• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran BPJS Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran BPJS Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah unsur dan merupakan elemen konstitutif dari kehidupan

seseorang. Kesehatan sebagai hak asasi telah menjadi kebutuhan mendasar dan

tentunya menjadi kewajiban negara dalam upaya pemenuhannya. Pemerintah

adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan

hukum serta undang-undang di wilayah tertentu.Kesehatan adalah hak dasar setiap

individu dan semua warga negara berhak mendapat pelayanan kesehatan termasuk

masyarakat miskin (Pasal 28H Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945 (selanjutnya disebut UUD 1945). Kesadaran tentang pentingnya jaminan

perlindungan sosial terus berkembang hingga perubahan UUD 1945 pada Pasal 34

ayat (2), menyebutkan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

masyarakat. Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut UU SJSN) menjadi suatu

bukti yang kuat bahwa pemerintah memiliki komitmen yang besar dalam

mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat.

Perubahan UUD 1945 Pasal 34 ayat (1) menyebutkan bahwa fakir miskin

dan anak-anak terlantar seyogyanya dipelihara oleh negara. Untuk itu,

UUSJSNturut menegaskan bahwa jaminan kesehatan merupakan salah satu

(2)

menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup secara

layak.1

Undang-Undang SJSNdan UU BPJS memberi arti kata transformasi

sebagai perubahan bentuk dari BUMN Persero yang menyelenggarakan program

jaminan sosial, menjadi BPJS. Perubahan bentuk tersebut bermakna perubahan Upaya pemerintah dalam mempercepat terselenggaranya Sistem Jaminan

Sosial Nasional (selanjutnya disebut SJSN)secara menyeluruh bagi rakyat

Indonesia, maka dibentuklah suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(selanjutnya disebut BPJS) dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

tentang BPJS (selanjutnya disebut UU BPJS). Dimana BPJS merupakan

transformasi dari empat badan usaha milik negara (selanjutnya disebut BUMN)

yaitu PT. Askes, Jamsostek, Taspen dan Asabri.

Selain itu, secara khusus BPJS menyelenggarakan SJSN berdasarkan asas

kemanusiaan yang terkait dengan penghargaan terhadap martabat manusia, asas

manfaat yaitu bersifat operasional yang menggambarkan pengelolaan yang efisien

dan efektif, dan asas yang bersifat idiil berdasarkankeadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia (Pasal 2 UU BPJS). Sebagai badan hukum publik, pembentukan

BPJS berdasarkan padaUU BPJS,yang di mana fungsi, tugas, wewenang, hak dan

kewajibannya juga diatur dalam UU BPJS. Undang-undang BPJS menentukan

bahwa BPJS bertanggung jawab kepada Presiden. Hal ini berbeda dengan Direksi

PT (Persero) yang bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS).

(3)

karakteristik badan penyelenggara jaminan sosial sebagai penyesuaian atas

perubahan filosofi penyelenggaraan program jaminan sosial. Perubahan

karakteristik berarti perubahan bentuk badan hukum yang mencakup pendirian,

ruang lingkup kerja dan kewenangan badan yang selanjutnya diikuti dengan

perubahan struktur organisasi, prosedur kerja dan budaya organisasi.

Seperti diketahui bersama bahwa “Jaminan sosial merupakan hak setiap

warga negara yang dilindungi oleh undang-undang”. Namun kenyataannya belum

seluruh warga negara mendapatkan akses jaminan sosial nasional tersebut. Dalam

UUD1945, pada alinea kelima, dinyatakan bahwa keadilan sosial diperuntukkan

bagi seluruh rakyat Indonesia dan sistem jaminan sosial tercantum dalam Pasal

34. Melihat persoalan tersebut maka sesuatu yang wajar jika warga negara,

termasuk semua pekerja menuntut untuk pengesahan undang-undang terkait

dengan program jaminan sosial tentang pembentukan BPJS. Walaupun

undang-undang sistem jaminan sosial nasional telah diundang-undangkan dalam UU SJSN, akan

tetapi belum mampu melaksanakan program tersebut sesuai dengan amanat UU,

karena masih terkendala dengan pembentukan BPJS. Hal ini terjadi karena dalam

UU SJSN Pasal 1 ayat (6) menentukan, “BPJS adalah badan hukum yang

dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial”.

Sebagai pelaksana program jaminan kesehatan yang baru berjalan selama

satu tahun, BPJS Kesehatan terbilang sukses memenuhi komitmennya untuk

melayani kebutuhan dasar kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang handal,

unggul dan terpercaya. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil survei kepuasan

(4)

masyarakat, sebanyak 81% menyatakan puas terhadap BPJS Kesehatan . Besarnya

persentase kepuasan masyarakat terhadap BPJS Kesehatan jauh dari target yang

ditetapkan oleh pemerintah, yaitu sebesar 75%. Persentase total sebesar 81%

merupakan gabungan dari indeks kepuasan peserta terhadap layanan di fasilitas

kesehatan tingkat pertama, fasilitas kesehatan rujukan kantor cabang, dan BPJS

KesehatanCenter.2

Persentase indeks kepuasan peserta terhadap fasilitas kesehatan diperoleh

dari gabungan antara kepuasan peserta (80%). Indeks kepuasan peserta yang

dilayani oleh puskesmas persis dengan indeks kepuasan peserta yang dilayani oleh

dokter praktek perorangan. Kepuasan peserta yang datang ke rumah sakit

pemerintah berada pada angka 80%, sementara untuk rumah sakit swasta adalah

83%. Dari sisi jenis layanan, rawat jalan atau rawat inap di rumah sakit, tidak ada

perbedaan tingkat kepuasan di antara keduanya. Indeks kepuasan peserta rawat

jalan dan rawat inap hampir sama tingginya, yaitu 81% dan 80%. Sementara itu,

indeks kepuasan untuk layanan yang bersifat administratif di Kantor Cabang dan

BPJS KesehatanCentersebesar 80%. Jika dianalisa berdasarkan jenis peserta,

indeks kepuasan peserta pekerja penerima upah, pekerja bukan penerima upah,

dan bukan pekerja dalam memperoleh pelayanan relatif sama tingginya, yaitu

sebesar 80% hingga 81%.3

Dari sisi kepuasan fasilitas kesehatan terhadap BPJS Kesehatan, hasil yang

dicapai sukses melampaui harapan. Survey ini dilakukan untuk mengevaluasi

Maret 2016).

3

(5)

awareness dan efektivitas iklan serta sosialisasi BPJS Kesehatan. Tahun 2013,

kesadaranmasyarakat terhadap pelaksanaan program jaminan kesehatan adalah

sebesar 58%. Secara umum kesadaran masyarakat terhadap BPJS Kesehatan

sudah tinggi. Kesadaran tertinggi berasal dari responden pekerja sektor formal.

Televisi menjadi sumber pengetahuan tertinggi bagi awareness responden

terhadap iklan. Sementara facebook, youtube, dan twitter menduduki tiga teratas

untuk kelompok media sosial. WebsiteBPJS Kesehatan sendiri menjadi sumber

pengetahuan terbesar di kelompok website.4

Efektivitas televisi dan radio untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat

menjadi peserta BPJS Kesehatan sangat tinggi dan mudah dicerna oleh

masyarakat. Selain itu, dari hasil survey, juga ditemukan bahwa kebersediaan

masyarakat untuk merekomendasikan BPJS Kesehatan kepada orang lain bernilai

positif. BPJS Kesehatanpada tahun 2014 telah melaksanakan berbagai kegiatan

demi meningkatkan pemahaman masyarakat. Selain melakukan sosialisasi

langsung kepada masyarakat, BPJS Kesehatan juga terus berupaya

menyebarluaskan informasi melalui iklan di televisi, radio, surat kabar, website,

dan media sosial.5

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan juga rutin

menyelenggarakan kelas sosialisasi dan training of trainers jaminan kesehatan

yang berisi informasi tentang kepesertaan, prosedur pendaftaran dan manfaat

jaminan kesehatan. Kegiatan rutin lainnya adalah sosialisasi dengan perusahaan

4

Ibid.

5

(6)

asuransi kesehatan swasta mengenai skema yang mana skema tersebut kini telah

diikuti oleh 49 asuransi swasta.6

Sebagai upaya meningkatkan kepuasan masyarakat, awal tahun 2015 ini

BPJS Kesehatanjuga akan berkoordinasi dengan unit kerja Presiden bidang

pengawasan dan pengendalian pembangunan mengembangkan aplikasi layanan

aspirasi dan pengaduan online rakyat untuk menangani keluhan masyarakat yang

disampaikan melalui websiteBPJS Kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan dapat memenuhi komitmen penanganan keluhan sebagaimana

yang disampaikan dalam UU BPJS Pasal 48 ayat (1) dan Peraturan Presiden

Nomor 12 Tahun 2013 Bab X Pasal 45.7

Kementerian BUMN tidak mengambil deviden yang menjadi haknya,

tetapidikembalikan untuk peningkatan pelayanan kepada peserta. Services

telahmeningkat, jika ada complaintdiselesaikan dengan cepat tanggap dan segera

ditindak lanjuti, serta laporankeuangan lebih terbuka. Kebijakan manajemen

sudah memposisikan sebagaiBPJS eksisting sesuai dengan UU SJSN yang sejak 1

Januari 2014 sudah menjadi BadanHukum Publik, dengan melaksanakan 9 prinsip

dan beberapa diantaranya tidakada pada badan hukum persero yaitu nirlaba, dana

amanat, kegotongroyongan,kepesertaan bersifat wajib dan hasil pengelolaan dana Lima tahun terakhir ini, memang dirasakan berbagai perbaikan telah

dilakukanpemerintah maupun oleh keempat BPJS (eksisting) tersebut, antara lain

6

Lewokedaerik.badan-penyelenggara-jaminan-sosial_16.http://blogspot.co.id/2013/12/html (diakses pada tanggal 25 Februari 2016).

7

(7)

jaminan sosialdipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan

sebesar-besarnya untukkepentingan peserta.8

Sebaliknya di era SJSN, BPJS merepresentasikan negara dalam

mewujudkan hak konstitusional warga negara atas jaminan sosial dan hak atas

pengidupan yang layak. Penyelenggaraan jaminan sosial berbasis kepada hak

konstitusional setiap orang dan sebagai wujud tanggung jawab Negara

sebagaimana diamanatkan dalam UUD1945 Pasal 28 H ayat (3)dan Pasal 34 ayat

(2).9

Penyelenggaraan sistem jaminan sosial berdasarkan pada asas

kemanusiaan yang berkaitan dengan martabat manusia.10 BPJS mengemban misi

perlindungan finansial untuk terpenuhinya kehidupan dasar warga Negara dengan

layak, yang dimaksud dengan kebutuhan dasar hidup adalah kebutuhan esensial

setiap orang agar dapat hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.11

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa

tertarik memilih judul peran BPJS Kesehatan dalam sistem jaminan sosial

nasional menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pada perumusan masalah dalam

penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaturan sistem jaminan sosial nasional?

Penjelasan Pasal 2 UU Nomor 40 Tahun 2004.

11

(8)

2. Bagaimanakah peran BPJS Kesehatan dalam sistem jaminan sosial nasional

menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional?

3. Bagaimanakah tanggung jawab pelayanan BPJS Kesehatan dalam

perlindungan pasien Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaturan sistem jaminan sosial nasional.

2. Untuk mengetahui peran BPJS Kesehatan dalam sistem jaminan sosial

nasional menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional.

3. Untuk mengetahui tanggung jawab pelayanan BPJS Kesehatan dalam

perlindungan pasien Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011.

Penulisan skripsi ini diharapkan akan diperoleh manfaat teoritis dan

praktis sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

penyelenggaraan jaminan sosial dan sebagai informasi bagi para peneliti dan

praktisi hukum kesehatan yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang

(9)

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberi masukan serta

tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah yang

diteliti.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran literatur di Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara maupun Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Cabang Fakultas Hukum,

bahwa penelitian dengan judulperan BPJS Kesehatandalam sistem jaminan sosial

nasional menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional.Adapun beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan

dengan penelitian penulis yang berhubungan dengan BPJS antara lain:

Frank W Zebua (2014), dengan judul penelitian Kedudukan Hukum Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN)

1. Bagaimana pengaturan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dalam

Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004?

2. Bagaimana kedudukan hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional?

3. Bagaimana pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin melalui

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)?

Theo Patra Silaban (2015), dengan judul penelitian Analisis Yuridis

(10)

Nomor 87 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan.

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bentuk Penyelenggara Pengawasan Program Jaminan Sosial Kesehatan.

2. Ketentuan Monitoring dan Evaluasi Program Jaminan Sosial Kesehatan.

3. Akibat Hukum yang Ditimbulkan dalam Penyalahgunaan Pengelolaan Aset

BPJS Kesehatan.

M. Wahyu Ravicky (2015), Pertanggungjawaban YuridisBPJS Kesehatan

Tentang Penolakan Rumah SakitTerhadap Peserta Program BPJS menurut

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaturan tentang Badan Penyelengggara Jaminan Sosial

Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap program peserta BPJS terkait

penolakan untuk memberikan pelayanan kesehatan?

3. Bagaimanakah pertanggungjawaban yuridis BPJS Kesehatan tentang

penolakan rumah sakit terhadap masyarakat peserta program BPJS menurut

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS?

Oleh karena itu, secara umum berdasarkan penelusuran kepustakaan dapat

dikatakan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu.

Walaupun demikian, studi-studi terdahulu jelas sangat bermanfaat bagi penelitian

ini dan besar kemungkinan pada bagian tertentu penelitian ini juga merupakan

(11)

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Jaminan sosial

Jaminan sosial berasal dari kata social dan security. Security diambil dari

Bahasa Latin “se-curus” yang bermakna “se” (pembebasan atau liberation) dan

“curus” yang berarti (kesulitan atau uneasiness). Sementara itu, kata “social”

menunjuk pada istilah masyarakat atau orang banyak (society). Dengan demikian,

jaminan sosial secara harfiah adalah “pembebasan kesulitan masyarakat” atau

“suatu upaya untuk membebaskan masyarakat dari kesulitan”.12

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS menyebutkan

jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.13

Imam Soepomo, jaminan sosial adalah pembayaran yang diterima oleh

pihak buruh diluar kesalahannya jika tidak melakukan pekerjaan, jadi menjamin

kepastian pendapatan (income security) dalam hal buruh kehilangan upahnya

karena alasan diluar kehendaknya.14Menurut M. Bar”I dalam Ahmad Subianto

pengertian Jaminan Sosial yaitu:15

12

Edi Suharto, Konsepsi Dan Strategi Jaminan Sosial, http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_09.html (diakses 12Februari 2016).

13

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), pasal 1 ayat (2).

14

Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan(Jakarta: Djambatan, 2001), hlm. 136.

15

M. Bar”I dalam Ahmad Subianto, Sistem Jaminan Nasional, 2004, hlm 213.

“Setiap usaha untuk mencegah dan

mengatasiketerbelakangan, ketergantungan, keterlantaranperlindungan terhadap

putusnya hubungan kerja,jaminan hari tua, jaminan terhadap keluarga yang

ditinggalkan dan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat yang diatur dengan

(12)

2. Sistem jaminan sosial nasional.

Pasal 1 ayat 2 UU SJSNmenyatakan bahwa SJSN adalahsuatu tata cara

penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara

jaminan sosial. SJSN merupakan sistem penyelenggaraan program negara dan

pemerintah untuk memberikan perlindungan sosial, agar setiap penduduk dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, menuju terwujudnya kesejahteraan

sosial bagi seluruh penduduk Indonesia. Jaminan sosial diperlukan apabila terjadi

hal-hal yang tidak dikehendaki yang dapat mengakibatkan hilangnya atau

berkurangnya pendapatan seseorang, baik karena memasuki usia lanjut atau

pensiun, maupun karena gangguan kesehatan, cacat, kehilangan pekerjaan dan

lain sebagainya.16

3. BPJS Kesehatan

Sistem jaminan sosial nasional disusun dengan mengacu pada

penyelenggaraan jaminan sosial yang berlaku universal dan telah diselenggarakan

oleh negara-negara maju dan berkembang sejak lama. Penyelenggaraan jaminan

sosial di berbagai negara memang tidak seragam, ada yang berlaku secara

nasional untuk seluruh penduduk dan ada yang hanya mencakup penduduk

tertentu untuk program tertentu

Badan penyelenggara jaminan sosial merupakan badan hukum publik yang

dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS

Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang

dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan

kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta

16

(13)

memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.17

BPJS Kesehatan adalah program SJSN yang di khususkan untuk

pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia yang menitikberatkan kepada

pemerataan pelayanan kesehatan.18

F. Metode Penelitian

1. Spesifikasi penelitian

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur

penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika

keilmuan hukum dari sisi normatifnya.19

b. Sifat penelitian

Metode pendekatan yang

digunakan penelitian normatif ini menggunakan metode pendekatan

yuridis normatif, yaitu meneliti norma-norma hukum hukum nasional

yang berlaku terkait dengan peran BPJS Kesehatan menurut UU SJSN.

Penelitian yang digunakan bersifat deskriptif. Penelitian yang bersifat

deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan,

17

Kementrian Kesehatan RI, Buku Saku FAQ (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan (Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2013), hlm. 1-5.

18

Suryani Risqi Amaliyah, “Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Bagi Pekerja Setelah Transformasi Kelembagaan Jamsostek Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial(BPJS)”, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar , 2014, hlm 19.

19

(14)

menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu peraturan

hukum.20

2. Data penelitian

Dengan demikian dalam penelitian ini tidak hanya ditujukan

untuk mendeskripsikan gejala-gejala atau fenomena-fenomena hukum

yang terkait dengan kedudukan hukum badan penyelenggara jaminan

sosial kesehatan dalam sistem jaminan sosial nasional, akan tetapi lebih

ditujukan untuk menganalisis fenomena-fenomena hukumtersebut dan

kemudian mendeskripsikannya secara sistematis sesuai dengan

kaidah-kaidah penulisan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu berupa data atau

informasi hasil penelaahan dokumen penelitian serupa yang pernah dilakukan

sebelumnya, bahan kepustakaan seperti buku-buku, literatur, koran, majalah,

jurnal ataupun arsip-arsip yang sesuai dengan penelitian yang akan dibahas, yang

meliputi:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum yang bersifat mengikat seperti undang-undang, perjanjian

inernasional, dan lain-lain, yang dalam penelitian skripsi ini terdiri dari

berbagai peraturan hukum yang berkaitan dengan peran BPJS Kesehatan

dalam sistem jaminan sosial nasional menurut UU SJSN. Bahan yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti berbagai

tulisan, jurnal dan buku-buku yang dianggap berkaitan dengan pokok

permasalahan yang akan diangkat yaitu UUD 1945, UU SJSN, UU BPJS,

20

(15)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012

Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

b. Bahan hukum sekunder

Merupakan bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti kamus umum, dan kamus hukum sepanjang memuat informasi

yang relevan dengan materi penelitian ini.

c. Bahan hukum tertier

Merupakan bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti kamus umum, dan kamus hukum sepanjang memuat informasi

yang relevan dengan materi penelitian ini.

3. Alat pengumpulan data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau

doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan objek penelitian ini yang dapat berupa peraturan

perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya ilmiah lainnya.21

4. Analisis data

Analisis data secara kualitatif, yakni suatu bentuk analisa yang tidak bertumpu

pada angka-angka melainkan pada kalimat-kalimat. Bahan hukum yang diperoleh

akan dipilah-pilah, dikelompokkan dan disusun sedemikian rupa sehingga

21

(16)

menjadi suatu rangkaian yang sistematis yang akan dipergunakan untuk

membedah dan menganalisis permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini melalui

interpretasi dan abstraksi bahan-bahan hukum yang tersedia. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir deduktif induktif yaitu

dilakukan dengan teori yang digunakan dijadikan sebagai titik tolak untuk

melakukan penelitian. Dengan demikian teori digunakan sebagai alat, ukuran dan

bahkan instrumen untuk membangun hipotesis, sehingga secara tidak langsung

akan menggunakan teori sebagai pisau analisis dalam melihat masalah.

G. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan pemahaman atas isi dari skripsi ini, penulis membuat

sistematika pembahasan secara teratur yang semuanya mempunyai hubungan

eratsatu dengan yang lain. Dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan sejumlah

sub

bab. Adapun sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan,

metode penulisan dan sistematika penulisan

BAB II PENGATURAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

Bab ini berisikan sistem jaminan sosial nasional sebagai amanat

Pasal 28H dan 34 UUD 1945, pengaturan Sistem Jaminan Sosial

Nasional dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 dan

(17)

BAB III PERAN BPJS KESEHATAN DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

Bab ini berisikan bentuk kelembagaan BPJS Kesehatan, peran

BPJS Kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional menurut

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional dan kepesertaan BPJS Kesehatan.

BAB IV TANGGUNG JAWAB PELAYANAN BPJS KESEHATAN

DALAM PERLINDUNGAN PASIEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011

Bab ini berisikan pelayanan BPJS Kesehatan menurut

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 dan tanggung jawab pelayanan

BPJS Kesehatan dalam perlindungan pasien menurut

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 serta kendala BPJS Kesehatan

untuk memberikan pelayanan dalam kerangka perlindungan pasien.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran yang

direkomendasikan penulis berdasarkan kesimpulan penelitian yang

Referensi

Dokumen terkait

3 kunci ini menuntut penerapan teknologi yang canggih dan tepat yang tentunya akan berimplikasi pada penggunaan akuntansi manajemen dan akuntansi biaya yang

Peluang emprik merupakan rasio dari hasil yang dimaksud dengan semua hasil yang mungkin pada suatu eksprimen lebih dari satu.Dalam suatu percobaan dimana setiap hasil memunyai

Efek berkelanjutan (multilier effect) dari pembentukan karakter positif anak akan dapat terlihat, seperti yang digambarkan oleh Jan Wallander, “Kemampuan sosial dan emosi pada

(1) how lexical density progresses among and within the selected English textbooks, (2) how lexical variation progresses among and within the selected English

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (SP-DIPA) Petikan Unit Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Badan

Gereja di dalam tangan Tuhan adalah alat penyelamatan semua orang (LG 9) sakramen keselamatan bagi semua orang (LG 48), Yang oleh Kristus menyatakan cinta Allah kepada

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (SP-DIPA) Petikan Unit Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Badan

Pada program ini banyak menampilkan mengenai view-view tampilan untuk membuat partitur, mengatur tempo, mengimport audio visual dan sebagainya. Aplikasi ini dapat mempermudah