• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Phyllanthus emblica L. di Sumatera Utara Bagian Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Distribusi Phyllanthus emblica L. di Sumatera Utara Bagian Selatan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Distribusi

Phyllanthus emblica

L. di Sumatera Utara Bagian Selatan

1) 2) 2)

Ummi Khoiriyah , Nursahara Pasaribu , Saleha Hannum 1)S2 Departemen Biologi Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

2) Dosen Departemen Biologi Universitas Sumatera Utara, Medan E-mail: umychairiyah@yahoo.com

PendahuluanPhyllanthus emblica di Indonesia dikenal dengan nama kimalaka (Uji, 2006). Masyarakat Sumatera Utara menyebut tumbuhan ini “balakka”, di Ternate dikenal dengan metengo (Sunarti, 2011), Sunda (malaka) dan di pulau Jawa dikenal dengan kemloko (Yulistyarini et al., 2000). Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini disebut sebagai Indian gooseberry

(Bhandari dan Kamdod, 2013), sedangkan di Malaysia disebut dengan popok melaka (Khan, 2009) dan Thailand dikenal dengan ma-kham-pom (Charoenteeraboon et al., 2010). Negara India menyebut tumbuhan ini dengan berbagai nama misalnya aonla, nelli, amla, amlika, dhotri, emblica dan usuri (Nayaka, 2006)

Phyllanthus emblica umumnya tumbuh di daerah tropis dan subtropis termasuk India, China, Indonesia, Semenanjung Malaysia, Thailand (Charoenteeraboon et al., 2010), Pakistan, Uzbekistan, dan Srilanka, (Khan, 2009).

Di India balakka sering digunakan sebagai obat tradisional (Charoanteeraboon et al., 2010). Buah balakka mengandung sumber vitamin C yang tinggi (Qureshi et al.,

2009). Pada setiap 100 gram buah balakka ditemukan kurang lebih 600-1300 mg vitamin C (Yulistyarini et al., 2000).

Potensi balakka di Sumatera Utara belum mendapat perhatian, baik kandungan, budidaya bahkan keragaman individu belum diketahui keberadaannya. Sejauh ini tumbuhan ini lebih banyak dikenal hanya sebatas campuran bumbu masakan tradisional khususnya ikan Mas, yang dikenal dengan nama “Holat”. Sementara di negara India dan China sudah lama dikenal dan telah banyak di budidayakan. Terjadinya degradasi lahan menjadi perkebunan rakyat, seperti tanaman karet dan kelapa sawit serta kurangnya informasi mengenai manfaat tumbuhan ini, dapat menjadi salah satu penghambat untuk budidaya balakka di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Apabila penebangan terhadap tumbuhan ini dilakukan terus menerus, dikhawatirkan balakka akan mengalami kepunahan di masa yang akan datang. Oleh karena itu balakka perlu diteliti dan dipublikasikan kepada masyarakat sehingga pemanfaatan dan pengelolaannya dimasa mendatang dapat dimaksimalkan.

Balakka di Sumatera Utara umumnya dijumpai pada daerah tandus, panas dan gersang,namun belum diketahui secara pasti daerah penyebarannya berdasarkan curah hujan, tutupan lahan, dan jenis tanah di daerah Sumatera bagian Selatan. Morfologi balakka dipengaruhi oleh tempat hidupnya. Hingga saat ini, tumbuhan ini belum banyak diteliti dan dilaporkan sehingga informasinya sangat sedikit baik dari segi morfologi, taksonomi, dan distribusinya. Oleh karena itu penulis berkeinginan untuk melaksanakan penelitian mengenai distribusi balakka di Sumatera Utara bagian Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang menyeluruh tentang distribusi balakka di Sumatera Utara bagian Selatan.

Balakka (Phylanthus emblica) digolongkan dalam suku Phyllanthaceae (Singh et al., 2011yang termasuk salah satu jenis buah-buahan asli Indonesia yang tumbuh liar di kebun (Sunarti, 2011) dan di hutan. Pohon ini banyak tumbuh di Indonesia yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Nusa Tenggara (Uji, 2006).

Bahan dan Metode

Penelitian ini dilaksanakan di enam lokasi, yaitu di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Padanglawas Utara, Padanglawas, Tapanuli Selatan, Kotamadya Padang-sidempuan serta Mandailing Natal. Sebelum pengambilan data lapangan, dilakukan survei pendahuluan untuk mengetahui keberadaan populasi dan individu balakka di lokasi penelitian.

Penelitian balakka dilakukan dengan menggunakan metode survei sesuai habitat. Untuk mendapatkan data distribusi tumbuhan balakka maka dilakukan pencatatan letak geografis berupa titik koordinat tempat balakka dikoleksi dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Data distribusi yang dianalisis adalah distribusi balakka berdasarkan curah hujan, tutupan lahan dan jenis tanah. Pada penelitian ini digunakan klasifikasi tanah berdasarkan FAO (Food and Agriculture Organization). Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis menggunakan program pemetaan Sofware Arcview 3.3 berbasis Sistem Informasi Geografi dan ditampilkan dalam bentuk peta.

Hasil dan Pembahasan

Balakka tersebar luas di Sumatera Utara bagian Selatan, tumbuh pada habitat teresterial pada ketinggian 48 – 876 meter dpl.Umumnya tumbuh di lahan-lahan kering dan lahan kering campuran seperti di halaman rumah penduduk, tepi jalan raya dan areal perkebunan masyarakat dengan topografi berbukit-bukit. Balakka terdistribusi pada curah hujan 1500 – 5000 mm/tahun Akan tetapi secara umum tersebar luas pada daerah curah hujan antara 2000 – 2500 mm/tahun (gambar 1). Daerah persebaran balakka tertinggi adalah pada daerah kabupaten Padanglawas dan Padanglawas Utara. Berdasarkan gambar 2, balakka umumnya tersebar di pertanian lahan kering campuran. Selain itu balakka juga dapat tumbuh pada tanah terbuka, hutan lahan kering sekunder, hutan tanaman industri, pertanian lahan kering, semak belukar dan sawah. Tempat tumbuh balakka ini sama halnya dengan pernyataan Yulistiarini et al., (2000) bahwa balakka tumbuh pada lahan kering.

Balakka ditemukan pada pH 6,5 – 7 yang tumbuh pada berbagai jenis tanah yang berbeda (Gambar 3.), yaitu pada jenis tanah Humic acrisols,Orthic acrisols, dan Plinthic acrisols. Dari gambar 3, dapat dilihat bahwa balakka tumbuh dengan baik pada daerah dengan jenis tanah Humic acrisols. Jenis tanah ini terdapat pada daerah Padanglawas Utara, Padanglawas, Tapanuli Selatan, dan Padangsidempuan. FAO (2014), menjelaskan bahwa tanah Acrisols (Podsolik) adalah tanah sangat tercuci b e r w a r n a a b u - a b u m u d a s a m p a i kekuningan pada horizon permukaan sedang lapisan bawah berwarna merah atau kuning dengan kadar bahan organik dan kejenuhan basa yang rendah serta reaksi tanah yang masam

sampai sangat masam (pH 4,2 – 4,8). Pada horizon bawah permukaan terjadi akumulasi liat dengan struktur tanah gumpal dengan permeabilitas rendah. Tanah mempunyai bahan induk batu endapan bersilika, napal, batu pasir dan batu liat. Tanah ini dijumpai pada ketinggian antara 50 sampai 350 m dengan curah hujan 2500 – 3500 mm/tahun. Abstract

The Indian gooseberry (Phyllanthus emblica L.) distribution has been studied in the southern part of North Sumatera, which is in the South Labuhanbatu district, North Padanglawas, Padanglawas, SouthTapanuli, Padangsidempuan city and Mandailing Natal district. The aims ofthis study was to determine the distribution area of balakka based on rainfall, lands cover and soil type. The data were collected by observation. Distribution data are presented in the form of map using ArcView 3.3 Software. The results of the analysis showed that the common balakka was distributed in the rainfall region of 2000 – 2500 mm/year in dryland farming and the humic acrisols soil.

Key words: Indian gooseberry, Phyllanthus emblica, distribution, North Sumatera.

Abstrak

Distribusi balakka (Phyllanthus emblica) telah diteliti di wilayah Sumatera Utara bagian Selatan, yaitu kabupaten Labuhanbatu Selatan,Padanglawas Utara, Padanglawas, Tapanuli Selatan, kota Padangsidempuan serta kabupaten Mandailing Natal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daerah penyebaran balakka berdasarkan curah hujan, tutupan lahan dan jenis tanah. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi. Data distribusi disajikan dalam bentuk peta menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3. Hasil analisis distribusi memperlihatkan balakka secara umum tersebar pada kawasan dengan curah hujan 2000-2500 mm/tahun pada pertanian lahan kering campuran dan jenis tanah humic acrisols.

(2)

Biosfera 32 (2) Mei 2015

Distribusi

Phyllanthus emblica

L. di Sumatera Utara Bagian Selatan

1) 2) 2)

Ummi Khoiriyah , Nursahara Pasaribu , Saleha Hannum 1)S2 Departemen Biologi Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

2) Dosen Departemen Biologi Universitas Sumatera Utara, Medan E-mail: umychairiyah@yahoo.com

PendahuluanPhyllanthus emblica di Indonesia dikenal dengan nama kimalaka (Uji, 2006). Masyarakat Sumatera Utara menyebut tumbuhan ini “balakka”, di Ternate dikenal dengan metengo (Sunarti, 2011), Sunda (malaka) dan di pulau Jawa dikenal dengan kemloko (Yulistyarini et al., 2000). Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini disebut sebagai Indian gooseberry

(Bhandari dan Kamdod, 2013), sedangkan di Malaysia disebut dengan popok melaka (Khan, 2009) dan Thailand dikenal dengan ma-kham-pom (Charoenteeraboon et al., 2010). Negara India menyebut tumbuhan ini dengan berbagai nama misalnya aonla, nelli, amla, amlika, dhotri, emblica dan usuri (Nayaka, 2006)

Phyllanthus emblica umumnya tumbuh di daerah tropis dan subtropis termasuk India, China, Indonesia, Semenanjung Malaysia, Thailand (Charoenteeraboon et al., 2010), Pakistan, Uzbekistan, dan Srilanka, (Khan, 2009).

Di India balakka sering digunakan sebagai obat tradisional (Charoanteeraboon et al., 2010). Buah balakka mengandung sumber vitamin C yang tinggi (Qureshi et al.,

2009). Pada setiap 100 gram buah balakka ditemukan kurang lebih 600-1300 mg vitamin C (Yulistyarini et al., 2000).

Potensi balakka di Sumatera Utara belum mendapat perhatian, baik kandungan, budidaya bahkan keragaman individu belum diketahui keberadaannya. Sejauh ini tumbuhan ini lebih banyak dikenal hanya sebatas campuran bumbu masakan tradisional khususnya ikan Mas, yang dikenal dengan nama “Holat”. Sementara di negara India dan China sudah lama dikenal dan telah banyak di budidayakan. Terjadinya degradasi lahan menjadi perkebunan rakyat, seperti tanaman karet dan kelapa sawit serta kurangnya informasi mengenai manfaat tumbuhan ini, dapat menjadi salah satu penghambat untuk budidaya balakka di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Apabila penebangan terhadap tumbuhan ini dilakukan terus menerus, dikhawatirkan balakka akan mengalami kepunahan di masa yang akan datang. Oleh karena itu balakka perlu diteliti dan dipublikasikan kepada masyarakat sehingga pemanfaatan dan pengelolaannya dimasa mendatang dapat dimaksimalkan.

Balakka di Sumatera Utara umumnya dijumpai pada daerah tandus, panas dan gersang,namun belum diketahui secara pasti daerah penyebarannya berdasarkan curah hujan, tutupan lahan, dan jenis tanah di daerah Sumatera bagian Selatan. Morfologi balakka dipengaruhi oleh tempat hidupnya. Hingga saat ini, tumbuhan ini belum banyak diteliti dan dilaporkan sehingga informasinya sangat sedikit baik dari segi morfologi, taksonomi, dan distribusinya. Oleh karena itu penulis berkeinginan untuk melaksanakan penelitian mengenai distribusi balakka di Sumatera Utara bagian Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang menyeluruh tentang distribusi balakka di Sumatera Utara bagian Selatan.

Balakka (Phylanthus emblica) digolongkan dalam suku Phyllanthaceae (Singh et al., 2011yang termasuk salah satu jenis buah-buahan asli Indonesia yang tumbuh liar di kebun (Sunarti, 2011) dan di hutan. Pohon ini banyak tumbuh di Indonesia yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Nusa Tenggara (Uji, 2006).

Bahan dan Metode

Penelitian ini dilaksanakan di enam lokasi, yaitu di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Padanglawas Utara, Padanglawas, Tapanuli Selatan, Kotamadya Padang-sidempuan serta Mandailing Natal. Sebelum pengambilan data lapangan, dilakukan survei pendahuluan untuk mengetahui keberadaan populasi dan individu balakka di lokasi penelitian.

Penelitian balakka dilakukan dengan menggunakan metode survei sesuai habitat. Untuk mendapatkan data distribusi tumbuhan balakka maka dilakukan pencatatan letak geografis berupa titik koordinat tempat balakka dikoleksi dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Data distribusi yang dianalisis adalah distribusi balakka berdasarkan curah hujan, tutupan lahan dan jenis tanah. Pada penelitian ini digunakan klasifikasi tanah berdasarkan FAO (Food and Agriculture Organization). Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis menggunakan program pemetaan Sofware Arcview 3.3 berbasis Sistem Informasi Geografi dan ditampilkan dalam bentuk peta.

Hasil dan Pembahasan

Balakka tersebar luas di Sumatera Utara bagian Selatan, tumbuh pada habitat teresterial pada ketinggian 48 – 876 meter dpl.Umumnya tumbuh di lahan-lahan kering dan lahan kering campuran seperti di halaman rumah penduduk, tepi jalan raya dan areal perkebunan masyarakat dengan topografi berbukit-bukit. Balakka terdistribusi pada curah hujan 1500 – 5000 mm/tahun Akan tetapi secara umum tersebar luas pada daerah curah hujan antara 2000 – 2500 mm/tahun (gambar 1). Daerah persebaran balakka tertinggi adalah pada daerah kabupaten Padanglawas dan Padanglawas Utara. Berdasarkan gambar 2, balakka umumnya tersebar di pertanian lahan kering campuran. Selain itu balakka juga dapat tumbuh pada tanah terbuka, hutan lahan kering sekunder, hutan tanaman industri, pertanian lahan kering, semak belukar dan sawah. Tempat tumbuh balakka ini sama halnya dengan pernyataan Yulistiarini et al., (2000) bahwa balakka tumbuh pada lahan kering.

Balakka ditemukan pada pH 6,5 – 7 yang tumbuh pada berbagai jenis tanah yang berbeda (Gambar 3.), yaitu pada jenis tanah Humic acrisols,Orthic acrisols, dan Plinthic acrisols. Dari gambar 3, dapat dilihat bahwa balakka tumbuh dengan baik pada daerah dengan jenis tanah Humic acrisols. Jenis tanah ini terdapat pada daerah Padanglawas Utara, Padanglawas, Tapanuli Selatan, dan Padangsidempuan. FAO (2014), menjelaskan bahwa tanah Acrisols (Podsolik) adalah tanah sangat tercuci b e r w a r n a a b u - a b u m u d a s a m p a i kekuningan pada horizon permukaan sedang lapisan bawah berwarna merah atau kuning dengan kadar bahan organik dan kejenuhan basa yang rendah serta reaksi tanah yang masam

sampai sangat masam (pH 4,2 – 4,8). Pada horizon bawah permukaan terjadi akumulasi liat dengan struktur tanah gumpal dengan permeabilitas rendah. Tanah mempunyai bahan induk batu endapan bersilika, napal, batu pasir dan batu liat. Tanah ini dijumpai pada ketinggian antara 50 sampai 350 m dengan curah hujan 2500 – 3500 mm/tahun. Khoiriyah, Ummi, dkk,. Distribusi Phyllanthus emblica L. di Sumatera Bagian Selatan : 98 - 102

99

98

Abstract

The Indian gooseberry (Phyllanthus emblica L.) distribution has been studied in the southern part of North Sumatera, which is in the South Labuhanbatu district, North Padanglawas, Padanglawas, SouthTapanuli, Padangsidempuan city and Mandailing Natal district. The aims ofthis study was to determine the distribution area of balakka based on rainfall, lands cover and soil type. The data were collected by observation. Distribution data are presented in the form of map using ArcView 3.3 Software. The results of the analysis showed that the common balakka was distributed in the rainfall region of 2000 – 2500 mm/year in dryland farming and the humic acrisols soil.

Key words: Indian gooseberry, Phyllanthus emblica, distribution, North Sumatera.

Abstrak

Distribusi balakka (Phyllanthus emblica) telah diteliti di wilayah Sumatera Utara bagian Selatan, yaitu kabupaten Labuhanbatu Selatan,Padanglawas Utara, Padanglawas, Tapanuli Selatan, kota Padangsidempuan serta kabupaten Mandailing Natal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daerah penyebaran balakka berdasarkan curah hujan, tutupan lahan dan jenis tanah. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi. Data distribusi disajikan dalam bentuk peta menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3. Hasil analisis distribusi memperlihatkan balakka secara umum tersebar pada kawasan dengan curah hujan 2000-2500 mm/tahun pada pertanian lahan kering campuran dan jenis tanah humic acrisols.

(3)

Gambar 1. Peta distribusi balakka berdasarkan curah hujan.

Gambar 2. Peta distribusi balakka berdasarkan tutupan lahan

Gambar 3. Peta distribusi balakka berdasarkan jenis tanah.

Simpulan

Secara umum balakka terdistribusi di daerah pertanian lahan kering campuran dengan curah hujan 2000 – 2500 mm/ tahun, pada tanah humic acrisols.

Ucapan Terima kasih

Terima kasih kasih kepada suami dan kedua orangtuaku atas bantuan moril dan materil serta jasanya yang tak terhingga, dosen pembimbing ibu Dr.Nursahara Pasaribu, MSc dan Dr.Saleha Hannum, M.Si atas bimbingannya, Rusdi, Afrida, Ayu dan Sari atas bantuannya di lapangan.

Daftar Pustaka

Charoenteeraboon, J., Ngamkitidechakul, C., Soonthornchareonnon, N., Jaijoy, K., Sireeratawong, S. 2010. A n t i o x i d a n t A c t i v i e s o f T h e Standardized Water Extract from Fruit of Phyllanthus emblica Linn. Songklanakarin Journal of Science and Technology. Vol. 32(6): 599-604. Khan, K.H., 2009. Roles of Emblica

officinalis in Medicine- A Review. Botany Research International 2(4): 218-228.

Krishnaveni M and Mirunalini S. 2010. T h e r a p e u t i c P o t e n t i a l o f Phyllanthusemblica (amla): the Ayurvedic Wonder. Journal Basic Clin Physiol Pharmacol. Vol.21 (1): 93-105. Liu, X., Zhao, M., Wang J., Yang, B., Jiang, Y.

2007. Antioxidant activity of Methanolic Extract ofEmblica Fruit (Phyllanthus emblica L.) from Six Regions China. Journal of Food Composition and Analysis. Vol. 21: 219-228.

McIntyre, A. 2006. Amalaki: The Amazine I n d i a n G o o s e b e r r y E m b l i c a Officinalis/ Phylanthus emblica. International journal of Clinical Aromatherapy.

Nadkarni, K.M and Nadkarni, A.K. 1999. Indian Materia Medica – With Ayurvedic, Unani-Tibbi, Siddha, Allopathic,Homeopatthic,Naturopathic

And Home Remedies. Popular

Prakashan Private Ltd. Bombay. India. Nayaka D,G. 2006. Propagation Studies in

Aonla(Phyllanthus emblica L. Thesis. Department of Horticulture College of Agriculture. University of Agricultural Sciences. Dharwad.

(4)

Biosfera 32 (2) Mei 2015

Gambar 1. Peta distribusi balakka berdasarkan curah hujan.

Gambar 2. Peta distribusi balakka berdasarkan tutupan lahan

Gambar 3. Peta distribusi balakka berdasarkan jenis tanah.

Simpulan

Secara umum balakka terdistribusi di daerah pertanian lahan kering campuran dengan curah hujan 2000 – 2500 mm/ tahun, pada tanah humic acrisols.

Ucapan Terima kasih

Terima kasih kasih kepada suami dan kedua orangtuaku atas bantuan moril dan materil serta jasanya yang tak terhingga, dosen pembimbing ibu Dr.Nursahara Pasaribu, MSc dan Dr.Saleha Hannum, M.Si atas bimbingannya, Rusdi, Afrida, Ayu dan Sari atas bantuannya di lapangan.

Daftar Pustaka

Charoenteeraboon, J., Ngamkitidechakul, C., Soonthornchareonnon, N., Jaijoy, K., Sireeratawong, S. 2010. A n t i o x i d a n t A c t i v i e s o f T h e Standardized Water Extract from Fruit of Phyllanthus emblica Linn. Songklanakarin Journal of Science and Technology. Vol. 32(6): 599-604. Khan, K.H., 2009. Roles of Emblica

officinalis in Medicine- A Review. Botany Research International 2(4): 218-228.

Krishnaveni M and Mirunalini S. 2010. T h e r a p e u t i c P o t e n t i a l o f Phyllanthusemblica (amla): the Ayurvedic Wonder. Journal Basic Clin Physiol Pharmacol. Vol.21 (1): 93-105. Liu, X., Zhao, M., Wang J., Yang, B., Jiang, Y.

2007. Antioxidant activity of Methanolic Extract ofEmblica Fruit (Phyllanthus emblica L.) from Six Regions China. Journal of Food Composition and Analysis. Vol. 21: 219-228.

McIntyre, A. 2006. Amalaki: The Amazine I n d i a n G o o s e b e r r y E m b l i c a Officinalis/ Phylanthus emblica. International journal of Clinical Aromatherapy.

Nadkarni, K.M and Nadkarni, A.K. 1999. Indian Materia Medica – With Ayurvedic, Unani-Tibbi, Siddha, Allopathic,Homeopatthic,Naturopathic

And Home Remedies. Popular

Prakashan Private Ltd. Bombay. India. Nayaka D,G. 2006. Propagation Studies in

Aonla(Phyllanthus emblica L. Thesis. Department of Horticulture College of Agriculture. University of Agricultural Sciences. Dharwad.

101

(5)

Qureshi,S.A., Asad W.,Sultana, V. 2009. The Effect of Phyllanthus emblica Linn on Type- II Diabetes, Triglycerides and Liver- Specific Enzyme. Pakistan Journal of Nutrition. Vol. 8(2): 125-128. Singh, E., Sharma, S., Pareek, A., Dwivedi,

J. and Yadav, S., 2011. Phyto-chemistry, Traditional uses and cancer Chemopreventive Activity of Amla (Phyllanthus emblica): The Sustainer. Journal of Applied Pharmaceutical. Vol.02 (01) : 176-183. Sunarti, S. 2011. Keanekaragaman

Tumbuhan Berkhasiat Obat di Pulau Moti,Ternate, Maluku Utara.Puslit Biologi LIPI. Bogor.

Uji,T. 2006. Review: Keanekaragaman Jenis Buah-Buahan Asli Indonesia dan Potensinya. Puslit Biologi LIPI. Jurnal .Vol: 8 (2): 157-167.

Yulistyarini, T., Ariyanti, E.E., Yulia, N.D. 2000. Jenis-Jenis Tanaman Buah yang Bermanfaat untuk Usaha Konservasi Lahan Kering. Prosiding Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional.Kebun Raya Purwodadi-LIPI. Purwodadi. Pasuruan. Jawa Timur

Uji Ketahanan beberapa Varietas Unggul Jagung

terhadap Penyakit Gibberella dan Diplodia

Soenartiningsih

Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros Email:

Soenartiningsih@yahoo.com

Pendahuluan

Penyakit busuk tongkol Gibberella disebabkan cendawan patogen Gibberella

zeae atau Fusarium graminearum

sedangkan busuk tongkol Diplodia disebabkan oleh Stenocarpella maydis kedua penyakit ini banyak menyerang pertanaman jagung di sentra produksi jagung terutama pada musim hujan atau pada daerah yang mempunyai kelembaban tinggi (CIMMYT, 2004). Ada beberapa

laporan Sumatera utara merupakan daerah endemi penyakit busuk tongkol, penyakit ini sangat berpengaruh terhadap penurunan kwalitas dan kwantitas jagung selain itu metabolisme sekunder dari kedua penyakit ini juga dapat mengeluarkan toksin yaitu diplodia toksin dan deoxynivalenol. Selain bagian tongkol dan biji cendawan ini dapat menginfeksi pada batang, pelepah daun dan dapat menyebabkan kerusakan tanaman secara luas sampai terjadi

Abstract

Gibberella and Diplodia ear rot is a disease that can damage the corn cobs and corn kernels resulting in lower quality and quantity of seed. The objective of the research are to find the varieties of corn which are resistant the ear rot disease Gibberella and Diplodia. This study was conducted in Limang Karo regency, North Sumatera, a randomized block design with three replications, each treatment comprised 4 rows and each row contained 25 plants with a spacing of 75 x 20 cm. The results showed 25 Hybrid maize tested against Gibberella ear rot there are 7 Hybrid corn hybrids that are resistant to ear rot Kenia-2, NK33, Bima 3, Bima 10 Bima 12 Q, NEI-9008 and X8B649 (check resistance) and moderately resistance there are 9 hybrid that Kenia-3, DK979, NK22, P12, Gumarang, Srikandi putih, Lamuru and Sukmaraga and 9 hybrid to ear rot disease were reacted susceptible and highly susceptible. Whereas from 25 Hybrid maize tested against Diplodia ear rot there are 6 Hybrid corn hybrids resistant to ear rot disease is Kenia - 2, NK33, Bima 3, Bima 12 Q, NEI-9008 and X8B649 (check resistance) while that is moderately resistancet there are 11 hybrid that is Kenia-3, DK979, NK22, P29, Bisi 2, P12, Bima 10, Gumarang, Srikandi putih, Lamuru and Sukmaraga, while 8 hybrid others were reacted susceptible and highly susceptible.

Key word : ear rot disease, Gibberella and Diplodia, varieties of corn

Abstrak

Penyakit busuk tongkol Gibberella dan Diplodia adalah salah satu penyakit pada jagung yang dapat merusak tongkol dan biji jagung sehingga menurunkan kwalitas dan kwantitas biji. Tujuan penelitian ini yaitu menguji 25 varietas/galur jagung terhadap penyakit busuk tongkol Gibberella dan Diplodia. Penelitian ini dilaksanakan di Limang kabupaten karo Sumatera utara menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan, setiap perlakuan terdiri 4 baris dan setiap baris terdapat 25 tanaman dengan jarak tanam 75 x 20 Cm. Hasil penelitian menunjukkan 25 Hybrid jagung yang diuji terhadap penyakit busuk tongkol Gibberella ada 7 Hybrid jagung hibrida yang tahan terhadap penyakit busuk tongkol Kenia-2, NK33, Bima 3, Bima 10, Bima 12 Q, NEI-9008 dan X8B649 (cek tahan) sedangkan yang bersifat agak tahan ada 9 hybrid yaitu Kenia-3, DK979, NK22, P12, Gumarang, Srikandi Putih, Lamuru dan Sukmaraga sedangkan 9 hybrid yang lain bersifat rentan dan sangat rentan. 25 Hybrid jagung yang diuji terhadap penyakit busuk tongkol Diplodia ada 6 Hybrid jagung hibrida yang tahan terhadap penyakit busuk tongkol yaitu Kenia-2, NK33, Bima 3, Bima 12 Q, NEI-9008 dan X8B649 (cek tahan) sedangkan yang bersifat agak tahan ada 11 hybrid yaitu Kenia-3, DK979, NK22, P29, Bisi 2, P12, Bima 10, Gumarang, Srikandi Putih, Lamuru dan Sukmaraga sedangkan 8 hybrid yang lain bersifat rentan dan sangat rentan.

Gambar

Gambar 1. Peta distribusi  balakka berdasarkan curah hujan.
Gambar 1. Peta distribusi  balakka berdasarkan curah hujan.

Referensi

Dokumen terkait

Membuat sebuah kampanye sosial dengan cara kerja terjun kemasyarakat dan mengunakan media baru yaitu Ambient media dengan beberapa pendukung media yang sudah sering dijumpai

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0007 Tahun 2005 tentang Persyaratan dan Pedoman Pelaksanaan Izin Usaha dalam Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas

Berdasarkan hasil analisis factor yang telah dilakukan guna mengetahui factor dominan yang mempengaruhi tingkat kerentanan ekonomi kabupaten wonogiri, maka diketahui

Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) adalah Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai perusahaan

Pada penelitian ini, telah dirancang suatu sistem untuk deteksi kolesterol melalui citra mata menggunakan metode HOG sebagai ekstraksi ciri dan ANN sebagai klasifikasi. Sistem dapat

Segala hormat, puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan penyertaan yang telah diberikan kepada kami, sehingga skripsi kami yang

Peta situasi adalah peta topografi skala besar yang merupakan penyajian dari gambaran permukaan bumi baik detil alam maupun buatan manusia yang digambar pada bidang

Penjelasan untuk grafik hubungan diatas, lebih lengkapnya dapat dilihat pada grafik – grafik berikut ini : 4.4.1 Grafik Hubungan Antara Daya dan Torsi Untuk Kincir Angin dengan