• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Badan Pengusahaan Batam Dalam Upaya Meningkatkan Penanaman Modal Di Batam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan Badan Pengusahaan Batam Dalam Upaya Meningkatkan Penanaman Modal Di Batam"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era global pembangunan hukum ditandai dengan kecenderungan tuntutan

kebutuhan pasar yang dewasa ini semakin mengglobal. Dalam kondisi seperti

sekarang, produk-produk hukum yang dibentuk lebih banyak bertumpu pada

keinginan pemerintah karena tuntutan pasar. Tuntutan kebutuhan ekonomi telah

mampu menimbulkan perubahan-perubahan yang amat fundamental baik dalam

hal fisik maupun sosial politik dan budaya yang mampu melampaui

pranata-pranata hukum yang ada. Produk hukum yang ada lebih mengarah pada upaya

untuk memberi arahan dalam rangka menyelesaikan konflik yang berkembang

dalam kehidupan ekonomi.1 Pembangunan hukum yang tertuju pada kehidupan

perekonomian saat ini harus mampu mengarah dan memfokuskan pada

aturan-aturan hukum yang diharapkan mampu memperlancar roda dinamika ekonomi dan

pembangunan yang tidak melepaskan diri dari sistem demokrasi ekonomi dengan

mengindahkan akses rakyat untuk mencapai efisiensi dan perlindungan

masyarakat golongan kecil.

Adam Smith melahirkan ajaran mengenai keadilan (justice), yang

menyatakan bahwa tujuan keadilan adalah untuk melindungi dari kerugian (the

end of justice is to secure from injury). Ajaran Smith tersebut menjadi dasar

hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara hukum dan ekonomi, dan antara

ekonomi dengan politik sehingga mempunyai hubungan yang erat, dan kemudian

1

(2)

dikenal dengan istilah ekonomi-politik (political economy).2 Salah satu tujuan dari

ekonomi-politik adalah menyediakan sejumlah daya bagi negara atau pemerintah

agar mampu menjalankan berbagai tugas dan fungsinya dengan baik.

Ekonomi-politik berusaha untuk merumuskan bagaimana memakmurkan rakyat dan

pemerintah sekaligus. Globalisasi mengakibatkan eksistensi hukum dipandang

penting karena perubahan di berbagai bidang menuntut adanya norma atau rule of

law dapat memberikan arahan pada cita-cita mulia sebagaimana pertama kali ide

liberalisasi perdagangan lahir yang menghendaki adanya pemerataan ekonomi dan

meningkatkan kesejahteraaan masyarakat dunia yang selama ini dianggap tidak

adil akibat praktik kolonialisme.

David M. Trubek (Guru Besar dari University of Wisconsin) menyatakan

bahwa rule of law merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi

dan akan memberikan dampak yang luas bagi reformasi sistem ekonomi di

seluruh dunia berdasarkan pada teori apa yang dibutuhkan untuk pembangunan

dan bagaimana peranan hukum dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi merupakan hal yang sangat penting dicapai karena setiap negara

menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih baik dan ini

akan menjadi indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Dalam

hal mempercepat pertumbuhan ekonomi ada banyak hal yang menjadi jalan keluar

agar dapat memacu percepatan tersebut, mulai dari melakukan pembenahan

internal kondisi perekonomian di suatu negara bahkan sampai melakukan

kerjasama internasional dalam segala bidang untuk dapat memberikan kontribusi

positif demi percepatan pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa faktor yang

2

(3)

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu faktor sumber daya manusia, faktor

sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya dan

faktor daya modal.

Berkaitan dengan faktor daya modal, pada umumnya persoalan utama

yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam

pembangunan ekonominya adalah kurang tersedianya modal (capital). Salah satu

upaya yang dilakukan adalah dengan pengembangan di bidang penanaman modal

karena secara ekonomi penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan

produksi, sehingga penanaman modal pada hakikatnya merupakan langkah awal

kegiatan pembangunan ekonomi.3 Modal memiliki peran yang sangat penting bagi

pertumbuhan perekonomian suatu negara untuk mengembangkan potensi

kekayaan sumber daya alam yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal.

Setiap penanaman modal akan memberikan kontribusi yang besar bagi

pertumbuhan ekonomi sebuah negara karena penanaman modal akan mendorong

berkembangnya aktivitas perekonomian secara keseluruhan.4

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas keseluruhan kurang

lebih 1.990.250 . Wilayah Indonesia yang demikian luasnya tentunya

menyimpan potensi kekayaan alam yang sangat besar, baik di darat maupun di

laut. Potensi kekayaan alam tersebut untuk memanfaatkan berbagai kegiatan

pembangunan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya

pertumbuhan dan perkembangan industri perikanan, perhubungan laut,

pertambangan, pertanian, energi, pariwisata dan sebagainya sehingga diperlukan

3Nasrianti, ―

Kewenangan Pemberian Persetujuan dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal‖ (Tesis Universitas Sumatera Utara, 2008), hlm.1.

4

(4)

modal yang cukup untuk mengembangkan potensi kekayaan sumber daya alam.

Indonesia dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)

Tahun Anggaran 2015 membutuhkan dana investasi Rp778,3 triliun5 untuk

mendanai pembangunan nasional, dimana sebesar 79.7% diantaranya diharapkan

berasal dari masyarakat, termasuk swasta dan asing. Namun Badan Koordinasi

Penanaman Modal (selanjutnya disebut BKPM) mencatat realisasi investasi tahun

2015 hanya sebesar Rp545,4 triliun walaupun nilai ini meningkat 17,8%

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.6 Berdasarkan hal tersebut,

maka masih diperlukan pembenahan kebijakan dasar penanaman modal agar

penanaman modal di Indonesia dapat mencapai target dan mampu mendanai

pembangunan nasional.

Adanya kebijakan dasar penaman modal akan sejalan dengan salah satu

tujuan pembentukan pemerintahan negara yakni untuk memajukan kesejahteraan

umum. Amanat tersebut telah dijabarkan dalam ketentuan Pasal 33

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD RI

1945) dan sekaligus merupakan amanat konstitusi yang mendasari pembentukan

seluruh peraturan perundang-undangan di bidang perekonomian. Konstitusi

mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional harus berdasarkan prinsip

demokrasi yang mampu menciptakan terwujudnya kedaulatan ekonomi Indonesia.

Keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan

dimantapkan lagi dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik ekonomi dalam rangka

demokrasi ekonomi sebagai sumber hukum materil. Berkaitan dengan hal

5

Dana investasi Pemerintah, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015, hlm.195.

6

(5)

tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan

perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, kapasitas dan kemampuan teknologi

nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan

kesejateraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing.7

Sejak Januari 2001, Negara Indonesia memulai babak baru

penyelenggaraan pemerintah. Otonomi daerah dilaksanakan di seluruh Daerah

Tingkat II kota dan kabupaten. Hampir seluruh kewenangan pemerintah pusat

diserahkan pada daerah kecuali lima bidang, yaitu politik luar negeri, pertahanan,

keamanan, peradilan, moneter dan fiskal nasional, serta agama.8 Dalam

menyerasikan kewenangan pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi dan

pemerintah kota/ kabupaten, pembentuk undang-undang mencoba menyusunnya

berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud berdasarkan eksternalitas,

akuntabilitas dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan

antarsusunan pemerintahan.9 Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut UU Pemda) disebutkan bahwa

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah terdiri atas

urusan wajib dan urusan lain. Salah satu tugas yang menjadi urusan wajib

pemerintah daerah dalam Pasal 10 ayat (1) butir n UU Pemda, urusan wajib yang

menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skala

provinsi yang meliputi pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas

kabupaten/ kota. Dalam Pasal 11 ayat (2) huruf (l) UU Pemda disebutkan bahwa

7

Ibid., hlm.63. 8

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), hlm.113.

9

(6)

urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi

bidang penanaman modal.10 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UUPM) pada Bab XII, Pasal 27

ayat (1) dinyatakan sebagai berikut :

Pemerintah mengoordinasikan kebijakan penanaman modal, baik koordinasi

antarinstansi pemerintah, antara instansi pemerintah dengan Bank Indonesia,

antara instansi pemerintah dengan daerah, maupun antar pemerintah daerah.

Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur

dan mengurus diri sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan

asas otonomi daerah dan tugas pembantuan atau dekonsentrasi. Untuk itu, dalam

rangka penyelenggaraan penanaman modal diatur mengenai penyelenggaraan

urusan penanaman modal.11 Oleh karena itu dengan diberikannya kewenangan

kepada pemerintah daerah mengurus daerahnya secara otonom termasuk di

antaranya memberikan insentif kepada investor, perlu menciptakan peluang

investasi yang memadai tidak hanya sarana fisik, tetapi juga non fisik misalnya

diterbitkannya peraturan daerah yang selanjutnya disebut perda dapat dijadikan

sebagai pemacu kehadiran investor.12

Kota Batam sebagai salah satu daerah yang menjalankan pelaksanaan

otonomi daerah merupakan kota yang berpotensi di Indonesia. Letak Pulau Batam

sangat strategis karena berada di dekat Selat Malaka yang menjadi jalur lintas

perdagangan yang teramai di dunia. Batam juga berada 20 dari

Singapura yang merupakan terminal pengiriman internasional kedua terbesar di

10

Pasal 12 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 11

Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm.255.

12

(7)

dunia dan menjadi pusat keuangan dunia dan tujuan wisata dunia. Letak Batam

juga dekat dengan Natuna yang merupakan ladang minyak dan gas terbesar dunia

dan relatif berada di tengah Kawasan Asia Tenggara yang merupakan kawasan

perdagangan bebas ASEAN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016.

Letak geografis Batam yang unik dan khusus menjadikan posisinya begitu sentral

karena dapat dijadikan sebagai pintu gerbang bagi arus masuk penanaman modal

dari luar negeri yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan rakyat

Indonesia.13Selain itu, dilihat dari potensi bahan baku, ketersediaan lahan industri,

tingkat pendapatan yang bersaing dan tenaga kerja, sarana dan prasarana, serta

keberadaan status Free Trade ZoneArea dimana pajak pertambahan nilai (PPN),

pajak atas penjualan barang mewah (PPnBM) dan cukai tidak berlaku lagi

menjadikan Batam sebagai lokasi yang strategis sehingga pengembangan usaha di

Batam mampu menawarkan iklim investasi yang berbeda dengan daerah lainnya.

Hal ini diharapkan dapat menjadi pendukung dan daya tarik untuk penanaman

modal di Batam.

Pertumbuhan ekonomi Batam pada tahun 2013 sebesar 8.39 % lebih tinggi

dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu Batam

dijadikan sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun bagi

Provinsi Kepulauan Riau. Adapun sektor penggerak ekonomi yang merupakan

nadi perekonomian Kota Batam meliputi sektor komunikasi, sektor listrik, air dan

gas, sektor perbankan, sektor industri dan alih kapal, sektor perdagangan dan jasa.

Produk yang dihasilkan tidak hanya merupakan konsumsi masyarakat Batam dan

Indonesia tetapi juga merupakan komoditi ekspor untuk negara lain.

13

(8)

Pada akhir tahun 2013, penanaman modal di Batam telah terakumulasi

total US $ 16,47 miliar dalam investasi yang terdiri dari investasi pemerintah dan

investasi swasta. Pemerintah berinvestasi dalam hal pembangunan infrastruktur.

Investasi swasta terdiri dari investasi domestik dan investasi asing. Lebih dari

1000 perusahaan asing yang beroperasi di Batam, sementara jumlah perusahaan

lokal kurang lebih 10.000 perusahaan.14

Secara konstitusional, acuan penyelenggaraan pemerintahan daerah

terdapat dalam Pasal 18 UUD NRI 1945. Pengaturan wewenang antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah diperjelas dalam Pasal 18A UUD NRI

1945. UUD NRI 1945 mengatur pula mengenai kekhususan dan keistimewaan

daerah-daerah di Indonesia. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 18B UUD NRI

1945 yaitu bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah

daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-

undang. Batam sebagai daerah yang memiliki kekhususan sebagai bagian dari

pemerintah daerah sekaligus daerah industri serta kawasan perdagangan bebas dan

pelabuhan bebas menempatkan Batam sebagai objek tunggal yang dikelola oleh 2

(dua) otoritas yang berbeda, yaitu Badan Pengusahaan Batam (selanjutnya disebut

BP Batam) dan Pemerintah Kota (selanjutnya disebut Pemko) Batam. Otonomi

Daerah di Batam bersifat asimetri15 karena tidak seragam dan memiliki

kekhususan atau keistimewaan dalam bidang perekonomian, pertanahan, dan

penataan ruang. Berdasarkan UU Pemda, Pemko Batam memiliki kewenangan

dalam penanaman modal di Batam. Namun, BP Batam yang merupakan otoritas

14

http://www.bpbatam.go.id/ini/Industri_economy/invest_guide.jsp (diakses pada tanggal 28 Januari 2016).

15Muhammad Sapta Murti, ―Urgensi otonomi khusus

(9)

pengembangan Batam juga memiliki peran penting dalam penanaman modal di

Batam.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi

dengan judul ―Kebijakan Badan Pengusahaan Batam Dalam Upaya Meningkatkan

Penanaman Modal Di Batam.‖

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah

mengenai hal-hal berikut :

1. Bagaimana kebijakan penanaman modal dalam Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ?

2. Bagaimana kedudukan Badan Pengusahaan Batam dalam pengaturan kegiatan

penanaman modal di Batam ?

3. Bagaimana kebijakan Badan Pengusahaan Batam dalam upaya meningkatkan

penanaman modal di Batam ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat disimpulkan yang

menjadi tujuan penulisan penulisan skripsi ini adalah:

1. Memberikan gambaran tentang kebijakan penanaman modal dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

2. Memahami kedudukan Badan Pengusahaan Batam dalam pengaturan kegiatan

penanaman modal di Batam.

3. Mengetahui kebijakan Badan Pengusahaan Batam dalam upaya meningkatkan

(10)

Manfaat penulisan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Manfaat teoritis

Pembahasan yang akan dibahas dalam tulisan skripsi ini tentu akan menambah

pemahaman dan pandangan baru dalam dunia penanaman modal, dimana hal

ini bisa menjadi masukan terhadap para penanam modal khususnya serta

Badan Pengusahaan Batam dan pemerintah untuk melihat lebih rinci lagi

bagaimana kebijakan yang benar melalui aspek hukum khususnya mekanisme

perizinan dan pemberian fasilitas penanaman modal agar nantinya tidak terjadi

ketimpangan wewenang yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Manfaat praktis

Dapat dijadikan pedoman oleh baik itu penulis, mahasiswa, pemerintah,

praktisi hukum, masyarakat ataupun khususnya institusi Badan Pelayanan

Penanaman Modal (selanjutnya disebut BPM) BP Batam serta Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu (selanjutnya disebut BPM-PTSP)

Pemko Batam dan para pengusaha yang terutama berkecimpung dalam dunia

penanaman modal agar kedepannya para pengusaha maupun investor tersebut

tidak lagi bingung serta terjebak pada hal-hal yang mempersulit segala sesuatu

untuk penanaman modal di Batam.

D. Keaslian Penulisan

Salah satu upaya dalam mengembangkan pemikiran yang kritis dan

menambah wawasan, penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul

(11)

Penanaman Modal Di Batam”. Untuk mengetahui keorisinalitas penulisan,

sebelum melakukan penulisan skripsi, penulis terlebih dahulu melakukan

penelurusan terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara. Hal ini dibenarkan oleh Pusat Dokumentasi dan

Informasi Hukum/ Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum melalui

surat tertanggal 1 Februari 2016 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang

sama”.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran

penulis yang didasarkan pada pengertian, teori–teori, dan aturan hukum yang

berlaku dan diperoleh dari referensi buku, media elektronik, serta data-data dari

BPM BP Batam dan BPM-PTSP Pemko Batam dalam rangka memenuhi tugas

akhir dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara. Apabila di kemudian hari terdapat judul yang

sama atau sudah pernah ditulis, maka penulis bertanggung jawab sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Berdasarkan judul ―Kebijakan Badan Pengusahaan Batam Dalam Upaya

Meningkatkan Penanaman Modal Di Batam‖, dapat ditemukan beberapa istilah,

diantaranya yaitu :

1. Penanaman modal

Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik

oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya

disebut NKRI).16 Penanaman modal tersebut terdiri dari penanaman modal dalam

16

(12)

negeri dan penanamaan modal asing. Penanaman modal dalam negeri adalah

kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah NKRI yang

dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam

negeri.17 Sedangkan penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal

untuk melakukan usaha di wilayah NKRI yang dilakukan oleh penanam modal

asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang

berpatungan dengan penanam modal asing.18

2. Kebijakan

Kebijakan merupakan terjemahan dari kata Inggris policy artinya politik,

siasat, kebijaksanaan.19 Dalam pembahasan ini kebijakan dibedakan dengan

kebijaksanaan. Menurut M.Irfan Islamy, policy diterjemahkan dengan kebijakan

yang berbeda artinya dengan wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian

kebijaksanaan memerlukan pertimbangan-pertimbangan lebih jauh lagi,

sedangkan kebijakan mencakup aturan-aturan yang ada didalamnya.20Policy atau

kebijakan ini tertuang dalam dokumen resmi bahkan dalam beberapa bentuk

peraturan hukum, misalnya di dalam undang-undang, peraturan pemerintah,

keputusan presiden (selanjutnya disebut keppres), peraturan menteri, peraturan

daerah (selanjutnya disebut perda) dan lain-lain. Dengan demikian, kebijakan

(policy) adalah seperangkat keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku politik

dalam rangka memilih tujuan dan bagaimana cara untuk pencapaian tujuan.

17

Pasal 1 ayat(2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 18

Pasal 1 ayat(3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

19

Wojowasito, Kamus Umum Inggris-Indonesia (Jakarta : Cypress, 1975). 20

(13)

Produk semacam ini tidak terlepas dari kaitan penggunaan freies

ermessen21, yaitu badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan

merumuskan kebijakan dalam pelbagai bentuk seperti peraturan, pedoman,

pengumuman, dan surat edaran. Suatu aturan kebijakan pada hakikatnya

merupakan produk dari perbuatan tata usaha negara, namun tanpa disertai

kewenangan pembuatan peraturan dari badan atau pejabat tata usaha negara

tersebut. Aturan kebijakan dimaksud pada kenyataannya telah merupakan bagian

dari kegiatan pemerintahan.

3. Kebijakan penanaman modal

Pasal 4 UUPM menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan

dasar penanaman modal untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang

kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian

nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal. Dalam menetapkan

kebijakan dasar tersebut, pemerintah memberi perlakuan yang sama bagi penanam

modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan

kepentingan nasional, menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan

keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan

sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, dan membuka kesempatan bagi perkembangan

dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan

koperasi. Kebijakan dasar penanaman modal tersebut diwujudkan dalam bentuk

rencana umum penanaman modal.

21

(14)

F. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek

yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.22 Sedangkan

penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan

kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.23 Penelitian merupakan

bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami

segala kehidupan, atau lebih jelasnya penelitian merupakan sarana yang

digunakan oleh manusia untuk memperkuat, menguji, serta mengembangkan ilmu

pengetahuan.24 Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih

terarah dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian

yang digunakan antara lain :

1. Jenis dan sifat penelitian

Penelitian dalam menyusun skripsi ini ialah penelitian hukum normatif

yang bersifat deskriptif. Penelitian normatif juga disebut dengan penelitian

doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang memusatkan pada

analisis hukum baik hukum yang tertulis dalam buku (law in books) maupun

hukum yang diputuskan oleh hakim melalui putusan pengadilan (law is decided

by the judge through the judicial process).25 Penelitian ini bersifat deskriptif yang

bertujuan untuk menggambarkan secara tepat mengenai peraturan hukum dalam

konteks teori-teori hukum dan pelaksanaannya serta menganalisis fakta secara

cermat tentang kebijakan penanaman modal. Adapun pendekatan yang dilakukan

22

Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris (Jakarta: Indonesia Hillco, 1990), hlm. 106.

23

Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2001), hlm. 1.

24

Soerjono Sukanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : UIPress, 1986), hlm.250. 25

(15)

dalam penelitian ini adalah pendekatan yang mengkonsepsikan hukum sebagai

norma, kaidah, maupun azas dengan tahapan berupa studi kepustakaan dengan

pendekatan dari berbagai literatur. Metode penelitian juga menggabungkan

dengan studi kepustakaan (library research) dengan menggunakan media literatur

yang ada maupun jurnal ilmiah elektronik lainnya seperti internet dan tinjauan

yuridis.

2. Data penelitian

Sumber data yang menjadi bahan penulisan skripsi adalah data sekunder

yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan didukung oleh data primer.

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan melalui

wawancara dengan informan yaitu Kepala Subkoordinat BPM BP Batam dan

Kepala Bidang Data Investasi BPM-PTSP Pemko Batam. Sedangkan data

sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil

penelitian yang berbentuk laporan, buku harian, dan seterusnya. Data-data

sekunder meliputi26 :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri

dari :

1) Norma atau kaidah dasar, yakni Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945.

2) Peraturan dasar yaitu batang tubuh UUD NRI 1945 dan

Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

3) Peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 23

26

(16)

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah

Nomor 5 Tahun 2011, Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014,

Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014, Keputusan Menteri,

Peraturan Daerah, Peraturan Kepala BKPM, Keputusan Kepala BP,

dan lainnya.

b. Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan terhadap bahan

hukum primer, seperti misalnya, Rancangan Peraturan Presiden Tahun

2016 tentang perubahan daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka

dengan persyaratan, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan

hukum, dan seterusnya.

c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan seterusnya.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara27 :

a. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka yang disebut dengan data

sekunder berupa perundang-undangan, karya ilmiah para ahli, sejumlah

buku-buku, artikel-artikel baik dari surat kabar, majalah, maupun media

elektronik yang semuanya itu dimaksudkan untuk memperoleh data-data

atau bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan sebagai dasar

dalam penelitian.

b. Penelitian lapangan (field research), yaitu dengan melakukan penelitian

27

(17)

lapangan untuk mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang aktual dari

BPM BP Batam dan BPM-PTSP Pemko Batam. Untuk mengumpulkan

data-data ini, penulis menggunakan teknik wawancara (interview) dan

memberikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang

dihadapi.

4. Analisis data

Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis

kemudian dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif dan

induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan, dan

membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan

berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga

diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah

dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini ditulis secara terperinci dan sistematis agar memberikan

kemudahan bagi pembaca dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya.

Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini sebagai berikut :

Bab I yaitu pendahuluan. Bab ini menggambarkan secara umum tentang

latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian

penulisan, metode penelitian, serta sistematika penulisan yang akan berkenaan

dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

Bab II mengenai kebijakan penanaman modal dalam UUPM. Bab ini

menggambarkan secara umum tentang faktor- faktor yang mempengaruhi

(18)

berdasarkan UUPM yaitu perizinan, bidang usaha, ketenagakerjaan, fasilitas, hak

dan kewajiban, serta penyelesaian sengketa penanaman modal, dan kebijakan

penanaman modal berdasarkan UUPM yaitu kebijakan untuk mendorong

terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk

penguatan daya saing perekonomian nasional dan kebijakan untuk mempercepat

peningkatan penanaman modal.

Bab III tentang kedudukan BP Batam dalam pengaturan kegiatan

penanaman modal di Batam diuraikan mengenai kedudukan BP Batam sebelum

dan sesudah UU Pemda, serta tugas dan kewenangan BP Batam.

Selanjutnya pada Bab IV tentang kebijakan BP Batam dalam upaya

meningkatkan penanaman modal di Batam menjelaskan secara mendalam tentang

kedudukan kebijakan dalam hukum positif di Indonesia, kendala dalam

penanaman modal di Batam, Perda Kota Batam yang berkaitan dengan

penanaman modal di Batam, serta Kebijakan BP Batam dalam upaya

meningkatkan penanaman modal di Batam.

Adapun Bab V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dari

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Suatu rangkaian aktif (dengan sumber tegangan dan atau sumber arus dependen maupun independen) yang bersifat linier dengan 2 kutub (terminal) a dan b, dapat diganti

Mata pelajaran Bahasa Arab menjadi pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan Al-Irsyad; (3) penanaman nasionalisme keturunan Arab melalui sistem pendidikan

Secara tidak langsung data di proses oleh server yang akan di update secara realtime ke front office, selama front office terhubung

Perlunya komitmen Pimpinan, Tim Reformasi Birokrasi, dan Pegawai dalam melaksanakan Reformasi Birokrasi di PTN dan Kopertis untuk mewujudkan birokrasi yang bersih, kompeten,

Di awal tahun 1916, Jerman mengembangkan rencana baru untuk mendobrak garis barat. Rencana mereka adalah secara mendadak menyerang kota Verdun, yang dianggap

Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta dan penopang dunia, Tuhan yang telah memberikan berkat dan rahmat dalam penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Penilaian

Total kandungan bakteri asam laktat ikan tembang selama fermentasi meningkat dari 4,76 log CFU/ml pada fermentasi hari kedua menjadi 5,30 log CFU/ml pada