• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Opini Mahasiswa Kota Malang Terha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Opini Mahasiswa Kota Malang Terha"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

Oleh Rizka Aghata Kusumowardani

FISIP, Universitas Brawijaya

Abstract

In May 2013, there will be mayoral election in Malang. There are some

selected candidates for this 2013-2018 terms. One of the candidates is Heri Pudji

Utami who is also known as the wife of the recent mayor. This research about

Candidate Campaigns or Political Campaign. Because the purpose of Heri Pudji Utami‟s campaign was for political intention. To get the desired goal, it is necessary to use the media and tagline as a form of political advertising. From this

political advertising will be found college student‟s opinion as a part of Malang people about Heri Pudji Utami‟s campaign. The type of this research was qualitative descriptive. This research used purposive sampling method. The data

validity valuation was done by using source triangulation. The result from this

research is the tagline Bunda Kita Semua was judged by the college students as a

form of branding. There were some who supported, and also some that dislike

with the tagline Bunda Kita Semua, because it was not creative. But there were

also some opinions that supported using Salam Satu Jiwa tagline because it is

considered as a culture from Malang. Campaign media such as billboard, banners,

stickers from her was judged too many and most dominated than others. But there

were also some opinions that media campaigns tailored to the classification

society.

Key words : Opinion, Student College, Political Advertising

A. PENDAHULUAN

Anggapan laki-laki lebih berkuasa dan dominan dalam masyarakat di

(2)

tengah laki-laki dalam suatu pekerjaan, perempuan selalu mendapatkan perlakuan

yang tidak menunjukkan sisi professional. Ada keraguan di antara mereka tentang

kemampuan yang dimiliki perempuan. Kemampuan perempuan dianggap tidak

sepadan dengan laki-laki sehingga dalam suatu lembaga sulit ditemukan

perempuan sebagai pemegang kendali atau pimpinan tertinggi (Sulaiman, 2011, h.

61). Namun kini makin banyak perempuan-perempuan di Indonesia dan belahan

negara dunia lainnya yang mulai mencalonkan diri menjadi pemimpin dan

berpartisipasi dalam kegiatan politik, misalnya menjadi calon legislatif, anggota

DPR, Bupati, Walikota bahkan Menteri.

Semenjak era reformasi, kesempatan bagi kaum perempuan untuk

menduduki posisi penting di lembaga legislatif dan eksekutif baik lingkup lokal

maupun nasional sangat terbuka. Fenomena era reformasi ini menunjukkan

adanya kebangkitan bagi kaum perempuan. Mereka bukan lagi hanya sebagai

pendamping kaum pria yang menjabat, melainkan juga dapat menggantikan posisi

suami ketika suaminya tidak lagi memenuhi syarat untuk menduduki

jabatan-jabatan publik (Bakti, 2010, 2 Juni).

Banyaknya fenomena istri pejabat maju dalam pemilihan kepala daerah

memunculkan pertanyaan mengenai kemampuan dan pengalaman politik yang

dimiliki oleh sang istri dalam memimpin suatu daerah. Idealnya adalah jika sang

istri memiliki kemampuan akademik, pengalaman serta rasa empati terhadap

rakyat yang akan dipimpinnya (Tijar, 2010, 31 Mei).

Hal yang sama juga terjadi di kota Malang. Pada pemilihan walikota

(3)

walikota yang masa jabatannya akan berakhir, yaitu Heri Pudji Utami, M.AP.

Beliau adalah istri dari Peni Suparto, M.AP yang merupakan walikota Malang

selama dua periode 2003-2008 dan 2008-2013. Dalam berbagai acara, Heri Pudji

Utami mulai memunculkan sosoknya dengan maksud mensosialisasikan dirinya

sebagai calon walikota periode 2013-2018.

Untuk mensosialisasikan dirinya, maka perlu dilakukan kampanye.

Pengertian kampanye adalah melakukan kegiatan komunikasi secara terencana

dan lebih moderat, terbuka, toleran, dengan waktu terbatas atau jangka pendek,

dan program yang jelas narasumbernya (komunikator) dan selalu berkonotasi

positif (Ruslan, 2005, h.22).

Salah satu bentuk kampanye adalah melalui iklan politik. Ada beberapa

iklan politik yang dilakukan diantaranya media luar ruang, seperti baliho, poster,

pamflet dan brosur, iklan di televisi, radio dan lain-lain. Melalui bentuk iklan

politik ini diharapkan dapat menarik simpati masyarakat dan diharapkan

masyarakat dapat menggunakan hak memilihnya. Tim Sukses Heri Pudji Utami

telah menyiapkan 34.000 banner. 20.000 diantaranya bertuliskan Salam Satu Jiwa

dan sisanya bertuliskan Bunda Kita Semua (Devi, 2012, 26 Juni).

Melihat latar belakang diatas, maka peneliti tertarik meneliti tentang Heri

Pudji Utami karena beliau mencalonkan diri ketika masa jabatan sang suami yang

merupakan walikota incumbent akan berakhir dan bermaksud melanjutkan jabatan

yang telah dipegang oleh sang suami selama dua periode.

Tahun ini menjadi periode pertama kota Malang memiliki calon walikota

(4)

(Antik, 2013, 18 Januari). Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

opini mahasiswa FISIP UB tentang iklan politik calon walikota Malang, Heri

Pudji Utami.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pembentukan Opini (Opinion Building)

Proses pembentukan opini dibagi menjadi dua bagian yaitu Pertama

hubungan antara sikap dan opini. Keduanya memiliki pengertian yang berbeda

namun berkesinambungan; Kedua pembentukan opini dan modernisasi. Sikap dan

tradisi yang mendukung akan mampu menyumbangkan dan mewujudkan

pembaruan secara harmonis dan demokratis (Olii & Erlita, 2011, h.33)

Cutlip dan Center (1961) mengatakan bahwa opini adalah pernyataan

tentang sikap mengenai masalah tertentu yang bersifat kontroversial. Opini timbul

sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial yang menimbulkan

pendapat berbeda-beda. Opini dan sikap memiliki pengertian yang berbeda. Akan

tetapi, kedua istilah tersebut sama-sama mengacu ke interaksi yang

berkesinambungan. Sikap ada dalam diri seseorang, sedangkan opini (ekspresi)

telah dimunculkan dalam diri seseorang. Sikap dan opini mengacu pada kerja

sama yang berkesinambungan di dalam diri manusia dalam menghadapi masalah

atau situasi tertentu. Sikap yang bertentangan diusahakan dinetralisir, sehingga

opini baru tersebut menang (Olii & Erlita, 2011, h.33)

Masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia memiliki tradisi yang

buruk. Akibatnya modernisasi sulit untuk diwujudkan. Komunikator harus

(5)

sikap masyarakat yang mendukung opini baru. Komunikator harus bertindak

dengan teknik persuasi (Olii & Erlita, 2011, h.34).

Perbedaan opini juga menjadi cara dalam proses pembentukan opini.

Adanya perbedaan opini di setiap individu akan menjadi pertimbangan dalam

menentukan keputusan yang akan diambil. Proses pembentukan opini dalam

setiap kasus mungkin cepat, lambat atau ditangguhkan. Faktor-faktor tertentu

membatasi dan mempengaruhi sejumlah fakta, pengalaman, dan penilaian yang

menjadi dasar perumusan opini. Ada kemungkinan terjadi sejumlah kombinasi

antar faktor yang berakhir dengan berbagai intensitas dan berbagai macam hasil.

Ada sejumlah faktor yang menguatkan kesamaan opini, tetapi ada sejumlah faktor

lain yang menguatkan keragaman opini (Olii & Erlita, 2011, h.36).

Dalam penelitian ini, salah satu faktor yang memperkuat posisi Heri Pudji

Utami sebagai kandidat kuat adalah beliau merupakan istri dari Walikota Malang

2003-2008 dan 2008-2013. Selain itu, Heri Pudji Utami merupakan ketua PKK

se-Malang Raya yang memiliki kegiatan rutin di setiap minggunya seperti senam

tahes (sehat), posyandu. Sehingga secara tidak langsung Heri Pudji Utami

melakukan sosialisasi tentang dirinya untuk menarik massa dan perhatian dari

masyarakat kota Malang.

2. Opini

Cutlip dan Center (1961) dalam (Olii & Erlita, 2011, h.33) menjelaskan

opini adalah pernyataan tentang sikap mengenai masalah tertentu yang bersifat

kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang

(6)

ringkas, opini berarti pendapat. Dalam ilmu psikologi, opini adalah ekspresi sikap.

Dengan demikian opini merupakan sebuah aktualisasi. Jadi sikap masih berada

dalam diri orang dan belum dimunculkan, sedangkan opini sudah lebih dari itu,

dimunculkan dan jika dibuktikan akan dapat diindera oleh manusia (ekspresi).

Seseorang yang sedang mengeluarkan sebuah opini bisa dilihat dari komunikasi

verbal dan nonverbalnya. Lain halnya dengan sikap. Diam adalah sikap. Tetapi

diam tidak bisa diindera secara utuh dan masih ada dalam diri seseorang (Nurudin,

2008, h.52).

Istilah “opinion” yang diterjemahkan menjadi “opini” didefinisikan oleh

Cutlip dan Center sebagai pengekspresian suatu sikap mengenai persoalan yang

mengandung pertentangan (the expression on a controversial issue). Jadi opini

mengandung pertentangan dan perselisihan, lain dengan fakta yang diterima

secara umum (Effendy, 2006, h.86).

Dalam penelitian akan membahas mengenai opini mahasiswa mengenai

iklan politik Heri Pudji Utami. Melihat kegiatan kampanye yang dilakukan oleh

Heri Pudji Utami, mahasiswa bukan menjadi publik utama kampanye Heri Pudji

Utami, melainkan yang menjadi publik utama adalah ibu-ibu PKK, masyarakat

menengah ke bawah. Namun, dalam penelitian ini mahasiswa menjadi subjek

penelitian, hal ini dikarenakan mahasiswa adalah bagian dari lapisan

masyarakat.yang memiliki hak pilih suara dalam kampanye pemilihan walikota

(7)

3. Kampanye

Pengertian kampanye menurut Leslie B. Synder (2002) adalah kampanye

komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung

ditujukan kepada khalayak tertentu, pada periode yang telah ditetapkan untuk

tujuan tertentu (Ruslan, 2005, h.23).

Kampanye terdapat beberapa kegiatan seperti (1). Adanya aktifitas proses

komunikasi kampanye untuk mempengaruhi khalayak tertentu, (2). Untuk

membujuk dan memotivasi khalayak untuk berpartisipatif, (3). Ingin menciptakan

efek atau dampak tertentu seperti yang direncanakan, (4). Dilaksanakan dengan

tema yang spesifik dan nara sumber yang jelas, (5). Dalam waktu tertentu atau

yang telah ditetapkan, kampanye dilaksanakan secara terorganisasi dan terencana

baik untuk kepentingan kedua belah pihak atau sepihak (Ruslan, 2005, h.24).

Charles U. Larson dalam bukunya Persuasion, Reception and

Responsibility membagi jenis kampanye menjadi tiga diantaranya

Product-Oriented Campaigns adalah kegiatan dalam kampanye berorientaso produk dan

biasanya dilakukan dalam kegiatan komersial kampanye promosi pemasaran

produk baru; Candidates-Oriented Campaigns adalah adalah kampanye yang

berorientasi bagi calon (kandidat) untuk kepentingan kampanye politik,

membutuhkan waktu 3-6 bulan dengan dukungan dana yang besar; Ideological or

Cause-Oriented Campaigns adalah kampanye yang bertujuan untuk hal yang

bersifat khusus dan berdimensi perubahan sosial (Ruslan, 2005).

Media komunikasi yang lazim digunakan dalam kampanye sebagai alat

(8)

publik sebagai sasarannya melalui pemasangan poster, spanduk, plakat,

umbul-umbul, flier, brosur, press/news release, iklan komersial, balon promosi, hingga

mengadakan kerjasama dengan pihak media pers (Muhtadi, 2008, h.22).

Penelitian ini termasuk candidate-oriented campaigns. Karena tujuan dari

kampanye yang dilakukan oleh Heri Pudji Utami adalah kepentingan politik.

Selain itu media kampanye yang digunakan diantaranya baliho, poster,

umbul-umbul, stiker yang terpasang di sepanjang jalan kota Malang

4. Iklan Politik

Iklan politik adalah bagian dari kampanye politik yang bertujuan untuk

mempromosikan kandidat yang mencalonkan diri. Tulisan milik Sumbo Tinarko,

penulis Buku “Iklan Politik dalam Realitas Media” serta dosen komunikasi visual

Institut Seni Indonesia Yogyakarta, mengatakan iklan politik adalah upaya

menyampaikan pesan verbal visual peri kehidupan politik yang didesain secara

komunikatif. Iklan politik disampaikan oleh individu atau sekelompok orang yang

tergabung dalam partai politik (Tinarko, 2013, 17 Januari).

Dalam setiap kegiatan kampanye, para calon-calon yang ingin dipilih

dalam pemilihan umum berusaha menarik perhatian masyarakat melalui iklan.

Fenomena maraknya iklan politik yang ada di ruang publik merupakan bentuk

euforia kampanye politik melalui iklan di media. Tujuan iklan politik adalah

untuk merebut hati dan simpati khayalak para calon pemilih supaya pada waktu

pemilihan sang politisi dapat dipilih (Ansor, 2011, h.127).

Iklan politik digunakan para politisi untuk mempengaruhi orang-orang

(9)

berlaku pada iklan politik Heri Pudji Utami yang berupa penggunaan tagline dan

media luar ruang seperti baliho,banner,stiker, bertujuan untuk menarik simpati

mahasiswa terhadap pencalonan Heri Pudji Utami dan diharapkan dapat

menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan walikota Malang mei mendatang.

5. Tagline

Partai politik juga memiliki tagline yang bertujuan untuk mengenalkan

partainya kepada khalayak. Tagline adalah representasi karakter dari kandidat

calon walikota tersebut.

Tagline berupa susunan kata atau frase yang digunakan untuk merangkum

atau mengekspresikan tujuan dan semangat merek. Kehadiran tagline bukanlah

sesuatu yang mutlak. Namun ia mempunyai peran unik dan manfaat khusus dalam

mendukung komunikasi merek. Secara spesifik, tagline digunakan untuk

menambah energi aktif pada logo, memberikan dorongan motivasi pada khalayak,

mengonsolidasikan filosofi perusahaan atau merek, dan memberikan detail singkat

tentang apa yang ditawarkan dan dijanjikan merek (brand promise).

Tagline Bunda Kita Semua dan Salam Satu Jiwa berfungsi untuk

merepresentasikan sosok Heri Pudji Utami yang kalem, keibuan dan ingin

merangkul seluruh lapisan masyarakat kota Malang termasuk kalangan

mahasiswa, selain itu tagline juga membantu Heri Pudji Utami beserta tim

sukses untuk mengenalkan sosok Heri Pudji Utami yang akan

(10)

6. Media Luar Ruang

Ada beberapa iklan politik yang menggunakan media luar ruang sebagai

satu-satunya kekuatan berkomunikasi politik (Tinarko, 2013, 17 Januari). Jenis

media iklan dalam bentuk fisik dibagi kedalam dua kategori yaitu media iklan

cetak dan media iklan elektronik.

Media cetak adalah media yang mengutamakan pesan-pesan visual yang

dihasilkan dari proses percetakan; bahan baku dasarnya maupun sarana

penyampaian pesannya menggunakan kertas). Media cetak adalah suatu dokumen

atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam kata-kata, gambar

foto dan sebagainya, contoh : surat kabar, majalah, tabloid, brosur, pamflet,

poster. Sedangkan media elektronik adalah media yang proses bekerjanya

berdasar pada prinsip elektronik dan eletromagnetis, contohnya televisi, radio,

internet (Mustofa, 2009, 07 Juli).

Jika dikaitkan dengan penelitian ini, Heri Pudji Utami menggunakan

semua media iklan seperti surat kabar, pamflet, stiker, spanduk, banner. Jangka

waktu yang digunakan untuk penyampaian pesan termasuk terbatas atau

sementara. Karena pemasangan media luar ruang hanya berlaku selama masa

kampanye, di luar masa kampanye media luar ruang tersebut tidak dapat

digunakan kembali.

C. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, menggunakan metode kualitatif yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

seperti perilaku, motivasi, persepsi, tindakan dan lain-lain secara menyeluruh dan

(11)

berbagai metode. Penelitian kualitatif menekankan kelengkapan dan kedalaman

data (Moleong, 2006, h.6).

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, yang bertujuan

untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta

dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu (Kriyantono, 2010, h.69).

Fokus penelitian digunakan untuk mengungkapkan data yang akan

dikumpulkan, dianalisis dalam suatu penelitian. Adapun yang menjadi fokus dari

penelitian ini adalah (1). Bagaimana opini mahasiswa FISIP UB mengenai sosok

Heri Pudji Utami?, (2). Bagaimana opini mahasiswa FISIP UB mengenai tagline

Bunda Kita Semua dan Salam Satu Jiwa?, (3). Bagaimana opini mahasiswa FISIP

UB mengenai media luar ruang Heri Pudji Utami?.

Metode pemilihan informan dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan

informan yang dipilih berdasarkan tujuan-tujuan dan pertimbangan-pertimbangan

tertentu. Kriteria informan dalam penelitian ini adalah (1). Mahasiswa; (2). Asli

dan berdomisili di Malang; (3). Memiliki hak pilih; (4).Memiliki perhatian

terhadap perkembangan kota Malang.

Untuk metode pengumpulan data, dilakukan dengan cara wawancara

kepada mahasiswa FISIP UB asli malang dan berdomisili di kota malang. Para

mahasiswa memiliki perhatian yang tinggi terhadap perkembangan kota Malang

di setiap tahunnya. Untuk melengkapi data penelitian, penulis juga melakukan

(12)

dilengkapi dengan data dokumentasi pribadi, seperti dokumentasi media

kampanye yang digunakan Heri Pudji Utami.

D. HASIL PENELITIAN

1. Opini Mahasiswa Mengenai Heri Pudji Utami

Informan pertama bernama Lidya mengenal sosok Heri Pudji Utami hanya

sebatas ketua PKK dan istri walikota :

“Emm, kalo setau saya sih beliau itu penggerak PKK kota Malang, kebetulan beliau juga istri dari walikota Malang yang saat ini yaitu Pak Peni”

Informan Ade memiliki pendapat yang sama terhadap Heri Pudji Utami

dan mengenai program kerja selama 5 tahun mendatang jika Heri Pudji Utami

terpilih sebagai walikota, Ade memiliki pendapat yang berbeda. Berikut

tanggapannya :

“Kalau aku masih belum tahu beliau secara langsung, soalnya aku belum pernah berkecimpung langsung dengan kegiatannya beliau. Cuma yang aku tahu adalah pak peni kan mau lengser, jadi ya untuk meneruskan kerajaan bisnisnya, pasti istrinya. Kalo menurutku orangnya masih belum pro rakyat. Aku mengenalnya sebagai istrinya Pak Peni, tapi aku belum mengenalnya sebagai Heri Pudji Utami”.

Informan Wocil mengisyaratkan bahwa sosok Heri Pudji Utami adalah

orang yang pandai dalam mengambil celah untuk melakukan kampanye. Heri

Pudji Utami mulai aktif dalam beberapa kegiatan yang diadakan oleh Peni

Suparto. Selain itu Heri Pudji Utami juga pintar dalam menentukan sasaran di

masa-masa awal kampanyenya. Berikut jawabannya :

“Secara politik beliau sangat menjaga sikap di depan umum. Namun dalam kesehariannya, dia sangat bermain „cantik‟, dia mengambil pasar dari ibu-ibu PKK, pergerakan-pergerakan event. Ketika Pak Peni mengadakan event, justru Bu Peni yang muncul. Dia datang ke pasar minggu, datang ke senam tahes. Itu dalam konteks sebagai istri Pak Peni”.

Penilaian yang berbeda disampaikan oleh Ika yang menilai sosok Heri

Pudji Utami sebagai sosok yang dekat dengan ibu PKK dan memiliki inovasi

terbaru untuk masyarakat, berikut jawabannya:

(13)

program untuk ibu PKK terbilang sangat membantu. Terkadang bu Heri punya inovasi-inovasi terbaru yang sebelumnya nggak diketahui masyarakat”.

Mahasiswa mengetahui sosok Heri Pudji Utami hanya sebagai istri

walikota dan ketua tim PKK Kota Malang. Selama 2 periode menjadi istri

walikota dan ketua PKK kota Malang, Heri Pudji Utami jarang terlihat sosoknya.

Ketika akan mencalonkan sebagai calon walikota Malang, Heri Pudji Utami

gencar melakukan pendekatan ke seluruh lapisan masyarakat dengan cara

menyambangi kampung warga, sekolah, melakukan penyuluhan kesehatan,

berpartisipasi dalam acara Car Free Day, senam tahes dan kegiatan lainnya.

2. Opini Mahasiswa Mengenai Tagline Bunda Kita Semua dan Salam Satu Jiwa

Penggunaan tagline Bunda Kita Semua dan Salam Satu Jiwa sangat mudah

ditemukan. Alasan penggunaan tagline Bunda Kita Semua adalah supaya lebih mengayomi, seperti yang disampaikan oleh Mbak Asih selaku tim sukses :

“Penggunaan kata „bunda‟ itu lebih enak didengar. Orangnya memang ramah dan mengayomi. Selain itu orangnya netral, gak peduli kamu itu Kristen, Islam, Hindu, Budha. Jadi dia mengayomi banyak masyarakat”.

Informan Wocil menilai penggunaan kata Bunda Kita Semua sudah cocok

dengan karakter dan merepresentasikan kampanye Heri Pudji Utami, berikut

jawabannya :

“Bunda Kita Semua merupakan tagline yang tidak dipunyai oleh orang lain. Karena sudah dibawa sejak dahulu ketika calon walikota Malang yang lain belum bisa melakukan kampanye dan belum memiliki tagline. Dia selalu ikut Pak Peni dalam berbagai acara apapun dengan menggambarkan dirinya sebagai Bunda Kita Semua”

Namun, tidak semua informan memiliki respon yang positif terhadap

penggunaan kata Bunda Kita Semua, salah satunya adalah informan W, berikut

tanggapannya :

(14)

terkenal, namun untuk berfikir mengenai kemampuannya mengurus kota Malang sepertinya masih belum”

Jika dikaitkan dengan latar belakang penelitian yang mengungkapkan

mengenai kapabilitas dan pengalaman di bidang politik yang harus dimiliki oleh

calon walikota, maka keraguan yang dirasakan oleh para informan memang

muncul. Karena mereka beropini bahwa Heri Pudji Utami lebih fokus dalam

bidang sosial seperti PKK, sedangkan kapabilitas untuk memimpin kota Malang

dengan berbagai permasalahan yang kini kian bertambah dinilai masih kurang.

Maka penggunaan tagline “Bunda Kita Semua” belum bisa memperkuat kampanye Heri Pudji Utami.

Selain tagline Bunda Kita Semua, juga terdapat tagline Salam Satu Jiwa. Alasan penggunaan tagline Salam Satu Jiwa menurut mbak asih adalah memiliki makna kebersamaan seluruh masyarakat dalam membangun kota Malang, berikut

tanggapannya :

“Salam Satu Jiwa itu semacam kebersamaan. Ayo dikembangkan bersama-sama. Kata orang Jawa Lara batha disonggo, enak pada disonggo”

Para mahasiswa memiliki respon yang beragam mengenai penggunaan

tagline ini. Respon positif disampaikan oleh Zahra yang menilai penggunaan

tagline tersebut sesuai dengan identitas kota Malang. Berikut tanggapannya : “Kalau tagline yang “Salam Satu Jiwa” juga mengena di masyarakat, apalagi yang Arema”.

Namun, ada yang memiliki respon negatif terhadap penggunaan tagline Salam Satu Jiwa, salah satunya adalah Anita, yang menilai tidak cocok untuk

kampanye. Hal ini dikarenakan tagline tersebut milik klub sepak bola Arema

sehingga belum bisa menjelaskan mengenai visi misi kampanye dan juga dinilai

mendompleng ketenaran dari Arema. Berikut jawaban Anita :

“Slogan Salam Satu Jiwa itu kan memang punya Arema, terus apa maksudnya dijadikan slogannya dia. Harusnya kalo orang punya tagline, masyarakat bisa tahu visi misi dan program kerjanya itu seperti apa”

Dari beragamnya pendapat para informan mengenai kedua tagline tersebut, yang menjadi harapan bagi para informan adalah adanya kejelasan

(15)

mendompleng tagline milik pihak lain. para informan memang sudah hafal dengan kedua tagline tersebut. Namun mereka hanya sekedar tahu, bukan memahami secara keseluruhan. Sehingga perlu adanya hal konkret selama

program kampanye berlangsung.

3. Opini Mahasiswa Mengenai Media Luar Ruang

Dalam melakukan kampanye, Heri Pudji Utami memilih beberapa media

luar ruang diantaranya spanduk di pepohonan, banner di warung, stiker di

angkutan umum, baliho. Melalui media luar ruang tersebut, opini yang

disampaikan oleh mahasiswa cukup beragam. Seperti yang disampaikan informan

Widodo yang menganggap pohon-pohon yang ditanam di sepanjang jalan kota

Malang sudah berganti nama menjadi pohon “Heri Pudji Utami”. Hal ini dikarenakan banyaknya pohon yang ditempel dengan spanduk kampanye Heri

Pudji Utami. berikut jawabannya:

“Pamflet dan spanduk. Bahkan sekarang ini pohon-pohon itu udah punya nama Heri Pudji Utami”

Selain spanduk, juga ada opini mahasiswa mengenai banner di warung. Seperti yang disampaikan oleh Aldy yang menilai bahwa pemasangan banner di

warung merupakan bentuk pencitraan Heri Pudji Utami, berikut jawabannya : “Ketika dia (Heri Pudji Utami) memasang di situ (warung), otomatis dia memberikan royalti kepada pemilik warung. Dia berusaha menunjukkan kepeduliannya kepada pedagang-pedagang kecil. Mungkin dia juga melihat kelebihannya dia, dimana ketika dia memasang fotonya dia disitu, pengunjung juga melihat. Jadi dia ada keuntungan marketing figure”

Para informan juga menilai baliho yang juga menjadi media kampanye

luar ruang, salah satunya adalah Yuyun yang menilai baliho Heri Pudji Utami

lebih dominan jika dibandingkan dengan calon yang lain, berikut jawabannya: “Berhubung daerah rumah saya dekat dengan jalan raya, sehingga balihonya dipasang di daerah dekat rumah saya. lagipula media baliho yang digunakan oleh Heri Pudji Utami lebih dominan, lebih banyak dibandingkan calon yang lain. selain itu balihonya lebih mencolok daripada kandidat yang lain sehingga lebih gampang diingat”

Informan ita mengungkapkan pemasangan stiker di angkutan umum

menunjukkan adanya pengklasifikasi sasaran. Jika mayoritas baliho yang

(16)

soekarno-hatta, jalan ijen dinilai karena wilayah tersebut merupakan daerah elit, sedangkan

penggunaan stiker di angkutan umum menunjukkan bahwa Heri Pudji Utami juga

mampu masyarakat menengah ke bawah. Selain itu, pemasangan stiker di

angkutan umum yang mobile atau berpindah-pindah diharapkan masyarakat lebih peka dimana pun mereka berada. Berikut penjelasannya :

“Saya paling sering lihat yang di angkot (stiker). Menurutku sih wajar -wajar aja. Mungkin karena angkutan umum merupakan kendaraan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat, maka dari itu dipasang di angkot. Selain itu, penumpang angkot itu kan kebanyakan orang menengah ke bawah, mungkin dengan dipasangnya stiker di angkot bisa lebih merakyat”

Wocil menambahkan mengenai adanya larangan untuk pemasangan stiker

yang dipasang di angkutan umum dengan alasan keselamatan, berikut

jawabannya:

“Pemasangan stiker seluruh kandidat di kaca belakang angkutan umum sebenarnya sah-sah saja, namun dalam perda itu sebenarnya nggak boleh. Karena secara penglihatan kurang jelas, selain itu bisa mengurangi tingkat pemerkosaan”

Dari semua tanggapan yang disampaikan, Heri Pudji Utami sangat

mendominasi dalam menggunakan semua media kampanye, mulai dari spanduk di

pepohonan, spanduk di warung, pamflet, stiker, baliho hingga iklan di televisi.

Namun cara penggunaan media kampanye yang sedikit kurang tertata rapi

sehingga terkesan kotor dan merusak pemandangan. Kuantitas pemasangan media

kampanye yang sangat banyak pada akhirnya terkesan sangat berlebihan.

Banyaknya jumlah media kampanye yang dipasang, secara tidak langsung

mahasiswa menjadi tahu dan mengenal siapa sosok dari Heri Pudji Utami

meskipun belum bertemu secara langsung.

Berdasarkan bab tinjauan pustaka, adanya perbedaan opini antar

masing-masing informan hingga perbedaan opini antara tim sukses dengan informan

merupakan hal yang wajar. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki opini

pribadi yang bertentangan dari waktu ke waktu. Sehingga dengan adanya

perbedaan opini, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Heri Pudji

Utami dalam membuat kebijakan pemerintah kota seandainya beliau terpilih

(17)

E. KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian mengenai iklan politik Heri Pudji Utami,

yang berupa tagline kampanye dan media luar ruang maka hasil penelitian

mengenai iklan politik Heri Pudji Utami dapat diperoleh beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Opini mahasiswa mengenai pelaku kampanye Heri Pudji Utami lebih

dikenal sebagai istri walikota dan ketua PKK, baru kemudian dikenal

sebagai calon walikota Malang periode 2013-2018.

2. Opini mahasiswa mengenai tagline Bunda Kita Semua sebagai bentuk

iklan politik dinilai memiliki arti yaitu mengayomi; kurang mengena; tidak

memiliki maksud yang jelas; kurang merepresentasi; dan kurang sesuai.

Sedangkan opini mengenai tagline Salam Satu Jiwa dinilai cocok dan

sesuai dengan identitasi kota Malang, namun ada juga yang beropini

sebagai bentuk untuk mendompleng nama besar klub sepak bola Arema.

3. Opini mahasiswa mengenai media kampanye Heri Pudji Utami adalah

terlalu banyak, mengganggu keindahan kota, tidak rapi, warnanya

mencolok, mudah diingat, terkesan melakukan pencitraan dengan cara

memperdulikan rakyat kecil melalui pemberian royalti kepada pemilik

(18)

F. DAFTAR PUSTAKA

Kriyantono, R. (2010). Teknik praktis riset komunikasi. Edisi pertama cetakan ke-5. Jakarta: Kencana

Moleong, L.J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi cetakan ke-22. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muhtadi, A.S. (2008).Kampanye politik. Bandung: Humaniora

Nurudin. (2008). Komunikasi propaganda. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Olii, H & Erlita, N. (2011). Opini publik. Jakarta: Indeks

Ruslan, R. (2005). Kiat dan strategi kampanye public relations. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Ansor. (2011). Jurnal peran iklan politik pencitraan dan dampaknya pada pilkada di Kabupaten Sleman.13 (2). 125-133.

Antik, M. (2013). Daftar walikota malang. 18 Januari 2013. Diakses pada 19 April 2013, dari http://ngalam.web.id/read/81/daftar-walikota-malang/

Bakti,I.N. (2010). Polemik istri pejabat maju pilkada. 2 Juni 2010. Diakses pada 09 Desember 2012, dari http://www.lampungnews.com/article/Opini/ 9202/html

Devi. (2012). Bunda rapikan banner kampanye. 26 Juni 2012. Diakses pada 26 September 2012, dari http://wartamalang.com/2012/06/bunda-rapikan-banner-kampanye/

Setianto, W.A. (2009). Jurnal ilmu sosial dan ilmu politik. Kajian epistimologis iklan politik dan perilaku memilih dalam dinamika pemilu 2009. 12 (3). 257-390.

Sulaiman. (2011). Jurnal perempuan dalam perspektif sosial dan kelua rga: Kajian terhadap novel mutakhir perempuan Indonesia. 24 (1), 61-67

Tijar, A. (2010). Istri pejabat maju dalam pilkada. 31 Mei 2010. Diakses pada 09 Desember 2012, dari http://ainuttijar.blogspot.com/2010/05/istri-pejabat-maju-dalam-pilkada.html

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya Sripsi yang berjudul “Prevalensi dan Faktor Risiko Rinosinositis Kronik serta

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode PQ4R dapat meningkatkan pemahaman dalam membaca untuk menemukan gagasan utama atau ide pokok dalam paragraf.Menurut

Penggabungan pendekatan Arsitektur Simbolisme dengan objek Tengger Volcano Center akan menghasilkan fasilitas bagi kegiatan pengamatan dan penelitian Gunung di Kawasan Tengger

Didapatkan hasil persamaan regresi pada sampel ekstrak tepung labu kuning pada waktu fermentasi 0 jam dan 48 jam, yang didapatkan dari hasil plot antara % inhibisi dengan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian maka peran orang tua dalam pendidikan anak usia dini dapat disimpulkan orang tua mengkondisikan lingkungan keluarga

Perlakuan pupuk kandang sapi mampu meningkatkan jumlah cabang, jumlah daun, diameter batang, jumlah bunga, jumlah bintil akar, dan luas daun per pot tanaman kacang pinto

Penerapan strategi pembelajaran metakognitif berbasis tutor sebaya dapat meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa kelas V SD SD YPK Persiapan Kampung