• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS LINGKUNGAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SMK KESEHATAN ASSYIFA SCHOOL BANDA ACEH | Erlina | Jurnal Edubio Tropika 7140 15538 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS LINGKUNGAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SMK KESEHATAN ASSYIFA SCHOOL BANDA ACEH | Erlina | Jurnal Edubio Tropika 7140 15538 1 PB"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

9 Erlina

Prodi Magister Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala

Hasanuddin

Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala

Djufri

Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala

Korespondensi:erlinaaja84@gmail.com

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS LINGKUNGAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

DI SMK KESEHATAN ASSYIFA SCHOOL BANDA ACEH

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan keterampilan proses sains melalui penerapan model pembelajaran PBL berbasis lingkungan pada materi komponen ekosistem di SMK Kesehatan Assyifa School Banda Aceh. Metode yang digunakan adalah metode pre-eksperimental dengan rancangan pretest

posttest control design. Penelitian ini dilaksanakan pada satu kelas yaitu X-a Farmasi dengan jumlah 31 peserta

didik sebagai kelas eksperimen. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar observasi keterampilan proses sains. Analisis data untuk keterampilan proses sains katagori pencapaian peserta didik adalah baik dan sangat baik. Hasil penelitian menunjukkan untuk keterampilan proses sains peserta didik pada praktikum I yaitu 41,93% sangat baik dan 58,06% baik sedangkan pada praktikum II mengalami peningkatan yaitu 83,87% sangat baik dan 16,12 % baik. Disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan proses sains secara signifikan dengan penerapan model pembelajaran PBL berbasis lingkungan di SMK Kesehatan Assyifa School Banda Aceh.

Kata Kunci: PBL, Berbasis Lingkungan, Keterampilan Proses Sains, Komponen Ekosistem.

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING ENVIRONMENT IN IMPROVING SCIENCE PROCESS SKILLS AT SMK KESEHATAN

ASSYIFA SCHOOL BANDA ACEH

ABSTRACT: This study aimed to increasing science process skills through the implementation of PBL environment at SMK Kesehatan Assyifa School Banda Aceh. The method used in this study was pre-experimental method with pretest-posttest control design. The research was conducted in one class, that is, X-a Pharmacy class with the number of 31 students as the experimental class. The instrument of this study was science process skill observation sheets. Data analysis for science process skills achievement of learners was good and excellent category. The results showed that the science process skills of students in the practicum I was 41.93% (excellent ), 58.06% (good) and while on practicum II the percentage increased to 83.87% (excellent) and 16.12% (good). It can be concluded that the science process skills increased significantly with the implementation of PBL learning environment at SMK Kesehatan Assyifa School Banda Aceh.

Keywords: PBL, Environment based, Science Process Skills, Ecosystem Components.

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran adalah suatu proses komunikasi edukatif antara pendidik dan peserta didik. Peran pendidik membantu dan membimbing peserta didik untuk mencapai tingkat kedewasaan sehingga mampu menjadi anggota masyarakat yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Peserta didik harus dibekali dengan kemanpuan untuk belajar sepanjang hayat, belajar dari aneka sumber, belajar bekerja sama, beradaptasi, dan menyelesaikan masalah (Sani, 2014).

(2)

Untuk itulah diperlukan adanya inovasi dalam dunia pembelajaran yang dapat memberikan jawaban bagi permasalahan yang ada, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kondisi lingkungan sekitar.

Materi komponen ekosistem merupakan materi yang diajarkan di kelas X. Tuntutan Kompetensi Dasar yaitu mengharuskan peserta didik mampu mendeskripsikan berbagai tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia melalui observasi dan melakukan analisis ekologi di lingkungan sekitar. Pengetahuan yang diberikan berupa materi komponen ekosistem dengan mela-tihkan keterampilan proses sains dan memanfaat-kan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Hal ini, cara menyelesaikannya membu-tuhkan pemikiran dan pemecahan masalah yang kompleks dengan adanya kaitan antara materi komponen ekosistem dan memanfaatkan lingku-ngkan sekitar sekolah sebagai sumber belajar agar memudahkan peserta didik untuk memecahkan masalah disekitarnya.

Sani (2014) “PBL adalah model pembela-jaran yang mendorong peserta didik untuk belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata” masalah dalam kehidupan digunakan untuk meng-aktifkan keingintahuan peserta didik sebelum mulai mempelajari suatu materi. Berdasarkan penelitian Akinoglu dan Tandongan (2007) model ini memungkinkan peserta didik untuk mempero-leh pengetahuan baru dalam pemecahan masalah.

Menurut Dutch (1994) dalam Amir (2010) “PBL merupakan model intruksional yang menan-tang peserta didik ‘belajar untuk belajar’, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi suatu masalah dalam dunia nyata”. Model pembelajaran ini dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada diri peserta didik secara aktif, fisik maupun mental. Selain itu, dituntut kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama sehingga peserta didik memperoleh pengalaman sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah.

Akcay (2009) menyatakan, “model pembela-jaran PBL yang mampu melibatkan keaktifan peserta didik secara menyeluruh, terutama dalam hal partisipasi dan keaktifan berdiskusi peserta didik. Model ini dilakukan dengan dasar pemi-kiran, bahwa komponen ekosistem merupakan materi pokok yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi jarang menjadi fokus perhatian peserta didik. Pada model pembelajaran

ini, pengetahuan dicari dan dibentuk oleh peserta didik dalam upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi di lingkungannya sendiri, sehingga penggunaan model pembelajaran PBL diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi dan keaktifan berdiskusi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran (Sani, 2014).

Menurut Amri dan Ahmadi (2010) “penga-laman belajar bagi peserta didik dapat diperoleh melalui rangkaian kegiatan dalam mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman sejawat dan seluruh lingkungan belajarnya. Ling-kungan dapat dijadikan sebagai media pembe-lajaran untuk meningkatkan kreativitas dan ke-trampilan peserta didik dalam belajar. Dengan demikian, peserta didik perlu dilatih untuk selalu bertanya, mengusahakan menjawab suatu masalah, mendorong peserta didikuntuk berpikir kritis dan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran pada materi ekosistem dengan menggunakan lingku-ngan sekitar.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap proses pembelajaran biologi di SMK Kesehatan Assyifa School Banda Aceh, guru sangat mendominasi dalam kegiatan mengajar serta proses pembelajaran hampir selalu berlang-sung di dalam ruang kelas. Hal ini berdampak pada aktivitas belajar juga menjadi berkurang. Aktivitas belajar peserta didik yang rendah seringkali menyebabkan kemampuan berpikir, keterampilan dan penguasaaan materi pembelajaran menjadi rendah.

Salah satu model pembelajaran yang secara teoritis mampu meningkatkan keterampilan proses sains dalam materi komponen ekosistem adalah penerapan model pembelajaran PBL berbasis lingkungan. Model PBL bersifat student centered, dimana guru memberikan tugas berupa masalah yang masih mengambang, kemudian peseta didik mencari solusi untuk pemecahan masalah yang diberikan (Sani, 2014).

Hal yang menarik mengapa PBL penting untuk diterapkan adalah ditunjukkan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Hasil penelitian, Huang (2012) menunjukkan bahwa PBL secara signifikan meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan sangat efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains. Neville (2008) menyatakan kuriku-lum yang menerapkan model pembelajaran PBL menunjukkan kompetensi yang lebih dibandingkan dengan hasil penerapan kurikulum model pembe-lajaran konvesional.

(3)

mengeta-hui penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) berbasis lingkungan dalam

me-ningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar di SMK kesehatan Assyifa school Banda Aceh.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Kese-hatan Assyifa School Banda Aceh, Jln Tgk Chik ditiro Peuniti, Kecamatan Ateuk Pahlawan Banda Aceh, dilaksanakan pada Oktober sampai Desem-ber tahun pelajaran 2015-2016. Populasi dan Sampel pada penelitian ini adalah peserta didik kelas X-a Farmasi yang berjumlah 31 peserta didik. Untuk memperoleh data, peneliti menggu-nakan teknih pengumpulan data berupa lembaran observasi keterampilan proses sains. Perhitungan data keterampilan proses sains peserta didik dilakukan dengan menganalisis lembar observasi dengan persamaan:

Hasil tersebut di tafsirkan dengan rentang kualitatif sebagai berikut :

80% ≤ P 100% = Sangat Baik

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat lima indikator keterampilan proses sains yang diamati. Nilai rata-rata keterampilan proses sains peserta didik dapat diamati pada Tabel 1.

Untuk memperjelas perbedaan nilai rata-rata pada indikator dari setiap praktikum, disajikan pada Gambar 1.

Tabel 1. Nilai Rata-rata Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains

Jenis Praktikum

Indikator Keterampilan Proses Sains Merumuskan

Gambar 1. Nilai Rata-rata Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains 2.73

(4)

Gambar.2. Katagori Keterampilan Proses Sains

Nilai rata-rata praktikum I dan praktikum II mengalami peningkatan yang sangat signifikan yang menunjukkan bahwa pada praktikum I yaitu komponen-komponen ekosistem, jumlah nilai rata-rata yang diperoleh adalah 75,81. Pada praktikum II yaitu praktikum saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik jumlah nilai rata-rata yang diperoleh adalah 88,55. Untuk katagori keterampilan proses sains disajikan pada Gambar 2.

Gambar.2. menunjukkan bahwa keterampi-lan proses sains yang dimiliki oleh peserta didik sudah sangat baik. Pada praktikum I yaitu komponen-komponen ekosistem katagori penca-paian peserta didik adalah 41,93 % sangat baik dan 58,06 % baik, sedangkan pada praktikum II saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik, peserta didik sudah mampu untuk mengumpulkan data, menganalisis data dan dalam menarik kesimpulan, sehingga katagori pencapai peserta didik mengalami peningkatan yaitu 83,87% sangat baik dan 16,12 % baik.

Keterampilan proses sains bertujuan menum-buhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting dalam kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran melalui praktikum dapat memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik yang menekankan pada pengalaman dan

pengem-bangan keterampilan proses dan sikap iilmiahnya. Melalui kegiatan praktikum, peserta didik dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah peserta didik sendiri. Peserta didik diberi kesempatan terlibat langsung dalam kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuan. Pada kegaiatan praktikum, peserta didik dituntut menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreatifitas. Selain itu, model PBL, pengetahuan dicari dan dibentuk oleh peserta didik dalam upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi di lingku-ngannya sendiri, sehingga penggunaan model pembelajaran ini diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi dan keaktifan berdiskusi peserta didik dalam kegiatan pembe-lajaran. Dengan demikian, penggunaan model PBL berbasis lingkungan (praktikum) dapat mening-katkan keterampilan proses sain peserta didik.

SIMPULAN

Penerapan Model Pembelajaran PBL Ber-basis Lingkungan pada materi Komponen Ekosistem dapat meningkatkan Keterampilan Proses Sains secara signifikan di SMK Kesehatan Assyifa School Banda Aceh.

DAFTAR RUJUKAN

Akcay. B. 2009. Problem-Based Learning in Science Education. Journal of Turkish

Sceince Education. Volume 6, Issue 1.

Akinoglu. O dan Tandongan. R.O. 2007. The Effecct Problem Based Active Learning of Studen’s Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of

Mathemathics, Sceince & Technology

Education, 3 (1) : 71-81.

Akinoglu. O dan Tandongan. R.O. 2007. The Effecct Problem Based Active Learning of Studen’s Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of

Mathemathics, Sceince & Technology Edu-

(5)

cation, 3 (1) : 71-81.

Amir. M. T. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui

Problem Based Learning Bagaimana Men-didik Membedayakan Pembelajaran di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.

Amri, S & Ahmadi, I. K. 2010. Proses

Pembe-lajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi

Pendi-dikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Huang. K. et al, 2012 Applying Problem-Based Learning in University English Translation Classes. Journal of International

Mana-gement Studies. Volume 7 Number I.

Purwanto. N. 2013. Psikologi Pendidikan,

Ban-dung: PT Remaja Rosdakarya.

Sani. R. A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk

implementasi Kurikulum 2013. Jakarta Bumi

Aksara.

Amir. M. T. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui

Problem Based Learning Bagaimana Mendi-dik Membedayakan Pembelajaran di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.

Neville. A. J. 2008. Problem-Based Learning and Medical Education Forty Years on A Review of its Effects on Knowledge and Clinical Performace. Medical Principle and

Gambar

Tabel 1. Nilai Rata-rata Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains Indikator Keterampilan Proses Sains
Gambar.2. Katagori Keterampilan Proses Sains

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, perlu pengenalan robotika untuk anak dalam dunia pendidikan baik disajikan dalam kurikulum ataupun ekstrakulikuler dengan pembelajaran secara bertahap yaitu

apakah sumberdaya yang digunakan dalam kegiatan agroforestri sudah cukup. effisien; dalam hal ini dilakukan dengan membandingkan antara

Namun, asesmen ini memiliki kelemahan menurut Wulan (2007) yaitu: 1) hanya menilai pengetahuan ilmiah; 2) penilaian cenderung pada pencapaian prestasi belajar yang

Artificial hip joint merupakan sambungan tulang pinggul buatan yang dapat menggantikan fungsi dari hip joint pada manusia yang mengalami kerusakan atau gangguan..

telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses atau.. kegiatan belajar mengajar yang disesuaikan dengan langkah-langkah. pembelajaran model

peserta didik pada soal cerita matematika dengan menggunakan model Problem.. Based Learning (PBL) yang telah dilaksanakan di salah satu SDN di kota

Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

[r]