• Tidak ada hasil yang ditemukan

FIX MAKALAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FIX MAKALAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melaksanakan tugas mengajar sebagai guru pasti pernah bahkan sering dihadapkan pada berbagai permasalahan baik yang terjadi dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran tetapi masih dalam konteks pendidikan di sekolah. Masalah pembelajaran misalnya; siswa tidak mau memperhatikan pelajaran (minat belajar rendah atau motivasi belajar rendah), siswa pasif, tidak berani bertanya, prestasi belajar yang rendah, dan sebagainya. Sedangkan yang bersifat non-pembelajaran misalnya perkembangan personal siswa tidak optimal, efektivitas hubungan guru dan siswa yang kurang baik dan sebagainya. Selain permasalah di atas, sarana prasarana pendukung pembelajaran yang tidak optimal, dibutuhkan inovasi dari para guru.

Permasalahan-permasalahan seperti itu dapat di kategorikan penyakit yang kalau tidak segera disembuhkan akan berdampak sistemik pada proses alamiah pada tubuh manusia. Oleh karena itu hal di atas menuntut segera diatasi agar tidak berlarut-larut dan berdampak sistemik pada proses pembelajaran selanjutnya. Peningkatan kualitas pembelajaran harus selalu diupayakan semaksimal mungkin oleh semua komponen pelaku-pelaku pendidikan, terutama oleh guru yang memiliki tanggung jawab yang paling besar dalam pembelajaran.

(2)

kualitas lulusan. Sehingga guru harus mampu menguasai metode dan prosedur dalam penelitian tindakan kelas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas menimbulkan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1) Apakah hakikat dari penelitian tindakan kelas?

2) Bagaimanakah desain model penelitian dalam penelitian tindakan kelas?

3) Siapakah yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas?

4) Bagaimana teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas?

5) Bagaimana teknik analisis data data dalam penelitian tindakan kelas? 1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah : 1) Memahami hakikat dari penelitian tindakan kelas

2) Memahami desain model penelitian dalam penelitian tindakan kelas

3) Mengetahui yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas

4) Mengetahui bagaimana teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Penelitian Tindakan Kelas

Saat ini banyak muncul definisi tentang penelitian tindakan kelas dimana satu dengan lainnya sangat mirip. Berikut ini adalah beberapa defenisi tentang penelitian tindakan kelas menurut para ahli, yaitu:

 Sanjaya (2013 :49) menyatakan bahwa PTK (penelitian tindakan kelas) adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut.

 Uno, dkk (2009: 77) menyatakan bahwa PTK adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

 Aqib, dkk (2009: 3) menyatakan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.

 Darmadi (2015: 16) mengemukakan bahwa PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru dosen sebagai peneliti, sejak awal disusunnya suatu perancangan sampai pada akhir penilaian tindakan nyata didalam kelas dalam bentuk kegiatan belajar mengajar, guna memperbaiki kondisi pembelajarannya.

(4)

partisipan (misalnya : guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas atau kebenaran, (1) praktik-praktik sosial pendidikan yang dilakukannya sendiri, (2) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (3) situasi-situasi (lembaga-lembaga) dimana praktik-praktik ini dilakukan.

 Dave Ebbut (dalam Hopkins, 2008:88) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu studi yang sistematis dalam usaha meningkatkan praktik-praktik atau latihan-latihan dalam bidang pendidikan yang dilakukan oleh sekelompok orang berdasarkan tindakan nyata dan refleksi diri akibat dari tindakan tersebut. Orang yang melakukan penelitian tindakan kelas adalah orang yang menginginkan perubahan dari apa yang selama ini dilakukan, dijalankannya dan ingin menjadi lebih baik secara sistem dan orang-orang yang terlibat dalam sistem tersebut.

Berdasarkan beberapa uraian mengenai definisi penelitian tindakan kelas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas yaitu : sebagai penelitian yang dilaksanakan dikelas dan didasari pada refleksi diri yang bertujuan memperbaiki kinerja, meningkatkan hasil belajar siswa, dan memperbaiki mutu dalam proses pembelajaran oleh seorang guru.

2.2 Desain Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan (termasuk penelitian tindakan kelas) dilakukan dalam suatu siklus (putaran). Setiap siklus terdiri dari sejumlah langkah yang harus dikerjakan peneliti. Ada beberapa model rancangan yang dikemukakan para pakar. Pada kesempatan ini dikemukakan tiga model di antaranya, yaitu (1) model Kurt Lewin, (2) model Kemmis & Taggart, dan (3) model John Elliot.

2.2.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin

(5)

penelitian tindakan. Kurt lewin (dalam Uno, 2009:109) mengemukakan bahwa ada empat kompenen pokok penelitian tindakan, yaitu:

1) Perencanaan (planning) 2) Tindakan (acting) 3) Pengamatan (observing) 4) Refleksi (reflecting)

Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai sebuah siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar. 2.1 Desain Model Penelitian Tindakan Kurt Lewin Pelaksanaan penelitian tindakan pada Model Kurt Lewin adalah proses yang terjadi dalam satu lingkaran yang terus menerus. Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari satu ide gagasan peneliti; sedangkan tindakan adalah perlakuan yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan atau kekurangan tindakan yang telah dilakukan dan refleksi adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga memunculkan program atau perencenaan baru.

(6)

(tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan tersebut haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Untuk lebih tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk desainnya

Gambar 2.2 Desain Model Penelitian Tindakan Kemmis dan McTaggart

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis dan MC Taggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada desain model ini dipandang sebagai suatu putaran kegiatan yang terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

(7)

berikutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi. Apabila hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum memberikan hasil sebagaimana diharapkan, maka berikutnya disusun lagi rencana untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya sampai hasil yang dinginkan benar-benar tercapai.

2.2.3 Desain Penelitian Tindakan Kelas menurut Model Elliot

(8)

Gambar 2.3 Desain Model Penelitian Tindakan Elliot Model penelitian yang dikembangkan oleh Elliot adalah model yang menekankan kepada proses untuk mencobakan hal-hal baru dalam proses pembelajaran. Langkah pertama yang harus dilakukan menurut Elliot adalah menentukan dan mengembangkan gagasan umum yang dilanjutkan dengan melakukan eksplorasi yakni studi untuk mempertajam gagasan atau ide. Manakala peneliti sudah merasa cukup, selanjutnya melakukan rencana secara menyeluruh dan berdasarkan rencana tersebut selanjutnya melakukan tindakan pertama yang selama pelaksanaannya dilakukan monitoring dan eksplorasi. Hasil dari monitorng dan eksplorasi peneliti dapat melakukan tindakan kedua atau kembali merevisi rencana.

Berdasarkan beberapa desain para ahli mengenai model penelitian tindakan, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum pola dasar dari model-model atau desain-desain penelitian tindakan tersebut meliputi empat tahapan: Pertama, penyusunan rencana (planning); Kedua, melakukan tindakan (acting); Ketiga, pengamatan (observing); dan Keempat, refleksi (reflecting). Tahapan-tahapan ini dapat diuraikan secara rinci yaitu :

Tahap 1 : Perencanaan tindakan (planning)

(9)

Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup metode/teknik mengajar, serta teknik atau instrumen observasi/evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan ini. Dalam tahap ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dari diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.

Tahap 2 : Pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektivitas keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk dapat lebih mempertajam refleksi dan evaluasi yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi di kelasnya sendiri. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan.

Tahap 3 : Pengamatan terhadap tindakan (Observing)

(10)

Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam observasi, diantaranya (a) ada perencanaan antara dosen/guru dengan pengamat; (b) fokus observasi harus ditetapkan bersama; (c) dosen/guru dan pengamat membangun kriteria bersama; (d) pengamat memiliki ketrampilan mengamati; dan (e) balikan hasil pengamatan diberikan dengan segera. Adapun ketrampilan yang harus dimiliki pengamat diantaranya : (a) menghindari kecenderungan untuk membuat penafsiran; (b) adanya keterlibatan ketrampilan antar pribadi; (c) merencanakan skedul aktivitas kelas; (d) umpan balik tidak lebih dari 24 jam; (d) catatan harus teliti dan sistematis.

Tahap 4 : Refleksi terhadap tindakan (reflecting)

Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat observasi. Keterlibatan kalaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih. Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK.

(11)

kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai observasi langsung diadakan refleksi bersama kolaborator.

Demikian, secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara bersinambungan seperti sebuah spiral.

Kapan siklus-siklus tersebut berakhir? Pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh si peneliti sendiri. Kalau dia sudah merasa puas terhadap hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan PTK yang dia lakukan, maka dia akan mengakhiri siklus-siklus tersebut. Selanjutnya, dia akan melakukan satu identifikasi masalah lain dan kemudian diikuti oleh tahapan-tahapan PTK baru guna mencari solusi dari masalah tersebut.

2.3 Subjek Penelitian Tindakan Kelas

Pada penelitian tindakan kelas umumnya tidak menggunakan populasi, sampel, dan teknik sampling, tetapi menggunakan subyek penelitian. Dalam Penelitian Tindakan Kelas, sampel yang diambil untuk melakukan penelitian tidak harus representative. Hal ini dikarenakan sampel Penelitian Tindakan Kelas adalah semua siswa yang ada didalam kelas penelitian. Jadi dalam Penelitian Tindakan Kelas kita tidak mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan metode penentuan sampel, karena semua populasi hanya ada didalam kelas penelitian. Dimana dari keterangan tersebut disesuaikan dengan tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, maka yang menjadi objek penelitian dalam PTK adalah kelas itu saja.

2.4 Teknik Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas

(12)

digunakan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi, baik perubahan kinerja siswa, kinerja guru, dan perubahan suasana kelas. Contoh data kuantitatif adalah angka hasil belajar siswa. Contoh data kualitatif adalah kalimat-kalimat yang menggambarkan ekspresi siswa tentang tingkat pemahamannya (kognitif), antusiasnya, kepercayaan diri, dan motivasinya. Data kuantitatif dapat dianalisis dengan deskriptif persentase, sedangkan data kualitatif dapat dianalisis secara kualitatif.

Data yang baik adalah data yang valid dan reliable. Data yang demikian diperoleh dari instrument sebagai alat pengumpul data yang juga valid dan reliable. Instrument yang valid adalah instrument yang mengukur apa yang seharusnya diukur. Sementara itu, intrumen yang reliable adalah instrument yang konsisten (ajeg, tepat, dan akurat) untuk mengukur yang seharusnya diukur. Untuk mendapatkan data yang akurat perlu disusun suatu instrument yang valid dan reliable. Instrumen yang valid adalah instrument yang mampu dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur.

Dalam rangka memperoleh data yang akurat dan objektif dalam PTK, guru (peneliti) juga perlu melakukan triangualisi, yaitu menggunakan berbagai sumber untuk meningkatkan mutu data dengan cara cek silang. Dalam kaitan ini student feedback (umpan balik dari siswa) dapat dijadikan sarana untuk pengumpulan data, asalkan siswa diberdayakan sebagai partisifan aktif. Ada beberapa macam tringualis antara lain: (1) theoretical triangualation atau triangulasi teori, yakni menggunakan teori dalam upaya menelaah sesuatu; (2) data triangulation atau triangulasi data, yakni mengambil data dari berbagai suasana, waktu, tempat, dan jenis; (3) source triangulation atau triangulasi sumber, yakni mengambil data dari berbagai sumber; (4) method triangulation atau triangulasi metode, yakni menggunakan berbagai metode pengumpulan data; (5) instrumental triangulation atau triangulasi instrument, yakni dengan menggunaka berbagai jenis alat atau instrument; (6) analytic triangulation atau triangulasi analitik, yakni menggunakan berbagai metode atau cara analisis.

(13)

melaksanakan tindakan, dan dia sendiri juga yang melakukan pengumpulan data termasuk menganalisis hasil data yang diperoleh. Oleh karena itu, guru (peneliti) PTK harus sadar betul bahwa manipulasi data sangat tidak diperbolehkan (dilarang). Sebab, bila dilakukan manipulasi data sehingga hasil penelitiannya bias, guru peneliti tidak akan dapat memperbaiki masalah pembelajaran dikelas

Sanjaya (86: 2009) menyatakan bahwa ada beberapa teknik alat pengumpulan data , yaitu dengan cara :

2.4.1 Observasi

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Dalam penelitian tindakan kelas, observasi merupakan alat pemantau dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tindakan setiap siklus. Dalam PTK observasi bisa dilakukan untuk memantau guru dan untuk memantau siswa. Sebagai alat pemantau kegiatan guru, observasi digunakan untuk mencatat setiap tindakan yang dilakukan guru sesuai dengan masalah dalam PTK itu sendiri. Dari hasil pengamatan itu dapat ditemukan berbagai kelemahan sehingga dapat ditindaklanjuti untuk diperbaiki pada siklus berikutnya,

Berhubangan dengan kegiatan siswa, observasi dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku siswa sebagai pengaruh tindakan yang dilakukan guru. Misalnya mencatat perilaku siswa dalam kegiatan diskusi, atau mencatat perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika. Disamping itu, observasi juga dapat digunakan untuk mendapatkan informasi atau data tentang keadaan atau kondisi tertentu, seperti kondisi ruangan kelas, kondisi sekolah dan lain sebagainya, maka menggunakan observasi merupakan teknik yang tepat, sebab peneliti dapat melihat secara langsung objek yang ingin diteliti tanpa melalui perantara yang mungkin bisa melebih-lebihkan atau mengurangi data yang sebenarnya.

(14)

pembelajaran baik perilaku guru maupun perilaku siswa. Agar observasi dapat mengumpulkan informasi yang akurat, guru atau observer (peneliti) perlu mewaspadai dalam penggunaannya karena terdapat beberapa kelemahan, yakni: 1) Banyak hal atau gejala tingkah laku yang tidak memungkinkan dapat

diungkap dengan observasi, terutama hal-hal yang bersifat pribadi dan bersifat rahasia.

2) Bagi observant (yang diobservasi) yang mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi (diamati) mungkin sekali melakukan kegiatan yang dibuat-buat atau tidak sewajarnya.

3) Apabila yang diamati mengenai gejala-gejala tingkah laku, maka sangat sulit bagi observant untuk bertindak objektif.

Disamping itu, ditinjau dari observer itu sendiri, observasi juga memiliki kelemahan diantaranya:

1) Bisa jadi observer terpengaruh oleh kesan-kesan umum yang tampak dari perilaku yang diobservasi sehingga hasil observasi tidak objektif lagi. 2) Kemungkinan observer merasa ragu untuk memberikan penilaian.

Misalkan observer merasa nilai yang diberikan terlalu tinggi yang dapat menguntungkan siswa yang bersangkutan atau mungkin merasa terlalu rendah yang akan merugikan siswa yang diobservasi. Kelemahan ini memang sulit untuk dihindari. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah terlebih dahulu observer menentukan kriteria yang jelas dalam setiap kategori penilaian.

3) Kemungkinan terjadinya kesalahan persepsi dari observer. Artinya, observer tidak bisa membedakan fenomena yang satu dengan fenomena yang lain. Misalnya observer menganggap bahwa siswa yang sering mengemukakan pendapat dianggap memiliki kemampuan penguasaan materi pelajaran. Padahal siswa yang sering mengeluarkan pendapat belum tentu memiliki penguasaan materi pelajaran yang bagus.

(15)

1) Direncakan bersama

Berbeda dengan penelitian formal, dalam PTK, observasi direncanakan bersama antara observer (pengamat), yakni guru, teman sejawat atau mitra dari LPTK dengan orang yang diobservasi yakni guru sebagai subjek penelitian. Hal ini disebabkan dalam PTK, observasi dilakukan sebagai alat untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai tindakan yang dilakukan guru sebagai bahan masukan dalam kegiatan refleksi. Dalam pelaksanaannya, guru (yang diobservasi) dengan mitra atau teman sejawat (yang mengobservasi) perlu menetapkan kesepakatan khususnya tentang berbagai kriteria yang diperlukan. Kesepakatan ini diperlukan untuk menghindari berbagai kelemahan observasi itu sendiri.

2) Difokuskan pada hal yang spesifik

Apa yang diamati oleh observer difokuskan pada hal-hal tertentu secara spesifik sesuai kebutuhan tindakan dalam proses perbaikan. Oleh sebab itu, apa yang harus diamati oleh observer difokuskan pada hal-hal tertentu secara spesifik sesuai kebutuhan tindakan dalam proses perbaika. Dengan demikian observer dan observant perlu merencanakan instrumen observasi yang dianggap cocok atau sesuai dengan masalah yang akan diamati. Permasalahan yang terfokus akan mengurangi berbagai kelemahan observasi.

3) Membuat kriteria yang jelas

Kesepakatan antara guru dan observer tentang kriteria keberhasilan suatu tindakan, akan membantu guru dalam melakukan tindakan sesuai dengan topik masalah.

4) Keterampilan observasi

(16)

satu-satunya siswa ketika diskusi berlangsung. Kedua, dapat menciptakan iklim yang sejuk dan tidak menegangkan. Baik guru ataupun siswa memiliki kecenderungan untuk berperilaku yang tidak wajar manakala merasa dirinya sedang diobservasi. Perilaku tersebut sangat wajar dan manusiawi. Oleh sebab itu sebaiknya observer menempatkan diri sebagai orang yang tidak sedang melakukan penilaian kinerja guru, akan tetapi sebagai orang yang memantau yang akan memberikan masukan untuk perbaikan proses pembelajaran; Ketiga, menguasai berbagai teknik menggunakan instrumen observasi. Terdapat berbagai alat observasi yang dapat dijadikan instrumen untuk pemantauan, misalnya check list dan skala penilaian. Agar hasil observasi benar-benar akurat, maka observer perlu memahami setiap instrumen yang digunakan.

5) Balikan (feedback)

Agar observasi bermanfaat sebagai balikan untuk memperbaiki proses pembelajaran, maka sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Hasil observasi didiskusikan segera setelah selesai kegiatan pembelajaran, artinya segala sesuatu yang ditemukan oleh observer jangan ditunda, akan tetapi harus dibicarakan dan diungkapkan setelah kegiatan berakhir, hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh oleh peristiwa lain, sehingga observer mengubah interpretasinya sehingga keputusan yang telah dibuatnya tidak objektif lagi.

b) Balikan diberikan berdasarkan data faktual yang direkam atau dicatat dengan cermat melalui instrumen observasi. Hal ini berkaitan dengan objektivitas observer untuk mengungkapkan data atau fakta apa adanya.

c) Data diinterpretasikan sesuai dengan kriteria yang telah disusun atau disepakati bersama sebelumnya. Artinya sebelum observasi dilakukan perlu dicapai kesepakatan tentang berbagai kriteria yang selanjutnya kriteria tersebut dijadikan pedoman yang benar.

(17)

e) Diskusi mengacu kepada perbaikan strategi pembelajaran sesuai dengan apa yang telah dipelajari. Oleh karena PTK diarahkan untuk perbaikan proses pembelajaran, maka arah diskusi juga tidak terlepas dari adanya upaya perbaikan itu sendiri. Hindari diskusi yang hanya mencari kelemahan guru dalam mengajar.

Sedangkan jenis-jenis observasi berdasarkan persiapan dan pelaksanaannya adalah:

 Observasi sistematis (observasi dengan persiapan sebelum pelaksanaan, terkait aspek yang diamati, waktu dan alat observasi).

 Observasi insidental (observasi yang dilakukan tanpa perencanaan). Hubungan antara observer dan observant dapat dibedakan menjadi:

 Observasi partisipatif (observasi yang melibatkan keikutsertaan observer dalam kegiatan atau situasi yang dilakukan observant)

 Observasi Nonparstisipatif (observasi yang tidak melibatkan observer dalam kegiatan observasi), sehingga observer murni bertindak sebagai pengamat

Instrumen observasi yang sering digunakan dalam PTK adalah :

a) Check list atau daftar cek adalah pedoman observasi yang berisi tentang daftar semua aspek yang akan diobservasi, observer hanya perlu memberikan tanda ada atau tidak dengan tanda cek (√) tentang aspek observasi. Check list dibagi menjadi Check list individual dan Check list kelompok. Contoh Check list kelompok dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut

Tabel 4.1 Contoh Instrumen Tabel Check List kelompok dari Observasi

No Nama Pertanyaan ke Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Irfan √ √ √ √ √ 5

2 Pandu √ √ √ 3

3 Dika √ √ √ √ √ √ 6

4 Mansyur √ √ √ √ √ √ √ 7

(18)

b) Anecdotal record atau catatan anekdot adalah alat observasi untuk mencatat kejadian kejadian yang luar biasa sehingga dianggap penting. Contoh :

Hari ini, Selasa 14 Februari 2012, Ana yang biasanya tidak pernah mau menjawab pertanyaan, tiba-tiba dapat menjawab 9 dari 10 pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Dan jawaban yang diberikan adalah benar. Mungkinkah ini menunjukkan munculnya sikap percaya diri setelah pemberian motivasi oleh guru?

c) Rating scale atau skala penilaian adalah daftar cek yang hampir sama dengan check list, namun aspek yang diobservasi dijabarkan kedalam bentuk skala atau kriteria tertentu. Macam-macam Rating scale adalah:

 Skala penilaian kategori adalah kriteria penilaian yang dijabarkan kedalam bentuk kualitatif seperti selalu, kadang-kadang atau tidak pernah.

 Skala penilaian numerikal adalah kriteria penilaian dengan alternatif penilaian yang menggunakan nomor, seperti : 0, 1, 2.

 Skala penilaian berbentuk grafis adalah kriteria penilaian dengan alternatif gejala dalam bentuk grafis vertikal maupun horizontal. 2.4.2 Wawancara

Wawancara atau interview adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui media tertentu. Keuntungan dari wawancara adalah :

a) Wawancara dapat digunakan untuk mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh.

b) Wawancara memungkinkan untuk mendapatkan data yang lebih luas. c) Wawancara memungkinkan pewawancara mendapatkan penjelasan tentang

pertanyaan yang kurang dipahami.

(19)

1) Bersikaplah sebagai pewawancara yang simpatik, memperhatikan, menjadi pendengar yang baik, dan tidak berperan terlalu aktif untuk menunjukkan bahwa anda mengharapkan pendapat yang terbaik.

2) Bersikaplah netral, dengan memperlihatkan sikap terheran-heran atau tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan.

3) Bersikaplah tenang dan tidak terburu-buru mengambil sikap.

4) Yakinkanlah orang yang diwawancarai bahwa pendapatnya penting dan wawancara bukanlah suatu tes atau ujian.

5) Perhatikan bahasa wawancara, ingat garis besar tujuan wawancara dan ulangi pertanyaan jika jawaban anak terlalu umum.

Jenis-jenis wawancara adalah :

Berdasarkan pelaksanaanya wawancara dibagi menjadi :

1) Wawancara Insidental (wawancara tidak formal) adalah Jenis wawancara yang dilaksanakan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.

2) Wawancara terencana (wawancara formal) adalah Jenis wawancara yang dilaksanakan secara terencana dengan baik mengenai waktu pelaksanaan, tempat dan topik yang akan dibicarakan.

Berdasarkan bentuk pertanyaan dan jawaban dibagi menjadi :

1) Close question adalah bentuk pertanyaan yang tertutup, dimana siswa hanya cukup menjawab ya atau tidak.

2) Pertanyaan terbuka adalah wawancara yang memberikan kesempatan siswa-i untuk menjawab pertanyaan sendiri.

2.4.3 Catatan harian (Field note)

Catatan harian merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru. Catatan ini berguna untuk mengetahui perkembangan siswa-i dalam proses pembelajaran. Macam-macam catatan harian dalam PTK adalah :

(20)

b) Catatan harian siswa adalah catatan tentang tanggapan siswa-i terhadap tindakan yang dilakukan guru.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun catatan harian adalah:

a) Catatan harian ditulis ketika proses tindakan berlangsung untuk menjaga obyektivitas fakta yang ditemukan.

b) Hal yang ditulis adalah yang bersentuhan langsung dengan fokus masalah. c) Catatan ditulis dengan singkatdan padat sesuai dengan fokus dan sasaran

penelitian.

2.4.4 Tes

Tes adalah salah satu instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa-i dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi. Kriteria instrumen tes adalah hendaknya memiliki tingkat validitas (dapat mengukur apa yang hendak diukur) dan memiliki tingkat reabilitas (tes dapat memberikan informasi yang konsisten).

Jenis-jenis tes berdasarkan jumlah pesertanya adalah :

1) Tes kelompok adalah : tes yang dilakukan terhadap beberapa siswa-i secara bersamaan.

2) Tes individual adalah : tes yang diberikan kepada siswa-i untuk perorangan.

Jenis tes berdasarkan cara pelaksanaannya adalah : 1) Tes tulis

2) tes esai (uraian) 3) Tes lisan

4) tes obyektif (tes benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan atau melengkapi)

5) Tes perbuatan atau peragaan.

2.5 Teknik Analisis Data Penelitian Tindakan Kelas

(21)

yang diserta dengan pengumpulan data, dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi data, perencanaan baru, tindakan dan pengumpulan data, analisis dan interpretasi data lagi dan seterusnya.

Namun, perlu diingat bahwa meskipun analisis data dan interpretasi data dapat dilakukan dalam proses pelaksanaan penelitian tindakan, tetapi perlu dihindari analisis dan interpretasi data yang terlalu dini. Hal ini dilakukan untuk menghindari penarikan kesimpulan yang dilakukan secara tergesa-gesa.

Analisis data dalam pelaksanaan penelitian tindakan sangat berbeda dengan analisis data pada jenis penelitian lainnya. Analisis data dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif menggunakan pendekatan statistik, uji perbedaan, uji korelasi, dsb. Sedangkan, pada penelitian tindakan dengan pendekatan kualitatifnya menggunakan analisis yang bersifat naratif-kualitatif atau dengan kata lain menguraikan atau menjelaskan secara jelas hasil temuan yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan.

Data kuantitatif dalam PTK umumnya berupa angka-angka sederhana, seperti nilai tes hasil belajar, disktribusi frekuensi, persentase, skor dari hasil angket, dan seterusnya. Data kuantitatif dapat dianalisis secara deskriptif, antara lain dengan cara:

 Menghitung jumlah,

 Menghitung rata-rata (rerata),

 Menghitung nilai persentase,  Membuat grafik,

Jika diperlukan data kuantitatif dapat dianalisis secara statistik, misalnya:

 Mengitung nilai beda terkecil

(22)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Penelitian Tindakan Kelas yaitu : sebagai penelitian yang dilaksanakan dikelas dan didasari pada refleksi diri yang bertujuan memperbaiki kinerja, meningkatkan hasil belajar siswa, dan memperbaiki mutu dalam proses pembelajaran oleh seorang guru.

 Berdasarkan beberapa desain para ahli mengenai model penelitian tindakan, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum pola dasar dari model-model atau desain-desain penelitian tindakan tersebut meliputi empat tahapan: Pertama, penyusunan rencana (planning); Kedua, melakukan tindakan (acting); Ketiga, pengamatan (observing); dan Keempat, refleksi (reflecting).

 Pada penelitian tindakan kelas umumnya tidak menggunakan populasi, sampel, dan teknik sampling, tetapi menggunakan subyek penelitian. Dalam Penelitian Tindakan Kelas, sampel yang diambil untuk melakukan penelitian tidak harus representative. Hal ini dikarenakan sampel Penelitian Tindakan Kelas adalah semua siswa yang ada didalam kelas penelitian.

(23)

1) Observasi 2) Wawancara

3) Catatan harian (Field note) 4) Tes

 Data kuantitatif dalam PTK umumnya berupa angka-angka sederhana, seperti nilai tes hasil belajar, disktribusi frekuensi, persentase, skor dari hasil angket, dan seterusnya. Data kuantitatif dapat dianalisis secara deskriptif, antara lain dengan cara:

1) Menghitung jumlah,

2) Menghitung rata-rata (rerata), 3) Menghitung nilai persentase, 4) Membuat grafik,

Jika diperlukan data kuantitatif dapat dianalisis secara statistik, misalnya: 1) Mengitung nilai beda terkecil

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, Hamid. 2015. Desain dan Implementasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: Alfabeta

Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Hopkins, David. 2011. Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas A Teacher’s Guide to Classroom. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Pendidikan Jenis, Metoode, dan Prosedur. Jakarta:PT Fajar Indahpratama Mandiri.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metoode, dan Prosedur. Jakarta:PT Fajar Indahpratama Mandiri.

Uno, H., Dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: MQS Publishing Wiriatmaja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:

Gambar

Gambar 2.2Desain  Model  Penelitian  Tindakan  Kemmis  dan

Referensi

Dokumen terkait