• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efek Analgesi Infiltrasi Morfin 10 Mg Dan Bupivakain 0.5% 2mg Kgbb Pada Pasca Bedah Sesar Dengan Teknik Anestesi Spinal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Efek Analgesi Infiltrasi Morfin 10 Mg Dan Bupivakain 0.5% 2mg Kgbb Pada Pasca Bedah Sesar Dengan Teknik Anestesi Spinal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini, melahirkan dengan bedah sesar semakin sering dilakukan. Oleh

karena itu, segala kemajuan yang dapat menghilangkan nyeri pasca bedah

sesar, sangat layak untuk dipelajari lebih lanjut.1

Di negara berkembang, sekitar 30% dari penyebab dilakukannya

operasi bedah sesar adalah karena operasi sebelumnya, 30% karena distosia,

11% karena bentuk bokong dan 10% karena kondisi janin yang gawat. Pada

beberapa negara di Amerika Selatan, 80% dari angka dilakukan dengan

operasi bedah sesar, beberapa diantaranya karena alasan medis dan

fisiologis.2

Dibandingkan dengan anestesi regional, anestesi umum menawarkan

efek kerja obak yang lebih cepat dan tepat, lebih mudah mengontrol jalan

nafas, rasa nyaman pada wanita hamil yang takut dengan jarum suntik, dan

meminimalkan kemungkinan untuk terjadinya efek hipotensi. Anestesi umum

juga dapat mengatasi permasalahan yang dijumpai pada kejadian perdarahan

hebat karena plasenta previa akreta. Kematian pada anestesi umum biasanya

berhubungan dengan permasalahan jalan nafas seperti pneumonitis aspirasi,

ketidakmampuan untuk melakukan ventilasi, dan intubasi.3

Sementara itu, keuntungan anestesi regional adalah kurangnya

paparan obat yang menyebabkan depresi pernafasan, penurunan resiko

aspirasi (masuknya cairan lambung ke dalam paru-paru), ibu yang sadar saat

kelahiran bayinya, dan pilihan menggunakan opioid spinal sebagai

penghilang nyeri pasca bedah sesar. Kematian pada anestesi regional

biasanya berhubungan dengan penyebaran blokade dermatom yang

berlebihan atau toksisitas obat anestesi lokal. Anestesi regional telah menjadi

teknik pilihan karena anestesi umum memberikan resiko morbiditas dan

(2)

Penghilang nyeri pasca bedah sesar yang memadai dan cepat adalah

komponen penting agar kondisi si ibu pasca bedah sesar lebih nyaman dan

emosinya lebih positif. Nyeri pasca bedah menyebabkan efek fisiologis yang

bermanifestasi pada beberapa sistem organ seperti hipoventilasi, atelektasis,

pneumonia, keadaan hiperkoagulan yang disebabkan oleh stress dan

meningkatnya insiden deep venous thrombosis.4

Manajemen nyeri pasca bedah yang tepat dapat meningkatkan

kenyamanan pasien, penurunan morbiditas perioperatif, dan penurunan biaya,

dengan cara memangkas lamanya waktu yang dihabiskan pada unit pasca

bedah, unit perawatan intensif dan rumah sakit. Nyeri yang tidak terkontrol

dapat mempengaruhi fungsi seperti mobilisasi dan upaya untuk mendapatkan

asupan nutrisi agar dapat menyusui, karena kedekatan ibu dan bayinya yang

lebih awal dapat mempengaruhi kemampuan ibu untuk merawat bayinya

secara optimal segera setelah periode melahirkan. Penghilang nyeri yang

berkualitas sangat penting setelah melahirkan untuk membantu proses

penyembuhan yang lebih cepat dan mengoptimalkan kemampuan ibu untuk

merawat bayinya yang baru lahir. Manajemen nyeri yang tidak mumpuni

dapat memberikan efek negatif pada perkembangan awal bayi normal dengan

mempengaruhi kegiatan perawatan bayi secara dini seperti menyusui.

Regimen analgetik yang ideal pasca bedah sesar adalah yang murah dan

mudah dilakukan sehingga meminimalkan beban kerja perawat.4

Obat nonopioid ataupun obat opioid dapat digunakan dengan segera

pasca operasi bedah sesar. Pada pasien yang mendapat anestesi regional

untuk bedah sesarnya, pemberian obat nonopioid oral dan atau opioid dengan

jumlah tertentu biasanya dapat memberikan analgesi yang cukup pasca bedah

sesar. Sedangkan pada pasien yang mendapatkan anestesi umum untuk bedah

sesarnya, pemberian analgetik parenteral biasanya dibutuhkan segera sebagai

analgesi pasca bedah sesar. Obat nonopioid dapat memberikan efek analgesi

yang sama efektifnya tanpa efek samping yang tidak diinginkan dari obat

(3)

Obat Opioid yang paling sering digunakan saat ini adalah morfin

karena proses analgesinya yang cepat dan spontan, hingga durasi kerjanya

yang sesuai. Reseptor opioid disintesa dan meningkat jumlahnya pada saraf

sensoris baik pada sentral maupun perifer, sedangkan opioid endogen yang

berikatan dengan reseptor ini menyebabkan penurunan rangsangan aferen

serat saraf.5

Cara terbaik untuk mengurangi nyeri adalah dengan memberikan obat

anti nyeri yang langsung bekerja pada perlukaan. Dengan demikian, anestesi

lokal yang disuntikkan secara langsung pada perlukaan adalah hal terbaik

untuk mengurangi nyeri pasca operasi.6 Anestesi lokal telah digunakan

sebagai modal dasar untuk mengurangi nyeri pasca operasi. Sedangkan

anestesi infiltrasi diberikan pada daerah operasi sebelum perlukaan akan

ditutup, atau dilakukan melalui teknik penyuntikan berkesinambungan di

tempat perlukaan.1

Saat ini mulai banyak penelitian tentang penggunaan infiltrasi opioid

pada daerah perlukaan operasi pasien bedah sesar.7 Opioid dapat

menimbulkan efek analgesia melalui mekanisme perifer. Reseptor opioid

berada di jaringan saraf perifer, tepatnya terletak di bagian terminalnya.

Jaringan saraf perifer dari reseptor opioidnya termasuk jenis yang tipis, yang

bisa terdapat lapisan mielinnya atau tidak. Reaksi inflamasi mungkin dapat

menyebabkan penambahan jumlah reseptor opioid perifer, ketebalannya

bertambah dalam hitungan menit sampai jam setelah reaksi inflamasi

dimulai. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa mekanisme kerja

opioid mungkin dapat digunakan untuk mengatasi nyeri melalui mekanisme

perifer.8

Hampir semua obat opioid dapat diberikan secara subkutan, obatnya

termasuk: morfin, diamorphine, oxycodone, pethidine, fentanyl, dan

tramadol. Morfin yang diberikan secara subkutan dapat menjadi metode yang

sangat efektif dalam manajemen nyeri pasca bedah. Beberapa keuntungan

dari pemberian subkutan adalah: pemberian volume obat yang kecil untuk

(4)

lebih efisien, perasaan tidak nyaman lebih sedikit (dikarenakan peregangan

jaringan dan nyeri yang terjadi pada pemberian intramuskular dan intravena),

dan berkurangnya resiko infeksi.9,10

Berikut akan dipaparkan beberapa penelitian dengan menggunakan

obat anestesi lokal atau opioid yang disuntikan di sekitar perlukaan untuk

mengurangi nyeri pasga operasi.

Nejad dkk (2013) melakukan penelitian uji klinis acak tersamar ganda

pada 70 wanita hamil dengan bedah sesar elektif di bawah anestesi umum,

insisi bedah sesar dengan panjang yang sama, dan untuk insisi yang lebih

panjang diberikan obat terkait sesuai panjangnya insisi. Setelah dipastikan

ujung jarum tidak mengenai vena, dengan melakukan aspirasi, 10 ml rasemik

bupivacaine 0.5% dengan epinefrin 1:200.000 disuntikkan pada rektus fasia

pada saat menutup dinding abdomen pada grup kasus dan 10 ml cairan

fisiologis pada grup kontrol, kemudian 10 ml dari obat yang sama

disuntikkan secara subkutan pada daerah insisi. Penggunaan rasemik

epinefrin, jumlah obat dan area penyuntikan sama pada kedua grup. Hasilnya

secara umum pada grup kasus (bupivakain) rata-rata tingkatan nyeri pasca

bedah sesar lebih sedikit dibandingkan dengan grup kontrol (cairan fisiologis)

dan tampak perbedaan yang signifikan pada kedua grup. Mempertimbangkan

hasil yang dicapai pada penelitian yang dilakukan, dan penelitian sejenis

lainnya dapat disimpulkan bahwa injeksi infiltrasi lokal bupivakain pada

insisi bedah sesar dapat mengurangi nyeri pasca bedah sesar.11

Pada tahun 2012, Jabalameli dkk meneliti perbandingan efek analgesi

dari infiltrasi lokal pethidin 50 mg, tramadol 40 mg, bupivakain 0.25% 0.7

mg/kgBB dan kontrol (saline 20 ml) yang diberikan pada saat kulit akan

ditutup. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada grup pethidin dan

tramadol nilai skala nyerinya lebih rendah dibandingkan dengan grup

bupivakain dan kontrol.12

Onutu dkk melakukan infiltrasi lokal pada perlukaan operasi setelah

(5)

arthroplasty pada tahun 2012. Dari hasil penelitian ini terdapat temuan

bahwa total konsumsi morfin berkurang selama 6 dan 24 jam pasca operasi.13

Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mehta dkk (2011).

Mereka membandingkan bupivakain 0,5% (2mg/kgBB) dengan bupivakain

0,5% (2mg/kgBB) + buprenorfin (2uq/kgBB), yang diinfiltrasi pada subkutis

saat kulit akan ditutup, pada pasien operasi nefrektomi. Hasil penelitian ini

menyatakan, durasi waktu pemberian obat analgetik karena nyeri yang

dirasakan pertama kali pasca operasi lebih lama pada kelompok yang obat

anestesi lokal diberikan tambahan buprenorfin dibandingkan dengan yang

tidak diberikan obat tambahan. Penambahan buprenorfin pada bupivakain

memberikan waktu yang lebih lama hingga pemberian analgetik berikutnya,

dan mengurangi jumlah total penggunaan obat analgetik selama 24 jam. Hal

ini juga mendukung pembuktian bahwa adanya reseptor opioid perifer.14

Chander dkk (2011) melakukan penelitian pada operasi abdomen

dengan membandingkan bupivakain 0,5% (2mg/kgBB) dengan bupivakain

0,5% (2mg/kgBB) + fentanyl 25 ug yang diberikan dengan infiltrasi lokal

pada subkutis pada saat akan menutup kulit. Penelitian ini menunjukkan

terjadinya pengurangan penggunaan analgetik pada periode pasca operasi,

sehingga memberikan efek analgesi pasca operatif yang lebih baik.15

Karaman dkk (2010) melakukan penelitian dengan memberikan

analgetik intraperitonial pada akhir operasi ginekologi perlaparaskopi.

Hasilnya adalah nilai nyeri dan kebutuhan analgesik pasca operasi pada jam

pertama di grup yang diberikan ropivacain 0.7% 3 mg/kgBB dan meperidine

50 mg secara signifikan lebih rendah dibandingkan pada grup ropivacain

0.75% 3 mg/kgBB dan grup kontrol (saline 20 mL).16

Al-Hakim dkk (2009) meneliti antara 20 mL dari 0.5% bupivakain

dengan 20 mL cairan fisiologis, yang disuntikkan pada jaringan subkutikuler

(6)

obat analgetik tambahan pasca bedah sesar secara signifikan lebih rendah

pada kelompok yang diberikan infiltrasi bupivakain.17

Kumar dkk (2006) melakukan penelitian pada pasien dengan open

cholesistectomy dengan membandingkan kombinasi lignokain 0.5% 10 ml

dengan fentanyl 25 ug dan lignokain 0.5% 10 ml + fentanyl 25 ug untuk

infiltrasi perlukaan operasi pada saat kulit akan ditutup. Dari hasil penelitian

ini ternyata kelompok lignokain 0.5% 10 ml + fentanyl 25 ug dapat

memberikan analgesia pasca operasi yang lebih baik. Kelompok tersebut

mengurangi konsumsi obat analgesik pasca operasi dan membuat fungsi paru

lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang lain.18

Inflitrasi perlukaan adalah metode analgesia pasca operasi yang biasa

digunakan dengan regimen tunggal atau kombinasi obat analgesi. Metode ini

dikembangkan untuk meningkatkan analgesia pasca operasi, mengurangi

penggunaan opioid dan mempercepat proses kesembuhan pasien.19

Nyeri yang terjadi pasca operasi bedah sesar adalah nyeri yang

bersifat somatik dan visceral. Nyeri somatik dirasakan dari daerah sayatan

operasi yang bersifat tajam dan menusuk serta diketahui secara pasti

darimana nyeri berasal. Sedangkan nyeri viseral adalah nyeri yang berasal

dari organ dalam (uterus) yang bersifat tumpul dan menyebar (kadang nyeri

hingga ke punggung belakang), serta tidak diketahui secara pasti darimana

nyeri berasal. Oleh karena itu nyeri yang dirasakan oleh pasien dapat

dibedakan secara pasti, apakah bersifat somatik atau viseral. Dengan

menanyakan jenis nyeri dan lokasinya, tentu saja hal ini juga termasuk yang

akan dinilai dalam penelitian ini. Karena operasi bedah sesar tidak hanya

mengenai perlukaan sayatan operasi pada kulit tetapi juga mengenai

perlukaan sayatan operasi pada uterus, sehingga pemberian analgetik pasca

bedah sesar dapat menghilangkan nyeri yang terjadi pada setiap lapisan.

Dari beberapa penelitian di atas, tidak ada yang menyebutkan jenis

(7)

dalam jenis nyeri yang mana. Padahal harus diketahui secara pasti apakah

nyeri yang dialami ataupun yang dihilangkan itu merupakan nyeri somatik

dan/atau nyeri viseral, karena nyeri akut pasca bedah sesar yang tidak

ditangani secara menyeluruh dapat menyebabkan terjadinya nyeri kronik

pasca bedah sesar.

Selanjutnya dapat disimpulkan juga, ternyata opioid dapat digunakan

untuk mengurangi nyeri pasca operasi yang diberikan dengan metode

infiltrasi di daerah sayatan, baik dalam penggunaan opioid tunggal ataupun

dikombinasikan dengan anestesi lokal. Sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang penggunaan infiltrasi morfin 10 mg

dibandingkan dengan bupivakain 0.5% 2mg/kgBB yang diberikan sesaat

sebelum kulit akan ditutup pada pasien bedah sesar dengan teknik anestesi

spinal.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas ternyata menghilangkan nyeri adalah

komponen penting dalam pasca bedah sesar yang berhubungan dengan

kenyamanan pasien dan penurunan morbiditas perioperatif. Dengan

demikian, masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah ada perbedaan dari pemberian morfin 10 mg secara infiltrasi

lokal dibandingkan dengan bupivakain 0.5% 2mg/kgBB secara infiltrasi lokal

dalam menghilangkan nyeri pada pasien pasca bedah sesar dengan teknik

anestesi spinal yang diberikan sesaat sebelum kulit akan ditutup.

1.3. Hipotesa

Ada perbedaan dari pemberian morfin 10 mg secara infiltrasi lokal

dibandingkan dengan bupivakain 0.5% 2mg/kgBB secara infiltrasi lokal

dalam menghilangkan nyeri pada pasien pasca bedah sesar dengan teknik

(8)

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk membandingkan efek analgesi dari infiltrasi lokal morfin 10 mg

dengan bupivakain 0.5% 2mg/kgBB pada pasca bedah sesar di bawah

teknik anestesi spinal.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui seberapa banyak sampel yang membutuhkan

analgetik tambahan pada pasien yang mendapat Morfin 10 mg

infiltrasi lokal, dalam upaya menghilangkan nyeri pasca bedah sesar

dengan anestesi spinal, dalam waktu 2 x 24 jam.

2. Untuk mengetahui seberapa banyak sampel yang membutuhkan

analgetik tambahan pada pasien yang 0.5% 2mg/kg BB infiltrasi

local, dalam upaya menghilangkan nyeri pasca bedah sesar dengan

anestesi spinal, dalam waktu 2 x 24 jam.

3. Untuk mengetahui efek samping pada sampel yang mendapat

Morfin 10 mg infiltrasi lokal, dalam upaya menghilangkan nyeri

pasca bedah sesar dengan anestesi spinal, dalam waktu 2 x 24 jam.

4. Untuk mengetahui efek samping pada sampel yang mendapat

Bupivakain 0.5% 2mg/kg BB infiltrasi local, dalam upaya

menghilangkan nyeri pasca bedah sesar dengan anestesi spinal,

dalam waktu 2 x 24 jam.

5. Untuk mengetahui jenis nyeri yang dirasakan sampel yang

mendapat Morfin 10 mg infiltrasi lokal pada pasca bedah sesar

dengan anestesi spinal dalam waktu 2 x 24 jam.

6. Untuk mengetahui jenis nyeri yang dirasakan sampel yang

mendapat Bupivakain 0.5% 2mg/kg BB infiltrasi lokal pasca bedah

(9)

7. Untuk mengetahui efek morfin 10 mg infiltrasi local, dalam

menghilangkan nyeri pasca bedah sesar dengan anestesi spinal,

dengan menggunakan skala penilaian nyeri (VAS) dalam waktu 2 x

24 jam.

8. Untuk mengetahui efek bupivakain 0.5% 2mg/kg BB infiltrasi lokal,

dalam menghilangkan nyeri pasca bedah sesar dengan anestesi

spinal dengan menggunakan skala penilaian nyeri (VAS), dalam

waktu 2 x 24 jam.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1.Manfaat Dalam Bidang Akademik

1. Sebagai sumber informasi dan bahan referensi bagi penelitian

selanjutnya.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan

acuan untuk meningkatkan pelayanan manajemen nyeri pasca

bedah.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

terutama ilmu anestesi.

1.5.2.Manfaat Dalam Bidang Penelitian

1. Sebagai data untuk penggunaan jenis dan dosis obat yang efektif

dengan metode infiltrasi lokal sebagai analgetik pasca bedah.

2. Sebagai data untuk penelitian lanjutan dengan menggunakan dosis

obat yang berbeda atau dengan kombinasi yang berbeda pula.

1.5.3.Manfaat Dalam Bidang Pelayanan Masyarakat

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kenyamanan

pasca bedah yang lebih baik.

2. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat mengurangi biaya (cost

(10)

3. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat mengurangi efek samping

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka penyusunan Tugas Akhir mahasiswa Departemen Matematika FMIPA USU Medan, kami mengharapkan kesediaan Saudara memberikan kesempatan kepada mahasiswa

The VECM methodology applied in this work is expected to establish in clear terms the stable long-run relationship between foreign trade and exchange rate in Nigeria, to

satisfaction index and employee engagement, include comparative performance achievement, before and after the implementation of development programs.

The dimensions of service quality analyzed in Alfamart Abdurrahman Saleh Bandung City are: (1) Tangible/physical evidence, consists of indicators like completeness of service tool

Multi Konstruksi, kemudian mempelajari proses pengendalian kualitas produk yang dihasilkan perusahaan dengan menggunakan peta kontrol c, dan juga mengetahui kapabilitas perusahaan

Pemilihan Jurusan / Program sesuai minat

Di dalam laporan kerja praktek ini akan membahas tentang perbandingan efisiensi antara transformator tiga fasa yang biasa dipakai dalam keadaan pembebanan normal dengan transformator

(2) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang membuang limbahnya ke laut, wajib memenuhi persyaratan mengenai baku mutu air laut, baku mutu limbah cair, baku mutu emisi