Oleh: Ahmadi
ABSTRAK
Kata-kata kunci:
Reformulasi, Kurikulum, Bahasa ArabReformulosi
l(urikulum
Bohoso
Arub
illodrosoh dun
Perguruon
linggi
lslom
Bahasa Arab sebagai sebuah mata pelajaran selama
ini
masih di-anggap sebagai momok dan kurang diminati oleh sebagian besarpe-belajardi tanah air. Implikasiyang timbul dari kondisi ini adalah bahwa
di
antara kelemahan yang bersifat mendasar bagi mayoritas lulusan lembaga pendidikan(formal)
Islam,dari
lulusantingkat
pertama (Madrasah Tsanawiyah), menengah atas (Madrasah Aliyah) dan bah-kan lulusan perg!ruan tinggi agama Islam adalah kelemahan dalam bidang bahasa Arab dalam berbagai aspek kemampuannya. Padahal jika dihitung sejak dari tahap awal mempelajari bahasaArab (sejakke-las IV MI sampai MA) berarti peserta didik telah mempelajarinya se-lama kurang lebih 9 tahun dan bagi lulusan perguruan tinggi agama Islam (program S1), berarti mereka telah mempelajari bahasa Arab selama lebih dari 12 tahun. Belum cukupkah waktu selama itu unruk memberikan makna pembelajaran kepada siswa?
Secara substansial pendidikan mempunyai dua fungsi utama, yaitu
konservasi nilai-nilai dan kulturyang dijunjung tinggi masyarakat, dan adaptasi terhadap berbagai tuntutan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Dengan demikian, lembaga pendidikan islam
se-bagai salah satu agen perubahan sosial masyarakat memiliki peran dan fungsi strategis dalam upaya menghadapi perubahan masyarakat yang semakin kompetitif. Dengan melihat pada realitas di atas maka perlu adanya perubahan-perubahan yang signifikan terutama
pengembang-an dan modifikasi kurikulum pembelajaran bahasa Arab pada madra-sah dan perguruan tinggi Islam. Hal ini penting dilakukan dalam rang-ka meningkatkan kualitas outputdari hasil pembelajaran bahasaArab.
Ahmadi I Reformulasi Kurikulum Bahasa Arab ...
|
69A.
Pendahuluan
Bahasa
Arab
dengan warisan budayanya yang kay4 termasuk sa-lah satu bahasa utama dunia. Sejak abad pertengahan bahasafuab
te-lah
diakui
sebagai bahasa inter-nasional sehingga dianggap sebagai salah satu bahasa terbesar dunia, se-perti bahasa Inggris, Yunani, Latin, Prancis, Spanyol dan Rusia.Kedu-dukan
ini
tidak
hanya
meng-gambarkan jumlah pemakai bahasaArab, tetapi
juga
kedudukannya dalam sejarah serta peranan yangtelah
dan
masih
dimainkannyadalam
perkembangan masyarakat muslim Arab (Chejne, 1996 :1).
Di Indonesia, pengaruh bahasa Arab sebagai bahasa agama dan pe-ranannya dalam bidang budaya dan
ilmu
pengetahuan menjadikanba-hasa al-Qur'an
ini
masuk dalam komponenkurikulum
pembetajar-an
secara nasionaldan
dijadikan mata pelajaran yang hampir selalu ada pada lembaga-lembaga pendi-dikan Islam mulaidari
tingkat RA(Raudhatul AthfAD,
madrasahsampai tingkat perguruan tinSgi.
Idealnya,
mahasiswa lulusan perguruantinggi
Islam atau siswa lulusan Madrasah Aliyah memiliki kemampuan yang mumpuni dalam bahasa Arab, paling tidak memiliki salah satu kemampuanyakni
ber-bicara
aktif
(walau sifamya
per-cakapan
sederhana)atau
dapatmembaca dan memahami teks atau buku-buku berbahasa Arab. Tetapi kenyataannya sampai saat
ini
me-nunjukkan bahwadi
antara kele-mahan yang bersifat mendasar bagi mayoritas lulusan lembagapendi-dikan (formal)
Islam,dari
lulusan tingkat pertama (MadrasahTsana-wiyah), menengah atas (Madrasah
Aliyah) dan
bahkanlulusan
per-guruan tinggi agama Islam adalah kelemahandalam bidang
bahasa Arab dalam berbagai aspek kemam-puannya. Padahaljika dihitung
se-jak dari tahap awal mempelajari ba-hasa Arab (sejak kelas IV MI sampaiI\4{)
berarti
peserta
didik
telahmempelajarinya selama kurang
le-bih 9
tahun dan bagi lulusan per-guruantinggi
agama Islam (prog-ramSl),
berani mereka telah mem-pelajari bahasa Arab selama lebih dari 12 tahun.Melihat kenyataan di atas, patut dipertanyakan, benarkah dalam ku-run waktu 12 tahun bahkan mung-kin lebih dari itu belum cukup unruk menguasai
-
baik
teori
maupun praktik atau salah satu kemampuan berbahasaArab
-
materi
bahasa Arab? Kita semua tentunya sepakat bahwa wakru selama dan sepanjangitu
jauh lebih dari cukup
untuk membuat pesertadidik mahir
dan menguasai bahasaArab
minimalmemiliki
satu aspek kemampuan. Jika demikian, tentu oda yang.salah70
| HIMMAH Vol. Vlll No. 22 Mei - Agustus 2007baik
menyangkut pengajar,kuri-kulum,
metode
dan
aspek-aspek pendidikan lainnya. Keadaan inilahyang
kemudian disebutSuwito
-Guru
BesarUIN
Syarif
Hidayatu-llah- sebagai sebuah "pembelajaran yang tidak berdaya".Kurikulum
merupakan
aspek yang krusial dalam menentukanke-berhasilan sebuah
pembelajarandan
"ketidakberdayaan"
pembe-lajaran bahasa Arab yang dirasakan selamaini
tidak terlepasdari
per-masalahan kurikulum. Perlu adanya pembaruan sistem pendidikan ter-masuk pembaruan kurikulumbaha-sa Arab berupa diversifikasi
kuriku-lum
untuk
melayani keberagamandan
potensi
pesena
didik
sertasosial budaya masyarakat.
B. Kurikulum
Pembelajaran
Bahasa
Arab
Madrasah
danPfI
Kurikulum adalah niat dan ha-rapan yang dituangkan dalam
ben-tuk
rencana atau program pendi-dikan unruk dilalsanakan oleh gurudi
sekolah.Isi
kurikulum
adalah pengetahuanilmiah,
termasukke-giatan
dan
pengalaman
belajar yang disusun sesuai dengantaraf
perkembangan
siswa
(Sudjana,2002:3).
Secara lebih luas definisi
kuri-kulum
itu
bukan hanyamenyang-kut
mata pelajaran yang harusdi-pelajari
di
sekolah,
akan
tetapi menyangkut seluruh usaha sekolah untuk mempengaruhi sis:wa belajar baik di dalam maupun di luar kelasatau
bahkan
di
luar
sekolah.(Sanjaya, 2006 : 4).
Sebagaimana
diketahui
bersa-ma
bahwa sebelum diberlakukan-nya KTSP (Kurikulum Tingkat Sa-tuan PendidikaVKurikulum T?rhun 2007), kurikulum yang digunakan di madrasah-madrasah adalah KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), termasuk pada pembelajaranbaha-sa Arab. Kurikulum nasional ini me-numt hemat penulis di samping
be-lum
mengakomodir kepentingan peserta didik, tidak memenuhi asas psikologisdan
sosiologis (karenasemua siswa dipandang sama), juga
ada sebagian yang
tidak
memilikisinkonisasi. Kurikulum
nasionalkurang
menyentuh permasalahan pendidikan atau belum sepenuhnyasesuai dengan karakteristik, kondisi
dan potensi daerah, sekolah, masya-rakat dan peserta didik.
Sebagai contoh
kurikulum
ba-hasa
Arab
berbasis
kompetensi (yangtidak memiliki
sinkronisasi) untuk Madrasah Aliyah yangditer-bi&an
Depanemen Agama-
seba-gai
acuan
pembelajaran bahasa Arab untuk Madrasah AJiyah - ber-orientasi pada kemampuan mem-baca dan memahamibacaan. Halini
tergambar
dari
tujuan
pem-Ahmadi I Reformulasi Kurikulum Bahasa Arab ...
I
71belajaran
yang
diarahkan untuk
mendorong, membimbing, meng-embangkan dan membina kemam-puan berbahasa Arab_firshri dengan proritas pada kemampuan
"mem-baca
dan
memahami
bacaan" sebagaitujuan utama
pembela-jaran. Tetapi yang menarik adalah bahwa pada "Rambu-rambu" pem-belajaran disebutkan bahwa pada hakikamya, belajar bahasa Arabdi
Madrasah
Aliyah adalah
belajar menggunakanbahasa
iru
untuk berkomunikasi, baik lisan maupuntulisan, bukan untuk
mendalamiqawdid
bahosairu
sendiri.
Per-tanyaannya sekarang adalah bagai-mana siswa dapat memahamibaca-avteks
berbahasa Arabbila
yang diajarkan guru ada-lah percakapan?Padahal untuk dapat membaca dan memahami
tek
berbahasa Arabdengan
baik
diperlukan
pema-haman dan pengu asaan qawdid.Urutan standar kompetensi
da-lam KBK balasa Arab MA yang di-tawarkan
terdiri
atashiwrir
(ber-cakap), qirtt'ah
(membaca)
daninsya muwajjah
(mengarangter-pimpin).
Tetapi
indikator
pen-capaian
yang
diharapkan
dalamKBK
tersebut
pada
setiap
pem-belajaran adalah kemampuan siswa membaca, menjawab peftanyaan, pemahaman qawdid,baru
kemu-dian melakukan tanyajawab,
me-nulis kalimat dan mengarang. Bilakita
dicermati, temyataisi
kuriku-lum bahasa Arabdi
atas tidakme-miliki
sinkonikasi tujuan
dengan rambu-rambu yang dibuat senaber-beda
gradatifitasstandar
kompe-tensi yang ditawarkan denganindi
kator yang harapkan. Halini
tentu akan berdampak pada pelaksanaan pembelajaran di lapangan. Terlebihlagi bila guru
yang melaksanakan pembelajarandi
kelastidak
kritisdan
keatif
serta menerima apa ada-nya.Persoalan materi yang menjadi bahan pembelajaran bahasa Arab juga menjadi salah saru problem di
antara beberapa problem yang lain. Persoalan
ini
muncul mulai
daritingkat
dasar sampai
perguruantinggi.
Kondisi
riil
menunjukkan bahwa materi yang menjadi bahan pembelajaran bahasa Arab dari MTs hinggaMA
dan bahkan PTI tidakjauh
berbedadan
hanya berkutat pada masalah yang sama. Sebaga.icontoh
materi
mubtada'
wa
al-khobar;materi
ini
diajarkan
ber-ulang-ulangdari MIs,
MA
hingga Perguruantinggi. Ironinya,
-ber-dasarkan beberapa pengalamanpe-nulis
-
bahwa masih banyak maha-siswa semester awal yang berlatar belakang MTs&
MA
belum dapatmenunjukkan
dan
membedakan antar a mub tada' dan al-khabar
Berdasarkan hasil angket yang
72
| HIMMAH Vol. Vlll No. 22 Mei - Agustus 2007 terhadap para pengajar bahasa Arabdi
MadrasahAliyah Model
dalam Penotaran IntensifikasiPembelajar-an
BahosaArab
bagi
Guru
MAN Model se-Jawa dan Lampung Tahun 1998, dapat diketahui bahwaapa-bila
diklasifikasikan secara umum problemmateri
pembelajaranba-hasa
Arab muncul
karena hal-hal berikut :1.
Terlalu padat sehingga tidak se-suai dengan jam pelajaran yang disediakan.2.
Tidak
relevan dengankemam-puan
dasar siswa,
sehingga menyulitkan siswa.3.
Tidak relevan dengan kebutuh-an siswa sehingga tidak mena-rik.4.
Tidak
relevan dengan kondisiriil
yang dihadapi siswasehing-ga kurang fungsional.
5.
Kondisi saranadan
prasarana sekolahyang
kurang
mendu-kung
pengajaranmateri
terse-but (Haris, 1999 : 3).
Problem-problem
ini
muncul,salah satu penyebabnya karena
ma-teri
yang
diajarkan
di
Madrasah adalah materi paket dari pusat yang mau tidak mau harus diajarkan ke-pada siswa apabila menginginkan siswa dapat lulus dalam ujian yang bahannya sudah dipaket dari pusat, meskipun sebenamyamateri
ter-sebut kurang tepat untuk para sis-wa. Kondisi yang tidakjauh berbedate{adi
sekarangini
pada saat KBK diterapkan atau bahkan nanti pada saat KISP dilaksanakan.Salah satu
kritik
yang dilontar-kan Barsihannor (1998) dalamtuli-sannya mengenai
hal
ini
adalah bahwa materi pendidikan Islam ter-masukdi
dalamnya pembelajaran bahasaArab tidak
disusun secarasistematis berdasarkan
perkem-bangan fisik dan kejiwaan anakdi-dik.
Materi bahasafuab
sejakMIs
hingga perguruan tinggi tetapber-kutat
pada masalahhampir
sama dan terasa berulang-ulang. Karena itu-
lanjutnya-
tidak heran lemba-ga pendidikan Islam (kecualipesan-tren)
kurang mampu
melahirkan pakar-pakar hukum Islam, bahasadan pemikir.
Lain halnya di perguruan tinggi Islam, kurikulum pembelajaran
ba-hasa Arab yang digunakan agaknya
lebih
flekibel,
karena pencapaian tujuan pembelajarannya hanya ber-orientasi pada keburuhan institusi, tidak berdasarkan standar nasional sepefti pada MA, sehingga kuriku-lum yang digunakan pada masing-masingPII
berbeda-beda. Materi pembelajaran bahasaArab
di
be-berapa
PII
ada yang sama atau ti-dakjauh berbeda dengan materi ba-hasa Arab di MA karena alasan per-bedaan karakteristikinput
maha-siswa (ada yang dari MA, SMA, SMK
Ahmadi I Reformulasi Kurikulum Bahasa Arab ...
I
73yang lebih maju hal tersebut
disiasa-ti
dengan
mengadakan program matrikulasi, program "pengasrama-an dan tahun pertama bahasa Arab" seperti yang dilakukan UIN Malang dan UMM, dan adajuga
programinfensr/course bahasa Arab dasar 24 SKS sepeni yang dilakukan di Uni-versitas Negeri Malang. Selain
itu
terdapat paket-paket pembelajaran khusus bahasa Arab sebagai wujud
flekibilitas
kurikulumdi
beberapaPerSuruan
tinggi
seperti
paketpenerjemahan,
paket
kaligrafi,
paket komputer Arab dan lain-lain. Semua
ini
dilakukan dalam rangka peningkatan mutu output serta me-menuhi kebutuhan malasiswa. Te-tapi kondisi ini hanya berlaku padasebagian kecil PTI di Indonesia. Demikianlah beberapa bagian
kecil
ilustrasikurikulum
dan juga materi pembelajaran bahasa Arabdi
madrasah dan perguruan tinggi
Is-lam yang sudah seharusnya dicer-mati oleh para guru, dosen bahasa
Arab dan berbagai kompenen
ter-kait
lainnyauntuk
menjadi bahan kajian dan untuk selanjutnyadiupa-yakan
penyempurnaan-penyem-pumaan secara mendasar dan ter-arah, sehinggake
depannya pem-belajaran bahasa Arab dapat mem-berikan manfaat yanglebih
besarbagi peserta didik.
C.
Reformulasi Kurikulum
Pembelajaran
Bahasa
Arab
Kurikulum
pembelajaranada-lah acuan dasar yang akan
meng-hantarkan
sebuah
pembelajaran mencapaitujuan
yang diinginkan. Kurikulum yang seyogyanya men-jadi sebuah "pedoman strategis"se-lama
ini justru
dirasakan sebagaipenjerat atau pembelenggu
pendi-dikan.
Siswa terkadangdikorban-kan demi
lcurikulum, padahalse-harusnya kurikulum digunakan un-tuk kepentingan siswa. Dengan me-Iihat pada realitas yang terjadi
se-karang,
perlu
adanya
pengem-bangandan
modifikasi kurikulum pembelajaran bahasaArab
pada madrasahdan
perguruan
tinggi Islam. Hal ini penting dilakukan da-lam rangka meningkatkan kualitas output dari hasil pembelajaranba-hasaArab.
Perubahan kurikulum dalam
ke-rangka
pengembangandan
pen-yempumaankurikulum
yang telah ada ridak boleh terlepasdari
prin-sip-prinsip dasar yaitu prinsip rele-vansi (kesesuaian kurikulum deng-an tuntutan kebutuhan masaseka-rang),
prirsip
efektivitas (dapat di-laksanakan), prinsip efesiensi(wak-tu,
tenagadan
dana),prinsip
ke-sinambungan
sena prinsip
fleki-bilitas. (Harahap, 1991 : 30).74
| HIMMAH Vol. Vlll No. 22 Mei - Agustus 2007bahasa
Arab
akan mencapai hasil yang baik manakala orientasi serta rujuan jelas, apakah pesertadidik
akan diarahkan pada kemampuan berbahasa
aktif
atau
kemampuan memahamitek,
atau keduanya, te-tapi tentunya materi yang disajikan harus menyesuaikan dengankon-disi waktu serta kaidah-kaidah
pem-belajaran bahasa
Arab
secara umum.Ada
beberapakaidah
umum yang dapat dijadikan pegangan da-lam pembelajaran bahasa Arab agartidak
terkesansulit
dan
sukarse-bagaimana
yang
dikemukakanYusuf dan Anwar (1997 : l9O -
l9l)
sebagaiberikut:
1
Hendaklah dimulai dengan per-cakapan, meskipun dengan ka-ta-kata sederhana dan yang te-lah dimengerti oleh anak didik.Pengajaran qawdid dapat
diajar-kan
setelah
anak-anak mahir berbicara, membaca danmenu-lis bahasa Arab ataujuga
diajar-kan
sambillalu
dalam
meng-ajarkan percakapan.2.
Usahakandalam
menyajikan bahan pelajaran menggunakan alat peraga (alat bantu) supayapembelajaran
lebih
menarikbagi anak didik.
3.
Mengajar hendaklah
denganmementingkan
kalimat
yangmengandung pengertian
dan bermaicna. Halini
sesuaideng-an teori pengajardeng-an Gestal yang
lebih
mengutamakan kesatuandaripada
komponen-kompo-nen.4.
Mengajarkan bahasaArab itu
hendaklah mengaktifkan semua
panca indera anak didik.
5.
Pelajaranharus menarik
per-hatian dan disesuaikan dengantaraf
perkembangandan
ke-mampuan anakdidik.Kemudian Muhammad (1P81 :
83)
mengemukakan bahwa pem-bicaraanatau
bahasa yang benar bukanlah berdasarkan kaidahba-hasa (qawdid), retapi
qawAid. didasarkan pada pembicaraan/ba-hasa yang benar karenanya tidak baik apabila guru memulai dan me-mentingkan pembelajaran nchw4 shorJI'rdb dan
lainnya yang ber-hubungan dengan qawdid dengan mengabaikan bahasaitu
sendiri, akan tetapi guru harus lebih banyak mengajarkan muhdda*ah sebelum memulai pelajarar, qaw d id..Mencermati dari telaah kuriku-lum yang telah dikemukakan di atas
sena
kaidah-kaidah pembelajaran bahasa Arab, penulis berpendapat bahwa kurikulum yang terintegrasimutlak
diperlukan dalam
rangka menciptakandan
membangun se-buah pembelajaran yang kondusif dan berkesinambungan. Kurikulum yang integral yang penulisAhmadi I Reformulasi Kurikulum Bahasa Arab ...
|
75dan misi pembelajaran bahasa Arab
pada
semuajenjang
pendidikan agama (formal) pada suatu daerah. Orientasi pembelajaran pada setiap jenjang harus jelas dan tidak harus mencakup pada kemampuan men-dengar (isnmd), berbicara (kaldm), membaca (qird'ah), menulis(kitrl-bah) dan
menerjemah (tadamah) sebagaimanayang
berlaku
seka-rang kalau memang
tidal
memung-kinkan atau
tidak
efesien dengan melihat pada waktu yang tersedia. Karena menurutAziz (7996
:32)
performansi pebelajar dapat saja
di-lihat dari
aspek keberhasilanko-munikatifnya,
kesesuaian dengankontek
pembelajaran,
ketepatan gramatikanya atau kombinasi darisemua itu.
Pembelajaran bahasa
Arab dengan menggunakan sistem men-yatu (all in one system=
al-manhajalwihdah)
pada setiap materi po-kok yang diajarkan dengan harapansiswa memiliki
kompetensi
dan performansi ternyata hanya berada padatataran
idea,tetapi fakta
dilapangan menunjukkan
bahwa hasil sebagaimana yang diinginkan jauh dari harapan. Karena itu dalam membuat kurikulum bahasa Arabdi
madrasah
dan
perguruan
tinggi Islam (non tadris) saya lebih setujudengan
pendekatan
corelatedcuniculum
di
rnana pembelajarandiajarkan
secara
integral
tetapifokusnya terpisah. sebagai berikut:
1.
Madrasah Ibtidaiyah. Orientasi pembelajaran pada jenjangini
adalah kemampuan bercakap, sehingga
materi
pembelajaran harus diarahkan padakemam-puan
berkomunikasi.
Materiqawdid dapat saja
diberikantetapi
porsinya harus
lebih sedikit dan sederhana.2.
Madrasah Tsnawiyah. Orientasi pembelajaran pada jenjangini
adalah kemampuan memahami
tek
dengan penekanan padamateri morfologi
(osh-shcrf .Materi hiwtir dan lainnya harus
tetap
diberikan
meskipun
dalam porsi yang lebih sedikit
dan
materi morfologi
harusaplikatif
sefta relevan dengan pelajaranlain.3.
Madrasah
Aliyah.
Orientasi pembelajaran pada jenjangini
juga
kemampuan memahamitek
dengan penekanan pada materi ol-'irrib (NahwulSintak-sis).
tradajenjang
ini,
materi hiwtir dan morfologi harus tetap diberikan. Pembelajaran nahwu juga harus aplikatif dan relevandengan
pelajaran
lain
yang terkait.4.
PerguruanTinggi Islam
(nontadris).
Jenjang
ini
adalah pengembanganmateri
hiwtl6sharf dan
nohwu.
Sedangkan cabangilmu
bahasa Arab yang76
| HIMMAH Vol. Vlll No. 22 Mei - Agustus 2007lain
seperti
materi
bal(khah, baydn, sosio-lingurstrc danlain-lain
tidak perlu
diberikan
kecuali
untuk
tadris
bahasaArab.
Pemberlakukan
kurikulum
ta-hun 2007 - disebut KTSP(Kuriku-lum
Tingkat Satuan Pendidikan)-memberikan peluang
yang
besarbagi guru, dosen, pakar bahasa Arab
sefta
komponen
terkait
lainnya untuk memformat ulang kurikulum pembelajaran bahasaArab
unruk madrasahdan
perguruan
tinggi Islam. Kurikulum seyogyanya ddakrumpang
tindih dan
berulang-ulang,
tetapi
berlanjut
secarasimultan
dari
tahappaling
dasar,menengah sampai pada tahap yang lebih tinggi.
Hal
ini
tidak
dapatdilakukar
tanpa
adanya konsolidasi antarasesama pengajar bahasa Arab. Ha-rus ada lembaga atau semacam fo-rum komunikasi bagi sesama
peng-ajar
-
seperti
IMtA
(Ittihtidul
Mudarristn Lilluhgah Al-Arabiyah) di beberapa daerah
-
atau yang ber-kompeten di bidang ini pada tingkatlokal
(daerah),
regional
bahkannasional
untuk
sama-sama meru-muskankurikulum
secara sinergis yang akan digunakan sesuai denganstandar
mutu
masing-masing
satuan pendidikan.Pendekatan
kurikulum
pendi-dikan di Indonesia biasanya melaluidua tahap. Tahap pertama di tingkat
nasional berupa
pengembangan materi pokokkurikulum
yangber-sifat
substantif-akademik.Hal
ini
unflrk
menjamin adanya standari-sasi yang bersifat nasional. Tahap keduadi
masing-masing lembagauntuk
melengkapi
materi
pokokdengan muatan
lokal
sehingga menjadikurikulum utuh.
Akante-tapi yang terjadi bahwa sebuah lem-baga pendidikan sering mengadopsi secara
penuh
kurikulum
nasionaltanpa
mau
berkreasi
meskipun terkadangmateri dari
kurikulumyang ditawarkan tersebut
tidak relevan dengan situasi dan kondisiserta kebutuhan peserta
didik.
Kurikulum sering digunakan secara
mutlak, kaku dan tanpa
flekibilitas.
Keberhasilan pembelajaran
ba-hasa Arab di pondok-pondok
pesan-tren
barangkali
dapat
dijadikan bahan perbandingan dalam rangka menciptakan format pembelajaran bahasa Arab yang efektif dan ber-hasil guna. Sebagai contoh PondokModem
DarussalamGontor
yangdapat
memunculkan performansi sanrinya dalam bahasa komunikasi sebagai hasil sebuah pembelajaran bahasa Arab atau model pondokpe-santren salaf seperti di Bangil, Tebu Ireng dan lainnya yang lebih fokus
pada kemampuan santri dalam me-mahami
tek-teks
berbahasa Arab.Meskipun berbeda
situasi
danAhmadi I Reformulasi Kurikulum Bahasa Arab ...
|
77 kondisinya akan tetapi banyak halyang dapat diadopsi lembaga
mad-rasaVPTI
dari
dunia
pesantrendalam
rangka
memberikan hasil yang maksimal dalam proses pem-belajaran bahasa Arab.Meskipun bukan sesuatu yang
ideal, tetapi
pembelajaran bahasaArab dengan orientasi
tujuan
dan fokus materi yang jelas akan lebih bermakna ketimbang memberikanbanyak
materi
dengan
banyaktujuan tetapi
tidak
dapat
diserap dengan baik oleh siswa. Ke depan kita berharap bahwa pembelajaranbahasa
Arab
di
madrasah
dan perguruantinggi
Islam akanmen-jadi
lebih baik dan
berdaya sertaberhasil guna.
D.
Penutup
Realitas yang dihadapi sekarang bahwa pembelajaran bahasa Arab
di
madrasah dan perguruan tinggimasih
mengalami sejumlah
ma-salah,
sementaraupaya
renovasi pembelajaran belum dilakukanse-cara
mendasardan
terarah,
se-hingga tidak mengherankan bilake-mudian pembelajaran bahasa Arab menjadi tidak berdaya dan kurang berhasilguna.
lmage yar'g berkembang
di
ka-langan pesertadidik
tentang sulit-nya mempelajari bahasa Arab jugamasih terus
berlangsung hingga sekarang.Ini
terjadi pada siswadi
tingkat
madrasah maupun maha-siswadi
tingkat perguruan tinggi. Halini
tenrunya jugaturut
menja-dikan pembelajaran bahasa Arabdi
madrasah
dan
perguruan
tinggiIslam menjadi kurang
diminari. Perlu adanya pengembangan dan modifikasi kurikulum pembelajaran bahasaArab
dari
berbagai pihakterkait
seperti
guru,
dosen
danpihak
lainnya yang
berkompetenuntuk
menjadikan
pembelajaranbahasa Arab menjadi lebih menarik
dan
berhasil guna. Pemberlakuan KTSP diharapkantidak
hanyase-batas simbolik akademik
pem-baruan kurikulum yang hanya ber-ganti cover saja, tetapi tidak men-yentuh hal-hal esensial yangdiha-rapkan
dari
sebuah
pembaruan kurikulum.78
| HIMMAH Vol. Vlll No. 22 Mei - Agustus 2007DAFTAR PUSTAXA
Aziz,
Furqanuldan
A.
ChaedarAlwasilah.
1996. Pengajaran Bahasa Komunikati.f (Teori dan Praktik) . Bandung : Remaja Rosd akarya. Barsihannor. 1998. Menata Sktem Pendidikan lslam (Telaah ParadigmaPendtdtkan
Islam
atas
Dasar
al-Qur'anJ Makalah
yang disampaikandalam
Forum Seminar Wisuda Sarjana
STAINPalangka Raya Tahun 1999.
Chejne, G, Anwar. 1996. The Arabic Language
:
It
Role and History. (Terjemahan). Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan BahasaDepartemenP&K.Departemen Agama. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurtkulum
dan Hasil
Belajar
BahasaArab
MadrasahAliyah.
Jakarta
:Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Effendy,
Fuad, Ahmad. 2001. Kumpulan
Makalah
PengembanganKtrikulum Bahasa Arcb. UIN Malang.
Harahap,
Nasrun
dan
Djamal Abubakar.
1991..
Pengembangan Kurikulum. Jakarta : CV Pepara.Haris,
Abdul.
7999- PengembanganMateri
BahasaArab
(Kerangka Metodologis Memilih dan Menentukan Materi). Malang.Muhammad, Abubakar. 1981. Metode Khusus Pengajaran Bahosa Arab. Surabaya : Usaha Nasional,
Sanjaya, Wina, Dr., 2OO6. Pembelajaran dalam lmplementasi Kurikulum Berbasis Kompetelrsi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sudjana, Nana, H, Dr., 2OO2. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum
di Sekolah. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Suwito. 2003. dalam Jurnal EDUKASI vol. I No.
l/Januari-Maret
2003. Pendidikan yang Memberdayakan. .Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar. 1997 . Metodologi Pengajaran Agama dan