• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Perempuan Komunitas Motor Di Kota Medan(Studi Kasus Pada Perkumpulan Ladies Matic Bikers)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksistensi Perempuan Komunitas Motor Di Kota Medan(Studi Kasus Pada Perkumpulan Ladies Matic Bikers)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender

Konsep seks dan konsep gender sangat berbeda, dimana konsep seks memiliki pengertian yaitu jenis kelamin yang merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Seks atau jenis kelamin secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat. Berbeda dengan seks, gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dibentuk, disosialiasikan, diperkuat, bahkan dikontruksikan secara sosial atau kultur, melalui ajaran keagamaan maupun negara. Konsep gender menyangkut semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah baik dari waktu ke waktu, dari suatu tempat ke tempat lainnya, maupun dari suatu kelas ke kelas lainnya.

2.2 Gender dalam Perspektif Sosiologis

Dalam Women’s Studies Encyclopedia menjelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, prilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Hillary M. Lips dalam bukunya yang terkenal Sex And Gender: An Introduction mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan (cultural expectations

for woman and men). Membahas permasalahan gender berarti membahas

(2)

pembahasan mengenai gender, termasuk kesetaraan dan keadilan gender dikenal adanya dua aliran atau teori yaitu teori nurture dan teori nature. Namun demikian dapat pula dikembangkan satu konsep teori yang diilhami dari dua konsep teori tersebut yang merupakan kompromistis atau keseimbangan yang disebut dengan teori equilibrium.

Diantara kedua aliran tersebut terdapat kompromistis yang dikenal dengan keseimbangan (equilibrium) yang menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dengan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki, karena keduanya harus bekerja sama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, maka dalam setiap kebijakan dan strategi pembangunan agar diperhitungkan kepentingan dan peran perempuan dan laki-laki secara seimbang.

Hubungan diantara kedua elemen tersebut bukan saling bertentangan tetapi hubungan komplementer guna saling melengkapi satu sama lain. R.H. Tawney menyebutkan bahwa keragaman peran apakah karena faktor biologis, etnis, aspirasi, minat, pilihan, atau budaya pada hakikatnya adalah realita kehidupan manusia. Hubungan laki-laki dan perempuan bukan dilandasi konflik dikotomis, bukan pula struktural fungsional, tetapi lebih dilandasi kebutuhan kebersamaan guna membangun kemitraan yang hamonis, karena setiap pihak memiliki kelebihan sekaligus kelemahan yang perlu diisi dan dilengkapi pihak lain dalam kerjasama yang setara.

(3)

dalam hubungan antara perempuan dengan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki, karena keduanya harus bekerja sama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, maka dalam setiap kebijakan dan strategi pembangunan agar diperhitungkan kepentingan dan peran perempuan dan laki-laki secara seimbang.

2.3 Postmodernisme

Postmodernisme pada awalnya lahir sebagai reaksi kritis dan reflektif terhadap paradigma modernisme yang dipandang gagal menuntaskan proyek pencerahan dan menyebabkan munculnya berbagai patologi modernitas. Menurut Pauline M. Rosenau (dalam Ritzer G, 2010) kajiannya mengenai postmodernisme dan ilmu-ilmu sosial, mencatat setidaknya lima alasan penting gugatan postmodernisme terhadap modernisme. Pertama, modernisme dipandang gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan ke arah masa depan kehidupan yang lebih baik sebagaimana diharapkan oleh para pendukungnya. Kedua, ilmu pengetahuan modern tidak mampu melepaskan diri dari kesewenang-wenangan dan penyalahgunaan otoritas keilmuan demi kepentingan kekuasaan. Ketiga, terdapat banyak kontradiksi antara teori dan fakta dalam perkembangan ilmu-ilmu modern. Keempat, ada semacam keyakinan bahwa ilmu pengetahuan modern mampu

(4)

Dengan latar belakang demikian, modernisme mulai kehilangan landasan praksisnya untuk memenuhi janji-janji emansipatoris yang dahulu lantang disuarakannya. Modernisme yang dulu diagung-agungkan sebagai pembebas manusia dari belenggu mitos dan berhala kebudayaan abad pertengahan yang menindas, kini terbukti justru membelenggu manusia dengan mitos-mitos dan berhala-berhala baru yang bahkan lebih menindas dan memperbudak. Masyarakat kita berada dalam pergolakan dan pergeseran kebudayaan. Seperti proyek bangunan Pruitt-Igoe, pemikiran dan kebudayaan modernisme sedang hancur berkeping-keping. Ketika modernisme mati di sekeliling kita, kita sedang memasuki sebuah era baru-postmodern. Fenomena postmodern mencakup banyak dimensi dari masyarakat kontemporer.

Pada intinya, postmodern adalah suasana intelektual atau "isme"-postmodernisme. Pemahaman modern menghubungkan kebenaran dengan rasio sehingga rasio dan logika menjadi tolak ukur kebenaran. Kaum postmodern meragukan konsep kebenaran universal yang dibuktikan melalui usaha-usaha rasio. Mereka tidak mau menjadi rasio sebagai tolak ukur kebenaran. Postmodern mencari sesuatu yang lebih tinggi dari pada rasio.

2.4 Kontruksi Sosial

(5)

sosial (social action). Perkembangan dari suatu hubungan sosial dapat diterangkan melalui tujuan-tujuan dari manusia yang melakukan hubungan sosial itu di mana ketika ia mengambil manfaat dari tindakannya akan memberikan perbedaan makna kepada tindakan itu sendiri dalam perjalanan waktu.

Berger dan Luckman (dalam Bungin, 2008:14) mulai menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik. Berger dan Luckman (Bungin, 2008:15) mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses dialektis tersebut mempunyai tiga tahapan. Berger menyebutnya sebagai momen. Ada tiga tahap peristiwa yakni :

1. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia.

(6)

realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris.

(7)

2.5 Komunitas

Soekanto mengemukakan “kelompok sosial atau social group merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan dan timbal balik di antara mereka” (Soekanto, 1975:94). Namun himpunan manusia dapat dikatakan sebagai kelompok sosial jika di dalamnya terdapat kesadaran kelompok, hubungan timbal balik antara anggota dan kepentingan bersama (Soekanto 1975:94). Menurut Soekanto, kelompok sosial merupakan kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan menjalani saling ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong.

2.5.1 Faktor Pembentukan Komunitas

Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.

a. Kedekatan

(8)

mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.

b. Kesamaan

Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.

Komunitas merupakan sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas itu sendiri adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat setempat ini adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat (Soekanto 1975:117).

Bungin dalam (Bungin 2008:29) menerjemahkan komunitas atau

community sebagai masyarakat yang hidup bersama. Lebih jelasnya, Bungin

menjelaskan bahwa :

(9)

menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Lebih jauh lagi beliau menjelaskan hubungan yang cukup lama di antara mereka, kemudian melahirkan manusia-manusia baru yang saling berhubungan. Hubungan tersebut kemudian melahirkan keinginan, kepentingan, perasaan, kesan, penilaian, dan sebagainya. Kemudian hubungan tersebut lebih jauh lagi akan menghasilkan sistem-sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan mereka, sehingga memunculkan kebudayaan yang mengikat satu sama lain”.

Definisi Soekanto dan Bungin menunjukkan bahwa di dalam suatu komunitas memiliki kesamaan terkait dengan komunitasnya tersebut. Selain itu, terdapat interaksi sosial di antara mereka, yang mana interaksi tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu. Artinya, interaksi di antara anggota jauh lebih besar dibandingkan dengan interaksi di luar batas-batas tersebut. Lokalitas yang dimaksud oleh Soekanto sebagai dasar dari komunitas atau masyarakat setempat adalah tempat tinggal atau wilayah tertentu. Meskipun dalam sebuah masyarakat yang individunya sebagian besar adalah pengembara, tentunya ada saat-saat tertentu ketika mereka berkumpul, sebagai contoh adalah ketika akan menyelenggarakan upacara-upacara tradisional.

(10)

Soekanto dalam (Soekanto 1975:118) menjelaskan bahwa faktor kesatuan tempat tinggal tidak cukup untuk mengidentifikasi suatu komunitas. Di samping itu, harus ada perasaan di antara anggota-anggotanya bahwa mereka saling membutuhkan dan bahwa tanah yang mereka tinggali memberi kehidupan bagi mereka semua. Soekanto menyebut hal ini dengan istilah community sentiment. Yang di dalamnya mencakup unsur-unsur sentiment komunitas yakni: seperasa, sepenanggungan, dan saling memerlukan.

Dari uraian tentang pengertian komunitas di atas, penulis menggambarkan bahwa interaksi sosial dalam sebuah komunitas atau suatu kelompok sosial tertentu dilandasi atas kesamaan dan kebersamaan individu-individu di dalamnya. Kesamaan yang dimiliki oleh individu-individu terkait dengan komunitasnya yang mencakup aspek psikologis, dan sebagainya. Dan kebersamaan yang terkait dengan adanya kehidupan bersama yang dijalani maupun telah dijalani dalam kurun waktu yang cukup lama, yang melibatkan interaksi antar individu di dalamnya. Kebersamaan yang dibangun dianggap sebagai suatu tali persaudaraan serta kekeluargaan antara sesama anggota dengan anggota yang lainnya. Kumpul-kumpul setiap hari atau pada saat ada agenda.

(11)

menunjukkan identitas komunitas mereka pada masyarakat biasanya suatu komunitas motor menggunakan atribut-atribut tertentu yang dipasangkan pada sepeda motor anggota komunitas, yang menjadi penanda bahwa mereka berasal dari satu komunitas tertentu.

Tergabungnya mereka dalam komunitas kemudian melahirkan ide-ide kreatif tentang kegiatan-kegiatan dalam mengisi keseharian para anggota sepeda motor, mulai dari kegiatan yang dilaksakan tiap minggu secara rutin sampai kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengajak masyarakat untuk menerapkan safety riding dan smart riding dijalan guna menciptakan keamanan dan ketertiban dalam

berkendara dan berlalulintas. Dalam hal ini ada beberapa karakteristik komunitas secara sosiologi tentang community and cities incompatible dalam (cities and communities: 496) sebagai berikut :

1. Common situasion

Orang-orang yang hidup bersama akan berbagi hal-hal yang mengikat bersama bisa berdasarkan tempat tinggal, status sosial, etnis, agama dan lainnya.

2. Common activities

Mereka bersama dalam setiap hubungan, ketertarikan pada hal-hal yang sama contohnya dalam politik, olahraga karena disitu terdapat aktifitas yang membuat mereka saling bertemu.

3. Collective action

Kepentingan bersama untuk mencapai sesuatu aksi yang mengikat kebersamaan untuk memperbaiki kepentingan bersama. Contohnya aksi solidaritas sinabung.

(12)

Berbagi identitas, bersifat emosional contohnya identitas bendera merah putih untuk bangsa Indonesia.

Komunitas kota lebih berorientasi kepada hal-hal yang bersifat material dan rasional bukan lagi menggunakan nilai “relation oriented” dalam berhubungan. Karena banyaknya dan bervariasinya tuntutan dalam bertingkah laku dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang berorientasi pada (goal) dan pencapaian (achievement) maka gaya hidup masyarakat kota lebih diarahkan pada penampilan fisik dan kualitas fisik sehingga tampak civilized. Menurut Herbert Gans (1968) dalam (cities and communities: 494) ada 5 bentuk kehidupan di kota:

1. The cosmopolitan : orang-orang yang tinggal di kota terdiri dari pelajar, intelektual, entertain, penyanyi dan mereka merasa mendapat keberuntungan dan menambah rasa percaya diri.

2. The single : anak-anak muda yang belum menikah dan datang ke kota

untuk mencari pekerjaan dan memanfaatkan kota sebagai pusat bisnis, hiburan dan mereka hanya tinggal sementara di kota

3. Ethnic village : mereka diikat oleh kesatuan etnis hidup dalam satu ikatan yang kuat dan cara hidup mereka mengikuti kehidupan mereka di desa.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Ž. 5% relative to the positive control. The amount of inbreeding homozygosity and paternal contamination were assayed by using polymorphic microsatellite DNA markers. In less than 1%

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk.

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk.

 Manajer proyek akan mengubah jadwal proyek atau rencana kerja untuk mengakomodasi perubahan yang telah disetujui dan mempresentasikannya dalam meeting kemajuan proyek

9. Orang terdekat yaitu Gigih Pambudi yang telah memberikan dukungan dan support dalam proses penyelesaian skripsi ini. Seluruh teman-teman Ilmu Kesejahteraan Sosial 15 kelas B

Sehingga para korban tidak (betul-betul) sadar bahwa dirinya sedang dalam proses penanganan sebab proses penyembuhan berjalan mengalir tanpa ada teknis baku yang

Dengan demikian karma dan phala tidak bisa diperhitungkan secara kuantitatif, dan bentuk fisik (lahiriah) semata-mata, sebab karma phala lebih banyak kita rasakan

oedem a, dan nyeri pada tungkai kiri pasien. 2) Exercise Therapy memiliki manfaat dalam meningkatkan kekuatan otot dan lingkup gerak sendi pada kasus Kontraktur