• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERUBAHAN HUTAN MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERUBAHAN HUTAN MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERUBAHAN HUTAN

MANGROVE

MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT

Nanik Suryo Haryani

Peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh – LAPAN Email: naniksuryo@yahoo.com

Abstrak: Indonesia merupakan negara yang mempunyai hutan mangrove paling luas di dunia, tetapi di sisi lain terdapat permasalahan yaitu terdapat kegiatan deforestrasi, yang berakibat terjadinya perubahan lingkungan ekosistem pesisir, dan berdampak pada penurunan segi fisik, biologi, dan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis adanya perubahan hutan mangrove dengan menggunakan citra landsat tahun 2001-2011 di Kabupaten Probolinggo. Hasil yang diperoleh berdasarkan hasil pengolahan citra landsat tahun 2001dan tahun 2011 selama kurun waktu sebelas tahun terjadi adanya perubahan luas hutan mangrove, dimana perubahan luas yang dominan terjadi penambahan adalah di DesaTambakrejo seluas 25,57 hektar, di Desa Lemahkembar seluas 22,46 hektar dan di Desa Mangunharjo seluas 17,66 hektar. Sedangkan perubahan luas hutan mangrove, dimana terjadi penurunan luas hutan mangrove yang kurang dominan terjadi di Desa Sumberanyar seluas 3,25 hektar, Desa Bayeman seluas 1,82 hektar, dan Desa Dungun seluas 1,31 hektar. Kata Kunci: Mangrove, citra landsat, deforestrasi,

Abstract: Indonesia is a country of the largest mangrove forest in the world, but the deforestation problem will lead into the change of coastal ecosystem which causes the downgrade the physical, biological and economic level. The goal of this research is to analyze the change of mangrove forest using the Landsat image of 2001–2011 in Probolinggo Regency. Based on the result of analysis of Landsat image of 2001 and 2011, it is indicated that during 11 years period there is a change of mangrove forest area, with the most dominant change happened in Tambakrejo village at 25,57 hectars, in Lemahkembar village at 22,46 hectars and in Mangunharjo village at 17,66 hectars. Meanwhile, the less dominant change of mangrove forest was happened in Sumberanyar village at 3,25 hectars, Bayeman village at 1,82 hectars, and Dungun village at 1,31 hectars.

Key words: Mangrove, citra landsat, deforestation

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang mempunyai hutan mangrove (hutan bakau) paling luas di dunia. Berdasarkan data Kementerian Negara Lingkungan Hidup tahun 2006 bahwa luas hutan mangrove Indonesia mencapai 4,3 juta hektar. Sedangkan menurut FAO (2007) bahwa Indonesia mempunyai hutan mangrove seluas 3,062,300 juta hektar pada tahun 2005, yang merupakan 19 % dari total luas hutan mangrove di seluruh dunia...

Meskipun Negara Indonesia memiliki hutan mangrove terluas, akan tetapi laju deforestrasi hutan mangrove terjadi pula yg merupakan permasalahan rusaknya hutan mangrove. Menurut data akibat deforestasi hutan mangrove menyebabkan hutan mangrove dalam kondisi rusak berat mencapai luas 42%, kondisi rusak mencapai luas 29%, kondisi baik mencapai luas < 23% dan kondisinya sangat baik hanya seluas 6%. Saat ini keberadaan hutan mangrove semakin terdesak oleh kebutuhan manusia, sehingga hutan mangrove sering

dibabat habis bahkan sampai punah (Wiyono M.,2009). Jika hal ini terus menerus dilakukan maka akan mengakibatkan terjadinya abrasi, hilangnya satwa atau biota laut yang habitatnya sangat memerlukan dukungan dari hutan mangrove.

Di wilayah tropis dan subtropis hutan mangrove mempunyai peran yang sangat penting dalam melindungi adanya erosi di wilayah pesisir dan menjaga fungsi hidrologis di wilayah tersebut. Dengan mengetahui perubahan luas hutan mangrove, diharapkan akan mendorong tingkat kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam melestarikan hutan mangrove di wilayah Indonesia. Terjaga dan terpeliharanya area hutan mangrove di wilayah pesisir diharapkan mampu melindungi landsat tahun 2001 dan tahun 2011 di Kabupaten Probolinggo -Jawa Timur.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data citra landsat multi temporal yaitu citra landsat tahun 2001 dan citra landsat tahun 2011, dimana

(2)

data yang telah diperoleh dilakukan koreksi geometrik untuk meminimalisasi kesalahan akibat perolehan data. Data yang sudah dikoreksi dilakukan cropping data untuk daerah penelitian berdasarkan batas administrasi daerah penelitian. Selanjutnya data sudah siap untuk dilakukan pengolahan lanjut yang berupa klasifikasi citra satelit, dari hasil klasifikasi dilakukan ekstraksi mangrove, sehingga dihasilkan area hutan mangrove, sebagaimana terlihat pada diagram alir gambar 1 berikut:...

Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Data

PEMBAHASAN Hutan Mangrove

Menurut Soerianegara (1990), hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai, biasanya terdapat di daerah teluk dan di muara sungai dengan ciri-ciri: (1) tidak terpengaruh iklim, (2) dipengaruhi pasang surut, (3) tanah tergenang air laut, (4) tanah rendah pantai, (5) hutan tidak mempunyai struktur tajuk, dan (5) jenis-jenis pohonnya biasanya terdiri dari: (a) api-api (Avicenia sp.), (b) pedada (Sonneratia sp.), (c) bakau (Rhizophora sp.), (d) lacang (Bruguiera sp.), (e) nyirih (Xylocarpus sp.), (f) nipah (Nypa sp.).

Hutan mangrove memiliki manfaat dan fungsi yang sangat penting bagi eko sistem hutan, air dan lingkungan 1. Fisik; (a) Penahan. (b) Penahan intrusi (peresapan) air laut ke daratan. (c) Penahan badai dan angin yang bermuatan garam. (d) Menurunkan kandungan karbondioksida (CO2) di udara () € Penambat bahan-bahan pencemar (racun) di perairan pantai. 2. Biologi; (a)Tempat hidup biota laut, baik untuk berlindung, mencari

makan, pemijahan maupun pengasuhan (b) Sumber makanan bagi spesies-spesies yang ada di sekitarnya (c) Tempat hidup berbagai satwa lain seperti kera, buaya, dan

3. Ekonomi: (a) Tempat rekreasi dan pariwisata (b) Sumber bahan kayu untuk bangunan dan kayu bakar (c) Penghasil bahan pangan seperti ikan, udang, kepiting, dan lainnya (d) Bahan penghasil obat-obatan seperti daun Bruguiera sexangula yang dapat digunakan sebagai obat penghambat tumor.

Menurut Davis, Claridge dan Natarina (1995), fungsi dan manfaat hutan mangrove sebagai berikut: 1. Menjadi habitat satwa langka; Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burung pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus)

2. Pelindung terhadap bencana alam; Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.

3. Pengendapan lumpur; Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.

4. Penambah unsur hara; Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.

5. Penghambat racun; Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racunsecara aktif. 6. Simber alam dalam kawasan (in-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ); Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat

Citra Landsat 2001 dan 2011 Koreksi Geometrik Cropping data Klasifikasi Data Ekstraksi Penutup Lahan Area Mangrove

(3)

dimanfaatkan secar langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.

7. Transportasi; Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan... 8. Sumber plasma nutfah; Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untukmemelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.

9. Rekreasi dan pariwisata; Hutan bakau memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya. Hutan mangrove yang telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam antara lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah). Hutan mangrove memberikan obyek wisata yang berbeda dengan obyek wisata alam lainnya. Karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa hal. Para wisatawan juga memperoleh pelajaran tentang lingkungan langsung dari alam. Pantai Padang, Sumatera Barat yang memiliki areal mangrove seluas 43,80 ha dalam kawasan hutan, memiliki peluang untuk dijadikan areal wisata mangrove. Kegiatan wisata ini di samping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan, menyewakan perahu, dan menjadi pemandu wisata. 10. Sarana pendidikan dan penelitian; Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.

11. Memelihara proses-proses dan sistem alami; Hutan

bakau sangat tinggi tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.

12. Penyerapan karbon; Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.

13. Memelihara iklim mikro; Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.

14. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam; Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam...

Citra satelit Landsat Area Mangrove

Citra satelit Landsat pada Gambar 2 merupakan citra composite yaitu suatu citra satelit hasil dari gabungan dari 3 (tiga) kanal atau band yaitu kanal merah, kanal hijau dan kanal biru, yang lazim disebut citra RGB (Red Green Blue). Hasil dari citra composite ini dapat terlihat dengan jelas obyek yang tergambar pada citra. Pada Gambar 2 bagian atas ini menunjukkan kondisi penutup lahan tahun 2001 dan Gambar 2 bagian bawah menunjukkan kondisi penutup lahan tahun 2011. Sebagai contoh bahwa area mangrove pada Gambar 2 ini terlihat pada citra adanya warna agak kehijauan yang berterletak di wilayah pesisir atau sepanjang wilayah pantai bagian utara di Kabupaten Probolinggo.

(4)

Gambar 3. Peta Distribusi AreaHutanMangrove di Kabupaten Probolinggo Tahun Berdasarkan hasil pengolahan data dari citra Landsat

tahun 2001 dan tahun 2011 dapat diperoleh hasil luas area hutan mangrove yang terdistribusi di 48 desa

yang termasuk di wilayah Kabupaten Probolinggo seperti pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Luas Hutan Mangrove dan Perubahan Luas Hutan Mangrove Tahun 2001-2011 di Kabupaten Probolinggo

Mangrove 2001 Mangrove 2011

No. Desa (Hektar) (%) Desa (Hektar) (%) (Hektar) (%) Perubahan Mangrove 2001 - 2011 Asembagus Asembokor Banjarsari Bayeman Bulang Curahdringu Curahsawo Curahtulis Dringu Dungun Gejugan Gending Jabung Sisir Kalibuntu Kalisalam Karanganyar Karanggeger Karangpranti Kebonagung 22.72 5.47 3.60 1.82 1.28 3.62 2.46 4.56 12.18 1.31 1.13 1.82 3.29 7.96 0.35 1.78 1.78 0.50 3.70 10.85 2.61 1.72 0.87 0.61 1.73 1.18 2.18 5.82 0.62 0.54 0.87 1.57 3.80 0.16 0.85 0.85 0.24 1.77 Asembagus Asembokor Banjarsari Bayeman Bulang Curahdringu Curahsawo Curahtulis Dringu Dungun Gejugan Gending Jabung Sisir Kalibuntu Kalisalam Karanganyar Karanggeger Karangpranti Kebonagung 22.72 5.92 7.07 0.00 1.28 6.84 3.50 5.28 12.18 0.00 1.52 1.82 3.50 7.96 0.35 1.78 2.40 0.17 4.09 7.70 2.01 2.39 0.00 0.43 2.32 1.19 1.79 4.12 0.00 0.51 0.62 1.19 2.70 0.12 0.60 0.81 0.06 1.39 0.00 0.46 3.47 -1.82 0.00 3.22 1.04 0.71 0.00 -1.31 0.39 0.00 0.21 0.00 0.00 0.00 0.62 -0.32 0.39 0.00 0.53 4.04 -2.12 0.00 3.75 1.21 0.83 0.00 -1.52 0.45 0.00 0.24 0.00 0.00 0.00 0.72 -0.38 0.45 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Luas Luas

Distribusi Spasial Area Mangrove

Hutan mangrove adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga lokasi hutan selalu tergenang oleh air yang berasal dari laut. Pada Gambar 3 bagian atas menunjukkan peta distribusi spasial area mangrove tahun 2001 dan Gambar 3 bagian bawah menunjukkan peta distribusi

spasial area 3 bagian bawah menunjukkan peta distribusi spasial area mangrove tahun 2011. Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa area hutan mangrove di Kabupaten Probolinggo terdistribusi di sepanjang pantai utara wilayah tersebut, dimana dalam peta pada Gambar 3 terlihat warna hijau yang terdistribusi hampir di sepanjang pantai utara Wilayah Kabupaten Probolinggo.

(5)

Lanjutan Tabel 1. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. Ketapang Klaseman Lemahkembar Mangunharjo Mayangan Pabean Pajurangan Pasisir Patokan Penambangan Pesisir Pilang Pondokkelor Randumerak Randuputih Randutatah Sukabumi Sukodadi Sukokerto Sumberanyar Sumberlele Tamansari Tambakrejo Tongas Kulon Tongas Wetan Total 2.13 3.40 7.97 5.72 3.35 10.88 4.52 2.72 5.00 4.40 3.66 12.36 12.49 2.61 6.24 0.55 1.43 1.91 1.96 6.57 1.69 5.06 18.78 1.58 1.04 209.32 1.02 1.63 3.81 2.73 1.60 5.20 2.16 1.30 2.39 2.10 1.75 5.90 5.97 1.25 2.98 0.26 0.68 0.91 0.94 3.14 0.80 2.42 8.97 0.76 0.50 100.00 Ketapang Klaseman Lemahkembar Mangunharjo Mayangan Pabean Pajurangan Pasisir Patokan Penambangan Pesisir Pilang Pondokkelor Randumerak Randuputih Randutatah Sukabumi Sukodadi Sukokerto Sumberanyar Sumberlele Tamansari Tambakrejo Tongas Kulon Tongas Wetan Total 2.17 3.36 30.42 23.38 2.22 19.06 4.52 3.22 5.00 7.74 3.50 13.36 12.49 1.45 7.10 2.11 1.80 1.91 1.96 3.32 1.69 6.66 44.35 2.33 1.71 295.20 0.74 1.14 10.31 7.92 0.75 6.46 1.53 1.09 1.70 2.62 1.18 4.53 4.23 0.49 2.40 0.71 0.61 0.65 0.67 1.12 0.57 2.26 15.02 0.79 0.58 100.00 0.05 -0.04 22.46 17.66 -1.13 8.18 0.00 0.50 0.00 3.34 -0.17 1.00 0.00 -1.15 0.86 1.56 0.37 0.00 0.00 -3.25 0.00 1.60 25.57 0.75 0.67 85.88 0.05 -0.04 26.15 20.57 -1.31 9.52 0.00 0.58 0.00 3.89 -0.20 1.16 0.00 -1.34 1.00 1.81 0.43 0.00 0.00 -3.79 0.00 1.86 29.77 0.87 0.78 100.00

Sumber : Hasil pengolahan citra landsat

Keterangan: (0) = Tetap (-) = Berkurang (+) = Bertambah

Luas area mangrove di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2001 sebesar 209,32 hektar, sedangkan luas area mangrove pada tahun 2011 seluas 295,20 hektar. Hasil pengolahan tersebut bahwa area mangrove selama kurun waktu sebelas tahun tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 terlihat adanya peningkatan atau penambahan luas area hutan mangrove seluas 95,08 hektar yang terjadi di 36 desa. Selain adanya penambahan luas area mangrove juga terjadi penurunan luas areal hutan mangrove dari tahun 2001 hingga tahun 2011 seluas 10,66 % terjadi di 8 desa, yaitu Desa Bayeman, Dungun, Karangpranti, Klaseman, Mayangan, Pesisir, Randumerak, dan Sumberanyar. Adanya penambahan atau peningkatan luas hutan mangrove dan adanya penurunan atau berkurangnya luasan hutan mangrove tersebut dapat diperhitungkan bahwa di Kabupaten Probolinggo selama kurun waktu sebelas tahun masih adanya peningkatan luas area hutan mangrove seluas 85,88 hektar. Peningkatan luas hutan mangrove tersebut

disebabkan oleh adanya upaya-upaya pengelolaan dan perlindungan ekosistem hutan mangrove. Ekosistem hutan mangrove merupakan bagian dari ekosistem wilayah pesisir, sehingga dampak masing-masing ekosistem pesisir akan saling berinteraksi (Wiyono M.,2009). Untuk meningkatkan luas hutan mangrove terdapat upaya-upaya merehabilitasi dan revitalisasi hutan mangrove yang kondisinya sudah mengalami kerusakan. Guna mendukung kegiatan rehabilitasi dan revitalisasi hutan mangrove dilakukan kegiatan pembuatan persemaian dan pembibitan tanaman mangrove yang selanjutnya dilakukan kegiatan penanaman mangrove di wilayah pesisir telah mengalami penurunan kualitas lingkungannya. Dengan demikian diharapkan lingkungan pesisir tersebut akan menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan luas hutan mangrove. Sedangkan adanya penurunan luas hutan mangrove tersebut disebabkan oleh adanya upaya-upaya baik dari masyarakat maupun pemerintah daerah untuk m e n g k o n v e r s i k e b e r a d a a n h u t a n m a n g r o v e .

(6)

Terdegradasinya hutan mangrove secara pesat juga akan menjadi pemicu terjadinya erosi pantai yang selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya kerusakan habitat alam di wilayah pesisir seperti ikan dan udang, adanya peningkatan intrusi air laut ke daratan serta mempengaruhi matapencaharian para nelayan yang ada di wilayah pesisir.

PENUTUP Kesimpulan

1. Luas hutan mangrove di Kabupaten Probolinggo meningkat dari tahun 2001 hingga tahun 2011 seluas 95,08 hektar yang terdistribusi di 36 desa, sedangkan luas hutan mangrove berkurang atau mengalamui penurunan luas dari tahun 2001 hingga tahun 2011 seluas 9,19 hektar atau sebesar 10,66 % terjadi di 8 desa, yaitu Desa Bayeman, Dungun, Karangpranti, Klaseman, Mayangan, Pesisir, Randumerak, dan Sumberanyar. 2. Berdasarkan hasil pengolahan data citra satelit Landsat tahun 2001 dan tahun 2011, dapat dikalkulasi bahwa luas hutan mangrove di Kabupaten Probolinggo selama kurun waktu sebelas tahun dari tahun 2001 hingga tahun 2011 meningkat seluas 85,88 hektar. Hal ini terjadi adanya upaya-upaya yang dilakukan baik pemerintah daerah maupun masyarakat setempat akan sadar pentingnya keberadaan hutan mangrove, bahkan ada masyarakat yang menginginkan kondisi pantai terjaga

dan terawat lebih baik dengan melakukan penanaman mangrove secara swadaya.

Saran-saran

1. Pemerintah daerah perlu meningkatkan kegiatan sosialisasi pemahaman akan dampak deforesasi kepada masyarakat setempat dan masyarakat luas dan meningkatkan kesadar an pentingnya keberadaan hutan mangrove

2. Pemerintah daerah sebaiknya memberi dukungan kepada masyarakat yang menginginkan kondisi pantai terjaga dan terawat lebih baik dengan melakukan penanaman mangrove secara swadaya.

DAFTAR PUSTAKA

Davis, Claridge dan Natarina. Sains & Teknologi 2: Berbagai Ide Untuk Menjawab Tantangan dan Kebutuhan oleh Ristek Tahun 2009,Gramedia, Jakarta,1995.

FAO The World’s Mangroves 1980–2005. Forest Resources Assessment Working Paper No. 153. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome,2007

Gunarto. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian, Jakarta. 2004 Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Data Hutan Mangrove di

Indonesia tahun 2006.. Jakarta.2006.

Nybakken, J.W.. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia, Jakarta.1988

Soerianegara, Hutan Mangrove: Definisi dan Fungsi, dalam alamendah.wordpress.com,1990.

Wiyono, MPengelolaan Hutan Mangrove dan Daya Tariknya sebagai obyek Wisata di Kota Probolinggo. Universitas Negeri Malang. Malang,2009.

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Data PEMBAHASAN
Gambar 2. Kondisi Penutup Lahan
Tabel 1. Luas Hutan Mangrove dan Perubahan Luas Hutan Mangrove Tahun 2001-2011  di Kabupaten Probolinggo Mangrove 2001 Mangrove 2011

Referensi

Dokumen terkait

Kerangka konsep yang berusaha diusulkan adalah dengan cara mengintervensi residual space menggunakan metode sequence narrative, dimana ruang sisa ini deskenariokan

Tujuan penulisan memberikan sumbangan pemikiran kepada publik tentang problematika independensi hakim sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman, dan merupakan instrumentarium hukum

hukum untuk tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan itikad baik dalam sidang pengadilan, terkait dengan pengakuan

bentuk biner dalam fungsi aktivasi sigmoid, untuk dapat diproses kedalam algoritma Neural network untuk mendapatkan jaringan terbaik dari Neural network yang

Humas MTs Negeri Bayah sebagai penghubung dari pihak madrasah dengan masyarakat selalu dipelihara dengan baik karena madrasah akan selalu berhubungan dengan

Tujuh penghargaan bergengsi dari 8 kategori kompetisi Contact Center World se-Asia Pacific di Singapura bagi BNI Contact Center Contact, 2-6 Juni 2014, 4 diantarnya

Kesimpulan dari data kuesioner ini adalah, lebih dari 100 orang setuju untuk dibuatkan buku publikasi mengenai Raditya Dika, dimana buku tersebut membahas tentang

Tes obyektif merupakan jenis tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah