• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Algoritma Rivest Code 6 (Rc6) Dan Steganografi Least Significant Bit (Lsb) Untuk Keamanan Data Citra Digital

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Algoritma Rivest Code 6 (Rc6) Dan Steganografi Least Significant Bit (Lsb) Untuk Keamanan Data Citra Digital"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI ALGORITMA

RIVEST CODE

6 (RC6) DAN

STEGANOGRAFI

LEAST SIGNIFICANT BIT

(LSB)

UNTUK KEAMANAN DATA CITRA DIGITAL

Silvester Tena

1

, Stephanie I. Pella

2

, Brian J. Mooy

3

1,2,3Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana

Jl Adisucipto Penfui, Kupang, Indonesia 85000 Email: silvertena_unc@yahoo.com

ABSTRACT

This study incorporates the Rivest Code 6 algorithm (RC6) and the Least Significant Bit (LSB) method. RC6 is an asymmetric cryptographic algorithm where locks on both the sender and receiver sides are the same. LSB is a method that inserts every bit of information into 1 byte of an image. The test results showed that the system went well by generatingcompute time that was affected by the image size. The bigger the image size than the longer the computation time. The original image and the output image are the same (MSE = 0). The container Citra before and after the insertion got the largest MSE 0.0488 and the smallest Psnr 141,021 DB.The combination of THE RC6 algorithm AND LSB method can withstand salt and pepper noise at a range of density 0.01-0.1 with MSE 7.904, 28-24.614, 1 AND PSNR 9, 89dB-21, 50dB.

The

Successful percentage of the extraction and decryption process is at a range of 24%-96%. The difference in MSE value, PSNR and the efficacy percentage of the extraction process are determined by data image characteristics. Pixel density is directly proportional to noise-resistance levels.

Keywords: cryptography, steganography, RC6, LSB, digital imagery

ABSTRAK

Penelitian ini menggabungkan algoritma Rivest Code 6 (RC6) dan metode Least Significant Bit (LSB). RC6 merupakan algoritma kriptografi asimetris dimana kunci pada sisi pengirim maupun penerima sama. LSB merupakan metode yang menyisipkan setiap bit informasi ke dalam 1 byte gambar. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem berjalan baik dengan menghasilkan waktu komputasi yang dipengaruhi oleh ukuran citra. Semakin besar ukuran citra maka semakin lama waktu komputasinya. Citra asli dan citra keluaran yang didapatkan sama (MSE=0). Citra wadah sebelum dan sesudah penyisipan mendapat MSE terbesar 0.0488 dan PSNR terkecil 141.021 dB. Kombinasi algoritma RC6 dan metode LSB dapat bertahan terhadap noise salt and pepper pada rentang density 0.01-0.1 dengan MSE 7.904,28-24.614,1 dan PSNR 9,89dB- 21,50dB. Persentase keberhasilan proses ekstraksi dan dekripsi berada pada rentang 24%-96%. Perbedaan nilai MSE, PSNR dan persentase keberhasilan proses ekstraksi ditentukan oleh karakteristik citra data. Kerapatan piksel berbanding lurus dengan tingkat ketahanannya terhadap noise.

Kata kunci: Kriptografi, Steganografi, RC6, LSB, citra digital

1. PENDAHULUAN

Informasi berupa citra/gambar digital merupakan bentuk informasi yang cukup akurat dan terpercaya untuk mendeskripsikan sesuatu, sehingga tingkat keaslian dari informasi ini perlu dijaga. Untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan informasi citra/gambar digital perlu adanya sebuah teknik yang disebut kriptografi.

Kriptografi merupakan teknik atau algoritma untuk mengubah sebuah data atau informasi menjadi berbeda dengan informasi aslinya. Teknik ini dikembangkan pertama kali oleh Julius Caesar untuk

mengirimkan informasi kepada tentaranya di medan perang. Dalam algoritma kriptografi terdapat dua proses yaitu proses enkripsi dimana informasi asli (plain) akan diubah sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi (chiper) yang tampak berbeda dari pesan aslinya. Kemudian proses dekripsi untuk mengembalikan informasi hasil enkripsi (chiper) menjadi informasi asli (plain) sehingga dapat dilihat oleh penerima.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan kriptografi adalah metode Rivest Code 6 (RC6). Algoritma RC6 merupakan salah satu

(2)

kandidat Advanced Encryption Standard (AES) yang diajukan oleh RSA Laboratoriest kepada National Institute of Standards and Technology (NIST). Dirancang oleh Ronald L Rivest, M.J.B. Robshaw, R. Sidney dan Y.L. Yin. Algoritma ini merupakan algoritma asimetris pengembangan dari algoritma sebelumnya yaitu RC5 dan telah memenuhi semua kriteria yang diajukan oleh NIST.

Namun kriptografi masih memiliki kelemahan, yaitu bentuk dari informasi hasil enkripsi (chiper) yang terlihat acak dan mencolok serta menarik perhatian orang lain. Oleh karena itu dibutuhkan teknik steganografi agar pesan dapat disamarkan dengan menyisipkannya kedalam sebuah media. Salah satu teknik steganografi adalah Least Significant Bit (LSB). Cara kerja LSB yaitu mengubah pemborosan bit pada cover image yang tidak terpengaruh secara siginifikan dengan bit dari pesan rahasia. Misalkan pada sebuah media gambar berbasis pixel dengan nilai 8 bit. Setiap pixel yang terdiri dari 8 bit dibagi menjadi 2 bagian yaitu 4 bit MSB (Most Significant Bit) dan 4 bit LSB (Least Significant Bit). Bagian LSB kemudian diubah menjadi nilai dari pesan yang akan disisipkan. Setelah itu, setiap pixel dibangun ulang menjadi gambar utuh yang menyerupai media gambar semula.

2. METODE PENELITIAN

Sistem diimplementasikan menggunakan GUI pada Matlab R2010b. Dalam sistem ini akan dilakukan proses enkripsi dan deksripsi citra menggunakan algoritma RC6 dan proses steganografi dengan menggunakan metode LSB. Gambaran umum dari sistem ini dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7.

Gambar 6 Gambaran umum sistem kerja enkripsi – penyisipan

Gambar 7 Gambaran umum sistem kerja ekstraksi – dekripsi

Dari gambaran umum sistem kerja di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Citra data akan dienkripsi terlebih dahulu menggunakan algoritma RC6 dengan memanfaatkan key menjadi sebuah citra terenkripsi.

2. Citra terenkripsi kemudian disisipkan menggunakan metode LSB kedalam sebuah citra wadah menjadi sebuah stego image.

3. Stego image kemudian diuji secara kualitatif dan kuantitatif, kemudian hasilnya dianalisa.

4. Selanjutnya stego image akan diekstraksi untuk untuk mendapatkan kembali citra terenkripsi. Citra terenkripsi hasil ekstraksi kemudian didekripsi untuk mendapatkan citra dekripsi yang sama dengan citra data. Selanjutnya diuji secara kualitatif dan kuantitatif, kemudian hasilnya dianalisa.

Algoritma Enkripsi RC6 :

1. Dilakukan proses whitening awal, nilai B akan dijumlahkan dengan S[0] dan nilai D dijumlahkan dengan S[i].

2. Dilakukan iterasi dari i = 0 meningkat iterasi i = i+1 sampai iterasi i = r.

3. Kemudian setiap iterasi mengikuti aturan sebagai berikut, nilai B dimasukan ke dalam fungsi f, yang didefinisikan sebagai f(x) = x(2x+1), kemudian diputar kekiri sejauh lg-w atau 5 bit. Hasil yang didapat pada proses ini dimisalkan sebagai q. Nilai q kemudian di XOR dengan C dan hasilnya menjadi nilai C. Nilai p juga digunakan sebagai acuan bagi C untuk memutar nilainya kekiri. Begitu pula dengan nilai q, juga digunakan sebagai acuan bagi nilai A untuk melakukan proses pemutaran kekiri.

4. Dilakukan proses whitening akhir dimana nilai A dijumlahkan dengan S[42] dan nilai C dijumlahkan dengan S[43].

(3)

5. Kemudian sub kunci S[2i] pada iterasi dijumlahkan dengan A, dan sub kunci S[2i+1] dijumlahkan dengan C. Keempat bagian dari blok kemudian akan saling bertukar tempat dengan mengikuti aturan, bahwa nilai A ditempatkan pada D, nilai B ditempatkan pada A, nilai C ditempatkan pada B, dan nilai (asli) D ditempatkan pada C. Demikian iterasi tersebut akan terus berlangsung hingga r kali.

Sedangkan untuk algoritma dekripsi RC6 merupakan pembalikan dari proses enkripsi.

Implentasi algoritma RC6 dilakukan dengan menggunakan bahasa pemograman java yang kemudian dibuat class agar matlab dapat membaca file java yang sudah dibuat.

Algoritma penyisipan LSB :

1. Inisialisasi citra cover sebagai A dan citra data sebagai B.

2. Ambil informasi mengenai row, column, dan channel dari citra A dan B.

3. Pengecekan apakah row A berukuran delapan kali lebih besar dari citra A dengan tambahan 3 row untuk menyimpan informasi nilai row, column, dan channel citra B. Jika Yes lanjut ke langkah selanjutnya, jika No maka proses berakhir.

4. Untuk nilai x = 1 sampai x <= 16. Simpan pada citra A row pertama, column x, dan channel pertama nilai row citra B, simpan pada citra A row kedua, column x, dan channel pertama nilai column citra B dan simpan pada citra A row ketiga, column x, dan channel pertama nilai channel citra B.

5. Lakukan penyisipan setiap 1 bit citra B ke dalam setiap byte citra A.

Algoritma ekstraksi LSB :

1. Inisialisasi citra stego sebagai A dan citra data sebagai B.

2. Mengambil informasi nilai row B dari row pertama column pertama sampai keenam belas channel pertama A, nilai column B dari row kedua column pertama sampai keenam belas channel pertama A dan nilai channel B dari row ketiga column pertama sampai keenam belas channel pertama A.

3. Membuat matriks B dengan informasi yang didapatkan dari langkah sebelumnya dan membuat tambahan matriks untuk nilai alpha. 4. Logika pengulangan untuk col = 1 sampai nilai

column B dan row = 1 sampai nilai row B. 5. Inisialisasi nilai i = ((col-1)*1)+1 dan nilai j =

((col-1)*1)+8. Mengambil nilai dari A kemudian diubah dan ditempatkan di matriks B.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Metode Pengujian Sistem

Dalam penelitian ini digunakan 2 macam metode pengujia sebagai berikut

1. Blackbox

Black Box Testing adalah metode pengujian yang berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Pengujian ini berusaha menemukan kesalahan dalam kategori sebagai berikut :

- Fungsi – fungsi yang tidak benar atau hilang, - Kesalahan interface,

- Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal,

- Kesalahan kinerja.

2. Secara Kualitatif

Pengujian secara kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan citra asli dan citra yang sudah didekripsi secara visual. Penilaian citra secara kualitatif dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Tabel penilaian secara kualitatif

No Tingkatan Keterangan

1 Excellent Kualitas terbaik, seperti aslinya 2 Fine Kualitas tinggi, dapat diamati

3 Passable Kualitas cukup baik, masih

dapat diterima 4 Marginal Kualitas buruk, masih bisa

diperbaiki

5 Inferior Kualitas sangat buruk, namun

masih bisa diamati 6 Unusable Sudah tidak dapat diamati lagi

(Sumber : [11])

4.2 Pengujian Waktu Enktipsi dan Dekripsi

Citra yang digunakan untuk algoritma enkripsi dan dekripsi RC6 yakni 2 buah citra berekstensi *.JPG dan bertipe RGB dengan ukuran untuk lebar dan tinggi citra adalah genap. Algoritma RC6 dilengkapi dengan beberapa parameter w/r/b dengan w = 32, r=20 dan b sebesar 16 byte. Penggunaan 2 buah citra dikarenakan masing – masing dari citra ini memiliki ciri kerapatan piksel yang berbeda, file data1.jpg merupakan data citra teks sedangkan data2.jpg merupakan data citra gambar.

Tabel 7 Informasi Histogram dari 2 data citra

Data Informasi Histogram

(4)

data2.jpg

Dari dua buah citra percobaan enkripsi dan dekripsi dibuat masing–masing 4 buah variasi ukuran citra untuk melihat pengaruh ukuran citra terhadap waktu komputasi. Dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9 perubahan ukuran citra dalam hal ini besar nilai piksel dari citra yang diproses oleh algoritma RC6 berpengaruh pada waktu komputasi yang diperlukan. Semakin besar ukuran citra maka semakin banyak pula waktu komputasi yang diperlukan.

Gambar 8 Grafik perubahan waktu enkripsi dan dekripsi file data1.jpg terhadap perubahan ukuran

Gambar 9 Grafik perubahan waktu enkripsi dan dekripsi file data2.jpg terhadap perubahan ukuran

Citra yang digunakan pada proses steganografi dengan metode LSB terdiri atas 2 buah citra. Citra pertama yaitu citra data yang merupakan citra hasil enkripsi dengan algoritma RC6 dan citra kedua adalah citra wadah.

Pada metode ini citra data akan disisipkan ke dalam citra wadah. Dengan menggunakan LSB setiap 1 bit citra data akan disisipkan ke dalam 1 byte citra wadah sehingga citra wadah harus berukuran delapan kali lebih besar dari citra data. Selain itu terdapat 3 buah baris data dari citra wadah yang juga akan dipakai untuk menyimpan informasi berupa panjang lebar dan jumlah kanal dari citra data.

Gambar 10 Grafik perubahan waktu penyisipan dan ekstraksi file encrypted_data1.jpg terhadap perubahan

ukuran

Gambar 11 Grafik perubahan waktu penyisipan dan ekstraksi file encrypted_data2.jpg terhadap perubahan ukuran

Dari Gambar 10 dan 11 perubahan ukuran citra dalam hal ini besar nilai piksel dari citra yang dalam proses penyisipan dan ekstraksi dengan metode LSB berpengaruh pada waktu komputasi yang diperlukan. Semakin besar ukuran citra maka semakin banyak pula waktu komputasi yang diperlukan. Perbedaan waktu penyisipan dan ekstraksi disebabkan karena pada waktu ekstraksi proses yang terjadi didalam pengambilan file lebih rinci yaitu mulai dari pelacakan bit yang disisipkan kemudian mengambil bit-bit file yang disisipkan lalu menyatukan kembali bit-bit file menjadi sebuah data file yang sempurna.

Pada pengujian berikutnya digunakan jenis noise salt and pepper. Proses pengujiannya yaitu citra hasil penyisipan akan diberikan noise salt and pepper kemudian akan diekstrak dan didekripsi dengan algoritma RC6 untuk melihat dampak dari noise yang diberikan. Terdapat variasi nilai noise (density) yang

(5)

diberikan dalam pengujian ini dengan variasi 0,01 – 0,1.

Gambar 12 Grafik persentase keberhasilan ekstraksi dan dekripsi file stegoimage1.jpg dan stegoimage2.jpg

Pada pengujian ketahanan noise selain dibuat variasi nilai density, pada setiap nilai density dilakukan percobaan sebanyak 25 kali untuk mendapatkan persentase keberhasilan pengembalian data baik proses enkripsi maupun dekripsi. Dari gambar 12 dapat dilihat bahwa persentase keberhasilan menurun seiring ditingkatkannya nilai density noise yang diberikan. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai density maka semakin besar kemungkinan kerusakan data baik untuk file stegoimage1.jpg maupun stegoimage2.jpg. Kegagalan dalam proses ekstraksi dapat terjadi karena piksel penting dari stegoimage1.jpg dan stegoimage2.jpg yaitu piksel pada baris 1, 2 dan 3 yang berisi informasi kolom, baris dan kanal dari citra data berubah akibat terkena noise yang diberikan. Data pada gambar 12 juga menunjukan bahwa stegoimage2.jpg memiliki persentase keberhasilan yang lebih baik dari pada stegoimage1.jpg, hal ini dapat terjadi karena informasi yang ada pada stegoimage2.jpg berbeda dengan informasi pada stegoimage1.jpg dimana informasi di stegoimage2.jpg lebih tahan terhadap serangan.

4.3. Pengujian Error

Perhitungan MSE dan PSNR yang dilakukan, yaitu pada citra data awal terhadap citra akhir hasil proses kriptografi dan steganografi, citra hasil penyisipan terhadap citra cover dan citra awal terhadap citra hasil ekstraksi dan dekripsi yang telah diberikan noise.

Tabel 8 Hasil perhitungan MSE dan PSNR citra data awal terhadap citra akhir hasil proses kriptografi dan steganografi

File Waktu (detik)

Citra Data Citra

Hasil MSE PSNR data1.jpg (500×280 piksel) encrypted_ data1.jpg 35,474 132,258 25,851 54,474 22,774 34,275 20,618 22,854 data2,jpg (500×680 piksel) encrypted_ data2.jpg 69,319 327,061 50,718 210,451 38,719 119,239 33,635 79,841

Tabel 9 Hasil perhitungan MSEdan PSNR citra wadah awal terhadap citra hasil proses penyisipan

File Waktu (detik)

Citra Data Citra Hasil MSE PSNR

data1.jpg (500×280 piksel) decrypted_extrac tedLsb1.png (500×280 piksel) 0 Inf data1.jpg (500×680 piksel) decrypted_extrac tedLsb2.png (500×680 piksel) 0 Inf

Tabel 10 Hasil perhitungan MSEdan PSNR citra wadah awal terhadap citra hasil proses penyisipan

File Waktu (detik)

Citra Wadah Citra Hasil

Penyisipan MSE PSNR wadah.png (4448×6264 piksel) stegoimage1.png (4448×6264 piksel) 0,0201 149,896 Stegoimage2.png (4448×6264 piksel) 0,0488 141,021

Tabel 11 Hasil perhitungan MSE dan PSNR citra data awal terhadap citra akhir hasil proses kriptografi dan steganografi yang telah diberi noise

Nama

File Nilai Density

Waktu (detik) Ekstraksi Dekripsi data1.jpg 0,01 11.626,9 17,39 0,02 17.807,5 13,13 0,03 21.075,6 11,45 0,04 22.745,8 10,68 0,05 23.693,2 10,26 0,06 24.116,7 10,09 0,07 24.602.6 9,90 0,08 24.615,2 9,89 0,09 24.610,6 9,89 0,1 24.614,1 9,89 data2,jpg 0,01 7.904,28 21,50 0,02 11,957,1 17,37 0,03 14.243,4 15,61 0,04 15.311,4 14,89 0,05 15.999,4 14,46 0,06 16.236,5 14,31 0,07 16.425,7 14,19

(6)

0,08 22.745,8 10,68

0,09 23.693,2 10,26

0,1 24.116,7 10,09

Gambar 13 Grafik hasil perhitungan MSE citra data awal terhadap citra akhir hasil proses kriptografi dan steganografi yang telah diberi noise

Gambar 14 Grafik hasil perhitungan MSE citra data awal terhadap citra akhir hasil proses kriptografi dan steganografi yang telah diberi noise

Berdasarkan grafik pada gambar 19 dan gambar 20 niSemakin besar density maka semakin buruk nilai MSE dan PSNR yang didapatkan dalam hal ini MSE semakin besar dan PSNR semakin kecil. Nilai MSE dan PSNR untuk data2.jpg mengalami penurunan yang drastis pada nilai density dari 0,07 menuju 0,08 dan cenderung stabil dari 0,08 hingga 0,1 yang menunjukan pengaruh maksimal noise salt and pepper pada data2.jpg mulai bekerja pada rentan noise 0,08 hingga 0,1 sedangkan data1.jpg cenderung stabil pada titik terendah dari nilai density 0,05 hingga 0,1. Hal ini menunjukan bahwa data2.jpg memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik dari pada data1.jpg.

4.4. Pengujian Secara Kualitatif

Secara kualitatif pengujian dilakukan dengan mengumpulkan pendapat dari 5 orang responden untuk setiap citra uji. Pengujian citra keluaran sistem dengan citra data untuk data1.jpg dan data2.jpg mendapat penilaian excellent atau kualitas citra keluaran masih sama seperti kualitas citra asli. Kemudian dilakukan juga pengujian terhadap citra wadah sebelum dan sesudah proses penyisipan dan mendapatkan penilaian excellent dari responden.

Selain pengujian diatas, dilakukan pula pengujian kualitatif terhapat citra yang sudah diberikan noise berupa noise salt and pepper dengan intensitas (density) 0,01 – 0,1. Dari setiap density noise yang

diberikan, responden memberikan penilaian marginal untuk file data1.jpg dengan density 0,01 dan 0,02, inferior untuk 0,03, dan unusable untuk 0,04 – 0,1. Untuk file data2.jpg responden memberikan penilaian marginal untuk density 0,01 dan 0,02, inferior untuk 0,03 dan 0,04, dan unusable untuk 0,05 – 0,1.

4.

KESIMPULAN

Kombinasi algoritma RC6 dan metode LSB dapat digunakan untuk meningkatkan keamanan data citra digital dengan tidak adanya perbedaan antara citra asli dan citra keluaran (MSE 0) dan penilaian kualitatif excellent. Demikian juga untuk citra wadah sebelum dan sesudah penyisipan yang mendapat MSE terbesar 0,0488 dan PSNR terkecil 141,021 dB dengan penilaian kualitatif excellent.

Kombinasi algoritma RC6 dan metode LSB dapat bertahan terhadap noise salt and pepper dengan rentang density 0,01 - 0,1 dengan MSE 7.904,28 - 24.614,1 dan PSNR 9,89 dB - 21,50 dB. Persentase keberhasilan proses ekstraksi dan dekripsi berada pada rentang 24% - 96%. Kegagalan terjadi karena noise mengenai bagian vital yaitu baris 1, 2 dan 3 citra stegoimage1.jpg maupun stegoimage2.jpg yang berisi informasi mengenai ukuran dan jumlah kanal dari citra data. Perbedaan nilai PSNR, MSE dan persentase yang didapatkan besar dipengaruhi oleh karakteristik dari citra data.

Waktu komputasi yang dibutuhkan algoritma RC6 dan metode LSB sangat dipengaruhi oleh ukuran citra, Citra dengan ukuran terbesar yakni 500×680 membutuhkan waktu 1.412 detik untuk dienkripsi dan 1,472 detik untuk didekripsi serta 69,319 detik untuk disisipkan dan 327,061 detik untuk diekstraksi, sedangkan citra dengan ukuran terkecil yakni 144×80 membutuhkan waktu 0,787 detik untuk dienkripsi dan 0,739 detik untuk didekripsi serta 20,618 detik untuk disisipkan dan 12,854 detik untuk diekstraksi. Semakin besar ukuran citra maka semakin lama waktu komputasinya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aji, I. 2015. Implementasi Metode Huffman untuk Kompresi Citra Hasil dari Steganografi Discrete Cosine Transform (DCT). Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.

[2] Ariyus, D. 2008. Pengantar Ilmu Kriptografi. Penerbit Andi. Yogyakarta.

[3] A, Ganesha Dwi dkk. 2015. Implementasi Kriptografi dan Steganografi Pada Media Gambar Menggunakan Algoritma Blowfish dan Metode Least Significant Bit. e-Proceeding of Engineering : Vol.2 ISSN : 2355-9365. Bandung

(7)

[4] Maulana, Ahmad Mansur dkk. 2013. Data Hiding Steganograph Pada File Image Menggunakan Metode Least Significant Bit. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya [5] Mardiana. 2013. Pengembangan Algoritma

Block Chiper RC6 pada Citra Digital. Universitas Sumatera Utara. Medan.

[6] Muharini, A. 2012. Aplikasi Algoritma Rivest Code 6 Dalam Pengamanan Citra Digital. Universitas Indonesia. Jakarta

[7] Munir, R. 2004. Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritma. Bandung: Informatika

[8] Munir, R. 2015. Bahan Kuliah IF4020 Kriptografi. Program Studi Informatika STEI-ITB. Bandung

[9] Shahana, T. 2013. A Secure DCT Image Steganography based on Public-Key Cryptography, International Journal of Computer Trends and Technology (IJCTT), vol. 4, no. 3, pp. 2039-2043, 2013.

[10] Tena, S. 2010. Bahan Ajar Modul Pengolahan Citra. Universitas Nusa Cendana. Kupang.

[11] Yonata, Y. 2001. Kompresi Video, pemampatan data video untuk aplikasi videophone dan multimedia over IP. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

[12] Yusuf, K. 2004. Kriptografi Keamanan Internet dan Jaringan Komunikasi. Informatika. Bandung.

[13] Zakariah, M. 2013. Dasar-Dasar Operasi Matlab. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Gambar

Gambar 6 Gambaran umum sistem kerja enkripsi –  penyisipan
Tabel 7 Informasi Histogram dari 2 data citra
Gambar 10 Grafik perubahan waktu penyisipan dan  ekstraksi file encrypted_data1.jpg terhadap perubahan
Tabel  8  Hasil perhitungan MSE  dan PSNR citra  data awal terhadap citra akhir hasil proses  kriptografi dan steganografi
+2

Referensi

Dokumen terkait

e) Tindak tutur deklaratif dengan fungsi memutuskan, mengizinkan, dan melarang. Aspek-aspek situasi ujar dapat mempengaruhi suatu tuturan digunakan dengan tujuan untuk

[r]

[r]

Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan hidayahnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa pemilik usaha di industri di Kota Banda Aceh sebagian besar berumur 26 sampai 35 tahun, didominasi

Judul Skripsi : Pengaruh Pelatihan, Upah terhadap Produktivitas kerja karyawan pada Industri genteng di Desa Margodadi, Seyegan, Sleman, Daerah Istimewa

Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transaksional dengan komitmen organisasi. Semakin positif persepsi terhadap

Earning per share atau laba per lembar saham akan semakin tinggi dengan tingkat hutang yang semakin.. tinggi, tetapi risiko juga akan semakin tinggi saat hutang