Penerapan Model Pembelajaran
Student Facilitator and
Explaining
(SFE) Berbantuan Media Pembelajaran Berbasis
Web
Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Belajar Mata
Pelajaran TIK Kelas IX di SMPN 8 Salatiga Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2013/2014
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Peneliti :
Claudia Gristia (702010105) Krismiyati, S.Pd., M.A. Ramos Somya, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
1
Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) Berbantuan Media Pembelajaran Berbasis Web Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Belajar Mata Pelajaran TIK Kelas IX di SMPN 8
Salatiga Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/2014
1)
Claudia Gristia, 2)Krismiyati,3)Ramos Somya Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email :1)[email protected], 2)[email protected], 3)
Abstract
The purpose of this study is to know the student’s activity and achievment using powtoon as media and student facilitator and explaining (SFE) as media into technology information subject. This research is using an experimental method quasi experimental nonequivalent control grup design. The population in this study are students of class IX SMPN 8 Salatiga and the sampling are classes IX A and IX B. The instruments for this study are pre-test and post-test, and observation classroom activities. The results after
treament showed student’s achievment from eksperimental class increasing from 67, 68
to 88,22 and 71,00 to 74,50 from control class. Observation classroom activities results are 82, 50% from class eksperimental and 58,34% from control class.
Keyword : Student achievment, student actvity, instructional media, Student Facilitator and Explaning (SFE) model, Powtoon
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan media powtoon dan model pembelajaran student facilitator and explaining (SFE) pada mata pelajaran TIK. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi dan desain penelitian nonequivalent control grup desing. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN 8 Salatiga dan sampelnya yaitu siswa kelas IX A dan IX B. Instrumen penelitian ini adalah tes yaitu pretest dan posttest dan lembar observasi keaktivan siswa. Hasil penelitian menunjukan perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen 67.68 menjadi 88.22 dan kelas kontrol 71.00 menjadi 74.50. Hasil observasi keaktivan siswa dikelas eksperimen sebesar 82.50% dan kelas kontrol 58.34%. Kata kunci : Hasil belajar, Aktivitas belajar, Media pembelajaran, Model student facilitator dan explaining (SFE), Powtoon
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan TIK, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
2
1. Pedahuluan
Perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sangat pesat terutama teknologi internet yang mempengaruhi semua aspek kehidupan. Teknologi internet menjadi teknologi tepat guna dengan fasilitas seperti sumber informasi dan data yang dapat diakses secara cepat, berkomunikasi dengan cepat tanpa batasan jarak. Internet menjadi pusat layanan penting termasuk dalam bidang pendidikan. Salah satu bentuk penerapan pemanfaatan teknologi di bidang pendidikan adalah media pembelajaran berbasis web.
Media pembelajaran berbasis web adalah pengajaran dan pembelajaran yang didukung oleh penggunaan teknologi internet, baik sebagai alat maupun sebagai sumber informasi[1]. Pembelajaran berbasis web seringkali memiliki manfaat yang banyak bagi para peserta didiknya. Bila dirancang dengan baik dan
tepat, maka pembelajaran berbasis web bisa menjadi pembelajaran yang
menyenangkan, memiliki unsur interaktifitas yang tinggi, menyebabkan peserta didik mengingat lebih banyak materi pelajaran, serta mengurangi biaya-biaya oprasional yang biasanya dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti pembelajaran (seperti uang jajan/ biaya transportasi ke sekolah) [2].
Powtoon adalah media yang dapat digunakan sebagai media presentasi seperti halaman arahan video, video pendidikan, produk demo, explainers, klip media dan konten sosial [3]. Powtoon terintegrasi langsung dengan Google Mail, dengan demikian dapat memudahkan seseorang untuk tidak perlu membawa materi, bahan ajar pada saat akan melakukan presentasi. Materi yang sudah dibuat pada slide presentasi Powtoon akan tersimpan secara otomatis dan dapat diakses kapan saja dan di mana saja pada saat akan digunakan serta dapat di share kepada sesama pengguna google mail.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat observasi, model pembelajaran konvensional membuat siswa menjadi pasif dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pada mata pelajaran TIK banyak siswa yang tidak tuntas dalam belajar atau hasil belajar tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM (kriteria ketuntasan minimal di kelas IX SMPN 8 Salatiga yang diberikan yaitu 75. Rata-rata nilai TIK kelas IX 5.55 dengan jumlah 29 siswa, ada 17,25 % siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal dan 82,75 % siswa yang belum mencapai kritetia ketuntasan minimal.
Berdasarkan permasalahan yang ada maka perlu dilakukan perubahan model pembelajaran pada mata pelajaran TIK dengan memanfaatkan media pembelajaran. Penelitian ini memilih memanfaatkan media pembelajaran yang sudah ada yaitu media pembelajaran berbasis web dengan menggunakan Powtoon
yang terintegrasi langsung dengan Google Mail dan menggunakan model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE).
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) merupakan rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara terbuka kemudian memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya, dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa [4].
Penggunaan powtoon sebagai media pembelajaran dan model pembelajaran
3
lebih aktif, berpartisipasi pada saat mengikuti pembelajaran dikelas serta dapat meningkatkan hasil belajar TIK siswa kelas IX di SMPN 8 Salatiga.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang menggunakan model SFAE ( Student Facilitator and Explaining ) dengan judul “Pengaruh model pembelajaran SFAE ( Student Facilitator and Explaining ) terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas 4 SDN Klero 01 kabupaten Semarang semester
genap tahun pelajaran 2012/2013”. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelas
yang diberikan model pembelajaran SFAE mempunyai mean posttest lebih tinggi dibandingkan mean posttest dengan model pembelajaran konvensional. Aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran SFAE pada mata pelajaran matematika lebih baik. Rata-rata nilai posttest angket aktivitas belajar kelompok eksperimen 84.4 dan rata-rata nilai posttest hasil belajar kelompok eksperimen 79.1, sedangkan untuk rata-rata nilai posttest angket aktivitas belajar pada kelompok kontrol adalah 65.3 dan rata-rata nilai posttest hasil belajar kelompok kontrol adalah 70.8. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran SFAE berpengaruh signifikan pada aktivitas dan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Klero 01 semester genap tahun pelajaran 2012/2013.[5].
Penelitian lain yang memanfaatkan multimedia interaktif dan media pembelajaran berbasis web sebagai media pembelajaran berjudul Perbedaan Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif Dan Media Pembelajaran Berbasis Web Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Kelas XI Semester 2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya penigkatan hasil belajar yang signifikan. Kelas eksperimen pertama dengan penggunaan media pembelajaran berbasis multimedia interaktif dan media pembelajaran berbasis buku paket dengan nilai tertinggi 89.91 dan nilai rata-rata 75.48, kelas eksperimen kedua dengan penggunaan media pembelajaran berbasis web dan media pembelajaran berbasis buku paket, dengan nilai tertinggi 93.24 dan rata-rata nilai 78.144, sedangkan pada kelas kontrol dengan nilai tertinggi 86.54 dan rata-rata nilai 68.154. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media pembelajaran berbasis web secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar [6].
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi informasi, dapat memberikan perubahan atau inovasi baru dalam bidang pendidikan khususnya yang akan berpengaruh terhadap pola belajar dan hasil belajar. Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian yang
sebelumnya. Penelitian sebelumnya, pembelajaran berbasis web banyak
4
gambar animasi, efek suara, video serta materi yang sudah kita buat dapat kita share kepada sesama pengguna google mail dan model student facilitator and explaining (SFE) yang dapat menjadikan siswa tidak pasif dan antusias selama mengikuti pembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran TIK yang sudah ditentukan.
Media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu, melainkan pesan/informasi pembelajaran yang dibawakannya, jadi disamping media pembelajaran yang sudah canggih harus tetap di seimbangkan dengan isi, pesan atau informasi yang hendak disampaikan [7]. Media pembelajaran berfungsi agar pembelajaran lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan rasa kemauan siswa untuk belajar, memperjelas makna bahan pembelajaran yang bervariasi, dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar lebih banyak [8].
Dari beberapa pengertian para ahli maka dapat disimpulkan bahwa dengan media pembelajaran diharapkan dapat menarik perhatian siswa dan menumbuhkan antusias siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Media pembelajaran juga dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang bervariasi sehingga membuat siswa tidak cepat bosan selama mengikuti pembelajaran. Media pembelajaran yang sudah sering digunakan seperti peta, globe, diagram, poster, audio tape, flip chart, over head projector (OHP), dan komputer. Guru seharusnya mampu memanfaatkan media pembelajaran yang ada dan disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
Klasifikasi dan karakteristik media pembelajaran adalah : (1). Alat-alat visual yang dapat dilihat, (2). Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, (3). Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar [9].
Manfaat-manfaat media pembelajaran yaitu : (1). Penyimpanan materi pelajaran dapat diseragamkan, (2). Proses pembelajaran lebih jelas dan menarik, (3). Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, (4). Efisiensi dalam waktu dan tenaga, (5). Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, (6). Memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, (7). Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, (8). Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif [10].
Fungsi-fungsi media pembelajaran antara lain: (1). Menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar, (2). Melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan belajar mengajar, (3). Mendorong motivasi belajar, (4). Menambah variasi dalam penyajian materi [11].
Ciri-ciri media pembelajaran adalah sebagai berikut: (1).ciri fiksatif adalah
mengambarkan kemampuan media merekam, menyimpan dan merekonstruksi
suatu peristiwa atau objek, (2). Ciri manipulatif adalah transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif, (3).
Ciri distributif adalah memungkinkan suatu objek atau kejadian
5
disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu [12].
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) merupakan rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara terbuka, memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya, yang diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa [13]. Model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen [14]. Langkah-langkah yang digunakan dalam proses pembelajaran menggunakan model student facilitator and explaining adalah sebagai berikut : a. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran, b. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran atau acak, c. Guru menyimpulkan ide atau pendapat siswa, d. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu [15]. Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan metode student facilitator and explaining adalah pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai fasilitator yang bertugas menjelaskan hasil diskusi kepada siswa lainnya mengenai materi yang sedang dibahas seperti melalui peta konsep atau bagan yang dibuat siswa dalam kelompok diskusi pada kegiatan pembelajaran. Walaupun yang ditunjuk hanya satu orang perwakilan kelompok yang menjadi fasilitator tetapi hasil diskusi adalah pekerjaan dan pemikiran dari semua anggota kelompok. Model kelompok diskusi student facilitator and explaining terdiri dari 4-5 orang dengan kemampuan yang berbeda-beda. Model student facilitator and explaining dapat melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat, mengembangkan kemampuan diri dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran berbasis web adalah pengajaran dan pembelajaran yang didukung oleh penggunaan teknologi internet, baik sebagai alat maupun sumber informasi [16]. Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan web-based training (WBT) atau kadang disebut web-based education (WBE) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan [17]. Pembelajaran berbasis web suatu kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan media situs (website) yang bisa diakses melalui jaringan internet [18]. Aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa dalam belajar, seperti; mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting, berdiskusi, keberanian untuk bertanya, keberanian mengajukan pendapat, kritik, saran, presentasi, mengerjakan latihan, dan kegiatan belajar yang lainnya [19].
6
Powtoon merupakan salah satu aplikasi berbasis web yang terdapat di Google Mail. Untuk bisa menggunakannya pengguna harus mempunyai account email di Google Mail, setelah itu aplikasi Powtoon dapat digunakan pada saat pengguna mengakses Google Mail. Powtoon menawarkan fitur-fitur yang menarik dalam menyampaikan materi yang hendak kita sampaikan melalui presentasi. Fitur-fitur tersebut yaitu kita dapat menambahkan gambar animasi, efek suara, video dan lain-lain sesuai dengan yang kita inginkan. Media presentasi Powtoon selain digunakan dalam dibidang bisnis seperti Marketing Professionals yaitu dapat memangkas waktu dan biaya, menigkatkan SEO anda dengan Powtoon yang cepat dan baik untuk mengedit video animasi, Small Business and Startups yaitu saat anda memulai usaha kecil dan anda ingin mempromosikan usaha tersebut terhadap konsumen, pebisnis dan investor dapat menggunakan Powtoon,
menambahkannya di website untuk mempresentasikan produk anda kepada
konsumen, pebisnis, investor. Powtoon juga dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan seperti Trainers and Educators yaitu dalam hal ini dapat memotivasi dengan pembelajaran yang menyenangkan dengan presentasi yang menarik, singkat, padat dan jelas karena adanya fitur-fitur yang beragam didalam Powtoon [22].
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi (quasi experimental research) [23]. Rancangan penelitian ini adalah nonequivalent control grup desing hal ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui penerapan model student facilitator and explaining (SFE) berbantuan media pembelajaran berbasis web yaitu menggunakan media powtoon terhadap hasil belajar TIK antara kelompok eksperimen (O1-O2) dan kelompok kontrol (O3-O4) [24]. Desain
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Pola Rancangan Penelitian
pretest Treatment Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Keterangan
O1 = Tes awal kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan
O2 = Tes akhir kelas eksperimen sesudah diberikan perlakuan
O3 = Tes awal kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan
O4 = Tes akhir kelas kontrol sesudah diberikan perlakuan
X = Perlakuan yang diberikan
7
pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX di SMP N 8 Salatiga. Sampel Penelitian ini adalah Kelas IX A sebagai kelas kontrol dan IX B sebagai kelas eksperimen.
Gambar 1. Tahap-tahap Penelitian [26]
Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan observasi disekolah untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian, mengetahui latar belakang permasalahan yang ada. Selanjutnya melakukan studi pustaka untuk memperoleh teori mengenai permasalahan yang akan diteliti. Menentukan populasi yaitu siswa kelas IX SMP N 8 Salatiga dan sampelnya yaitu siswa kelas IX A dan siswa kelas IX B. Selanjutnya menyusun kisi-kisi soal dan pada tanggal 4 Agustus 2014 peneliti melakukan uji validitas soal. Setelah itu peneliti menyiapkan RPP dan materi pembelajaran. Setelah tahap persiapan dilakukan selanjutnya peneliti melaksanakan penelitian yaitu
memberikan pretest, memberikan perlakuan (treatment), memberikan
posttest, tahapan terakhir adalah pengolahan dan analisis data. Tabel indikator lembar observasi keaktifan siswa dikelas di tunjukan pada tabel 2 berikut.
Tahap Persiapan : Melakukan observasi,
Studi Pustaka, menentukan populasi dan
sampel, menyusun kisi-kisi soal, uji
validitas, menyusun RPP dan materi
pembelajaran
Tahap Pelaksanaan : Memberikan tes
awal (pretest), Memberikan Perlakuan
(treatment), dan Memberikan tes
akhir(postest)
Tahap Pengolahan Data dan Hasil
Penelitian : Analisa Data dan Pembuatan
8
Tabel 2. Observasi keaktifan siswa
9
Kriteria presentase keaktivan siswa adalah sebagai berikut: [27] (0) = Tidak
(1) = Ya
Total Presentase : Jumlah indikator terpenuhi
Jumlah indikator keseluruhan x 100%
Tabel 3. instrumen kisi-kisi soal tes
No Kisi-kisi Soal No Soal
8 Manfaat Jaringan Komputer 22, 23
9 Protokol Jaringan Komputer 24, 25
Pada tabel 3, kisi-kisi soal tes digunakan untuk menjadi acuan materi apa saja yang akan di jadikan bahan evaluasi pada soal tes. Instrumen tes ini digunakan untuk mengetahui pemahaman dan hasil belajar siswa terhadap materi yang sudah disampaikan.
4. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining (SFE) berbantuan media powtoon terhadap aktivitas dan hasil belajar TIK siswa kelas IX SMPN 8 Salatiga. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Salatiga. Kelas IX B berjumlah 28 siswa sebagai kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran student facilitator and explaining (SFE) dan media powtoon dalam menyampaikan materi. Kelas IX A berjumlah 30 siswa sebagai kelas kontrol yang diberikan perlakuan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah).
Pada tanggal 8 Agustus 2014, guru memberikan pretest untuk mengetahui
10
IX B. Guru memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sebelum diberikan perlakuan (treatment). Setelah diketahui hasil pretest kemudian menentukan kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil pretest kelas yang dijadikan kelas eksperimen adalah kelas IX B dan kelas kontrol adalah kelas IXA.
11
Gambar 2. Siswa diskusi kelompok dan memperesentasikan hasilnya
Gambar 3. Penggunaan media PowToon dalam menyampaikan materi
Pertemuan kedua yang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2014, dikelas eksperimen melanjutkan materi pengenalan internet. Pada perlakuan kedua guru masih memberikan perlakuan model pembelajaran student facilitator and explaining (SFE) dan menggunkan media Powtoon dalam menyampaikan materi
pelajaran. Pertama-tama guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan
12
kelompok diskusi maupun kepada guru. Setelah siswa menjawab pertanyaan dari siswa lain yang bertanya, selanjutnya guru menjelaskan materi jaringan komputer, jenis-jenis jaringan komputer, protokol jaringan komputer dan manfaat jaringan komputer secara keseluruhan kemudian bersama-sama siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang sudah dipelajari pada pertemuan tersebut. Di akhir pelajaran guru berpesan kepada siswa untuk mempelajari meteri yang sudah disampaikan pada pertemuan pertama dan kedua kerena pada pertemuan selanjutnya siswa akan diberikan tes yaitu posttest.
Dari hasil pengamatan tentang kegiatan siswa dikelas dengan diberikan perlakuan student facilitator and explaining (SFE) siswa jadi lebih aktif selama mengikuti pembelajaran berdiskusi kelompok, mengemukakan pendapat, merespon pendapat dari siswa lain, pertanyaan guru. Media Powtoon membuat siswa menjadi lebih antusias karena media yang digunakan menarik dengan adanya animasi yang bergerak, gambar-gambar animasi, efek suara, dan tampilan background yang berwarna.
Pada pertemuan pertama di kelas kontrol yang dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2014. Pertama-tama guru mengucapkan salam, berdoa, absensi setelah itu siswa diberikan perlakuan dengan model konvensional (ceramah). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menggali kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan disampaikan. Selanjutnya guru menyampaikan materi pengenalan internet yaitu pengertian internet, sejarah internet dan dampak positif maupun negatif internet, layanan internet, manfaat internet dengan ceramah, kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang kurang dipahami, ada beberapa siswa yang bertanya mengenai materi yang kurang dipahami, kemudian guru menjawab pertanyaan tersebut. Diakhir pelajaran guru membuat kesimpulan mengenai materi yang baru dipelajari, guru berpesan kepada siswa untuk mencari refrensi materi pada pertemuan selanjutnya untuk dipelajari terlebih dahulu.
Pertemuan kedua di kelas kontrol yang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2014. Masih diberikan perlakuan yang sama yaitu dengan model konvensional melajutkan materi pengenalan internet yaitu jenis-jenis jaringan komputer, sistem jaringan komputer, protokol jaringan komputer dan manfaat jaringan komputer. Siswa mendengarkan penjelasan guru selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang kurang dipahami, guru menjawab beberapa pertanyaan siswa dan selanjutnya membuat kesimpulan mengenai materi pada pertemuan tersebut. Diakhir pelajaran guru berpesan kepada siswa untuk mempelajari meteri yang sudah disampaikan pada pertemuan pertama dan kedua kerena pada pertemuan selanjutnya siswa akan diberikan tes yaitu posttest. Pada tanggal 25 Agustus kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan soal tes posttest untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan (treatment).
13
siswa untuk bisa berbicara dan mengemukakan pendapat atau ide kepada siswa lain. Siswa menyatakan pembelajaran lebih aktif dibandingkan dengan pembelajaran dengan konvensional dan berpusat pada guru, siswa dilatih kemampuannya untuk bisa bertukar pendapat, mempersiapkan ide yang kreatif. Media powtoon sangat membantu dalam menyampaikan materi dengan tampilan yang penuh warna, gambar animasi dan efek suara.
Berdasarkan hasil penelitian ini, setelah diterapkan proses pembelajaran dengan memberi perlakuan menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dan perlakuan menggunaan model pembelajaran student facilitator and explaining (SFE) serta menggunakan media powtoon pada kelas eksperimen, menunjukan bahwa hasil belajar pada kedua kelompok tersebut mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata pada kelas kontrol yaitu dari 71.00 menjadi 74.50 sedangkan pada kelas eksperimen yaitu dari 67.68 menjadi 88.22, peningkatan yang terjadi sebesar 20.54 % pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol yaitu sebesar 3.50%.
Hasil perolehan persentase observasi keaktifan siswa kelas eksperimen yang diberikan model pembelajaran student facilitator and explaining (SFE) dan pengunaan media powtoon dan kelas kontrol yang diberikan model pembelajaran konvensional.
Tabel 4. Hasil presentase observasi keaktifan siswa di kelas
No Indikator Kelas
Persentase penskoran untuk hasil pada lembar observasi mengamati keaktifan siswa secara individu adalah sebagai berikut :
14
sebesar 83.34% yang berarti keaktifan siswa dalam indikator lisan juga sangat baik, persentase keaktifan siswa dalam indikator mendengarkan sebesar 87.50% yang berarti keaktifan siswa dalam indikator mendengarkan sangat baik, persentase indikator menulis sebesar 79.16% yang berarti keaktifan siswa dalam indikator menulis sangat baik, persentase indikator emosional sebesar 70.84% yang berarti keaktifan siswa dalam indikator emosional baik. Pada kelas kontrol persentase keaktifan siswa dalam indikator visual sebesar 66.67% yang berarti keaktifan siswa dalam indikator visual baik, persentase indikator lisan sebesar 58.33% yang berarti keaktifan siswa dalam indikator lisan juga baik, persentase indikator mendengarkan sebesar 54.16% yang berarti keaktifan siswa dalam indikator mendengarkan baik, persentase indikator menulis sebesar 62.50% yang berarti keaktifan siswa dalam indikator menulis baik, persentase indikator emosional sebesar 50.00% yang berarti keaktifan siswa dalam indikator emosional cukup baik. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dikelas
eksperimen yang diberikan perlakuan (treatment) menggunakan model
pembelajaran student facilitator and explaining (SFE) dan media powtoon dalam menyampaikan materi berada dalam kategori sangat baik sedangkan dikelas kontrol yang diberikan perlakuan (treatment) menggunakan model pembelajaran konvensional berada dalam kategori baik.
Pelaksanaan pembelajaran pada awalnya mengalami sedikit hambatan, model pembelajaran yang baru memerlukan waktu penyesuaian bagi guru dan siswa. Hambatan-hambatan yang terjadi perlahan dapat dikurangi, kegiatan di kelas yang terarah dan kondusif dapat menambah semangat, saling bertukar pendapat, bersama-sama memecahkan masalah dapat menciptakan lingkungan belajar positif, sehingga pelajaran menjadi lebih interaktif dan efektif. Dari semua pembahasan yang telah diuraikan memperlihatkan bahwa penerapan model student facilitator and explaining (SFE) berbantuan media pembelajaran berbasis
web menggunakan powtoon meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran TIK kelas IX SMPN 8 Salatiga.
5. Simpulan
Hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 67.68 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 71.00. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 88.22 sedangkan pada nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 74.50. Perolehan persentase keaktifan siswa dikelas eksperimen dan kontrol juga mengalami perbedaan yaitu 82.50% dan 58.34%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining (SFE)
berbantuan media pembelajaran berbasis web menggunakan powtoon dapat
menigkatkan hasil belajar TIK siswa SMPN 8 Salatiga.
15
6. Pustaka
[1] Rusman. 2011. Pembelajaran berbasis web teknologi informasi dan
komunikasi. Rajawali Press. Hal 263
[2] Kruse. 2004. Using the web for learning. [online]. akses 16 oktober 2014 jam 1.43
[3] http://www.powtoon.com/presentoons/b5KPEgjvBk6/edit/
[4] Huda. 2013. model-model pengajaran dan pembelajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
[5] Aryadi, 2013. Pengaruh model pembelajaran SFAE ( Student facilitator and explaining ) terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas 4 SDN klero 01 kabupaten semarang genap tahun pelajaran 2012/2013. Salatiga: Skripsi.
[6] Septeryana. 2013. Perbedaan Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif Dan Media Pembelajaran Berbasis Web Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Kelas XI Semester 2. Skripsi
[7] Riyana, C. (2007). Konsep Dasar e-Learning Dokumen presentasi pada perkuliahan e learning di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung [8] Riyana, C. (2009). “Blended Learning”, dalam Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
[9] Hamlik, O. 1989. Media Pendidikan. Bandung : Citra aditya bakti. [10] Dayton. 2003. Depdiknas
[11] Rohani, A. 1997. Media instruksional educatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
[12] Gerlach & Ely. 1971. Teaching and media: A System Approach. (2nd). Prentice-Hall, Inc. New Jersey
[13] Huda. 2013. Model-model pengajaran dan pembelajaran.pustaka pelajar. Yogyakarta
[14] Trianto. 2007. Mendesain model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Bandung: Prestasi Pustaka
[15] Huda. 2013. Model-model pengajaran dan pembelajaran.pustaka pelajar. Yogyakarta
[16] Munir. (2009). Pembelajaran jarak jauh berbasisteknologi informasi dan komunikasi. Bandung. Alfabeta
16
[18] Rusman. 2011. Pembelajaran berbasis web teknologi informasi dan
komunikasi. Rajawali Press. Hal 263
[19] Sanjaya, wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
[20] Sudjana, Nana. 2010. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakaya.
[21] Brahin. (2007). Peningkatan Hasl Belajar Sains Siswa Kelas IV SD Melalui Pendekatan Penempatan Sumber Daya Alam Hayati di Lingkungan Sekitar. [online]. Macam-macam hasil belajar yaitu pemahaman konsep, keterampilan proses, sikap. Akses 16 oktober 2014 jam 1.41
[22] http://www.powtoon.com/presentoons/b5KPEgjvBk6/edit/
[23] Sugiyono.metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.2011. Alfabeta. Bandung. Hal 77
[24] Sugiyono.metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.2011. Alfabeta. Bandung. Hal 79
[25] Sugiyono.metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.2011. Alfabeta. Bandung. Hal 80
[26] Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta
[27] Sardiman, A.M. 2004.Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada