 136. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(22) xxii. 41464.pdf. DAFTAR LAMPlRAN Uraian. Hal. Lampiran 1. Kartu Wawancara dan Kuestioner. 192. Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Kuestioner dan Wawancara dengan PPK. 202. Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Kuestioner dan Wawancara dengan PPTK. 207. R. 211. Rekapitulasi Hasil Kuestioner dan Wawancara dengan Ketua KeIompok Tani. 213. Lampiran 6. Hasil Wawancara dengan PPK (Contoh). 221. Lampiran 7. Daftar Kegiatan Penyaluran Bantuan Kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Petemakan Kabupaten Nunukan Tahun 2008 - 2012. 227. Pagu dan Rcalisasi Anggaran Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Petemakan Kabupaten Nunukan Tahun 2008 ­ 2012. 228. U. S. TA. SI. N. Lampiran 8. ER. Lampiran 5. TE. Rekapitulasi HasiI Kuestioner dan Wawancara dengan Kontraktor. IV. Lampiran 4. BU KA. Lampiran. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(23) U N. IV. ER. SI. TA S. TE. R. BU. KA. 41464.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(24) U. N. IV. ER. SI TA. S. TE R. BU. KA. 41464.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(25) U. N. IV. ER. SI TA. S. TE R. BU. KA. 41464.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(26) U. N. IV. ER. SI T. AS. TE R. BU. KA. 41464.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(27) U. N IV ER. SI T. AS. TE R. BU. KA. 41464.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(28) U. N. IV ER. SI. TA S. TE R. BU. KA. 41464.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(29) U N. IV. ER. SI. TA. S. TE. R. BU. KA. 41464.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(30) U. N. IV. ER. SI. TA S. TE R. BU. KA. 41464.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(31) U. N. IV ER. SI T. AS. TE R. BU. KA. 41464.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(32) U. N IV ER. SI T. AS. TE R. BU. KA. 41464.pdf. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(33) 12. 41464.pdf. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.. Kebijakan Publik.. Suhamo (20 I0:22-23) mengutip Anderson (1979) mengatakan bahwa kebijakan publik adalah kebijakan yang dikembangkan dan dirumuskan oleh Widodo (2012:5). KA. instansi-instansi atau pejabat-pejabat pemerintah.. mengatakan bahwa kebijakan publik adalah salah satu bentuk pengaturan. BU. masyarakat atau social control untuk mencapai tujuan tertentu yang dinilai. TE. R. dari dua segi, yaitu : memberikan jaminan yang lebih baik dalam mencapai tujuan atau dapat mengurangi pembatasan yang menghambat dan tanpa. AS. mengganggu orang lain. Selanjutnya Widodo (2012:28) juga menyebutkan. SI T. bahwa kebijakan pertanian adalah kegiatan untuk masyarakat umum atau. ER. public action yang ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup, kesempatan. IV. ekonomi petani dan kehidupan pedesaan.. N. Tujuan kebijakan publik menurut Tjahjan (2006) dalam Witaradya. U. (20 I0) adalah dapat diperolehnya nilai-nilai oleh publik, baik yang berta/ian. public goods (barang publik) maupun public service (pelayanan publik). Nilai-nilai tersebut sangat dibutuhkan publik untuk meningkatkan kualitas hidup, baik fisik maupun non fisiko Sundarso et al (20 I0:8.11) menyatakan bahwa proses pembuatan kebijakan. publik. adalah. menyangkut. penentuan. agenda. kebijakan,. pengumpulan informasi yang berhubungan dengan pengambilan kebijakan. kompromi dan negosiasi di antara pelaku kebijakan dan mengesahkan kebijakan setelah kompromi dicapai. Secara sederhana Wibawa (2012:32) Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(34) 13. 41464.pdf. mengatakan. bahwa. tahap-tahap. manaJemen. pemerintahan. mencakup. perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. 2. Kebijakan Publik yang Baik.. Menurut Susilo (2012) suatu kebijakan dibuat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat dan untuk itu diperlukan kebijakan yang komprehensif. Kebanyakan kebijakan publik yang dilahirkan terkesan. KA. sepertinya kebijakan tersebut sekedar doing something bukannya problem. R BU. solving. Tujuan utarna penyelenggaraan pemerintahan adalah menciptakan. TE. kesejahteraan masyarakat bukan membangun negara korporasi maupun negara aparatur. Untuk mewujudkan negara kesejahteraan harus didukung. TA S. oleh kebijakan publik pro rakyat, artinya kebijakan-kebijakan yang dibuat masyarakat dan. bisa. ER SI. oleh pemerintah harus berdasarkan keinginan. menye1esaikan masalah yang ada di masyarakat. Kebijakan publik dan. IV. implementasi kebijakan publik harus sejalan dengan arus utama kepentingan. N. publik (public mission) bukan berdasarkan keinginan e1it. Tapi kenyataannya. U. para pejabat publik dan birokrat hanya sekedar menjalankan kebijakan­ kebijakan yang diputuskan oleh para elit. Menurut Nugroho (2008:50-51) kebijakan publik yang baik adalah kebijakan publik yang melayani publik. Kebijakan publik yang baik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu melibatkan publik dalarn segala tahap, realistik, transparan, jelas tolok ukur keberhasi1annya., jelas target atau sasarannya, je1as dasar hukumnya dan tidak bertentangan atau tumpang tindih antar kebijakan.. Sedangkan Wibawa (2012:35) mengutip pemyataan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa norma mengelola. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(35) 14 41464.pdf. urusan publik adalah partisipasi, rule of law, transparan, responsiveness, orientasi konsensus, kesetaraan, efisiensi dan efektivitas, akuntabilitas dan visi strategik. Selanjutnya Wibawa (2012:55-62) mengatakan bahwa tugas pemerintah adalah memberikan pelayanan. Prinsip-prinsip pelayanan tersebut adalah : (a.) kepentingan umum, melayani sudah barang tentu berorientasi pada yang. KA. dilayani; (b.) kepastian hukum, tunduk-patuh kepada aturan; (c.) kesarnaan. BU. hak, semua orang diperlakukan sarna, pengecualian hanya diberikan jika. TE R. memang aturan membolehkannya; (d.) keseimbangan antara hak dan kewajiban; (e.) profesional; (f.) partisipatif, dengan melibatkan semua pihak:. TA S. (g.) persarnaan perlakuan/tidak diskriminatif; (h.) terbuka, tidak ada yang ditutup-tutupi; (i.) akuntabel; (j.) perlakuan khusus bagi yang lemah; (k.) tepat. SI. waktu; (1.) cepat, mudah, teljangkau.. ER. Susilo (2012) mengatakan agar kebijakan dapat dilaksanakan dengan. IV. baik, maka kebijakan seharusnya : (a.) dirancang sesuai dengan kerangka disusun korelasi yang je1as antara kebijakan. U. N. acuan dan teori yang kuat; (b.). dan implementasinya; (c.) Ditetapkan adanya organisasi yang mengkoordinir pelaksanaan kebijakan, sehingga proses implementasi dapat beljalan baik; (d.) dilakukan sosialisasi kebijakan yang akan diterapkan sarnpai organisasi pelaksana tingkat bawah (street. level bureaucracy); (e.) dilakukan. pemantauan secara terns menerus (monitoring). (f.). Diberi. bobot. yang. sarna penting antara kebijakan dan implementasinya. sehingga antara kebijakan. dengan. implementasinya. menyulitkan dalarn pelaksanaannya.. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. tidak. teljadi. kesenjangan. yang.

(36) 15 41464.pdf. Selain itu ada dua kemungkinan kegagalan suatu kebijakan : (a.) tidak terimplementasi, maksudnya suatu kebijakan tidak dilaksanakan sesuai rencana, alau karena pelaksananya tidak menguasai permasalahan; (b.) implementasi yang tidak berhasil, biasanya teJjadi manakala suatu kebijakan telah dilaksanakan sesuai reneana, namun kondisi eksternal ternyala tidak menguntungkan (Susilo, 2012). Implementasi Kebijakan Publik.. KA. 3.. BU. Suharno (20 I0: 187) mengatakan bahwa implementasi kebijakan. R. merupakan hal terpenting dalam proses kebijakan publik. Keberhasilan. TE. implementasi kebijakan sangat terkait dengan beberapa aspek, di antaranya. SI TA S. pertimbangan pembuat kebijakan, komitmen dan konsistensi para pelaksana kebijakan serta perilaku sasaran. Mengutip Chemma dan Rondinelli (1983),. ER. Suharno (20 I0: 196) mengatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, hubungan antar organisasi, somber daya. N IV. organisasi untuk implementasi kebijakan serta karakteristik dan kemampuan. U. agen pelaksana.. Pertanian adalah kombinasi dari faktor ekonomi, fisik, biologi dan. sebagainya yang selalu mengalami inelastis dan lag dalam produksi dan land based, sehingga mempunyai resiko tinggi karena euaca, penyakit, hama dan. harga. Oleh karena itu kebijakan publik sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan efisiensi pasar domestik, pasar ekspor, pembatasan luas tanam, subsidi dan tarif ekspor (Widodo, 2012:117). Dalam upaya menyelaraskan kebijakan publik pada sektor pertanian diperlukan kebijakan yang dapat memahami sektor pertanian sebagai hal yang Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(37) 16 41464.pdf. berbeda dari pembangunan fisik, seperti pembangunan jalan atau gedung. Pola usaha tani memiliki logika sendiri terkait cuaca dan musim, sehingga usaha budidaya pertanian tidak bisa dilakukan sewaktu-waktu (Widodo, 2012:114). karena. Keterlambatan pengadaan benih tahun 2011 dan tahun 2012,. pengadaan. yang. berlarut-Iarut. menyebabkan. banyak. daerah. mengalami keterlambatan memulai musim tanam adalah contoh musim tanam. R BU. selanjutnya adalah terganggunya ketahanan pangan.. KA. yang tidak bisa mengikuti logika pengadaan barang/jasa pemerintah. Akibat. Hal ini teIjadi karena pola pengadaan yang tidak mendukung pola. di. Kabupaten. Aceh. Barat. Daya. sebagaimana. diberitakan. TA S. teIjadi. TE. musim pada pertanian. Kekacauan karena keterlambatan penyediaan benih. Tribunnews.com tanggal 14 September 2012, di Kabupaten Boyolali yang. SI. diberitakan Harianjogja.com tanggal 3 September 2012, atau di Kabupaten. ER. Muara Enim sebagaimana berita Kabarserasan.com tanggal 12 September. IV. 2012, sehingga karena seringnya teIjadi keterlambatan ini Pemerintah. U. N. Provinsi Sumatera Selatan meminta pemerintah pusat mengubah pola pengadaan benih dari pola tender (kontraktual) menjadi Bantuan Sosial sebagaimana pemberitaan Indonesiafinancetoday.com tanggal 29 Agustus 2012.. 4.. Sistem Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah. Saat ini sistem pengadaan barang dan jasa pemerintah mengacu pada Peraturan. Presiden. (Perpres). Nomor. 54. Tahun. 2010. yang. telah. disempurnakan melalui Perubahan Kedua dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012. Menurut Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Pengadaan Barang dan Jasa. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(38) 17 41464.pdf. Pemerintah (PBJP) adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerianl Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Instansi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Menurut Tjitroresmi (2003:140) sistem PBJP telah dimulai sejak tahun 1980 melalui penerbitan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 14A. KA. tahun 1980 tentang Pelaksanaan APBN dan Keppres Nomor 10 tahun 1980. BU. tentang Tim Pengendali Pengadaan Barang/Jasa dan Peralatan Pemerintah. R. (TPPBPP). Pada saat itu sistem pengadaan barang dan jasa diatur dalam. TE. Keppres untuk mengatur pelaksanaan APBN. Setahun kemudian Keppres 10. AS. Tahun 1980 diganti menjadi Keppres Nomor 18 Tahun 1981. Pada tahun. SI T. 1984, Keppres tersebut berubah kembali menjadi Keppres Nomor 29 Tahun 1984 tentang Pelaksanaan APBN dan Keppres Nomor 30 Tahun 1984 tentang. ER. TPPBPP.. Pada tahun 1994 pemerintah mengeluarkan kembali Keppres. IV. Nomor 16 Tahun 1994 mengenai pelaksanaan APBN untuk menyempumakan. U. N. peraturan PBJB sebelurnnya. Pada masa reformasi pemerintah mengeluarkan Keppres Nomor 6. Tahun 1999 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah yang disempumakan dengan Keppres Nomor 18 Tahun 2000. Mengingat terjadi banyak kelemahan dan inkonsistensi dalam PBJP dari berbagai peraturan yang ada, terutama antara aturan umum dan petunjuk teknisnya, maka pemerintah mengeluarkan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 mengenai PBJP yang sangat fenomenal, karena untuk pertama kalinya Indonesia memiliki aturan PBJP yang komprehensif (Tj itroresmi, 2003: 140). Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(39) 18. 41464.pdf. Asliana (2012) mengatakan sejak diberlakukannya Keppres 80 Tahun 2003, pemerintah telah melakukan perubahan sebanyak 10 kali hingga Perpres 70 Tahun 2012. Tujuan perubahan tersebut ada1ah (I) untuk meningkatkan transparansi dan kompetisi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah dalam mewujudkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara, (2) untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal dan. KA. meningkatkan kompetensi keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, (3). BU. agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa terlaksana dengan baik sesuai. R. dengan konteks dan kondisi kebutuhan pengadaan barang/jasa.. TE. Dalam Keppres Nomor 18 tahun 2000 dikatakan tujuan PBJP pada. AS. Bagian 2 Pasal 2 adalah untuk memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan. SI T. Instansi Pemerintah dalam jumlah yang cukup, dengan kualitas dan harga yang dapat dipertanggungjawabkan, dalam waktu dan tempat tertentu.. ER. Sedangkan dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tujuan PBJP disebutkan. IV. dalam Pasal 2 ayat 2 sebagai berikut tujuan diberlakukannya Keputusan. U. N. Presiden ini adalah agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari APBNIAPBD dilakukan secara efisien, efektif. terbuka dan bersaing, transparan, adiVtidak diskriminatif, dan akuntabel. Sementara Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tidak menyebutkan tujuan PBJP, tetapi memuat prinsip-prinsip pengadaan yang tercantum dalam Bagian Pertarna Pasal 5, yaitu : (a.) efisien; (b.) efektif; (c.) transparan; (d.) terbuka; (e). bersaing; (f.) adiVtidak diskriminatif; dan (g). akuntabel.. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(40) 19 41464.pdf. 5.. Pengadaan Barang dan Jasa Dengan Pola KontraktuaI.. Menurut Mustofa (2008) PBJP terbagi menjadi 2 jenis, yaitu pengadaan barang menggunakan penyedia oleh pihak ketiga (kontraktual) dan swakelola yang pelaksanaannya dikelola sendiri oleh instansi pemerintah bersangkutan. Tidak ada penggunaan istilah kontraktual dalam Perpres Nomor 54 Oalam peraturan tersebut hanya dikenal istilah pemilihan. KA. Tahun 2010.. TE R BU. penyedia barang dan jasa melalui pelelangan, seleksi sederhana, pengadaan langsung, kontes/sayembara, pemilihan, penunjukan dan swakelola. lstilah kontraktual digunakan untuk memudahkan pembedaan istilah dengan. SI TA S. swakelola, karena pada dasarnya semua pola pengadaan selain swakelola dilaksanakan melalui kontrak dengan pihak ketiga. Perpres 54 Tahun 2010 membedakan cara pengadaan kontraktual. IV ER. berdasarkan nilai pengadaan dan jenis pekeIjaannya, misalnya : apabila nilai pengadaannya di bawah Rp 100 juta disebut sebagai pengadaan langsung, Saat ini nHai. U. N. sedangkan untuk nilaidi atasnya disebut pelelangan umum.. pengadaan langsung telah diubah menjadi maksimal Rp 200 juta dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012.. Pengadaan di atas Rp 200 juta sampai. dengan Rp 5 milyar digunakan metode pelelangan sederhana. Oi atas nilai tersebut digunakan metode pelelangan umum (Mustofa, 2012). Tata cara pengadaan menggunakan jenis kontraktual menurut Perpres 54 Tahun 20 I0 dilaksanakan dengan urulan sebagai berikut : (a) pengumuman pelelangan pekeIjaan oleh Panitia Pengadaan Barang dan Jasa (PPBJ) atau Kelompok KeIja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP), Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(41) 20. 41464.pdf. (b) perusahaan yang memenuhi syarat mendaftarkan diri. (c) PPBJ atau Pokja ULP melakukan evaluasi administrasi, teknis, kemampuan keuangan dan penawaran harga, (d) PPBJ atau Pokja ULP menetapkan pemenang pelelangan, (e) mengumumkan pemenang, (t) memberikan waktu sanggah, bagi yang keberatan,. KA. (g) menetapkan pemenang, dan. BU. (h) PPBJ atau Pokja ULP mengusulkan kepada Pengguna Anggaran untuk. 6.. TE. R. menetapkan penyedia.. Swakelola.. AS. Menurut Perpres Nomor 54 Tahun 2010 swakelola diartikan sebagai. SI T. pengadaan barang dan jasa, di mana pekeIjaannya direncanakan, dikeIjakan. ER. danlatau diawasi sendiri oleh KIL/D/I sebagai penanggung jawab anggaran,. IV. instansi pemerintah lain danlatau kelompok masyarakat.. N. Perpres Nomor 54 Tahun 2010 menegaskan bahwa pekeIjaan yang. U. dapat diswakelolakan adalah : (a.) pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan danlatau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia serta sesuai dengan tugas pokok KIL/D/I; (b.) pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi langsung masyarakat setempat; (c.) pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang!Jasa;. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(42) 21 41464.pdf. (d.) pekeIjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ ditentukan terlebih. dahulu,. sehingga. apabila. dilaksanakan. oleh. Penyedia. BaranglJasa akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar; (e.) penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan; (f.) pekeIjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survet yang. KA. bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode keIja yang belum. BU. dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa;. TE R. (g.) pekeIjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu;. S. (h.) pekeIjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan;. TA. (i.) pekeIjaan Industri Kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri;. SI. (j.) penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan/atau. ER. (k.) pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan. N IV. industri almatsus dalam negeri.. U. Pengadaan barang dan jasa secara swakelola dapat dilaksanakan oleh. instansi. penanggungjawab anggaran,. swakelola. atau. kelompok. instansi. masyarakat. lain sebagai. sebagai. pelaksana. pelaksana swakelola.. Pelaksanaan pengadaan secara swakelola oleh masyarakat mengikuti ketentuan : (a.) Direncanakan, dilaksanakan dan diawasi oleh kelompok masyarakat pelaksana swakelola, (b.) Sasaran ditentukan oleh instansi penanggungjawab anggaran, dan (c.) PekeIjaan utama tidak boleh dialihkan kepada pihak lain (sub kontrak).. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(43) 22 41464.pdf. Menwut Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa (LKPP) mengutip Perpres 54 Tahun 2010, ketentuan pengadaan barang danjasa yang dapat dilakukan secara swakelola oleh kelompok masyarakat adalah : (a) Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa hanya diserahkan kepada Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola yang mampu melaksanakan pekeIjaan: (b) Pengadaan PekeIjaan Konstruksi hanya dapat berbentuk rehabilitasi,. KA. renovasi, dan konstruksi sederhana;. BU. (c) Konstruksi bangunan barn yang tidak sederhana, dibangun oleh. TE. kelompok masyarakat.. S. Bantuan Sosial.. SI TA. 7.. diserahkan kepada. R. Penanggung Jawab Anggaran untuk selanjutnya. Menwut Komite Standarisasi Akuntansi Pemerintah (KSAP) Bantuan. R. Sosial bukan merupakan jenis pengadaan barang dan jasa. Bantuan Sosial. IV E. adalah jenis kIasifIkasi belanja. Belanja Bantuan Sosial adalah transfer uang. N. atau barang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/ Daerah kepada. U. masyarakat guna melindungi dari kemungkinan teIjadinya risiko sosial. Belanja Bantuan Sosial dilaksanakan sebagai hibah, bukan sebagai dana bergulir. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81IPMK.5/2012 menyatakan bahwa risiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi teIjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok, danlatau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi. krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(44) 23. 41464.pdf. Bantuan Sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi waJar. Dalam Peraturan Menteri Oalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Oaerah dikatakan bahwa Belanja Bantuan Sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial. KA. kemasyarakatan dalam bentuk uangfbarang kepada kelompok anggota. BU. masyarakat dan partai politik. Bantuan sosial diberikan seeara selektif dan. TE R. tidak terus-menerus/tidak mengikat, tidak wajib dan tidak harus diberikan tiap. Bantuan Sosial Pertanian.. TA. 8.. S. tahun.. sebagai. SI. Kementerian Pertanian mendefinisikan Bantuan Sosial. ER. penyaluran atau transfer uang kepada pelaku pertanian yang mengalami risiko. N IV. sosial keterbatasan modal, sehingga tidak mampu mengakses pada lembaga permodalan seeara mandiri. Tujuan pemberian Bantuan Sosial Pertanian. U. tersebut adalah (I) memberdayakan kelompok sasaran melalui penguatan permodalan, penyediaan dan rehabilitasi prasarana dan sarana pertanian, peningkatan kapasitas kelembagaan, dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SOM) pelaku usaha; (2) memberikan perlindungan sosial kepada kelompok sasaran dari risiko rawan pangan dan kegagalan usahatani; (3) menanggu[angi kemiskinan kelompok sasaran dari ketidakmampuan berusaha tani; dan (4) meringankan beban petani pasea beneana sehingga proses produksi pertanian tetap dapat berlangsung.. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(45) 24. 41464.pdf. Dalam Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertaruan Tahun 2012 dikatakan :. SI T. AS. TE. R. BU. KA. Bantuan sosial melalui pola transfer uang dilaksanakan dengan mentransfer dana bantuan sosial langsung kepada kelompok penerima bantuan, sehingga secara langsung dapat dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan yang telah diprogramkan. Prasyarat yang dibutuhkan antara lain melalui pembukaan rekening kelompok, penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK), mekanisme transfer melalui penerbitan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM) dan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) serta penggunaan dana bantuan sosial oleh kelompok penerima bantuan. Sedangkan bantuan sosial melalui pola transfer barang/jasa dilaksanakan melalui mekanisme pengadaan barang/jasa sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahannya yang dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) ataupun Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Barangljasa yang sudah diadakan untuk selanjutnya disalurkan atau diserahkan kepada kelompok penerima bantuan bantuan sosial.. Pada dasamya Bantuan Sosial Pertanian adalah model penyaluran. model. swakelola oleh. kelompok. masyarakat,. IV. dengan. ER. bantuan dalam bentuk uang atau barang yang pengadaan barangnya mirip tetapi. barang~jasa. U. N. mensyaratkan pengadaan barang melalui pihak ketiga untuk. tidak. dalam jumlah tertentu. 9.. Pemanfaatan Anggaran.. Pemanfaatan anggaran adalah penggunaan anggaran yang bersumber dari anggaran pemerintah, (APBN maupun APBD) untuk membiayai. kegiatan-kegiatan pemerintahan, baik yang bersifat belanja pegawai, belanja barang dan jasa, maupun belanja modal. Pemanfaatan anggaran dapat dilakukan secara langsung maupun melalui pihak ketiga.. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(46) 25 41464.pdf. Saat ini Indonesia menerapkan Anggaran Berbasis KineIja. Menurut Robinson dan Last (2009) dalam Cipta (2011 :9) Anggaran Berbasis KineIja adalah sistem penganggaran yang mengharuskan untuk : (a.) Secara eksplisit mendefinisikan outcome yang pelayanannya diberikan kepada masyarakat, (b.) Menyediakan indikator kineIja kunci untuk mengukur efektifitas dan efisiensi untuk mengukur pelayanannya selama penyusunan anggaran.. KA. Mamesah (1995:82) mengatakan bahwa penyusunan anggaran. BU. pemerintah daerah (APBD) perlu menganut prinsip-prinsip antara lain:. R. I. Prinsip kemandirian, dengan meningkatkan Pendapatan AsH Daerah. TE. (PAD) dan upaya ketepatan penggunaan dana yang tersedia agar dapat. S. mengurangi ketergantungan kepada instansi yang lebih tinggi.. TA. 2. Prinsip prioritas, dengan mempertajam prioritas dalam penggunaan dana.. dan. penghematan. ER. pembiayaan. SI. 3. Prinsip efesiensi dan efektifitas anggaran, dengan adanya pengendaiian yang. menyeluruh. pada. prioritas. IV. pembangunan daerah.. U. N. 4. Prinsip disiplin anggaran, yaitu setiap dinas/lembagalsatuan keIja daerah yang memperoleh anggaran hams dapat menggunakan secara efisien, tepat guna dan tepat waktu pertanggungjawabannya, serta tidak melaksanakan kegiatan atau proyek yang tidak tersedial belum tersedia kredit anggarannya dalam APBD. Menurut publikasi Balitbangda Provinsi NTT (2008:178) seringkaii birokrat. menghadapi. kenyataan. bahwa. ketika. mengimplementasikan. kebijakan publik yang nampak melalui reaiisasi berbagai rencana anggaran, birokrat hams tunduk pada mandat kebijakan yang masih bersifat umum, Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(47) 26. 41464.pdf. makro dan kadang-kadang bersifat ambigueos. Kebijakan publik yang kompleks iru justru membutuhkan penanganan berbagai instansi dalarn tubuh birokrasi, sehingga pada waktu mengimplementasikan kebijakan, timbul masalah yang menyebabkan kebijakan tersebut menjadi terhambat, bahkan kadang-kadang tidak dapat direalisasikan sarna sekali. Akibatnya teIjadi inefisiensi, sehingga mengurangi efektivitas anggaran.. Inefisiensi teIjadi. KA. menyangkut rasio penggunaan anggaran atau daya aborsi kemampuan. efektifitas. anggaran. karena. berkurangnya. pengeluaran. TE R. Berkurangnya. BU. menyerap dana yang tersedia untuk mencapai target-target pembangunan.. pemerintah yang direalisasikan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang. TA. S. ditetapkan.. SI. 10. Efisiensi Pemanfaatan Anggaran.. ER. Menurut Witaradya (2010) efisiensi mengandung beberapa pengertian. N IV. antara lain : (I.) Efisiensi pada sektor hasH dijelaskan dengan konsep masukan-keluaran (input-output), (2.) Efisiensi pada sektor pelayanan. U. masyarakat adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan pengorbanan seminimal mungkin; atau dengan kata lain suatu kegiatan telah dikeIjakan secara efisien jika pelaksanaan pekeIjaan tersebut telah mencapai sasaran dengan biaya yang terendah atau dengan biaya minimal diperoleh hasil yang diinginkan, dan. (3.) Efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat. dicapai dengan memperhatikan aspek hubungan dan tatakeIja antar instansi pemerintah daerah dengan memanfaatkan potensi dan keanekaragarnan suatu daerah.. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(48) 27. 41464.pdf. Sedangkan menurut Situs Kementerian Keuangan (2012) faktor-faktor yang menentukan tingkat efisiensi adalah: (1.) Faktor teknologi pelaksanaan pekerjaan, (2.) Faktor struktur organisasi yaitu susunan yang stabil dari jabatan-jabatan baik itu struktural maupun fungsional, (3.) Faktor sumber daya manusia seperti tenaga kerja, kemampuan kerja, maupun sumber daya fisik seperti peralatan kerja, tempat bekerja serta dana keuangan, (4.) Faktor. KA. dukungan kepada aparatur dan pelaksanaanya baik pimpinan maupun. BU. masyarakat dan (5.) Faktor pimpinan dalam arti kemampuan untuk. R. mengkombinasikan keempat faktor tersebut kedalam s03tu usaha yang. TE. berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai sasaran yang dimaksud.. S. Efisiensi pemanfaatan anggaran adalah suatu ukuran untuk melihat. SI TA. apakah penggunaan anggaran telah dilakukan dengan menghemat dan. R. memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, baik dari waktu, dana maupun proses.. IV E. Anggaran dapat disebut efisien dari segi penggunaan waktu apabila tidak. N. membutuhkan waktu yang lebih sedikit dalam proses penyalurannya,. U. sehingga memberikan manfaat yang lebih cepat bagi penerima bantuan. Efisien dalam penggunaan dana adalah apabila satuan dana yang ada dapat memberikan manfaat lebih besar bagi penerimanya, sedangkan efisien dalam proses dilihat dari kesederhanaan dalam proses pemanfaatannya.. 11. Efektifitas Pemanfaatan Anggaran. Menurut Rofai (2006:36) efektifitas adalah taraf tercapainya s03tu tujuan tertentu, baik ditinjau dari segi hasil, maupun dari segi usaha, yang diukur dengan mutu, jumlah, serta ketepatan waktu ses03i dengan prosedur dan ukuran-ukuran tertentu sebagaimana yang telah digariskan dalam Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(49) 28. 41464.pdf. peraturan yang telah ditetapkan. Mengutip Gibson et al (1994), Rofai (2006:37) mengatakan bahwa efektifitas dipengaruhi oleh lingkungan, teknologi, pilihan strategi, struktur, proses dan kultur yang melingkupinya. Semua faktor tersebut saling mempengaruhi satu dan lain. Terdapat beberapa perspektif dalarn menilai efektifitas, sebagaimana dikemukakan oleh Steers (1985) dalarn Cipta (2011:12), yaitu:. KA. (1.) Perspektij optimalisasi tUjuan, yaitu efektivitas dinilai menurut ukuran. BU. seberapa jauh suatu organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak. R. dicapai. Pemusatan perhatian pada tujuan yang layak dicapai secara. TE. optimal, memungkinkan dikenalinya secara jelas bermacarn-macarn. S. tujuan yang sering saling bertentangan, sekaligus dapat diketahui. SI TA. beberapa harnbatan dalarn usaha mencapai tujuan,. (2.) Perspektijsistem, yaitu efektivitas organisasi dipandang dati keterpaduan. IV E. R. berbagai faktor yang berhubungan mengikuti pola, input, konversi, output dan umpan balik, dan mengikutsertakan lingkungan sebagai faktor. U. N. eksternal. Dalarn perspektif ini tujuan tidak diperlakukan sebagai suatu keadaan akhir yang statis, tetapi sebagai sesuatu yang dapat berubah. dalarn peIjalanan waktu. Lagipula tercapainya tujuan-tujuan jangka pendek tertentu dapat diperlakukan sebagai input baru untuk penetapan selanjutnya. Jadi tujuan mengikuti suatu daur yang saling berhubungan antar komponen, baik faktor yang berasal dati dalarn (faktor internal), maupun faktor yang berasal dati Juar (faktor eksternal), dan. (3). Perspektij perilaku manusia, yaitu konsep efektivitas organisasi ditekankan. pada. perilaku. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. orang-orang. dalarn. organisasi. yang.

(50) 29 41464.pdf. mempengaruhi keberhasilan organisasi untuk periode jangka panjang. Di sini dilakukan pengintegrasian antara tingkah laku individu maupun kelompok sebagai unit analisis, dengan asumsi bahwa earn satu-satunya mencapai tujuan adalah melalui tingkah laku orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Efektivitas pemanfaatan anggaran dapat dilihat dari apakah anggaran. Dalam penyaluran bantuan kepada. BU. memberikan manfaat maksimal.. KA. yang tersedia telah dimanfaatkan dengan benar, sesuai dengan tujuan dan. R. masyarakat, efektivitas pemanfaatan anggaran dapat diukur dari rentang. TE. kendali penyaluran yang pendek, kesesuaian kebutuhan dengan masyarakat. AS. yang dibantu, bantuan diberikan pada saat dibutuhkan dan aturan yang. SI T. meminimalkan penyalahgunaan.. ER. 12. Penilaian Efisiensi Dan Efektifitas Pemanfaatan Anggaran.. IV. Nugraha (2011: 9.34) mengatakan bahwa efisiensi diukur dengan. N. membandingkan input yang dikonsumsi dengan outputnya, sedangkan. U. efektifitas diukur dengan membandingkan output yang dihasilkan dengan target yang ditetapkan. Situs Swamandiri (2011) mengatakan bahwa efisiensi dapat dinilai dari salah satu kondisi berikut ini : (a.) Target keluaran (output) berhasil diwujudkan dengan menggunakan kuantitas input yang lebih kedl dari anggarannya (standarnya). (b.) Kuantitas input tertentu telah menghasilkan target output yang lebih. besar dari standar (rencana).. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(51) 30. 41464.pdf. (c.) Input telah digunakan untuk menghasilkan target output yang direncanakan atau tidak terdapat pemborosan sumber daya. Selanjutnya Situs Swamandiri (2011) menuliskan bahwa efektifitas dapat dinilai dari kondisi seperti ini : (a.) Keluaran (output) yang dihasilkan, sesuai dengan yang direncanakan, baik dari segi jenislspesifikasi, kuantitas, maupun mutu.. KA. (b.) Keluaran yang dihasilkan dapat atau telah dimanfaatkan.. BU. (c.) Keluaran yang dihasilkan digunakan sesuai rencana peruntukannya.. TE R. Dalam hal penyaluran bantuan kepada masyarakat efisiensi diukur antara lain dengan :. S. I. Waktu penyaluran bantuan yang lebih singkat akan lebih menguntungkan. TA. bagi penerima bantuan, apalagi untuk pekeIjaan-pekeIjaan yang dibatasi. SI. oleh faktor-faktor alam atau hal yang tidak dapat dikendalikan oleh. ER. penerima bantuan, seperti cuaca, musim tanam, pasar atau transportasi.. N IV. 2. Jumlah dana yang disediakan oleh pemerintah dalam jumlah yang sarna,. U. dapat dibelanjakan lebih banyak, sehingga memberikan manfaat lebih besar kepada masyarakat penerima bantuan.. 3. Proses pengadaan dan penyaluran bantuan yang lebih sederhana, lebih mudah diterima oleh masyarakat. Kerumitan cara penyaluran bantuan akan menimbulkan persepsi bagi masyarakat bahwa pemerintah sengaja mengulur waktu sebagaimana pameo keburukan birokrasi, seperti "kalau bisa dibuat sulit, mengapa hams dipermudah?". Sedangkan. efektivitas. penyaluran. bantuan. pemberdayaan masyarakat diukur antara lain dengan : Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka. dalam. rangka.

(52) 31 41464.pdf. I.. Langsung menjangkau penerima bantuan, sebab pemberi bantuan akan lebih mudah memahami kebutuhan masyarakat penerima bantuan, tidak berhubungan dengan pihak lain yang jelas-jelas bermotif mencari keuntungan.. 2.. Sesuai dengan kebutuhan penerima bantuan, sebab barang dan jasa yang akan diadakan dapat dilakukan revisi untuk disesuaikan dengan. KA. perkembangan kebutuhan masyarakat penerima bantuan, sehingga. BU. penerima bantuan bersifat aktif berkonsultasi dengan pemberi bantuan.. R. Jika menggunakan proses pelelangan yang diatur dalam Perpres 54. TE. Tahun 2010, proses perubahan alokasi yang sudah diatur dalam kontrak,. Tepat waktu sesuai dengan kebutuhan masyarakat penerima bantuan,. SI T. 3.. AS. akan sulit dilakukan.. misalnya ketika bantuan yang diterima dikaitkan dengan musim tanam,. ER. cuaca, transportasi dan pemasaran yang memerlukan waktu tertentu yang. N. Perangkat peraturan yang baik, sehingga perencanaan, pelaksanaan,. U. 4.. IV. tidak dapat ditunda.. pemantauan dan evaluasi dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak. menimbulkan salah penafsiran dari berbagai pihak. 5.. Potensi penyimpangan dari penggunaan anggaran yang minimal, sehingga memaksimalkan manfaat yang menjadi tujuan penyaluran bantuan.. B. Kajian Terdabulu Penelitian mengenai efisiensi dan efektivitas anggaran pemah diteliti oleh Ungkari (2007) dalam hubungannya dengan penerapan Anggaran Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(53) 32. 41464.pdf. Berbasis Kinerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Garut.. HasiI. Penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh nyata penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap efisiensi dan efektivitas anggaran. Demikian juga mengenai tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan anggaran, telah dilakukan penelitian oleh Hasmi (2008) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Singkil terutama setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun HasiI Penelitian menunjukkan bahwa. KA. 2009 tentang Pemerintahan Daerah.. BU. tingkat efisiensi pengelolaan anggaran setelah penerapan Undang-undang. TE R. Nomor 22 Tahun 2009 adalah 24 - 63% dan efektivitasnya mencapai 96 ­ 109%. Sedangkan Hanafi (2010) meneliti tingkat efisiensi dan efektivitas. TA S. pengelolaan anggaran di Kabupaten Belitung Timur dari tahun 2005 - 2009. HasiI penelitiannya menunjukkan bahwa rasio efisiensi pengelolaan anggaran. SI. adalah 16,7% dan rasio efektivitasnya mencapai 110,23%.. IV ER. Mengenai pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah pemah diteliti oleh Darajat (2005) mengenai Pelaksanaan Pengadaan Barang. U. N. dan Jasa Pemerintah yang Bebas KKN di Kabupaten Majalengka yang menyimpulkan bahwa efektivitas pengadaan barang dan jasa ditentukan oleh sejauh mana ketaatan para pihak terhadap aturan, juga terkait dengan sumber daya dan kondisi sosial ekonomi pelaksananya.. Sedangkan Wicaksono. (2010) mene1iti kinerja pengadaan barang dan jasa terkait kualitas, efisiensi, efektivitas, kualitas kehidupan kerja, penganggaran dan inovasi menggunakan model Sink's Seven performance Criteria di Universitas Diponegoro Tahun 2007 mendapatkan hasiI bahwa kinerja pengadaan pada tahun 2007 di Universitas Diponegoro mencapai 4,564 yang tergolong cukup baik,. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(54) 33 41464.pdf. meskipun mendekati buruk. Hal ini terjadi karena kurangnya efisiensi waktu dan jumlab personel, terjadinya pemborosan waktu dan jumlab personel, jumlab lelang gagal/ulang, keluban pengguna barang, penyedia yang ingkar kontrak serta kurangnya inovasi proses. Sedangkan penelitian mengenai efisiensi dan efektivitas pemanfaatan anggaran ditinjau dari metode. KA. pengadaan barang danjasa belum ditemukan.. BU. C. Kerangka Berfikir. Penelitian ini bermaksud untuk menilai efisiensi dan efektivitas. TE R. pemanfaatan anggaran dua model pengadaan barang dan jasa yang berbeda, yaitu kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. Model kontraktual. TA. S. menyalurkan bantuan dalam bentuk transfer barang melalui pihak ketiga,. SI. sedangkan Bantuan Sosial Pertanian menyalurkan bantuan dalam bentuk. ER. transfer uang tanpa melalui pihak ketiga.. N IV. Kedua model ini dibandingkan untuk dikaitkan dengan proses pemanfaatan pada anggaran penyaluran bantuan kepada petani dengan. U. mengaitkan efisiensi penggunaan waktu penyaluran, penggunaan dana dan kesederhanaan proses. Sedangkan efektivitas pemanfaatan anggaran diukur dari keterlibatan para pihak, kesesuaian antara bantuan yang diberikan dengan kebutuhan petani, fleksibilitas waktu penyaluran dengan kapan petani membutuhkan bantuan tersebut, perangkat yang memudabkan kontrol terhadap pemanfaatan anggaran dan potensi penyimpangan yang mungkin terjadi pada kedua model pengadaan barang dan jasa tersebut. Dengan asumsi babwa model Bantuan Sosial Pertanian lebih efektif dan efisien dalam pemanfaatan anggaran untuk bantuan kepada petani, Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(55) 34. 41464.pdf. diharapkan ini dapat dijadikan rujukan penyusunan model pengadaan barang dan jasa yang dapat direkomendasikan kepada pihak-pihak terkait, khususnya bantuan dengan tujuan pemberdayaan masyarakat. Kerangka fikir tersebut tertuang dalam bagan sebagai berikut :. EnKTIVITAS PEMAN'AATAJiI ANGGAIlAN. EFISIINSI. PIlMANFAATAJiI ANGGAIlAN 1. PENGG1INAAN WAX'1ll DA1AM MENYALU1UCAN BANTUAN. 1. KllTEIUJBATAN PARA PIRAK 2. KE5ESIIA/AI1 DENGAIJ IlEBtrI'IIHAN PENER1MA BANTUAN FLIlICSIBIUTAS WAX'1ll PENYAUJRAN. 2. PENGGUIIMN DANA. KA. 3. KESIlDl!RIIANAAN PR05IlS PENYAUJRAN BAJmIAN. PERANGKAT A'lURAN. S. IIANTt/AJII SOSIAL PERTAJilIAN. (TRANSFER UANG LANGSUMG PABA PETAJiII). SI. TA. KONTRAk'rUAL (TRANSFER IWlANG MELALUI PIHAK kf:l'lGA). TE. R. BU. PO'11lNSI PENYlMPANGAIJ. MODIlL UJmJK MIlMPIIIlXAYA METOD! PENGADMN. ER. IIA1WfGJJASA BJlPBMIS PEMBJlPDAYAAN MASYARAKAT. N. IV. Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian. U. Pijakan kerangka ftkir penelitian ini adalah pada efektivitas dan. efisiensi pemanfaatan anggaran, dengan membandingkan proses penyaluran bantuan yang berlaku selama ini, yaitu kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. Diharapkan dengan dapat dijelaskan efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran ini dapat disusun metode pengadaan barang dan jasa berbasis pemberdayaan masyarakat yang memenuhi azas pengadaan barang dan jasa yang baik.. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(56) 35. 41464.pdf. D. Pokok Bahasan. Pokok bahasan penelitian ini menitikberatkan pada penilaian efisiensi dan efektivitas pemanfaatan anggaran dari eara penyaluran bantuan terutama perbandingan antara model kontraktual dan Bantuan Sosial Pertanian. Guna memudahkan pembahasan, maka dijelaskan pokok bahasan yang dikaji dalam penelitian ini adalah :. Penyaluran bantuan adalah pemberian bantuan berupa sarana produksi. KA. I.. BU. pertanian, sarana prasarana atau alat mesin pertanian kepada Kelompok. R. Tani atau Gabungan Kelompok Tani oleh Dinas Pertanian Tanaman. Model penyaluran bantuan adalah eara memberikan bantuan kepada. AS. 2.. TE. Pangan dan Petemakan Kabupaten Nunukan.. SI T. petani, yaitu transfer barang pada kontraktual dan transfer uang pada. 3.. Metode. ER. Bantuan Sosial Pertanian.. pengadaan. barang dan jasa. adalah. eara. pemerintah. N. IV. mendapatkan barang yang digunakan dalam penyaluran bantuan kepada. 4.. U. petani.. Kontraktual adalah earn penyaluran bantuan kepada petani yang. pelaksanaannya didasarkan pada Perpres 54 Tahun 2010 dengan menggunakan jasa pihak ketiga untuk mendapatkan barang dan disalurkan kepada petani dalam bentuk barang.. 5.. Bantuan Sosial Pertanian adalah earn penyaluran bantuan kepada petani dengan menggunakan pola transfer uang dan petani sendiri yang mengadakan barangnya.. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(57) 36 41464.pdf. 6.. Pemanfaatan anggaran adalah tolok ukur sejauh anggaran yang sudah disediakan memberikan manfaat maksimal kepada penerima bantuan. Pemanfaatan anggaran memperhitungkan manfaat anggaran sejak ditetapkannya pagu anggaran sarnpai dengan barang/jasa telah diterima oleh masyarakat. Pemanfaatan anggaran dibedakan dengan terminologi penggunaan anggaran yang hanya menekankan apakah anggaran telah. Ejisiensi pemanfaatan anggaran adalah pengukuran tingkat efisiensi. R. 7.. BU. pelaksanaannya sarnpai anggaran direalisasikan.. KA. diserap secara maksimal atau belum dengan hanya memperhitungkan. TE. pemanfaatan anggaran yang dinilai dari makin singkatnya waktu yang. TA S. digunakan dalarn penyelenggaraan kegiatan, makin maksimalnya penggunaan dana dan makin sederhananya proses pelaksanaan kegiatan.. SI. Efisiensi anggaran didasarkan pacta tiga ukuran, yaitu :. IV ER. a. Penggunaan waktu adalah jumlah waktu yang digunakan dalam penyelenggaraan. kegiatan. penyaluran. bantuan. yang. diukur. U. N. menggunakan satuan hari. Pengukuran dilakukan sejak proses pra penyaluran, saat pcnyaluran hingga pasca penyaluran. Semakin pendck waktu yang digunakan dalam proses penyaluran bantuan. dikatakan lebih efisien.. b. Penggunaan dana adalah persentase nilai manfaat anggaran yang diterima oleh penerima bantuan. Pengukuran dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(58) 37. 41464.pdf. - Persenlase Banluan, yaitu persentase jumlah dana yang diterima oleh penerima bantuan pada setiap 100 satuan nilai realisasi anggaran.. Persenlase Manfaal,. yaitu. persentase. jumlah dana yang. kemungkinan dapat dimanfaatkan oleh penerima bantuan pada setiap 100 satuan nilai pagu anggaran.. KA. Semakin tinggi Persentase Bantuan dan Persentase Manfaat, maka. BU. dikatakan penggunaan dana yang disediakan akan semakin baik.. TE R. c. Kesederhanaan proses, yaitu jumlah tahapan yang dilalui kegiatan sejak pengajuan bantuan dari petani diterima sampai dengan. 7.. TA S. selesainya penyelenggaraan kegiatan penyaluran bantuan.. EfekJivilas pemanfaalan anggaran adalah pengukuran tingkat efektivitas. SI. pemanfaatan anggaran dengan menilai jumlah pihak yang terlibat dalam. IV ER. pemanfaatan anggaran, kesesuaian pemanfaatan anggaran dengan kebutuhan penerima bantuan, fleksibilitas waktu yang disesuaikan. U. N. dengan kapan barang dibutuhkan penerima bantuan, tersedianya perangkat pengawasan yang cukup dan makin kecilnya potensi penyimpangan, yang didasarkan pada lima ukuran, yaitu : a.. Kelerlibalan para pihak, adalah perbandingan jumlah pihak yang terlibat dalam proses penyaluran bantuan.. Semakin sedikit pihak. yang terlibat dikatakan makin efektif, karena langsung berhubungan dengan penerima bantuan. b.. Kesesuaian kebuluhan adalah keterlibatan penerima bantuan dalam menentukan barang yang akan diterima. Semakin tinggi keterlibatan. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(59) 38. 41464.pdf. penerima bantuan dalam menentukan jenis bantuannya dikatakan lebih efektif. c.. Fleksibilitas waktu adalah pengadaan barang yang penyalurannya disesuaikan dengan kebutuhan penerima bantuan. Semakin tinggi fleksibilitas waktu pengadaan barang dikatakan lebih efektif.. d.. Perangkat pengawasan adalah seberapa memadai perangkat yang. KA. digunakan untuk mengawasi mekanisme pemanfaatan anggaran dari. BU. segi aturan, teknis dan administrasi penyaluran. Semakin memadai. TE R. perangkat aturan untuk pengawasan, baik terhadap pemberi bantuan dan penerima bantuan, disebut semakin efektif pemanfaatan. Potensi penyimpangan adalah seberapa besar penyimpangan yang. TA. e.. S. anggarannya.. SI. diperkirakan akan teJjadi dalam penyaluran bantuan. Potensi. ER. penyimpangan dinilai dari 3 (tiga) aspek, yaitu :. N IV. - Aturan yang digunakan. U. - Teknis pelaksanaan penyaluran bantuan. - Administrasi penyaluran bantuan Semakin keci! potensi penyimpangan yang teJjadi, berarti semakin baik pemanfaatan anggarannya.. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

(60) 39. 41464.pdf. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik pembandingan untuk menilai efisiensi dan efektivitas pemanfaatan anggaran pada dua cara penyaluran bantuan kepada petani. Apabila ditemukan perbedaan yang menonjol, penelitian dilanjutkan. KA. menggunakan metode kualitatif dengan cara wawancana dan studi. BU. dokumentasi untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan memahami. R. situasi, peran dan peristiwa yang mempengarubi hasil penelitian.. Penelitian. AS. Petemakan Kabupaten Nunukan.. TE. Lokus penelitian adalah pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan ini. mengamati kegiatan. SI T. penyaluran bantuan kepada petani yang berlangsung pada tahun 2008 - 2012.. R. Data yang dijaring adalah data yang berhubungan dengan indikator. IV E. efisiensi dan efektivitas pemanfaatan anggaran menggunakan kuestioner dan. N. wawancara terstruktur untuk menelusuri sumber dan akibat yang ditimbulkan. U. dari perbedaan tersebut. Data primer diperoleh dari nara sumber terpilih, yang memiliki hubungan langsung dengan kegiatan penyaluran bantuan kepada petani. Data sekunder dijaring menggunakan instrumen berupa telaah dokumen (document review). B. Narasumber dan Bahan Studi Narasumber penelitian ini adalah semua pihak yang terlibat dalam penyaluran bantuan kepada petani, yaitu : I. PPKlPPTK sebagai pelaksana teknis kegiatan. 2. Kontraktor sebagai pelaksana pengadaan barangljasa. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka.

Gambar

Tabel  Uraian  Hal
Tabel  16  Jenis  Tahapan  Pada  Proses  Penyaluran  Menggunakan  Kontraktual Menurut PPTK
Tabel 52  Pandangan  Responden  Ketua  Kelompok  Tani  Terhadap
Tabel  58  Pandangan  Responden  Ketua  Kelompok  Tani  Terhadap
+7

Referensi

Dokumen terkait

1 Hubungan Antara Desain Interior Dengan Minat Kunjung Pemustaka Di Perpustakaan Umum Kota Cimahi Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa desain interior

In relation to the issuance of Government Securities, referring to Act Number 24 of 2002 concerning Government Securities, the Government designated Bank Indonesia as

Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma 3 pada program studi Metrologi Dan Instrumentasi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Namun dengan meningkatnya Gas Rumah Kaca terutama (CO2), akan semakin banyak gelombang panas matahari atau infra merah yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah dua undang-undang yang

Pada hewan diabetes, Nyengaard dan Rasch mengidentifikasi kapiler glomerulus yang abnormal dalam model hewan tikus, diinduksi

Akan tetapi partisipan yang terlibat dalam konstruksi alat ukur tersebut hanya meliputi kalangan muda sehingga tidak dapat digunakan untuk mengukur religiusitas Islam

Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram- negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua