• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program Vaksinasi Avian Influenza Subtipe H5N1 di Peternakan terhadap Status Kekebalan Ayam Layer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Program Vaksinasi Avian Influenza Subtipe H5N1 di Peternakan terhadap Status Kekebalan Ayam Layer"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

(Effect of Avian Influenza Vaccination Program H5N1 Subtype in Poultry Against Immunity Status of Layer)

Risa Indriani, Tarigan S

Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata No. 30, Bogor 16114 risain52@yahoo.com

ABSTRACT

Vaccination program of avian influenza (AI) H5N1 subtype in layer chickens in farms were applied periodically, so that the chickens have immunity against AI H5N1 subtype virus in the field. A study on the eight layer farms that have 3-6 time program vaccination booster. The objective in this study was to evaluate the immune and level protection of chicken in the farms. Twenty five samples of blood serum were collected from chickens periodically at 18, 28, 38, 48, 58 and 68 weeks before culled. Fourty layer chickens at 68 weeks age from two poultry farm were challenged againts AI H5N1 subtype in the BSL3 laboratory. Result showed varied level of immunity in chicken, because they have different vaccination program. Vaccination AI H5N1 in chicken <2 weeks old, showed less optimal immune response of AI H5N1vaccine. Chickens that had 5-6 times of vaccinataion AI H5N1 was not economicaly, while chickens that were vaccinated three times at 6, 16 and 45 weeks old, showed titer protection immunity. Chicken 68 weeks have mean titer antibody between 3-3.8 log2 showed 20-50% protection againt AI subtipe H5N1 virus. It is concluded that vaccination done premiraly at ≥4 weeks old and had three times vaccine booster is likely more effective and economical, because the chickens have the titer antibody protection in chicken last until they were culled.

Key Words: Layer, Vaccine, Immunity, AI H5N1 ABSTRAK

Program vaksinasi Avian Influenza (AI) H5N1 pada ayam layer dalam peternakan umumnya dilakukan secara teratur, sehingga ayam memiliki kekebalan terhadap infeksi virus AI H5N1 lapang. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi status kekebalan ayam layer di peternakan yang divaksinasi AI H5N1 dan memprediksi tingkat proteksinya. Penelitian dilakukan di delapan peternakan ayam layer yang mempunyai program vaksinasi AI 3-6 kali. Dua puluh lima sampel serum darah dalam satu flok dikoleksi dari peternakan secara berkala, yaitu pada ayam umur 18, 28, 38, 48, 58 dan 68 minggu menjelang ayam layer diafkir. Empat puluh ekor ayam layer umur 68 minggu dari dua peternakan ditantang dengan virus AI H5N1 di dalam laboratorium BSL 3. Hasil penelitian memperlihatkan tingkat kekebalan ayam layer bervariasi. Hal ini dikarenakan program vaksinasi yang diberikan berbeda. Ayam layer yang mendapat vaksinasi AI H5N1 di bawah umur dua minggu, memperlihatkan respon kekebalan yang kurang optimal, pada vaksinasi berikutnya. Pemberian vaksin AI dengan ulangan 5-6 kali tidak memberikan nilai yang ekonomis, dibandingkan dengan ayam yang divaksinasi sebanyak tiga kali pada umur 6, 16 dan 45 minggu dengan status kekebalan proteksi. Ayam layer umur 68 minggu yang memiliki rata-rata titer antibodi 3-3,8 log2 memperlihatkan tingkat kekebalan dan proteksi 20-50% terhadap paparan virus AI H5N1. Kesimpulan studi ini bahwa vaksinasi AI H5 awal lebih efektif diberikan pada ayam layer umur lebih dari empat minggu dengan tiga kali ulangan dan lebih menguntungkan secara ekonomis karena memberikan titer kekebalan proteksi yang baik pada ayam layer hingga akhir. Kata Kunci: Ayam Layer, Vaksin, Kekebalan, AI H5N1

(2)

PENDAHULUAN

Vaksinasi Avian Influenza (AI) subtipe H5N1 merupakan perangkat pendukung untuk memberikan pencegahan dan pemberantasan penyakit AI subtipe H5N1 pada industri ayam di Indonesia saat ini, sehingga dapat menjaga kesehataan ayam. Strategi pengendalian yang komprehensif, selain penggunaan vaksin yang efektif juga dilakukan tindakan biosecurity, karantina, pengawasan dan diagnosis penyakit. Pemberian vaksin dengan benar, dapat mencegah unggas (ayam) dari penyakit dan kematian, serta meningkatkan daya tahan hewan terhadap infeksi.

Program vaksinasi yang teratur dapat mengurangi replikasi virus dan tumpahan virus serta dapat memutus rantai penularan virus di lapang. Vaksin telah terbukti mampu melindungi unggas (ayam) dari paparan virus lapang yang dapat mengakibatkan klinis penyakit dan kematian, juga mengurangi replikasi virus di lapang (Swayne et al. 2006). Tindakan vaksinasi AI merupakan metode pencegahan yang telah dipraktekan secara luas untuk mengurangi kejadian penyakit AI (Suarez et al. 2006). Beberapa keuntungan tindakan vaksinasi yaitu, mengurangi unggas peka terhadap infeksi karena kekebalan meningkat dan menurunkan kematian serta mengurangi penurunan produksi dan meningkatkan keamanan pangan apabila diterapkan di daerah endemis (Marangon et al. 2008). Keuntungan utama vaksinasi AI adalah mengurangi shedding virus pada unggas yang terinfeksi, mengurangi kontaminasi lingkungan akibat penyebaran virus dan mengurangi resiko infeksi (Kilpatrick et al. 2006; OIE 2012). Vaksinasi dapat menciptakan zona buffer antara area yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi, membantu melindungi area bebas penyakit yang mempunyai resiko infeksi yang tinggi dan melindungi unggas yang merupakan daerah restocking pada daerah yang sebelumnya terkena terinfeksi (IFAH 2006). Vaksinasi yang ideal dapat benar-benar mencegah virus atau mencapai keadaan yang disebut sterilizing immunity, namun keadan ini jarang didapat pada program vaksinasi komersial dan sangat tidak mungkin dicapai pada infeksi mukosal seperti virus influenza (Suarez et al. 2006). Vaksinasi lebih sering dipertimbangkan sebagai alternatif pengendalian AI, karena dipandang sebagai strategi yang efektif dari sudut biaya.

Pelaksanaan vaksinasi AI di Indonesia telah diterapkan pada tingkat breeding maupun unggas komersial seperti ayam layer, burung puyuh dan ayam kampung (Purnamawati & Sudarnika 2008). Pada ayam layer komersial di lapang vaksinasi AI diterapkan, dengan beberapa program yang sedikit berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi status kekebalan ayam layer yang mendapat program vaksinasi AI H5 dan memprediksi tingkat kekebalannya terhadap kemungkinan paparan virus AI H5N1 pada beberapa peternak di lapang.

MATERI DAN METODE Studi peternakan ayam layer di lapang

Delapan peternakan ayam layer yang berlokasi di dua kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur dan Sukabumi di Provinsi Jawa Barat digunakan pada penelitian ini (Tabel 1). Industri peternakan ayam layer di provinsi tersebut berkembang dengan baik sehingga mendukung persediaan telur ayam ke pasar besar di Jakarta dan Jawa Barat. Jumlah populasi ayam layer di delapan peternakan yang terpilih berkisar antara 34-150 ribu ekor, dan berdasarkan peraturan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan masuk dalam kelompok peternakan sektor 3. Kunjungan ke peternakan dalam studi ini sebanyak enam kali hingga ayam berumur 68 minggu atau menjelang diafkir. Kunjungan pertama menggunakan kuesioner yang berisi parameter kesehatan, produksi dan program vaksinasi

(3)

AI pada ayam layer di dalam peternakan (Tabel 1). Pengamatan dilakukan pada flok yang terpilih dan ditetapkan pada flok ayam layer yang berumur 18 minggu. Pengambilan sampel berupa serum darah guna mengidentifikasi status antibodi AI dan swab kloaka guna identifikasi kemungkinan adanya paparan virus AI lapang.

Koleksi sampel

Kunjungan ke peternak ayam layer, untuk mengkoleksi serum darah sebanyak 25 sampel ayam dari setiap peternakan, saat ayam berumur 18, 28, 38, 48, 58 dan 68 minggu. Serum darah diambil melalui vena pada sayap dengan sudut 45° menggunakan spuit dan jarum yang berukuran 23G x 1¼”. Selanjutnya serum dipisahkan dari darah dan diuji hemaglutination inhibition (HI) untuk deteksi antibodi AI.

Uji hemaglutination inhibition

Uji hemaglutination inhibition (HI) mengikuti prosedur (OIE 2012), dengan menggunakan antigen 4 HAU AI Ck/Wj/Subang-29/2007 subtipe H5N1 (Ditjen PKH 2009). Hasil uji dibaca jika eritrosit pada sumur kontrol telah mengendap (inhibisi) (Hoffmann et al. 2005; Karaca et al. 2005). Hasil uji positif antibodi AI bila titer menunjukkan 4log2 dan ayam tersebut digolongkan sebagai ayam yang memiliki proteksi terhadap AI(OIE 2012).

Uji tantang

Dua dari delapan peternakan dalam studi ini, saat ayam umur 68 minggu (menjelang afkir) diuji tantang di laboratorium BSL3 BBLitvet dengan virus tantang A/ck/wj/Subang-29/2007 (Ditjen PKH 2009) sebanyak 106 EID50 per ekor melalui intranasal (Swayne

2007).

Re-isolasi virus tantang

Setiap sampel swab orofaring dan kloaka diuji reisolasi untuk melihat adanya shedding vius, sesuai prosedur yang disampaikan oleh Indriani et al. (2014). Shedding virus tantang dinyatakan negatif, setelah inokulum dilintaskan tiga kali pada telur ayam tertunas SPF dan cairan alantois memperlihatkan negatif pada aktivitas haemaglutinasi (HA) (Swayne & Pantin-Jackwood 2006).

Analisis statistik

Data hasil titer antibodi AI setiap sampel serum ayam layer dianalisis dengan geometri mean (GM).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program vaksinasi AI sangat penting dan harus diperhatikan di kalangan peternak ayam petelur, mengingat ayam petelur mempunyai jangka waktu hidup lama dan diafkir setelah dua tahun. Vaksinasi AI pada ayam ras petelur di peternakan, dapat memberikan kekebalan terhadap penyakit AI, sehingga kesehatan ayam terjaga dan ayam mampu

(4)

bertelur dalam rentang waktu sekitar 11/2 tahun dengan kualitas telur yang baik selama ayam dalam masa produktif (Sauvana 2009).

Banyak di kalangan peternak berpikir bahwa biaya cukup mahal, sehingga sering seadanya atau bahkan vaksinasi ditiadakan sama sekali. Padahal jika vaksinasi dilakukan secara benar maka akan diperoleh hasil yang lebih baik dan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan, karena program vaksinasi yang dilakukan secara benar, akan menjaga kondisi kesehatan ayam dengan cara pembentukan antibodi. Beberapa poin penting yang harus diperhatikan dalam melakukan vaksinasi yaitu metode vaksinasi, dosis vaksin, jadwal vaksinasi, waktu pemberian vaksin dan cara penyimpanan vaksin (Sauvana 2009).

Hasil kunjungan dan pengamatan pada delapan peternakan ayam layer (lima di Kabupaten Cianjur dan tiga di Kabupaten Sukabumi), memperlihatkan hasil program vaksinasi AI H5N1 yang berbeda-beda seperti; waktu vaksinasi, pengulangan vaksinasi AI H5 dan penggunaan produk vaksin AI H5N1 pada ayam layer (Tabel 1), Selain itu, pada awal pengamatan digunakan juga vaksin AI H5N2 (Tabel 2). Dari delapan peternak ayam layer tiga peternak diberikan program vaksinasi AI H5 sebanyak tiga kali, satu peternak empat kali, tiga peternak lima kali dan satu peternak enam kali (Tabel 1).

Tabel 1. Program vaksinasi AI pada ayam layer di lapang Asal peternak Peternak

layer

Umur ayam divaksinasi

I* II III IV V VI

Kab. Sukabumi P 5 mg 10 mg 17 mg - - -

Kab. Sukabumi T 6 mg 16 mg 45 mg - - -

Kab. Sukabumi Sc 3 mg 12 mg 19 mg 28 mg 48 mg - Kab. Cianjur SS 1 mg 4 mg 13 mg 17 mg 35 mg 46 mg Kab. Cianjur CA 9 hari 6 mg 19 mg 28 mg 45 mg - Kab. Cianjur K 9 hari 4,7 mg 9,3 mg 19 mg 29 mg - Kab. Cianjur H 10 hari 5 mg 17 mg - - - Kab. Cianjur W 4 mg 12 mg 18 mg 22 mg - - mg: Minggu; Kab.: Kabupaten; *: Pengulangan vaksinasi

Tabel 2. Vaksin AI H5 yang digunakan oleh peternak dalam studi ini Asal peternak Peternak

layer

Produk vaksin AI H5 dan pengulangan vaksin

I* II III IV V VI

Kab. Sukabumi P Vak. M Vak. M Vak. M - - - Kab. Sukabumi T Vak. M Vak. M Vak. M - - - Kab. Sukabumi Sc Vak. Y Vak. Y Vak. Y Vak. S Vak. S - Kab. Cianjur SS Vak. M Vak. M Vak. M Vak. M Vak. M Vak. M Kab. Cianjur CA Vak. M Vak. M Vak. M Vak. K Vak. K - Kab. Cianjur K Vak. K Vak. K Vak. K Vak. K Vak. K - Kab. Cianjur H Vak. K Vak K Vak. K - - - Kab. Cianjur W Vak. V Vak. V Vak. V Vak. V - - *: Pengulangan pemberian vaksin AI H5; Vak.: Produk vaksin AI H5 yang digunakan

(5)

Kandungan titer antibodi pada ayam layer divaksinasi AI H5, dapat menunjukkan kekebalan yang dimiliki ayam terhadap kemungkinan adanya paparan virus AI H5 di lapang. Keberhasilan program vaksinasi AI H5N1, perlu dimonitoring, yaitu dengan melaksanakan uji hemaglutinasi inhibisi (HI) pada serum ayam pasca-vaksinasi AI secara berkala. Hal ini untuk mengetahui kandungan titer antibodi ayam layer yang mendapat program vaksinasi AI H5N1 dan mengetahui status titer antibodi AI H5 pada kelompok ayam layer di dalam flok, juga mengevaluasi program vaksinasi AI yang digunakan.

Gambar 1. Kekebalan ayam layer yang mendapat program vaksinasi dalam peternakan Titer antibodi AI H5 ayam divaksinasi di peternakan saat pengambilan sampel di dalam flok disampaikan pada Tabel 1. Kandungan titer antibodi AI H5 sangat bervariasi yaitu berkisar antara 0-7log2 (Gambar 1). Tiga peternak yang memberikan program vaksinasi AI awal pada umur ≥4 minggu memperlihatkan efektivitas vaksinasi yang baik, yaitu pada umur 18 dan 28 minggu dengan mean titer lebih besar dari 4log2 (>16). Sementara ayam yang mendapat program vaksinasi AI awal di bawah umur dua minggu memperlihatkan efektivitas vaksinasi yang kurang baik. Hal ini disebabkan keberadaan titer antibodi maternal yang cukup tinggi dan dapat mempengaruhi respon imun vaksinasi berikutnya, sehingga tidak memberikan respon titer antibodi yang optimal. Maternal antibodi tinggi pada ayam layer muda dapat memberikan dampak menetralisir imunogen vaksin (Maas et al. 2011; Faulkner et al. 2013), selain itu adanya persaingan langsung antigen dengan reseptor seluler yang akan menyebabkan blokade priming, induksi dan pemeliharaan sel T penekan, yang berfungsi sebagai inhibitor sel pembantu memori T yang terlibat dalam produksi IgY (Alexander 2011).

Dari data titer antibodi AI H5 ayam layer yang mendapat program vaksinasi tiga kali dan vaksinasi awal dimulai setelah ayam berumur ≥4 minggu terlihat lebih ekonomis, seperti pada peternakan T (Gambar 1) yaitu vaksinasi pada umur 6, 16 dan 45 minggu. Respon vaksinasi AI pada program tersebut memperlihatkan titer antibodi tinggi (masih memberikan titer antibodi proteksi >4log2 dalam kurun waktu panjang hingga ayam berumur 68 minggu. Bila dibandingkan dengan ayam layer yang mendapat program vaksinasi 5-6 kali dan awal vaksinasi AI ayam masih berumur <2 minggu (seperti pada peternakan SS dan CA) terlihat tidak ekonomis. Hal ini bisa disebabkan oleh pengaruh maternal antibodi. Pada peternakan SS, menggunakan produk vaksin M, baik pada awal vaksinasi maupun vaksin ulang, memperlihatkan respon titer kurang baik (titer antibodi di bawah titer proteksi) saat ayam berumur 68 minggu dan bila dibandingkan dengan peternakan CA yang menggunakan produk vaksin M saat vaksinasi awal dan vaksinasi ulangan menggunakan produk K, memperlihatkan respon titer yang baik (titer antibodi

Umur ayam

≥4log2 titer proteksi

(6)

masih di atas titer proteksi) saat ayam berumur 68 minggu. Hal ini mungkin pengaruh dari kualitas vaksin, walaupun hasil uji reisolasi virus saat koleksi sampel swab kloaka dan trakea dari kedua peternakan tersebut tidak teridentifikasi adanya infeksi lapang.

Pada peternakan Sc, titer antibodi AI H5 saat umur 18 dan 28 minggu memperlihatkan titer 0 dan lebih kecil dari titer proteksi (2,98log2) hingga ayam umur 48 minggu. Hal ini karena vaksin yang digunakan adalah H5N2. Namun setelah vaksinasi ulang saat ayam berumur 28 dan 48 minggu dengan vaksin AI H5N1 produk S, terlihat titer antibodi meningkat saat ayam berumur 58 dan 68 minggu, walaupun respon titer antibodi tidak optimal (Gambar 1).

Program vaksinasi awal pada umur 3-4 minggu memberikan respon vaksin yang baik, namun kekhawatiran muncul karena harus mengantisipasi saat titer pasca-vaksinasi belum terbentuk. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan aplikasi program biosecurity yang sangat baik.

Tabel 3. Re-isolasi virus tantang AI H5N1 A/ck/wj/Subang-29/2007 dari ayam layer yang ditantang

Asal ayam Morbiditas Mortalitas

Re-isolasi virus tantang Tiga hari pasca-tantang Tujuh hari pasca-tantang 14 hari pasca-tantang positif/jumlah (MDT) --- positif/jumlah --- Farm SS 10/20 10/20 10/20 1/10 0/10 (5,6) Farm P 16/20 16/20 14/20 8/10 0/4 (7,1) MDT: Mean dead time

Untuk mengukur tingkat proteksi kandungan antibodi AI H5, dilakukan uji tantang ayam dari peternakan SS dan P (Tabel 3 dan 4). Pada saat uji tantang, kandungan titer antibodi AI H5 ayam dari peternakan SS mempunyai mean titer 3,8log2, sedangkan ayam dari peternakan P mean titer 3log2. Hasil uji tantang memperlihatkan ayam layer dari peternakan SS mendapatkan perlindungan (proteksi) sebanyak 50% (10 dari 20 ayam) dan ayam layer dari peternakan P sebanyak 20% (4 dari 20 ayam) (Tabel 3). Ayam layer yang memiliki titer ≥4log2 mendapat perlindungan dari infeksi virus AI H5N1, sedangkan ayam layer yang memiliki titer antibodi <4log2 (titer 2 dan 3log2) tidak mendapat perlindungan (mati) dari infeksi virus AI H5N1 (Tabel 4). Hasil uji HI dalam studi ini dapat memprediksi tingkat proteksi dan penyakit akibat infeksi virus tantang. Hal serupa pernah disampaikan oleh peneliti lain (Pfeiffer et al. 2010). Hasil uji tantang ayam layer umur 68 minggu dengan virus AI H5N1 A/ck/wj/Subang-29/2007 (Ditjen PKH 2009), meneguhkan tingkat proteksi ayam layer tersebut dari paparan atau infeksi virus AI (Swayne 2007; FOHI 2013).

Status kekebalan ayam layer di lapang dapat diprediksi dengan mengukur kandungan titer antibodi AI H5 pasca-vaksinasi secara berkala, sehingga ayam layer terlindungi ketika terpapar virus AI lapang. Tingkat kekebalan dipengaruhi oleh tingginya titer antibodi (titer proteksi) yang diperoleh pasca-vaksinasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi titer antibodi, seperti pengaruh maternal di dalam tubuh ayam, kandungan massa antigen dari produk vaksin, jenis adjuvant yang digunakan di dalam vaksin, homogenitas antigen di dalam emulsi vaksin, kompatibilitas antigen vaksin dengan antigen yang digunakan dalam uji HI, ketepatan pemberian vaksinasi pada ayam layer dan penyimpanan vaksin di lapang.

(7)

Tabel 4. Titer antibodi proteksi ayam layer yang dipapar virus AI H5N1 A/ck/wj/Subang-29/2007 clade 2.1.3

Kode ayam

Farm SS Farm P

Status titer antibodi

AI H5N1 (log2) Mortalitas

Status titer antibodi

AI H5N1 (log2) Mortalitas Pre-tantang Pasca-tantang Pre-tantang Pasca-tantang

1 5 7 Hidup 3 TD Mati 2 4 9 Hidup 3 TD Mati 3 2 TD Mati 3 TD Mati 4 3 TD Mati 2 TD Mati 5 5 8 Hidup 4 8 Hidup 6 4 8 Hidup 3 TD Mati 7 5 8 Hidup 3 TD Mati 8 2 TD Mati 3 TD Mati 9 4 7 Hidup 3 TD Mati 10 3 TD Mati 2 TD Mati 11 3 TD Mati 3 TD Mati 12 5 7 Hidup 4 8 Hidup 13 3 TD Mati 3 TD Mati 14 4 8 Hidup 4 8 Hidup 15 2 TD Mati 3 TD Mati 16 2 TD Mati 2 TD Mati 17 4 8 Hidup 3 TD Mati 18 2 TD Mati 3 TD Mati 19 3 TD Mati 2 TD Mati 20 4 10 Hidup 4 8 Hidup

TD: Tidak dilakukan; Persentase mortalitas farm SS 50% dan farm P 70%; Persentase safetyfarm SS 50% dan farm P 30%

KESIMPULAN

Vaksinasi AI H5 pada ayam layer di lapang lebih efektif diberikan awal pada umur ≥4 minggu dengan tiga kali ulangan, karena respon titer antibodi AI H5 pada ayam layer divaksinasi masih memberikan kekebalan titer antibodi proteksi cukup baik hingga akhir ayam menjelang diafkir dan memberikan nilai ekonomis bagi peternak ayam layer.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander MM. 2011. In ovo-vaccination with a non-replicating adenovirus-vectored avian influenza: Maternal immunity and effects on vaccination [Thesis]. [Alabama (US)]: Auburn University.

Ditjen PKH. 2009. Kebijakan vaksinasi dan strategi vaksin avian influenza (AI). No. 30099/PD.620/F/9/2009. Jakarta (Indonesia): Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

(8)

Faulkner OB, Estevez C, Yu Q, Suarez DL. 2013. Passive antibody transfer in chickens to model maternal antibody after avian influenza vaccination. Vet Immunol Immunopathol. 152:341-347.

FOHI. 2013. Vaksin influenza inaktif. Edisi ke-4. Jakarta (Indonesia): pakope Obat Hewan Indonesia. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Hoffmann E, Lipatov AS, Webby RJ, Govorkova EA, Webster RG. 2005. Role of specific

hemagglutinin amino acids in the immunogenicity and protection of H5N1 influenza virus vaccines. Proc Natl Acad Sci USA. 102:12915-12920.

IFAH. 2006. Backgorund paper on avian influenza. Int Fed Anim Heal Brussels [Internet]. [cited 2015 Jun 1]:1-5. Available from: http://ifahsec.org

Indriani R, Dharmayanti NLPI, Adjid RMA. 2014. Efikasi penerapan vaksin AI H5N1 clade 2.1.3 yang beredar di Indonesia pada itik Mojosari terhadap virus tantang AI H5N1 clade 2.3.2. JITV. 19:59-66.

Karaca K, Swayne DE, Grosenbaugh D, Bublot M, Robles A, Spackman E, Nordgren R. 2005. Immunogenicity of fowlpox virus expressing the avian influenza virus H5 gene (TROVAC AIV-H5) in cats. Clin Diagn Lab Immunol. 12:1340-1342.

Kilpatrick AM, Chmura AA, Gibbons DW, Fleischer RC, Marra PP, Daszak P. 2006. Predicting the global spread of H5N1 avian influenza. Proc Natl Acad Sci USA. 103:19368-19373. Maas R, Rosema S, van Zoelen D, Venema S. 2011. Maternal immunity against avian influenza

H5N1 in chickens: limited protection and interference with vaccine efficacy. Avian Pathol. 40:87-92.

Marangon S, Cecchinato M, Capua I. 2008. Use of vaccination in avian influenza control and eradication. Zoonoses Public Health. 55:65-72.

OIE. 2012. Manual of standards for diagnostik tests and vaccines. 7th ed. Paris (France): Office International Des Epizooties.

Pfeiffer J, Suarez DL, Sarmento L, To TL, Nguyen T, Pantin-Jackwood MJ. 2010. Efficacy of commercial vaccines in protecting chickens and ducks against H5N1 highly pathogenic avian influenza viruses from Vietnam. Avian Dis. 54:262-271.

Purnamawati A, Sudarnika E. 2008. Kajian hasil vaksinasi avian influenza pada ayam buras rakyat di Kabupaten Tasikmalaya. Dalam: Joint Meeting of The 3rd International Meeting on Asian Zoo and Wildliffe Medicine and Conservation (AZWMC 2008) and 10th National Veterinary Scientific Conference of IVMA. Bogor, 19-21 Oktober 2008. Bogor (Indonesia): IPB. p. 281-283.

Sauvana J. 2009. Vaksinasi dan penyakit [internet]. [cited 2015 Jun 1]. Available from: http://vaksinasi, penyakit dan pengobatan .htmwordpress/

Suarez DL, Lee CW, Swayne DE. 2006. Avian influenza vaccination in North America: Strategies and difficulties. Dev Biol (Basel). 124:117-124.

Swayne DE, Lee CW, Spackman E. 2006. Inactivated North American and European H5N2 avian influenza virus vaccines protect chickens from Asian H5N1 high pathogenicity avian influenza virus. Avian Pathol. 35:141-146.

Swayne DE, Pantin-Jackwood M. 2006. Pathogenicity of avian influenza viruses in poultry. Dev Biol (Basel). 124:61-67.

Swayne DE. 2007. Progress report of vaccine efficacy. In: International Avian Influenza Vaccination. Jakarta, 11-12 Juni 2007. Jakarta (Indonesia): FMPI, DEPTAN, USDA.

Gambar

Tabel 1. Program vaksinasi AI pada ayam layer di lapang  Asal peternak  Peternak
Gambar 1. Kekebalan ayam layer yang mendapat program vaksinasi dalam peternakan
Tabel 3.  Re-isolasi  virus  tantang  AI  H5N1  A/ck/wj/Subang-29/2007  dari  ayam  layer  yang  ditantang
Tabel 4.  Titer antibodi proteksi ayam layer yang dipapar virus AI H5N1 A/ck/wj/Subang-29/2007

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Hasil Tes Diagnostik Wawancara peserta didik terindikasi miskonsepsi Penyusunan laporan Instrumen siap digunakan Validasi oleh validator ahli Penyusunan instrumen

Efikasi diri dikembangkan dan diperoleh dari empat sumber informasi (Bandura 1977) yaitu diantaranya a) hasil yang telah dicapai (performance accomplishment) dimana dapat

(1) Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c yang

1 Birleflmifl Milletler ‹flkence Ma¤durlar› Gönüllü Fonu Mütevelli Heyeti taraf›ndan, BM’in iflkence ma¤durlar›na yard›m› ile ilgili olarak, her- kes için

Nilai agama atau nilai-nilai yang mengandung unsur keagamaan yang terdapat pada cerita Saedah Saenih adalah kurangnya fondasi agama sejak dini dari orang tua

Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja dan kemampuan siswa dalam membuat laporan praktikum siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan siswa memberikan

Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah secara umum peran guru masih sangat dominan sehingga siswa hanya menerima pelajaran dan mereka tidak dapat belajar

Giat bhabinkamtibmas Polsek Raman Utara Bripka Subasis sambang ke rumah bpk Gunardi di dusun 1 Desa Rukti Sediyo sampaikan pesan kamtibmas.. giat bhabinkamtibmas pol