• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian hubungan aktivitas dalam orga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penelitian hubungan aktivitas dalam orga"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

10

PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Konsep Perilaku Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkunagn.1 Namun Skinner berpendapat bahwa perilaku itu bukan sekedar respon dari stimulus atau rangsangan saja tetapi tindakannya yang disengaja (operant).2 Menurut teori reasoned action yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein menjelaskan bahwa perilaku merupakan hasil pertimbangan sadar dari beberapa faktor, dan sikap bukanlah satu-satunya prediktor tunggal dari perilaku. Antara sikap dengan perilaku merupakan3 hal yang tidak terpisah dan saling berhubungan. Perilaku muncul karena dilandaskan oleh sikap terlebih dahulu. Tetapi sikap bukanlah satu-satunya faktor yang melandasi perilaku, namun ada faktor-faktor lainnya. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu terdiri dari faktor internal dan factor

eksternal, di mana faktor internal meliputi motivasi atau kepribadian dari dalam diri seseorang tersebut. Menurut Theodore M. Newcomb ³WKH

1

Departement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka , 2008), hal. 1056.

2

Ria Hairiah Nuriani Putri, Hubungan Perilaku Sosial dengan Agresivitas Siswa di SMK Negeri 1 Cikarang Barat, (Jurnal PPKN Universitas Negeri Jakarta, 2012), .hal. 3.

3

(2)

adalah organisasi kemudahan individu untuk bertingkah laku, baik

penentuan tujuan maupun perwujudan dari tingkah laku). 4 Dengan demikian bahwa kepribadian mempengaruhi individu untuk bertingkah laku serta sebagai sarana penyesuaian diri yang terwujud dalam bentuk tingkah laku atau perilaku. Sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan, kelompok sosial serta keluarga. Sesuai dengan ajaran Edward A. Roos bahwa tingkah laku atau perilaku individu berhubungan dengan lingkungan dan masyarakatnya.5 Dari faktor lingkungan dan masyarakat maka akan menimbulkan suatu interaksi sosial yang merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia serta hubungan dengan lingkungannya.

Lingkungan menjadi faktor utama yang sangat berpengaruh pada pembentukkan perilaku individu, serta menjadi suatu media pembelajaran bagi individu dalam proses pengembangan perilakunya. Hal tersebut dijelaskan dalam teori belajar sosial yang menyatakan bahwa perilaku atau tingkah laku manusia itu dijelaskan sebagai hasil proses belajar terhadap lingkungan. Dimana pada proses belajar sosial berupaya untuk membentuk perilaku sosial dalam situasi sosial. Proses belajar sosial (social learning) mengakibatkan terbentuknya individu yang tampak pada perilaku sosial

4

Slamet Santoso, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hal. 38. 5

(3)

individu tersebut di dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar sosial terus berlangsung sepanjang kehidupan manusia dan proses tersebut dapat berlangsung di dalam keluarga, tempat kerja, sekolah, organisasi dan masyarakat luas.6

Dalam bertingkah laku atau berperilaku hakikatnya terjadi suatu proses pembelajaran untuk mengetahui dan memahami terhadap suatu hal yang kemudian dilanjutkan dengan tindakan yang disebut perilaku. Menurut teori Attitude-to-Behavior-Process Model dalam proses

pembentukan perilaku yaitu:7

Dengan demikian perilaku berawal dari adanya pengetahuan dan pemahaman seseorang mengenai suatu hal yang dimana berlanjut kepada pembentukan sikap yang ditunjukkan daari proses pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Setelah seseorang dapat menunjukkan sikapnya maka meneruskan reaksi untuk berrindak atau berperilaku. Perilaku disesuaikan dengan pengetahuan dan pengalaman yang ditangkapnya. Jika yang ditangkap pemahman serta pengalaman positif maka akan menciptakan perilaku positif, begitupun dengan pemahaman serta pengalaman negatif maka akan menciptakan perilaku yang negatif pula.

6

Ibid., hal. 103. 7

Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), Hal. 93.

Memori

(Pengetahuan dan

(4)

the behavior consideret innate is act all learned so it was a misonier when

tingkah laku dipandang sebagai kecenderungan dari dalam diri

merupakan tindakan belajar, sehingga adalah pemberian kesalahan bila

menerapkan kepada pengalaman.8 Sehingga dapat disimpulkan tingkah laku atau perilaku berawal dari proses belajar sosial dimana akan menghaslkan hasil belajar yang berupa pemahaman dan pengalaman individu terhadap lingkungannya yang kemudian diwujudkan dalam perilaku individu di kehidupan sehari-hari.

Manusia sebagai mahkluk sosial, dari sejak lahir hingga sepanjang

hayatnya senantiasa berhubungan dan membutuhkan individu lainnya

atau dengan kata lain melakukan relasi atau hubungan interpersonal.

Dalam reaksi interpersonal tersebut ditandai dengan berbagai aktivitas

tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan naluriah semata atau justru

melalui proses pembelajaran tertentu. Berbagai aktivitas individu dalam

relasi interpersonal ini biasa disebut dengan perilaku sosial.9

Untuk berkembang dan berinteraksi dalam masyarakat seseorang perlu memiliki kemampuan berperilaku secara sosial. Perilaku sosial berawal dari perilaku individu yang berlangsung dalam lingkungannya. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Lewin seorang tokoh psikologi sosial yang menyatakan bahwa perilaku sosial merupkan fungsi dari faktor

8

Skamet Santoso, Op. Cit., hal. 105. 9

(5)

personal dan faktor lingkungan.10 Lingkungan ini yang menjadi faktor terhadap timbulnya perubahan perilaku individu menjadi perilaku sosial. Dalam hal ini perilaku sosial lebih memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara individu dan lingkungannya. 11 Menurut Haidi perilaku sosial merupakan perilaku individu yang ditujukan untuk menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial. 12 Dengan demikian seseorang akan menyesuaikan perilakunya apabila berada di suatu lingkungan tertentu dan akan berbeda perilaku jika berada di lingkungan yang berbeda lagi. Karena disini tengah terjadi proses pembelajaran untuk mengenal setiap lingkungan dan individu serta aturan-aturan sosial yang ada.

Dalam dunia psikologi sosial telah berkembang beberapa perspektif mengenai penjelasan perilaku sosial yaitu :

a. Perspektif Evolusi

Perspektif ini berpandangan bahwa perilaku sosial merupakan produk dari insting dan faktor genetik yang sifatnya diturunkan. Dalam hal ini dimaksudkan perilaku sosial berkembang melalui transmisi genetic dan diteruskan dari generasi ke generasi jika dianggap menguntungkan bagi keberlangsungan hidupnya. Seperti contoh perilaku menolong.

b. Perspektif Belajar Sosial (Social Learning)

Pada perspektif ini menekankan pada pengalaman spesifik yang dialami seseorang Perilaku social terbentuk karena proses belajar,

10

Agus Abdul Rahman, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), hal. 11. 11

Nuraini Soyomukti, Pengantar Sosiologi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hal. 78. 12

(6)

interaksi antara stimulus dan respons. Individu belajar perilaku sosial melalui proses conditioning, reinforcement, modeling, observasi dan pertukaran social.

c. Perspektif Sosio-Kultural

Perspektif ini beranggapan bahwa perilaku sosial bervariasi dipengaruhi oleh latar belakang kultural, struktural dan norma sosial. Dalam hal memandakan perilaku sosial sebagai hasil sosialisasi dan adaptasi terhadap pola perilaku, peran sosial dan struktur sosial yang berkembang di masyarakat dari generasi ke generasi.

d. Perspektif Sosial-Kognitif

Perspektif Sosial-Kognitif menekankan peran penting dari proses kognitif terhadap perilaku. Proses pengelolaan informasi bagaimana kita memerhatikan, memaknai dan menilai perilaku orang lain mendapatkan perhatian yang sangat besar. Pengalaman-pengalaman diorganisasikan menjadi sistem kognitif sehingga bisa digunakan untuk memahami lingkungan dengan lebih efisien.13

Dengan adanya beberapa perspektif mengenai perilaku sosial yang telah dijelaskan di atas, maka tentunya memiliki pemikiran yang berbeda-beda terhadap hal-hal yang mempengaruhi terjadinya perilaku sosial. Selain hal yang mempengaruhi terjadinya perilaku sosial, perilaku sosial pun memiliki sifat-sifat dan pola respon atau pribadi tertentu. yaitu :

13

(7)

1) Kecenderungan perilaku peran a. Sifat pemberani secara sosial

Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial biasanya akan cenderung mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu untuk melakukan sesuatu perbuatan yang diyakini dalam mengedepankan kepentingannya.

b. Sifat berkuasa

Orang yang memiliki sifat berkuasa dalam perilaku sosial biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan, memiliki kepercayaan diri, berkemauan keras, suka memerintah dan memimpin langsung.

c. Sifat inisiatif secara sosial

Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasikan kelompok, suka memberikan saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih kepemimpinan.

d. Sifat mandiri

Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya dilakukan oleh dirinya sendiri, seperti melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, membuat rencana sendiri dan secara emosional cukup stabil.

(8)

Orang memiliki sifat ini biasanya tidak berprasangka buruk, bisa dipercaya dan dapat menghargai orang lain. Sedangkan sifat yang tidak diterima adalah sifat sebaliknya.

b. Suka bergaul dan tidak suka bergaul

Dalam hal ini memiliki hubungan sosial yang baik antar individu. Sedangkan jika tidak suka bergaul yaitu sebaliknya jarang untuk berhubungan social yang baik antar individu.

c. Sifat ramah dan tidak ramah

Dalam hal ini bersifat hangat, mudah didekati, suka bersosialisasi. Sedangkan yang tidak ramah merupakan sifat sebaliknya.

d. Sifat simpatik dan tidak simpatik

Ditandai dengan peduli terhadap sesama, murah hati dan suka membantu. Sedangkan tidak simpatik merupakan sifat sebaliknya. 3) Kecenderungan perilaku ekspresif

a. Sifat suka bersaing

Beranggapan bahwa hubungan sosial merupakan sebuah perlombaan. Sehingga senang bersaing untuk menunjukkan kompetensinya.

b. Sifat agresif dan tidak agresif

Dalam hal ini suka menyerang orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Sifat yang tidak agresif adalah sebaliknya. c. Sifat kalem dan tenang secara sosial

(9)

d. Sifat suka pamer atau menonjolkan diri

Berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan untuk mendapatkan suatu perhatian.14

Dilihat dari sifatnya perilaku sosial terbagi menjadi dua jenis, yaitu

perilaku prososial dan perilaku antisosial. Perilaku sosial yang bersifat positif disebut dengan perilaku prososial, sedangkan perilaku sosial yang bersifat negatif disebut dengan perilaku antisosial. Menurut Staub menyatakan bahwa perilaku prososial merupakan perilaku yang positif atau dengan kata lain perilaku yang menguntungkan orang lain. Wrightsman dan Deaux pun menjelaskan bahwa perilaku prososial sebagai perilaku yang mempunyai konsekuensi sosial yang positif dan yang memperbaiki kesejahteraan fisik maupun psikologis orang lain. Sedangkan menurut Brigham menyatakan bahwa perilaku prososial mempunyai maksud untuk menyokong kesejahteraan orang lain, dengan demikian kedermawanan, persahabatan, kerjasama, menolong, menyelamatkan dan pengorbanan merupakan bentuk-bentuk perilku prososial. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial merupakan salah satu bentuk dari perilaku sosial yang bersifat positif untuk menolong sesama baik secara fisik maupun non fisik (psikologis) sehingga orang lain merasa diuntungkan dengan adanya perilaku tersebut.

Perilaku prososial menurut Wispe menggambarkan aspek dari perilaku simpati, altruism (sifat menguntungkan orang lain), berderma,

14

(10)

membantu, menolong, berbagi dan lain-lain.15 Namun Mussen menggambarkan aspek-aspek dalam perilaku prososial secara lebih rinci yaitu :

a. Berbagi (Sharing)

Merupakan kesediaan berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasana suka dan duka. Sharing diberikan bila penerima menunjukkan kesukaran dan ada tindakan untuk dukungan. Perilaku berbagi dapat ditunjukkan pula dengan perilaku saling bercerita pengalaman hidup dan mencurahkan isi hati.

b. Kerjasama (Cooperative)

Kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan cooperative dan biasanya saling menguntungkan, saling memberi atau saling menolong dan menyenangkan.

c. Menyumbang (Domating)

Kesediaan berderma, memberi secara sukarela sebagian barang miliknya untuk orang yang membutuhkan dan dapat juga ditunjukkan dengan perbuatan memberi sesuatu kepada orang yang memerlukan.

d. Menolong (Helping)

Kesediaan untuk berbuat kepada orang lain yang sedang dalam kesulitan meliputi membagi dengan orang lain atau menawarkan sesuatu yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain.

15

(11)

e. Kejujuran (Honesty)

Kesediaan untuk berkata, bersikap apa adanya serta menunjukkan keadaan yang tulus hati.

f. Kedermawanan (Generosity)

Kesediaan memberi secara sukarela untuk orang lain yang membutuhkan.

g. Tanggungjawab

Kemauan atau kesiapan seseorang untuk memberikan ganjaran berupa jasa yang dibutuhkan orang lain atau pun pada diri sendiri.

h. Kedekatan (Prosimity)

Kemudahan dalam pendekatan pada setiap kontak yang terjadi dengan orang lain. Dalam hal ini adanya suatu hubungan yang sering dilakukan.16

Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial merupakan aktivitas-aktivitas individu dalam suatu proses pembelajaran dengan lingkunganya seperti di keluarga, tempat kerja, sekolah, organisasi dan masyarakat yang akan menimbulkan suatu pemahaman dan pengalaman sehingga akan terjadi suatu respon yang akan direalisasikan ke dalam bentuk tindakan-tindakan, baik individu dengan individu, individu dengan kelompok serta kelompok dengan kelompok dalam suatu lingkup sosial masyarakat. Setiap perilaku sosial yang dilakukan tentunya

16

(12)

harus mengarah ke perilaku yang positif. Perilaku sosial yang bersifat positif untuk membantu dan peduli terhadap sesama serta lingkungannya dikenal dengan perilaku prososial.

2. Hakekat Siswa

Siswa pada hakekatnya merupakan pribadi yang selalu ingin berkembang, memerlukan bantuan, arahan dan contoh dari orang lain. Siswa pun memilki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan bentuk pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses dimana akan timbulnya suatu perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan perilaku.

Dalam hal ini kedudukan siswa merupakan subjek dalam proses belajar mengajar. Menurut Sardiman AM bahwa siswa atau peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Jadi dalam proses belajar-mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah siswa atau peserta didik.17

Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dimaksud siswa atau peserta didik, tidak terbatas pada anak sekolah namun lebih dari itu, yaitu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.18

17

Sardiman AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003),hal. 111.

18

(13)

Dalam melakukan proses belajar, siswa memerlukan bimbingan dan contoh yang baik agar hasil dari proses belajar tersebut pun baik. Siswa sangat mudah sekali terpengaruh dan mengalami perubahan. Baik itu perubahan pola pikir, pola sikap maupun pola perilakunya yang mengarah kepada perubahan positif ataupun perubahan negatif pada diri siswa tersebut. Oleh sebab itu pemberian pengetahuan, pemahaman dan penanaman tentang norma dan nilai sangat penting pada masa-masa siswa yang masih dalam tahap belajar. Baik secara formal maupun non formal, maksudnya formal di sini adalah penyerapan pemahaman dan pengalaman dalam proses belajar di kelas sedangkan non formal adalah proses penyerapan pemhaman dan penglaman di luar jam belajar di kelas seperti waktu bermain dan berkumpul dengan temannya, bekerja kelompok, aktivitasnya dalam organisasi sekolah, kegiatan-kegiatan di sekolah dan lain sebagainya.

Seorang anak akan menagkap segala hal dari lingkungan sekitar yang tentunya akan mereka tiru. Ketika berada dilingkungan sekolah pun anak akan menyerap segala perilaku-perilaku yang ada di lingkungan sekolah. Sehingga sekolah memiliki tugas untuk menanamkan kebiasaan melalui kegiatan-kegiatan positif seperti shalat berjamaah, membaca Al-Quran, olahraga, kerja bakti di sekolah, mengikuti organisasi dan ekstrakurikuler yang ada di sekolah dan lain sebagainya

(14)

sosial. Maka ketika siswa mengalami suatu perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dan positif, maka proses belajar siswa di sekolah dikatakan berhasil dan akan direalisasikan secara luas dalam kehidupan bermasyrakat.

3. Konsep Aktivitas Dalam Organisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari aktivitas adalah suatu kegiatan kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilakukan oleh seseorang untuk melakukan sesuatu. 19 Sedangkan menurut Haditono aktivitas adalah melakukan suatu kegiatan tertentu secara aktif, aktivitas menunjukkan adanya kebutuhan untuk aktif bekerja atau melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.20 Dengan demikian bahwa kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hal apapun disebut dengan aktivitas sedangkan orang yang melakukan aktivitas disebut dengan aktivis.

Setiap manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki cirri bergerak pasti selalu melakukan aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari. Dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi, pasti banyak kegiatan yang dilakukan. Baik itu mandi, sarapan, menyetir mobil, menelepon, bekerja dikantor, belajar disekolah dan lain sebagainya. Menurut Paul B. Diedrich menyatakan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh setiap manusia terbagi menjadi dua jenis meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas rohani

19

Departement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka , 2008), hal. 31.

20

(15)

atau jiwa. Dari kedua jenis aktivitas tersebut dapat dispesifikasi lagi menjadi beberapa macam sebagai berikut :

1. Visual activities (aktivitas membaca dan memperhatikan) seperti : gambar, demonstasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

2. Oral activities (aktivitas berbicara) seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi dan sebagainya. 3. Listening activities (aktivitas mendengarkan) seperti :

percakapan, mendengarkan uraian, mendengarkan diskusi, mendengarkan musik, mendengarkan pidato dan sebagainya. 4. Writing activities (aktivitas menulis) seperti : membuat

karangan, laporan, mengikuti tes tertulis, mengisi angket, menyalin dan sebagainya.

5. Drawing activities (aktivitas menggambar) seperti : menggambar, membuat grafik, membuat desain pola dan sebagainya.

6. Motor activities (aktivitas bergerak) seperti : berolahraga, membuat konstruksi, bermain, mereparasi dan sebagainya. 7. Mental activities (aktivitas mental) seperti : mengaggap,

mengingat, menganalisis, melihat hubungan, mengambil kesimpulan dan sebagainya.

8. Emotional activities (aktivitas gerakan jiwa) seperti : menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.21

Antar macam-macam aktivitas di atas tersebut tidak terpisah satu sama lainnya namun saling berkaitan atau berhubungan. Dalam suatu kegiatan yang dilakukan merupakan gabungan dari beberapa aktivitas tersebut. Misalnya dalam kegiatan diskusi pasti di dalamnya melakukan beberapa aktivitas seperti mendengar, berbicara, menganalisis, mengambil kesimpulan dan lain sebagainya.

Begitupun dengan siswa, siswa pada hakikatnya merupakan pribadi yang selalu ingin berkembang, memerlukan bantuan, arahan dan contoh dari orang lain. Siswa pun memilki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal

21

(16)

tersebut dapat dilakukan dengan bentuk pembelajaran. Secara umum kita tentunya mengetahui aktivitas siswa yang utama adalah belajar. Belajar merupakan suatu proses dimana akan timbulnya suatu perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan perilaku.

Namun aktivitas yang dilakukan oleh siswa di sekolah tidak hanya terpaku kepada belajar secara formal di kelas saja namun ada aktivitas belajar lainnya yang dilakukan diluar jam belajar formal. Seperti berorganisasi dalam lingkup sekolah. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang memiliki keterbatasan secara individu sehingga memerlukan manusia yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Begitupun dengan siswa yang membutuhkan wadah untuk pengembangan dirinya dan menutupi keterbatasan individunya. Cara mengatasi dari keterbatasan individu tersebut yaitu dengan cara bersosialisasi, berkumpul, berkelompok atau bekerjasama. Hal tersebut pun sesuai dengan aturan yang ditetapkan pada Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 yang

EHUEXQ\L ³.HPHUGHNDDQ EHUVHULNDW GDQ EHUNXPSXO, PHQJHOXDUNDQ SLNLUDQ dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan

undang-XQGDQJ.´22

Organisasi dapat menjadi suatu wadah untuk melakukan aktivitas sosial yang positif yaitu untuk berkumpul, mengeluarkan pikiran dan bekerjasama. Secara harfiah organisasi berasal dari kata organon, dalam bahasa Yunani berarti alat. Sedangkan dalam bahasa Inggris organisasi

22

(17)

berasal dari kata organization yang artinya menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain yang setiap bagian mempunyai fungsi tersendiri sesuai dengan kapasitasnya. Menurut Chester I. Barnard dalam bukunya The Excecutive Functions, mengemukakan bahwa organisasi adalah sistem kerjasama antara dua orang atau lebih. 23 Sedangkan Dimock menjabarkan lebih rinci lagi bahwa organisasi adalah perpaduan secara sistematis bagian-bagian yang saling bergantung atau berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat mengenai kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.24

Dari pengertian-pengertian di atas dapat digambarkan bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai organisasi jika memiliki ciri adanya kerjasama antara dua orang atau lebih, memiliki tujuan yang sama dan saling berhubungan satu sama lainnya. Organisasi terdiri dari beberapa jenis yang berada pada lingkup masyarakat diantaranya organisasi politik, organisasi sosial, organisasi mahasiswa, organisasi olahraga, organisasi sekolah dan organisasi Negara. Organisasi sekolah merupakan bagian dari organisasi pendidikan dalam skala lokal untuk kesuksesan pendidikan di sekolah.25 Organisasi pendidikan itu sendiri adalah organisasi yang dikelola untuk tujuan kesuksesan pendidikan. Yang menjadi bagian dari organisasi sekolah yaitu seperti pihak yayasan, komite sekolah, eksekutif sekolah, OSIS dan lain sebagainya.

23

Ahmad Saifuddin, dkk, Tips Sakti Membangun Organisasi Sekolah , (Jogjakarta: DIVA Press, 2012),hal. 17

24

Ibid., hal.17 25

(18)

Dalam lingkup sekoalh terdapat organisasi kesiswaan yang disebut dengan OSIS. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan

SDVDO _ D\DW _ \DQJ EHUEXQ\L ³2UJDQLVDVL NHVLVZDDQ GL VHNRODK EHUEHQWXN RUJDQLVDVL LQWUD VHNRODK.´ 'HQJDQ GHPLNLDQ 26,6 \DLWX 2UJDQLVDVL 6LVZD

Intra Sekolah merupakan organisasi kesiswaan yang memang harus dimiliki oelh setiap sekolah baik dari tingkat SMP sampai SMA. OSIS juga merupakan satu-satunya organisasi kesiswaan yang diresmikan atau legal oleh pemerintah, yang aturannya juga tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008

WHQWDQJ 3HPELQDDQ .HVLVZDDQ SDVDO _ D\DW _ \DQJ EHUEXQ\L ³2UJDQLVDVL kesiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan organisasi

resmi di sekolah dan tidak ada hubungan organisatoris dengan organisasi NHVLVZDDQ GL VHNRODK ODLQ.´

OSIS merupakan organisasi kesiswaan yang berada pada lingkup di dalam sekolah saja serta merupakan bagian dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan di luar struktur program yang dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa.26 Kegiatan ekstrakurikuler merupakan pengalaman belajar yang memiliki nilai-nilai dalam pembentukan kepribadian siswa. Adapun tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah diantaranya yaitu :

26

(19)

1. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor

2. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya perubahan pribadi menuju perubahan manusia seutuhnya yang positif

3. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya27

Untuk mencapai tujuan di atas, tentunya OSIS memiliki segenap aktivitas yang positif melaui program kerja yang telah dirancang oleh para pengurs OSIS. Pengurus OSIS merupakan orang-orang yang terpilih dan memiliki minat serta bakat dalam bidang organisasi. Dalam hal ini aktivitas-aktivitas yang dijalankan oleh OSIS merupakan bentuk dari usaha atau keaktifan siswa untuk belajar berorganisasi akan suatu aktifitas praktis, sehingga siswa akan memperoleh pengertian-pengertian serta pengalaman-pengalaman yang lebih baik guna pembentukkan diri siswa dalam hal keahlian, kebiasaan, sikap serta perilaku.

Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas dalam organisasi memiliki hubungan dengan perilaku sosial siswa. Karena aktivitas organisasi merupakan belajar secara aktual di mana siswa belajar untuk berdemokrasi, berani mengemukakan pendapat, mengambil keputusan, bertanggungjawab, berdiskusi, menghargai pendapat orang lain, peka antar sesama atau bersimpatik, ramah terhadap orang lain, berinsiatif terhadap segala sesuatu serta mandiri. Ilmu dan pengalaman yang di dapatkan dalam organisasi dapat diterapkan dalam perilakunya di kehidupan sehari-hari. Baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat yang perilaku keseharian dalam lingkup tersebut di katakan sebagai perilaku sosial. Sehingga siswa yang aktif dalam aktivitas-aktivitas organisasi dalam hal ini OSIS akan berpengaruh terhadap perilaku sosial siswa kearah yang positif.

27

(20)

B. Penelitian yang Relevan

Rencana penelitian ini relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh :

1) Tri Purwaningsih mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, jurusan Ilmu Sosial Politik, prodi PPKN tahun lulus 2005 dengan judul

penHOLWLDQQ\D ³3HUDQ 26,6 GDODP 0HQDQDPNDQ 1LODL-Nilai Demokrasi Pancasila´, KDVLO penelitian yang diperoleh yaitu: : bahwa dalam

menanamkan nilai-nilai demokrasi, OSIS sangat berperan aktif. Kemudian dalam membina dan mengembangkan OSIS sebagai satu-satunya organisasi yang diizinkan di SLTP dan SLTA selalu dalam pengawasan guru-guru sehingga memiliki peranan yang penting. 2) Dewi Yani mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, jurusan Ilmu Sosial

Politik, prodi PPKN tahun lulus 2012, dengan judul penelitiannya : Hubungan Aktivitas PMR dengan Kepedulian Sosial Peserta Didik´, hasil penelitian yang diperoleh yaitu : menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara aktivitas PMR dengan kepedulian social peserta didik yakni semakin tinggi aktivitas PMR akan semakin tinggi kepedulian social dari peserta didik hal tersebut ditunjukkan dengan r product moment yang mendapat hasil sebesar 0,615.

3) Widyatama Heryanto mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, jurusan Ilmu Sosial Politik, prodi PPKN tahun lulus 2009, dengan judul penelitiannya : Hubungan Antara Kecerdasan Sosial dengan Perilaku 6

(21)

kerangka berfikir serta membuktikan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan social dengan perilaku sosial di SMA Diponegoro 1 Jakarta Timur. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh rhitung sebesar 0,66 yang lebih besar dari rtabel pada taraf signifikan

0,005 dan N=30 sebesar 0,361 (0,37>0,361). Peneliti telah membuktikan bahwa kecerdasan social merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku social siswa SMA khususnya.

C. Kerangka Berfikir

Siswa sebagai cikal bakal generasi muda penerus bangsa ke depannya tentunya akan menjadi ujung tombak bangsa Indonesia dalam menaggapi persaingan di era globalisasi ini. Hal tersebut diharapkan untuk menciptakan Negara Indonesia yang unggul dengan para generasi muda yang cerdas dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan pedoman hidup bangsa yaitu Pancasila. Sebagai bentuk realisasi dari hal tersebut maka tugas utama yang harus dilakukan siswa adalah belajar. Karena dengan belajar diharapkan akan terjadi perubahan yang positif pada diri siswa.

(22)

Salah satu faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi perilaku siswa adalah aktivitasnya dalam organisasi kesiswaan di dalam sekolah. Dalam organisasi kesiswaan inilah siswa dapat berinteraksi dengan lingkungannya yang tentunya akan diperoleh pengalaman-pengalaman baru terhadap perubahan perilakunya. .

Pengalaman-pengalaman dan pengetahuan baru yang didapat dalam organisasi akan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai perilaku sosial, seperti siswa akan memiliki keberanian dalam hal berpendapat, bertanggungjawab, dapat menghargai sesama, memiliki kepekaan atau simpatik terhadap sesama, memiliki inisiatif yang tinggi, ramah, mudah bergaul serta mandiri.

(23)

D. Pengajuan Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Pola terang pada interferensi Young, ketika dua buah celah dianggap sebagai sumber cahaya titik, terjadi ketika selisih lintasan dari dua sinar yang berinterferensi

cerita tidak sama persis dengan yang ada dalam kenyataan karena pengarang telah.. memperkaya cerita itu

Penurunan nilai delay total terjadi pada jaringan yang terkena serangan untuk setiap kondisi seperti perubahan dimensi, pertumbuhan malicious node, dan perubahan kecepatan

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah apakah penerapan model konseling Rational Emotif Therapy efektif untuk mengatasi kesulitan menyesuaikan

 Sumber (source) : bisa seorang individu (yang berbicara, menulis, menggambar, bergerak) atau suatu organisasi komunikasi (seperti surat kabar, stasiun televisi).  Pesan :

Berdasarkan hasil pada uji regresi linier berganda menunjukkan nilai Sig-F 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa variabel independensi auditor, kepemilikan institusional,

Lingkungan Keluarga dalam penelitian ini sebagai berikut : (a) Cara Orang Tua Mendidik menunjukan bahwa Hasil penelitian dari cara orang tua mendidik adalah

Walau bagaimanapun, persoalan yang timbul pada masa kini adalah setakat manakah tahap penguasaan kemahiran berfikir pelajar dan sejauh manakah penerapan kemahiran