• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

SAIFUL RIJAL

1013010154/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS

PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Disusun oleh : SAIFUL RIJAL 1013010154/FE/AK

telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

pada tanggal 17 April 2014

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks Dra.Ec.Tituk DW, M.Aks Sekretaris

Drs.Ec. Eko Riyadi, M.Aks Anggota

Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

(3)

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga saya berkesempatan menimba ilmu ke jenjang Perguruan Tinggi. Berkah dan rahmat-Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang diajukan untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. H. Rahman A. Suwaidi, MSi selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, M.Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(4)

peneliti

7. Drs. Sjafii MM, Ak. selaku dosen wali yang telah memberikan nasihat, ilmu dan motivasi serta petunjuk sewaktu proses perkuliahan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang berguna bagi peneliti.

9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Tmur.

10.Bapak, Ibu, Maq Azizi, Maq Sirat, Kak Sofyan, Mbak I’il, Mbak Lilik, Mbah Saniye, Ebu Rahwiya, Anom Zaini, Maq Didik, Maq Roy serta Seluruh Keluarga Besar Bapak dan Ibu adalah orang-orang yang paling saya cintai dan sayangi dalam hidupku. Terima kasih atas semua doa, kasih sayang, kesabaran, pengertian, dukungan, dan keikhlasannya yang telah diberikan dalam mengingatkan dan membimbing peneliti dalam peoses penyelesaian skripsi ini.

11.Teman-teman, Dae, Rezha, Ony, Yuansa, Audi, Dendi, Agung P, Marisha, Adis, Tata, Irma, dan seluruh angkatan 2010 serta seluruh Teman Kos A.25 Perum Ikip Gunung Anyar. Terima kasih atas segala keikhlasan dalam kasih sayang, persahabatan, kebersamaan, doa, semangat tiada henti, dan memberi motivasi bagi peneliti selama kuliah di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UPN “Veteran” Jatim, semoga kita semua selalu menjadi sahabat

(5)

Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran sangat dihapkan oleh penulis untuk perbaikan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Surabaya, 17 April 2014

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Penelitian Terdahulu ... 10

2.2 Landasan Teori ... 17

2.2.1 Good Corporate Governance ... 17

2.2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance ... 17

2.2.1.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ... 19

2.2.1.3 Mekanisme Good Corporate Governance ... 23

2.2.1.3.1 Kepemilikan Institusional ... 24

2.2.1.3.2 Dewan Komisaris Independen ... 25

2.2.1.3.3 Kualitas Audit ... 26

2.2.1.3.4 Komite Audit ... 28

(7)

2.2.2.3 Pengukuran Tax Avoidance ... 35

2.2.3 Pengembangan Hipotesis ... 36

2.2.3.1 Pengaruh Kepemilikan institusionla terhadap Tax Avoidance ... 36

2.2.3.2 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance ... 37

2.2.3.3 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tax Avoidance .. 38

2.2.3.4 Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance .... 39

2.3 Kerangka Pemikiran ... 40

2.4 Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Objek Penelitian ... 42

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42

3.3 Teknik Penentuan Sampel ... 47

3.3.1 Populasi ... 47

3.3.2 Sampel ... 47

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.4.1 Jenis Data ... 49

3.4.2 Sumber Data ... 49

3.4.3 Metode Pengumpulan Data ... 49

3.5 Teknik Analisis dan Uji hipotesis ... 50

(8)

3.5.2.3 Uji Multikolinieritas ... 52

3.5.3 Teknik Analisis ... 53

3.5.4 Uji Hipotesis ... 54

3.5.4.1 Uji F ... 54

3.5.4.2 Uji t ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 57

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Astra Internasional Tbk ... 57

4.1.2 Sejarah Singakat PT. Astra Otoparta Tbk ... 58

4.1.3 Sejarah Singkat PT. Indospring Tbk ... 59

1.1.4 Sejarah Singkat PT. Nipress Tbk ... 60

1.1.5 Sejarah Singkat PT. Selamat Sempurna Tbk ... 61

1.1.6 Sejarah Singkat PT. Tunas Ridean Tbk ... 62

1.1.7 Sejarah Singkat PT. United Tractors Tbk ... 63

1.1.8 Sejarah Singkat PT. Gajah Tunggal Tbk ... 64

4.2 Deskripsi Data Penelitian ... 65

4.2.1 Tax Avoidance ... 65

4.2.2 Kepemilikan Institusional ... 67

4.2.3 Dewan Komisaris Independen ... 69

4.2.4 Kualitas Audit ... 71

4.2.5 Komite Audit ... 72

(9)

4.3.2.2 Herteroskedastisitas ... 78

4.3.2.3 Multikolinieritas ... 79

4.3.3 Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 81

4.3.3.1 Teknik Analisis Regresi Linier Berganda ... 81

4.3.3.2 Koefisien Determinasi (R2) ... 83

4.3.3.3 Uji F ... 85

4.3.3.4 Uji t ... 86

4.4 Pembahasan ... 88

4.4.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance ... 88

4.4.2 Pengaruh Dewan Komisari Independen terhadap Tax Avoidance ... 90

4.4.3 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tax Avoidance ... 91

4.4.4 Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

5.3 Keterbatasan dan Implikasi ... 98

5.3.1 Keterbatasan ... 98

5.3.2 Implikasi Penelitian ... 99 DAFTAR PUSTAKA

(10)

Oleh : SAIFUL RIJAL

Abstrak

Good Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan

hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja

perusahaan. Perusahaan merupakan wajib pajak sehingga suatu aturan struktur Corporate

Governance mempengaruhi cara suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiaban pajaknya, tetapi

di sisi lain perencanaan pajak tergantung pada dinamika corporate Governance. Good Corporate

Governance ditandai dengan adanya kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kualitas

audit, dan keberadaan komite audit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh

dari good corporate governance terhadap tax avoidance pada perusahaan otomotif yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 perusahaan Otomotif yang terdafar

di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012. Variabel independen yang digunakan adalah

kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kualitas audit dan komite audit yang

diduga memberiakan pengaruh terhadap variabel dependen tax avoidance yang diproyeksikan

dengan Cash Effective Tax Rate (CETR). Penelitian ini menggunakan kriteria Purposive sampling

dan menggunakan uji analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan pengujian hipotesis (uji F), diperoleh hasil bahwa model regresi yang

dihasilkan adalah cocok digunakan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, dewan

komisaris independen, kualitas audit, dan komite audit terhadap tax avoidance pada perusahaan

otomitif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012; Kepemilikan institusional, Dewan komisaris

independen, dan Komite audit secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap tax Avoidance

sedangkan Kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance yang terdaftar di BEI

tahun 2009-2012.

Key Words : Good Corporate Governance, Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen,

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Semua sektor mengalami perubahan yang signifikan di era globalisasi sekarang ini terutama adalah sektor ekonomi dan bisnis. Beberapa perubahan yang terjadi menuntut perusahaan-perusahaan berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu perusahaan dalam meningkatkan kinerjanya harus memiliki sistem tata kelola perusahaan yang baik yang disebut dengan Good Corporate

Governance. Pada dasarnya Corporate Governance merupakan tata kelola

perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan ( Haruman, 2008 dalam Annisa 2011).

Isu mengenai corporate governance mulai mengemuka, khususnya di Indonesia pada tahun 1998 ketika Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan. Banyak pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya corporate

governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu,

baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek corporate governance. Penerapan Corporate

Governance diharapkan dapat mendorong beberapa hal, salah satunya

(12)

transparan dan efisien serta mengoptimalkan fungsi Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan Rapat Umum Pemegang Saham.

Dwitridinda (2007), dalam Jamie Allan (Sekretaris Jenderal The

Asian Corporate Governance Association), menyebutkan bahwa

penerapan corporate governance di setiap negara dapat berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh peraturan yang berlaku di setiap negara juga faktor internal perusahaan dalam hal jenis usaha, jenis risiko usaha, struktur permodalan, manajemen serta sejarah perusahaan. Keberhasilan penerapan

Corporate Governance akan sangat bergantung pada kuatnya hukum

sekuritas dan korporasi, standar akuntansi yang baik, peraturan yang kuat, sistem peradilan yang efisien, dan tekad yang kuat untuk melawan korupsi yang diterapkan oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan di Asia (Barton et al., 2004 dalam Annisa 2011).

Perusahaan merupakan wajib pajak sehingg suatu aturan struktur

Corporate Governance mempengaruhi cara suatu perusahaan dalam

memenuhi kewajiaban pajaknya, tetapi di sisi lain perencanaan pajak tergantung pada dinamika Corporate Governance dalam suatu perusahaan.

(13)

manajemen untuk melakukan tindakan pajak agresif untuk mengurangi beban pajak yang muncul (Chen et al., 2010)

Strategi pajak yang sering dilakukan perusahaan untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan yaitu dengan melakukan penghematan pajak. Ada dua hal yang dilakukan untuk menghemat jumlah pajak yang dilakukan perusahaan yaitu; Penghindaran pajak dan penggelapan pajak. Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (Lawful), sedangkan penggelapan pajak (Tax Evasion) adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat tidak legal (Unlawful) (Xynas, 2011 dalam Budiman 2011). Oleh karenanya persoalan penghindaran pajak merupakan persolan yang rumit dan unik. Di satu sisi penghindaran pajak diperbolehkan, tapi di sisi yang lain penghindaran pajak tidak diinginkan.

Aktivitas tax avoidance yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan dalam upaya semata-mata untuk meminimalisasi kewajiban pajak perusahaan, akhir-akhir ini menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena strategi pajak yang agresif yang dilakukan oleh manajemen dalam meminimalkan beban pajak, dapat memunculkan resiko bagi perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan dimata publik.

(14)

membahas masalah pajak menjadi sangat penting untuk memastikan transparansi serta kerja sama melalui pertukaran informasi pajak sesuai standar internasional. Sejumlah modus penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan di antaranya adalah tax avoidance (penghindaran pajak), tax evasion (penggelapan pajak), tax planning (perencanaan pembayaran pajak), dan model anti-avoidance rules (Koran.tempo.co). Mantan Menteri Keuangan Agus Martowardojo sebelum melepas jabatannya mengatakan, ada ribuan perusahaan joint venture, yang bisa dikatategorikan sebagai nasional company atau multinasional company, yang tidak menjalankan kewajibannya kepada negara. Agus Marto menyebut hampir 4.000 perusahaan tidak membayar pajaknya selama tujuh tahun (Merdeka.com). Hal ini akan merugikan terhadap negara dan perusahaan, pendapatan negara akan berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap anggaran suatu neraga sedangkan perusahaan akan dikenakan denda dua kali lipat dari pajak yang dibayar perusahaan.

(15)

terstruktur dengan baik maka akan berbanding lurus dengan kepatuhan perusahaan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Mekanisme Good Corporate Governance ditandai dengan adanya kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dan keberadaan komite audit. Menurut Pohan (2008) makin besar kepemilikan institusional makin baik kualitas corporate governace makin kecil kemungkinan adanya tax avoidance. Keberadaan komite audit dan dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan terbukti efektif dalam mencegah praktek tax avoidance, karena keberadaan komite audit dan dewan komisaris independen bertujuan untuk mengawasi jalannya kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Dan juga salah satu elemen penting dalam corporate governance adalah trasparansi. Transparansi mensyaratkan adannya pengungkapan yang akurat. Salah satu bentuk monitor yang dapat menurunkan biaya agensi adalah audit yang dilakukan oleh KAP tempat auditor bekerja. Auditor yang bekerja di KAP The Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki program audit yang lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP non-The Big Four sihingga audit yang dilaksanakan oleh auditor yang bekerja di KAP The Big Four dapat mencegah manajemen dalam melakukan pajak agresif.

Terkait mengenai pengaruh Corporate Governance terhadap Tax

(16)

tersebut antara lain dilakukan oleh Sartori (2010); Friese, Link dan Mayer (2006); Bovi (2005); Chai dan Liu, (2010);); Annisa, (2011);Kurniasih dan R Sari, (2013) dan lain-lain. Beberapa diantaranya menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara corporate governance dan tax avoidance. Sebaliknya menurut Sartori (2010) menyimpulkan bahwa hubungan antara

corporate governance dan tax avoidance adalah positif jika dan hanya jika

diikuti dengan rendahanya biaya agensi dan biaya transaksi. Sejumlah penelitian yang dilakukan di luar negeri telah menunjukkan bahwa dampak corporate governance yang efektif negative pada aktifitas tax

avoidance.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada (1) objek penelitian, yaitu perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (2) Variabel yang digunakan, yaitu kepemilikan institusional, dewan komisaris independen , kualitas audit dan komite audit;(3) tahun penelitian, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2012; (4) pengukuran tax avoidance, jika penelitian sebelumnya menggunakan Book Tax Gap untuk mengukur Tax avoidance perusahaan, pada penelitian ini menggunakan cash effective tax rate (CETR).

Dari uraian yang telah dijabarkan diatas peneliti termotivasi untuk mengangkat tema corporate governance pada tax avoidance. Hal ini dilakukan mengingat minimnya penelitian terkait dengan corporate

(17)

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka judul penelitian ini adalah “ Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat di ambil suatu perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh good corporate governance yang diproyeksikan dengan kepemilikan institusional terhadap tax avoidance pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI?

2. Bagaimana pengaruh good corporate governace yang diproyeksikan dengan dewan komisaris independen terhadap tax avoidance pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI?

3. Bagaimana pengaruh good corporate governace yang diproyeksikan dengan kualitas audit terhadap tax avoidance pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI?

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang di paparkan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah ingin mendapatkan bukti empiris pengaruh dari good corporate governance terhadap aktivitas

tax avoidance pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian mengenai corporate governance dan tax

avoidance ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Bagi penulis

Untuk menambah wawasan dan informasi yang berkaitan dengan implementasi dari konsep good corporate governance.

2. Bagi peneliti berikutnya

Dapat menjadi tambahan referensi dan bahan pengembangan penelitian selanjutnya terkait pengaruh good corporate governance terhadap tax avoidance di Indonesia.

3. Bagi perusahaan

Bagi manajemen perusahaan di Indonesia dapat ,menjadi masukan dan dorongan bahwa betapa pentingnya terkait pengaruh penerapan good

corporate governance terhadap kegiatan tax avoidance dalam kegiatan

(19)

perpajakan antara kegiatan yang legal maupun eligal dalam perencanaan pajaknya. Hal ini dapat meminimalkan resiko yang diterima oleh perusahaan terkait hal tersebut, jadi manajemen dapat merancang suatu mekanisme good corporate governance yang sesuai dengan perusahaannya dan dapat terhindar dari penyimpangan hukum pajak dalam kegiatan menentukan besarnya pajak yang harus dibayarkan pada negara.

4. Bagi investor

(20)

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam menunjang penelitian ini, maka di dukung oleh penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Hotman Tohir Pohan, Universitas Trisakti (2008)

Judul : Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin Q, Perata Laba Tehadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Publik. Model penelitian yang digunakan adalah kausalitas dengan menggunakan analisastatistik kuantitatif dan uji hipotesa. Dengan metode tersebut diharapkan dapat menemukan model yang menggambarkan secara sistematis dan akurat dan dapat dipakai sebagai alat deteksi dan prediksi mengenai perusahaan yang melakukan penghindaran pajak. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan pemilihan sampel berdasarkan purposive sampling dengan pertimbangan kriteria.

(21)

Pajak (Tax Avoidance). Diproyeksikan dengan menghitung BOOK-TAX GAP dibagi total asset., yaitu perbedaan/selisih antara laba sebelum pajak( Pretax book income) dengan penghasilan kena pajak/PKP(Taxable

income). Variabel independen dalam penelitian ini adalah dewan

Komisaris Independen, Kepemilikan institusionl, Kepemilkan Manajerial, Komite Audit dan Variabel independen kategorial yang digunakan adalah Tobin Q dan perata laba.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian dalam penelitian ini, terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1). Semua variabel yang diteliti yaitu komponen GCG yang terdiri dari kepemilikan institusi,kepemilikan manajerial,komisaris independen,komite audit , rasio Tobin q dan perata laba mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tax

avoidance atau tax evasion, dimana kepemilikan institusi, kepemilikan

manajerial, rasio Tobin q mempunyai pengaruh yang negatif yaitu mengurangi terhadap kemungkinan tax avoidance atau tax evasion, sedangkan komisaris independen, komite audit, dan perata laba mempunyai pengaruh yang positif yaitu menambah kemungkinan adanya

tax avoidance atau tax evasion. (2). Penelitian-penelitian terdahulu,

Khomsiah(2005) telah menggunakan struktur corporate governance dan indeks Good Corporate Governance sebagai proksi penerapan corporate

governance, dalam penelitian ini hanya struktur corporate governance

(22)

semua komponen struktur GCG tersebut mempengaruhi tingkat tax

avoidance atau tax evasion dapat diterima, komisaris independen

dianggap tidak mewakili penerapan corporate governance secara utuh karena tidak mencerminkan penerapan dan tujuan seluruh prinsip-prinsip

good corporate governance.

2. Nuralifmida Ayu Annisa, Universitas Sebelas Maret Surakarta (2011) Judul : pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance (Studi pada Perusahaan Terdaftar BEI tahun 2008). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier sederhana. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008. Seluruh data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder dan diambil dari laporan keuangan (financial report), dan laporan tahunan (annual report) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008. Ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pendapat Slovin dalam hal jumlah sampel (Sulianto, 2006).

(23)

governance menggunakan proksi antara lain kepemilikan institusional,

komite audit, kualitas audit dan dewan komisaris.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian dalam penelitian ini, terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1). Hasil uji analisis regresi menunjukkan bahwa secara statistik terbukti tidak terdapat pengaruh signifikan kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dewan komisaris, terhadap tax avoidance perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008, dengan demikian H1, H2, dan H3 ditolak. (2). Hasil uji analisis regresi menunjukkan bahwa secara statistik terbukti terdapat pengaruh signifikan komite audit dan kualitas audit terhadap tax

avoidance perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008, dengan demikian

H4 dan H5 diterima.

3. Judi Budiman, Universitas Gajah Mada (2011)

Judul : Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak (Tax

Avoidance). Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan persamaan

regresi, sehingga untuk mengukur ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual maka harus diukur dari goodness of fit nya. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan Non-Banking, Credit Agencies Other

Than Bank, Securities, Insurance dan investasi menurut klasifikasi

Indonesia Capital Market Directory (ICMD) yang terdaftar di BEI.

Penelitian ini dalam penentuan samplenya menggunakan Purpusive

(24)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut : variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tax

Avoidance yang diukur menggunakan Cash ETR (Cash Effective Tax

Rate). Variabel independen penelitian ini adalah Karakter Eksekutif.

Variabel kontrol adalah : a. Resiko Perusahaan (Corporate Risk) b. Ukuran Perusahaan (Size) c. Leverage d. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) e. Kondisi Rugi Operasi Perusahaan ( Net Operating Loss).

Hasil pengujian pengaruh variabel-variabel independen terhadap keberadaan variabel dependen, baik yang dilakukan secara simultan (uji F) maupun secara individual (uji t) menunjukkan bahwa dari kelima variabel independen yang ada semuanya secara signifikan mampu mempengaruhi nilai penghindaran pajak (CASH ETR) perusahaan. Oleh karena itu didasarkan pada hasil analisa data dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa eksekutif yang memiliki karakter risk taker memiliki pengaruh yang posif terhadap penghindaran pajak (Tax Avoidance).

4. Tommy Kurniasih & Maria M. Ratna Sari, Universitas Udayana (2013) Judul : Pengaruh Return on assets, Leverage, Corporate

Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax

Avoidance. Penelitian yang digunakan adalah Kuantitatif berupa laporan

(25)

dan ICMD. Populasi yang digunakan adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Sampel penelitian ditentukan dengan metode nonprobability sampling dengan teknik

purposive sampling.

Variabel yang digunakan dalam penilitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut : variabel tidak bebas (Y) dalam penelitian ini adalah relevansi Tax Avoidance. Model estimasi pengukuran Tax Avoidance menggunakan model Cash Effective Tax Rate (CETR). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA), Leverage, Corporate

Governance (CG), Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal.

Kesimpulan : 1). Returtn on Assets (ROA), Leverage, Corporate

Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal

berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. 2). Return on Assets (ROA), Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tax avoidance, sedangkan Leverage dan

Corporate Governance tidak berpengaruh signifgikan secara parsial

terhadap tax avoidance pada perusahaan manufatur yang terdaftar di BEI periode 2007-2010.

(26)

terdaftar di BEI selama periode 2009-2012. Variabel Independen yang digunakan adalah kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kualitas audit dan komite audit. Lebih dari itu , jika penelitian sebelumnya menggunakan Book Tax Gap untuk mengukur Tax Avoidance perusahaan, pada penelitian ini menggunakan Cash Effective Tax Rate (CETR).

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian

1 Hotman Tohir Pohan 2008

Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin Q, Perata Laba Tehadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Publik Avoidance (Studi pada Perusahaan Terdaftar di BEI tahun 2008)

3 Judi Budiman 2011 Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Y. Tax Avoidance X1. Corporate Risk

X2. Size (Ukuran Perusahaan) X3. Leverage

dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Avoidance

5 Saiful Rijal 2014 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(27)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Good Corporate Governance

2.2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance

Good corporate Governance (GCG) menurut Komite Nasional

Kebijakan Governance (KNKG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Good Corporate Governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakan maupun terhadap iklim usaha di suatu Negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif (Sulistyanto dan Lidyah, 2002 dalam Annisa 2011). Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Saat ini pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan good corporate governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa (Sulistyanto dan Lidyah, 2002).

Beberapa pakar telah mengemukakan definisi Good Corporate

Governance sebagai berikut :

1. Blair (1995) dalam Darmawati (2003) menyatakan bahwa “ Corporate Governance adalah keseluruhan set aransemen legal, kebudayaan, dam

(28)

pengendalian dilakukan, dan bagaimana resiko dan return dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dialokasikan.

2. Marthur (1999) dalam Darmawati (2003) Corporate governance is the

conduct of directors and its aim as to maximize shareholders value

while satisfying stakeholders.

3. Maksum (2005 dalam Laksono 2011) mendifinisikan corporate

governance sebagai suatu sistem yang dibangun untuk mengarahkan

dan mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata hubungan yang baik, adil dan transparan di antara berbagai pihak yang terkait dan memiliki kepentingan (stakeholders) dalam perusahaan.

4. Khomsiyah (2007 dalam Laksono 2011 ) mendefinisikan bahwa”

Coerporate governance merupakan upaya yang dilakukan oleh semua

pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing

dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan semua pihak”

(29)

Menurut Monks, (2003: 102) Corporate Governance (CG) merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (Value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat waktu dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. Definisi

Corporate Governance sesuai dengan Surat keputusan Menteri BUMN No

Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN adalah “ Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh

BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainya, berdasarkan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”. Definisi ini menekankan pada keberhasilan usaha dengan memperhatikan akuntabilitas yang berlandasan pada perundangan dan nilai-nilai etika serta memperhatian stakeholder yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan nilai pemegang saham.

2.2.1.2 Prinsip-Prinsip Good Corporae Governance

(30)

belakangan ini. Terdapat beberapa versi yang menyangkut prinsip-prinsip

corporate governance namun pada dasarnya mempunyai banyak

kesamaan.

Pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKCG) pada tahun 2006, menyebutkan terdapat lima asas GCG antara lain :

1. Transparansi ( Transparenscy)

Untuk menjaga obyektifitas dalm menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah disyaratkan oleh peraturan undang-undang, tetapi juga hal yang penting untuk mengambil keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas ( Accountability)

(31)

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate Citizen. 4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen, sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendiminasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5. Kesetaraan dan Kewajaran ( Fairness)

Dalam melaksanakan kegiantannya, perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang saham dari penipuan dan penyimpangan.

Dalam artikelnya Sartori (2010) meringkas prinsip-prinsip

corporate governance yang baik adalah sebagai berikut :

1. Kerangka corporate governance harus menggambarkan pasar yang traspasaran dan efisien, konsisten dengan aturan hukum dan dengan jelas menggambarkan pembagian tanggung jawab antara otoritas pengawas, pembuat peraturan dan penegak hukum.

2. Kerangka corporate governance harus melindungi dan memfasilitasi pelaksanaan hak-hak pemegang saham.

(32)

dan asing. Semua pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang sesuai atas pelanggaran hak-hak mereka. 4. Kerangka corporate governance harus mengakui ha-hak stackholders

yang ditetapkan oleh hukum atau memiliki kesepakatan bersama dan mendorong kerjasama aktif antara perusahaan dengan dan stackholders dalam menciptakan kekayaan lapangan kerja dan kelanjutan keuangan perusahaan.

5. Kerangka corporteate governance harus memastikan bahwa pengungkapan tepat waktu dan akurat dibuat tentang semua hal menyangkut korporasi, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan dan tata kelola perusahaan.

6. Kerangka corporate governace harus memastikan pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen oleh dewan dan akuntabilitas dewan terhadap perusahaan serta pemegang saham.

Dengan adanya penerapan corporate governance yang baik dalam suatu perusahaan menghasilkan suatu manfaat yang diperoleh, yaitu :

1. Meningkatkan kinerja perusahaan

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia

(33)

2.2.1.3 Mekanisme Good Corporate Governance

Good corporate governance sebagai variable independen di ukur

dengan menggunakan mekanisme corporate governance. Mekanisme

good corporate governance adalah syarat-syarat pelaksanaan sistem dalam

suatu badan usaha dimana berbagai pihak yang berkepantingan terhadap badan usaha tersebut dapat memastikan bahwa pihak manajer dan pihak internal badan usaha lainyan dapat memenuhi kepentingan stakeholders

(Sanda et al, 2005 dalam Faroid 2013). Mekanisme good corporate

governance yang baik akan menghasilkan kinerja badan yang lebih baik.

Mekanisme good corporate governance terbagi menjadi mekanisme internal dan mekanisme eksternal (Sanda el al. 2005 dalam Faroid 2013). Yang termasuk kedalam mekanisme internal adalah kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, dan konsentrasi kepemilikan. Utang ( leverage) merupakan mekanisme eksternal good corporate governance. Selain menggunakan mekanisme

good corporate governance, sanda et al. juga memasukkan variable

control dalam penelitiannya, yaitu CEO ekspatriat, ukuran badan usaha, dan sektor.

(34)

keterkaitan dengan kemakmuran perusahaan dan para pemegang saham, sehingga penerapannya diharapkan memberikan kontribusi yang positif bagi perusahaan secara keseluruhan.

Dalam penelitian ini yang akan dikaji terkait corporate governance antara lain kepemilikan institusional, komite audit, trasparansi informasi/kualitas audit dan dewan komisaris independen di mana akan dikaji sejauh mana keberadaannya berpengaruh terhadap kebijakan perpajakan yang dilakukan oleh perusahaan.

2.2.1.3 .1 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan tax

avoidance. Porsentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat

mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen ( Boediono, 2005 dalam Laksono 2011).

(35)

besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuanya untuk memonitor Manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan. Tindakan monitoring oleh pihak investor institusional dapat mengurangi perilaku

opportunistic atau mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh

manajer sehingga manajer dapat lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan.

Kempemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain :

1. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi.

2. Memiliki motivasi yang kuat untuk malaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. 2.2.1.3 .2 Dewan Komisaris Independen

(36)

pelaksanaan good corporate governance. Menurut Egon Zehnder dalam Laksono (2011), Dewan komisaris independen merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi menajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas.

FCGI (2001) menyatakan bahwa dewan komisaris independen berada pada posisi untuk memastikan bahwa manajemen sesuai strategi yang telah benar-benar demi kepentinagn perusahaan sesuai strategi yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan para pemegang saham yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan. Menurut peraturan yang di keluarkan oleh BAPEPAM untuk mencegah kerugian pada pihak pemegang saham minoritas menuntut bahwa 30% dari jumlah dewan komisaris haruslah independen dari perusahaan dan pemegang saham mayoritas. disamping hal itu komisaris independen harus memahami undang-undang dan peraturan tentang pasar modal serta diusulkan oleh pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (Pohan, 2008).

2.2.1.3.3 Kualitas audit

(37)

merupakan elemen dari efisiensi ekuitas pasar, karena dapat menekan kredibilitas dari informasi keuangan, mendukung praktek Corporate

Governance melalui pelaporan keuangan yang transparan.

Deis dan Giroux (2002) dalam suartana (2007) memaparkan hal-hal yang berhubungan dengan kualitas audit antara lain :

a. Lamanya auditor / umur audit, semakin lama maka semakin rendah kualitas auditnya.

b. Jumlah klien, semakin banyak semikin baik kualitas auditnya. c. Kesehatan keuangan klien, makin sehat ada kecenderungan

klien menekan auditor untuk ,mengikuti standar yang berlaku. d. Review oleh pihak ketiga, kualitas audit semakin tinggi apabila

direview oleh pihak ketiga.

Kualitas audit dapat diukur dengan proksi ukuran KAP, karena diasumsikan akan berpengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan oleh auditornya. Auditor yang bekerja di KAP The Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki program audit yang lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP non- The Big Four.

(Isnanta, 2008 dalam Praptitorini dan Jamarti 2007) menggunakan

(38)

Mayangsari (2003) dan hasilnya tidak mempengaruhi terhadap integritas laporan keuangan

KAP The Big Four adalah Oligopoly Industry akuntansi dan jasa professional karena mereka menguasai sebagian besar pasar yaitu perusahaan go public di seluruh dunia, dan perusahaan privat lainya

Laporan keuangan yang diaudit oleh KAP The Big Four menurut beberapa referensi dipercaya lebih berkualitas sehingga menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya, oleh karena itu diduga perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four (Price Waterhouse Cooper –PWC, Deloite touché Tohmatsu, KPMG, Ernst dan Young-E&Y) memiliki tingkat kecurangan yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non The Big

Four.

2.2.1.3 .4 Komite Audit

Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam mengenai masalah pengendalian.

(39)

audit telah menjadi komponen umum dalam struktur corporate

governance perusahaan publik. Pada umumnya, komite ini berfungsi

sebagai pengawas proses pembuatan laporan keuangan dan pengawas internal perusahaan. BEI mengharuskan semua emiten untuk membentuk dan memiliki komite audit yang diketahui oleh komisaris independen dengan syarat paling sedikt komite audit tiga orang , kurang dari tiga orang maka tidak sesuai dengan peraturan BEI.

Mayangsari (2003) menjelaskan bahwa komite audit di bentuk oleh perusahaan berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Tujuan pembentukan komite audit adalah:

a. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum;.

b. Memastikan bahwa control internalnya memadai;

c. Tindak lanjut terhadap dugaan adanya penyimpangan yang material dibidang keuangan dan implikasi hukumnya;

(40)

2.2.2 Tax Avoidance

2.2.2.1 Pengertian Tax Avoidance

Dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan maupun yang melanggar peraturan perpajakan. Istilah yang sering digunakan adalah tax avoidance dan tax evasion. Sophar Lumbantoruan (1996: 489) memaparkan definisi terkait dua istilah tersebut. Tax

Avoidance (penghindaran Pajak) adalah penghindaran pajak dengan

menuruti peraturan yang ada (Lawful). Tax Evasion (penggelapan pajak) adalah penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan perpajakan (Unlawful).

(41)

ditimbulkan., oleh karena itu penghindaran pajak tidak merupakan pelanggaran atas perundang-undangan perpajakan atau secara etik tidak dianggap salah dalam rangka usaha Wajib Pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimkan atau meringankan beban pajak dengan cara-cara yang di mungkinkan oleh undang-undang pajak (Pohan, 2008).

Suandy (2008), Penghindaran pajak merupakan rekayasa tax

affairs yang masih berada dalam bingkai ketentuan perpajakan.

Penghindaran pajak dapat terjadi di dalam bunyi ketentuan atau tertulis di undang-undang dan berada dalam jiwa dari undang-undang atau dapat juga terjadi dalam bunyi ketentuan undang-undang tetapi berlawanan dengan jiwa undang-undang.

2.2.2.2 Faktor- Faktor Wajib Pajak Melakukan Tax Avoidance

Suandy (2008) memaparkan beberapa faktor yang memotivasi Wajib Pajak (WP) untuk melakuan penghematan pajak dengan ilegal, antara lain :

1. Tax required to pay, Berdasarkan jumlah pajak yang harus dibayar

oleh Wajib Pajak. Semakin besar pajak yang harus dibayar semakin besar pula kecenderungan WP untuk melakukan pelanggaran.

2. Cost of bribe, Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil untuk

(42)

3. Probability of detection, Kemungkinan untuk terdetesi. Semakin kecil

kemungkinan suatu pelanggaran terdeteksi maka semakin besar kcenderungan WP untuk melakukan pelanggaran.

4. Size of penalty, Besar sanksi, Semakin ringan sanksi yang diberikan

terhadap pelanggaran maka semakin besar kecenderunagan WP untuk melakukan pelanggaran.

Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Corporation

and Development (OECD) menyebutkan ada tiga tipe karakter

penghindaran pajak (tax avoidance):

1. Adanya unsur artifisial di mana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak.

2. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopheles dari undang-undang atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-undang.

3. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak dengan syarat Wajib Pajak menjaga serahasia munkin. (Council

(43)

Penghindaran pajak (Tax Avoidance) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Mengambil keuntungan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum (legal entity) yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha. Sebagai contoh: pemilihan bentuk usaha perseorangan akan lebih menghemat pajak karena terhindar dari pengenaan pajak berganda seperti yang terjadi pada bentuk usaha perseroan terbatas.

2. Memilih Lokasi perusahaan yang akan didirikan. Misalnya: perusahaan memperluas usahanya dengan mendirikan perusahaan baru didaerah terpencil di Indonesia bagian Timur. Oleh karena daerah tersebut memiliki potensi ekonomi yang layak dikembangkan namun sulit dijangkau, maka pemerintah memberikan beberapa keringanan dalam pajak seperti penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, kompensai kerugian yang lebih lama dari seharusnya.

(44)

Karena pada dasarnya pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan (fringe benefit) dapat dikurangkan sebagai biaya oleh pemberi kerja sepanjang pemberian tersebut diperhitungkan sebagai penghasilan yang dikenakan pajak bagi pegawai yang menerimanya.

(45)

ditimbulkan oleh kegiatan tax avoidance antara lain : denda, publisitas dan reputasi perusahaan (Friese, Link dan Mayer, 2006).

2.2.2.3 Pengukuran Tax Avoidance

Penghindaran pajak merupakan usaha mengurangi, atau bahkan meniadakan hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan tidak melanggar undang-undang yang ada . Menurut Dyreng et al, (2010) dalam Budiman (2011) variabel ini dihitung melalui CASH ETR ( Cash effective

Tax Rate) merupakan rasio pembayaran pajak secara kas (cash taxes paid)

atas laba perusahaan sebelum pajak penghasilan (pretax income). Pembayaran pajak secara kas terdapat dalam Laporan Arus Kas pada pos pembayaran pajak penghasilan di arus kas dari aktivitas operasi. Sedangkan laba perusahaan sebelum pajak tedapat dalam Laporan Laba Rugi pada pos laba sebelum pajak penghasilan. Hal ini diharapkan mampu mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak perusahaan yang dilakukan menggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer. Perhitungan dapat dijabarkan sebagai berikut :

(46)

2.2.3 Pengembangan Hipotesis

2.2.3.1 Pengaruh kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance

Penelitian yang dilakukan Shleifer dan Vishney (1986) dalam Annisa (2011) menyatakan bahwa pemilik institusional memainkan peran penting dalam memantau, mendisiplinkan dan mempengaruhi manajer. Mereka berpendapat bahwa seharusnya pemilik institusional berdasarkan besar dan hak suara yang dimiliki, dapat memaksa manajer untuk berfokus pada kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk perilaku mementingkan diri sendiri. Adanya tanggung jawab perusahaan kepada fidusia, maka pemilik institusional memiliki intensif untuk memastikan bahwa manajemen perusahaan membuat keputusan yang akan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.

(47)

2.2.3.2 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance

Komisaris independen didefinisikan sebagai seorang yang tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik.

Menurut Fama & Jensen (1983) dalam Wulandari (2005) menyatakan kehadiran komisaris independen dalam dewan komisaris mampu meningkatkan pengawasan kinerja direksi. Dimana dengan semakin banyak komisaris independen maka pengawasan manajemen akan semakin ketat. Manajemen kerapkali bersifat oportunistik dimana mereka memiliki motif untuk memaksimalkan laba bersih agar meningkatkan bonus. Laba selama ini dijadikan indikator utama keberhasilan manajer. Salah satu cara meningkatkan laba bersih adalah dengan menekan biaya-biaya termasuk pajak. Sehingga dapat mendorong manajer menjadi agresif terhadap pajak. Diharapkan semakin besar proporsi komisaris independen dapat meningkatkan pengawasan yang lebih ketat sehingga dapat mencegah agresivitas pajak perusahaan yang dilakukan oleh manajemen.

(48)

mereka dalam pengawasan dan pengendalian kinerja direksi atau manajer dalam pengelolan perusahaan.

2.2.3.3 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tax Avoidane

Salah satu elemen penting dalam corporate governance adalah trasparansi. Transparansi mensyaratkan adannya pengungkapan yang akurat. Salah satu bentuk monitor yang dapat menurunkan biaya agensi adalah audit yang dilakukan oleh KAP dimana auditor bekerja. Trasparansi terhadap pemegang saham dapat dicapai dengan melaporkan hal-hal yang terkait perpajakan pada pasar modal dan pertemuan para pemegan saham. Peningkatan trasparansi terhadap pemegang saham dalam hal pajak semakin dituntut oleh otoritas publik (sartori, 2010). Alasannya adalah adanya asumsi bahwa implikasi dari perilaku pajak yang agresif, pemegang saham tidak ingin perusahaan mereka mengambil posisi agresif dalam hal pajak dan akan mencegah tindakan tersebut jika mereka tahu sebelumnya.

(49)

Annisa (2011) dalam penelitianya menemukan bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, apabila suatu perusahaan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) The Big Four maka semakin sulit perusahaan melakukan kebijakan pajak agresif.

2.2.3.4 Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance

Komite audit yang dipilih oleh komisaris hendaknya sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia, hal ini diharapkan dapat membatasi ruang gerak manajemen untuk melakukan praktek tax

avoidance. Selanjutnya dalam pelaksanaan tugasnya, komite audit dengan

proporsi anggota eksternal yang cukup besar dan dengan pengetahuan dan pengalaman berkaitan dengan keuangannya, diharapkan dapat mengurangi praktek tax avoidance yang dilakukan perusahaan. Oleh karena itu sebaiknya komite audit memiliki intesitas pertemuan yang cukup untuk dapat lebih baik dalam memonitor masalah seperti manajemen pajak.

(50)

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah serta landasan teori yang di jelaskan di atas, maka dapat digambarkan bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Analisis Regresi Linier Berganda Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan mengacu pada landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang di ajukan adalah :

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari kepemilikan instistusional terhadap aktivitas tax avoidance;

H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari dewan komisaris independen terhadap tax avoidanve;

Kepemilikan Institusional (X1)

Komite Audit (X4) Kualitas Audit (X3)

Dewan Komisaris

Independen(X2) Tax Avoidance

(51)

H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas audit terhadap aktivitas tax avoidance;

H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari komite audit terhadap tax

(52)

2.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Surabaya, yang berlokasi di Jl. Basuki Rahmat No. 46 Surabaya dan di website resminya www.idx.co.id.

Objek penelitian yang digunakan adalah mekanisme Corporate

Governace yang dimiliki perusahaan di ukur dengan kepemilikan

institusional, dewan komisaris independen, kualiatas audit/Kantor Akuntan Publik yang di tunjuk dan komite audit pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2012. sedangkan Tax

avoidance yang diproyeksikan dengan Cash Effective Tax Rate yaitu rasio

pembayaran pajak secara kas atas laba perusahaan sebelum pajak penghasilan. Pembayaran pajak secara kas terdapat dalam Laporan Arus Kas sedangkan laba perusahaan sebelum pajak tedapat dalam Laporan Laba Rugi.

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

(53)

dan bagaimana mengukur suatu variabel, sehingga seseorang menggolongkan gejala lingkungan kedalam beberapa variabel.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melakukan pengujian hipotesis. Penelitian ini meliputi analisis pengaruh

good corporate governance terhadap tax avoidance, dalam menyusun

laporan keuangannya dengan studi kasus perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI.

Untuk menguji beberapa variabel, yaitu kepemilikan institusional (X1), dewan komisaris independen (X2), kualitas audit (X3), komite audit (X4), yang diindikasikan mempengaruhi Tax avoidance (Y) maka akan digunakan analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis) yang terdapat dalam program SPSS (Statistical Program for Social Science).

1. Variabel terikat pada penelitian ini adalah variabel yang dipengaruhi oleh

Good Corporate Governance, yaitu Tax Avoidance.

Tax Avoidance adalah rekayasa ‘tax affairs’ yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful). Tax avoidance merupakan bagian dari tax planning yang dilakukan dengan tujuan meminimalkan pembayaran pajak.

Variabel ini di proyeksikan menggunakan CASH ETR (Cash

Effective Tax Rate) merupakan rasio pembayaran pajak secara kas (cash

taxes paid) atas laba perusahaan sebelum pajak penghasilan (pretax

(54)

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio, dengan satuan pengukuranya adalah persen (%), dan rumus yang digunakan (Dyreng et al, 2010) :

2. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Good

Corporate Governance. Pengukuran Good Corporate Governance

menggunakan proksi antara lain kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kualitas audit dan komite audit. Pengukuran terhadap good corporate governance dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

a. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan jumlah kumulatif dari persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional yang paling sedikit 5% saham perusahaan. Besar kecilnya kepemilikan institusioanal maka akan mempengaruhi kebijakan pajak agresif yang dilakukan perusahaan. Untuk menghitung kepemilikan institusional dengan cara persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional yang terdapat dalam Annual Report atau laporan keuangan.

(55)

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio, dengan satuan pengukurannya adalah persen (%), dan rumus yang digunakan (Isnanta, 2008 dalam Laksono, 2011) :

b. Dewan Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Untuk menghitung dewan komisaris independen melalui jumlah komisaris independen perusahaan yang terdapat dalam Annual Report..

Skala pengukuran yang dugunakan adalah skala rasio dengan satuan pengukurannya adalah persen (%), dan rumus yang digunakan adalah (Surya dan Yustiavananda,2006 dalam Laksono, 2011)

c. Kualias Audit

kualitas audit adalah sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam Kepemilikan Institusional = Jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional

Total saham

(56)

sistem akuntansi kliennya. Dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas audit menggunakan variabel dummy yaitu angka 1 diberikan jika auditor yang mengaudit perusahaan merupakan auditor dari KAP The Big Four dan 0 jika ternyata perusahaan diaudit oleh KAP Non-The Big Four (Annisa, 2011).

Adapun daftar KAP the big-four dan afiliasi nya di Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 3.1:

Tabel 3.1

KAP The Big Four dan Afiliasinya di Indonesia

The Big Four Afiliasi di Indonesia

Price Waterhouse Cooper-PWC KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan

Deloitte Touche Tohmatsu KAP Osman Bing Satrio & Rekan

Ernst and Young KAP Purwantono, Suherman & Surja

Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG)

KAP Sidharta & Widjaja

d. Komite Audit

Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap kinerja direksi dan tim manajemen sesuai dengan prinsip-prinsip

Good Corporate Governance.Biasanya pengukuran terhadap komite audit

(57)

menyatakan bahwa suatu perusahaan yang telah go public wajib memiliki komite audit. Karena alasan tersebut model pengukuran komite audit dalam penelitian ini menggunakan jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan (Oktadella, 2011).

3.3 Teknik Penentuan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah himpunan individu, unit, elemen yang memiliki ciri atau karkteristik yang sama (Sugiyono, 2004:55 dalam Faroid 2013). Populasi penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan tahunan dan

Annual Report perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dengan jumlah 18 perusahaan, yang dipilih dengan purposive sampling

method yaitu teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang

diperkirakan mempunyai sangkut paut dengan ciri-ciri atau sifat yang terdapat pada populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel.

3.3.2 Sampel

(58)

berdasarkan penelitian berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel. Kriteria yang digunakan adalah :

1. Perusahaan otomotif yang sudah go public yang terdaftar di BEI selama periode 2009-2012.

2. Data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2009-2012.

3. Perusahaan sampel tersebut mempublikasikasn laporan auditor dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember. 4. Data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada

publikasi periode 31 Desember 2009-2012), baik data mengenai good

corporate governance perusahaan.

5. Perusahaan yang menggunakan uang Rupiah, agar kriteria pengukuran nilai mata uangnya sama.

6. Perusahaan tidak mengalami rugi agar tidak mengakibatkan nilai Cash

Effective Tax Rate (CETR) terdistorsi.

Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan diatas maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 8 perusahaan yaitu :

1. PT. Astra Internasional Tbk 2. PT. Astra Otoparts Tbk 3. PT. Indospiring Tbk 4. PT. Gajah Tunggal Tbk 5. PT. Nipress Tbk

(59)

7. PT. Tunas Ridean Tbk 8. PT. Umited Tractors Tbk. 3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang mereupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek Indonesia (BEI) Surabaya dan website resminya di www.idx.co.id.

3.4.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari : a. Metode Dokumentasi

Yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang berupa laporan keuangan perusahaan otomotif yang berasal dari Bursa Efek Indonesia (BEI), yang terdiri dari Annual Report setiap perusahaan dan data laporan keuangan tahunan.

b. Studi Pustaka

(60)

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis. 3.5.1 Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas data adalah untuk menguji kenormalan distribusi data dalam model regresi pada variabel penggangu atau variabel residual (Ghozali, 2009). Pengujian ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen memiliki distribusi normal. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah metode

Kolmogorof Smirnov. (Sumarsono, 2004 : 40 dalam Laksono 2011).

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah data mengikuti distribusi normal adalah:

1. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusi adalah tidak nomal.

2. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusi adalah normal.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Dalam persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regresi ini tidak bias (sesuai dengan tujuan).

(61)

tersebut, yang tidak boleh ada autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.

3.5.2.1 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t, dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah tidak ada gejala autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lain. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, salah satunya adalah dengan uji Durbin-Watson (DW test) dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Keputusan Durbin-Watson (DW) Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokolerasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokolerasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Keterangan : du = batas atas dan dl = batas bawah Sumber : Ghozali (2009)

3.5.2.2 Uji Heteroskedastisitas

(62)

suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang bersifat homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi Rank

Spearman ( Anonim, 2013: L-27).

Dimana :

N = Jumlah sampel ( subjek )

X = Beda rank diantara dua variabel ke i rs = Koefisien korelasi

i = 1,2,3,… pengamatan ke I sampai ke N

Deteksi adanya heteroskedastisitas adalah :

1. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas. 2. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas. 3.5.2.3 Uji Multikolinieritas

(63)

Menurut Ghozali (2009), deteksi adanya multikolinieritas adalah multikolinieritas dapat dilihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2)

Variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya.

Tolerance mengukur nilai variabelitas variabel independen yang dipilih

yang tidak dijelaskan oleh variabel lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama nilainya dengan VIF tinggi (karena VIF = 1 / tolerance). Nilai cutoff yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.

3.5.3 Teknik Analisis

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Tabel 3.1
Tabel 4. 1 :  Rekapitulasi Perhitungan Tax Avoidance atau CETR pada Perusahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adanya hubungan antara tata kelola yang baik dengan praktik penghindaran pajak didukung oleh hasil penelitian sebelumnya antara lain yang dikemukakan oleh

Hasil pengujian H1 menunjukkan bahwa Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance.Hasil pengujian H2 menunjukkan bahwa Kualitas Audit positif signifikan

Variabel independen yang terdapat pada corporate governance yaitu komite audit,. kepemilikan institusional, kualitas audit, dan dewan

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisi pengaruh corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit dan

Kemudian Perbandingan ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat dan ukuran komite audit secara simultan juga mempunyai pengaruh/hubungan yang signifikan dengan kinerja

Maharani dan Suardana (2014) menyebutkan bahwa komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap tax avoidance, ini di dukung oleh penelitian dari Annisa dan Kurniasih

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional, dan kualitas audit tidak berpengaruh signifikan

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan model (Y1a) mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011) yang menemukan bahwa independensi komite audit