• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat dan logika Copy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Filsafat dan logika Copy"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

A.Pengertian Filsafat Ilmu

Filsafat Ilmu tidak terlepas dari kata filsafat dan ilmu filsafat adalah berfikir secara mendalam tentang sesuatu tanpa melihat dogma dan agama dalam mencari kebenaran sedang ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang (pengetahuan) yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu,yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang itu. Sebagaimana yang di rumuskan para ahli Sebagaimana yang dikutip A. Susanto dalam Filsafat Ilmu sebagai berikut :

1. Menurut Berry Filsafat Ilmu adalah penelaahan tentang logika intern dan teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.

2. May Brodbeck, Filsafat ilmu adalah suatu analis netral yang secara etis dan falasafi, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu menurut Brodbck, ilmu itu harus bisa menganalisis, menggali, mengkaji bahkan melukiskannya sesuatu secara netral , etis dan filosofis sehingga ilmu itu bisa di manfaatkan secara benar dan relevan.

3. Lewis White Filsafat ilmu atau philosophy of science adalah ilmu yang mengkaji dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta

mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu

keseluruhan.Lebih jauh Lewis menjelaskan Filsafat ilmu adalah ilmu yang mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

4. A. Cornelius Benyamin, mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah studi sistematis mengenai sifat dan hakikat ilmu, khususnya yang berkenaan dengan metodenya, konsepnya, kedudukannya di dalam skhema umum disiplin intelektual.

5. Robert Ackermann filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam rangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari praktik ilmiah senyatanya .

6. Peter Caw filsafat ilmu adalah suatu bagian filsafat yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat umumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan

menyajikannya landasan bagi keyakinan dan tindakan di pihak lain, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi tindakan termasuk teori-teori nya sendiri dengan harapan dan penghapusan tidak ajegan dan kesalahan. Caw yakin bahwa melalui filsat ilmu seseoang membangun dua hal, menyajikan teori sebagai landasan bagi keyakinan tindakan dan memeriksa secara kritis segala sesuatu sebagai landasan bagi sebuah keyakinan atau tindakan.

(2)

tentang cara yang di khususkan metode-metode dari ilmu-ilmu yang berlainan .

8. The Liang Gie Merumuskan Filsafat ilmu merupakan segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang

menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia. Bagi Gie, filsafat ilmu bukan hanya di pahami sebagai ilmu untuk mengetahui metode dan analisis ilmu-ilmu lain, tetapi filsafat ilmu sebagai usaha seseorang dalam mengkaji persoalan-persoalan yang muncul melalui perenungan yang mendalam agar dapat diketahui duduk persoalannya secara mendasar sehingga dapat di manfaatkan dalam kehidupan manusia.

9. Menurut Beerling, filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi yang secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk bentuk pengalamn manusia juga mengenai logika dan metodologi.

10. Jujun S, Suriasumantri menjelaskan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan atau epistemologi yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tak lagi merupakan misteri, secara garis besar, Jujun menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori umum, yakni :

1) pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk yang disebut juga dengan etika

2) pengetahuan tentang indah dan jelek, yang disebut dengan estetika atau seni

3) pengetahuan tentang yang benar dan salah, yang disebut dengan logika.

B.Rasionalisme, Empirisme dan Kritisme

1. Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula. Dicari dengan akal ialah dicari dengan berfikir logis. Diukur dengan akal artinya diuji apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis, benar; bila tidak, salah. Dengan akal itulah aturan untuk mengatur manusia dan alam itu dibuat. Ini juga berarti bahwa kebenaran itu bersumber pada akal. Rasionalisme itu berpendirian, sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena Rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan.

(3)

sebagai karunia lebih yang dimiliki oleh semua manusia, mampu menyusun sistem-sistem kefilsafatan yang berasal dari manusia.

 Kelemahan rasionalisme adalah memahami objek di luar cakupan rasionalitas sehingga titik kelemahan tersebut mengundang kritikan tajam, sekaligus memulai permusuhan baru dengan sesama pemikir filsafat yang kurang setuju dengan sistem-sistem filosofis yang subjektif tersebut, doktrin-doktrin filsafat rasio cenderung mementingkan subjek daripada objek, sehingga rasionalisme hanya berpikir yang keluar dari akal budinya saja yang benar, tanpa memerhatikan objek – objek rasional secara peka.

 Aliran ini berpendapat bahwa sumber penggetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal)

2. Empirisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiris. Dengan empirisme aturan (untuk mengatur manusia dan alam) itu dibuat. Empirisme juga memiliki kekurangan yaitu ia belum terukur. Empirisme hanya sampai pada konsep-konsep yang umum. Seorang empirisme biasanya berpendirian, kita dapat memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan diperoleh dengan perantaraan indera.

 Kelebihan empirisme adalah pengalaman indera merupakan sumber pengetahuan yang benar, karena faham empiris mengedepankan fakta-fakta yang terjadi di lapangan.

 Aliran ini berpendapat, bahwa empiris atau pengalamlah yang menjadi sumber penggetahuan baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah.

 Kelemahan empirisme cukup banyak diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Indra terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil..

2. ndera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gulanya rasanya pahit, udara panas dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.

3. Objek yang menipu. Contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia tangkap oleh alat indera; ia membohongi indera. Ini jelas dapat menimbulkan inderawi yang salah.

4. Indera dan objek sekaligus. Empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.

(4)

Penyelesaian pertentangan antara rasionalisme danempirisme hedak diselesaikan oleh umanuel kant dengan kritismenya.

1) Bagi Descartes tidak ada satu setan yang licik pun dapat mengganggu aku, tak seorang skeptis pun mampu meragukannya, yaitu saya sedang ragu.Tidak dapat diragukan bahwa saya sedang ragu.Aku yang sedang ragu itu disebabkan oleh aku berpikir. Aku berpikir pasti ada dan benar.Jika aku berpikir ada, berarti aku ada sebab yang berpikir itu aku.Cogito ergo sum, aku berpikir, jadi aku ada. Descartes memulai filsafat dari metode.Metode keraguan itu bukanlah tujuannya.Tujuan metode ini bukanlah untuk mempertahankan keraguan. Metode ini bergerak dari keraguan menuju kepastian.Ia tidak pernah meragukan bahwa ia mampu menemukan keyakinan yang berada dibalik keraguan itu, dan menggunakannya untuk membuktikan suatu kepastian dibalik sesuatu. Pemikiran fondasi aku yang berpikir itu pantas dijadikan dasar filsafat karena benar-benar ada, tidak diragukan, bukan kamu atau pikiranmu.

2) Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Baik logika deduktif maupun logika induktif, dalam proses penalarannya, mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggapnya benar. Secara objektif kebenaran dapat dikembalikan kepada objek materi, keluasan dan kedalam objek forma, derajat dan system yang berlaku atau yang ada di dalamnya.Pertama, mempertimbangkan objek materinya, dimana filsafat mempelajari segala sesuatu yang ada.Kebenaran ilmu pengetahuan filsafat bersifat umum-universal, tidak terkait dengan jenis-jenis objek tertentu.Kedua, ditinjau dari objek formanya, kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat metafisis, dalam arti meliputi ruang lingkup material-khusus sampai kepada hal-hal yang abstrak-universal.Ketiga, dicermati metode-metode yang digunakan oleh filsafat, sifat kebenaran ilmu pengetahuan filsafat yang abstrak-metafisis semakin jelas.Karena metode kefilsafatan itu terarah dalm mencapai pengetahuan yang esensial atas setiap hal dan pengetahuan eksistensial daripada sesuatu dalam keterkaitan yang utuh (kesatuan).

 Kebenaran berdasarkan teori koherensi, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.

 Kebenaran berdasarkan teori korespondensi, jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.

(5)

Kebenaran berdasarkan teori pragmatis, suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat yang mempunyai doktrin-doktrin filsafati melainkan teori dalam penentuan kriteria kebenaran.

 Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis tidaknya teori itu. Ukuran logis tidaknya akan terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan (teori) itu.

 Kebenaran menurut rasionalisme , para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran (dan, ipso facto, pengetahuan) mengandung makan mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang menunujuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.

 Kebenaran menurut positivisme atau pengujian kebenaran dari fakta atau obyek didasarkan pada pengalaman manusia, atau dalam hal ini maka pernyataan ada atau tidak adanya sesuatu haruslah memenuhi persyaratan pengujian publik.

c.Metode-metode Ilmiah

Menurut soejono soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam,yaitu sebagai berikut

a. Metode ilmiah yang bersifat umum

Metode ilmiah yang bersifat umum masih dapat dibagi dua,yaitu metode analitiko-sintesis dan metode nono deduksi

b. Metode penyelidikan ilmiah

Metode penyelidikan dibagi menjadi dua,yaitu metode penyelidikan yang berbentuk daur atau metode siklus empiris dan metode vertikal yang berbentuk garis lempang atau metode linier.

Teori Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah proses keilmuan yang runut atau sistematis dalam rangka memperoleh pengetahuan tertentu berdasarkan bukti fisis. Dalam bahasa Inggris metode ilmiah disebut sebagai scientific method. Dalam metode ilmiah lmuwan atau peneliti melakukan pengamatan terhadap suatu masalah tertentu serta membuat hipotesis mengenai hal tersebut. Hipotesis yang telah dibuat akan dibuktikan dengan melakukan eksperimen (lebih jauhnya akan dijelaskan dalam langkah-langkah metode ilmiah).

Sedangkan pengertian metode ilmiah menurut para ahli adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran (Almadk ,1939).

(6)

Melakukan metode ilmiah tentu saja memiliki tujuan tertentu, beberapa tujuan seorang peneliti melakukan metode itu adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan keterampilan

Tujuan pertama dari metode ilmiah adalah meningkatkan kemampuan atau keterampilan dari peneliti atau penulisnya. Keterampilan itu dapat meliputi keterampilan menulis, menyusun, mengambil keputusan, kesimpulan, analisis, hingga menerapkan prinsip ilmiah secara sistematis.

2. Untuk mengorganisasikan fakta

Penelitian ilmiah sarat akan fakta-fakta. Agar dapat menjadi kesimpulan dan teori yang valid fakta-fakta tersebut mesti diorganisasi atau diatur dan dikembangkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat di awal sehingga membuktikan suatu teori, menguji atau membuat teori baru.

3. Untuk membuktikan kebenaran ilmiah

Metode ilmiah dilakukan untuk membuktikan kebenaran ilmiah suatu masalah. Pembuktian itu harus melalui pertimbangan-pertimbangan logis dan pengamatan yang jelas. Misalnya saja dalam membuktikan pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi cahaya matahari, maka perlu dilakukan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran ilmiahnya.

4. Mencari ilmu pengetahuan

Metode ilmiah juga bertujuan untuk mencari atau merumuskan ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data terkait yang relevan, melakukan analisis data dan interprestasi dari data dan temuan. Setelah semua proses itu dijalani barulah ditarik kesimpulan dengan pertimbangan-pertimbangan yang ada.

5. Mendapatkan pengetahuan yang teruji

Tujuan akhir dari metode ilmiah adalah mendapatkan hasil yang rasional dan teruji dari sebuah masalah sehingga dapat menambah pengetahuan peneliti dan orang lain.

Langkah-langkah Metode Ilmiah

Dalam menjalani metode ilmiah harus dipenuhi langkah-langkah tertentu. Metode ilmiah adalah suatu yang sistematis sehingga langkah-langkahnya tidak boleh dibalik, harus sesuai urutannya. Berikut adalah langkah metode ilmiah yang wajib kamu ketahui.

1. Perumusan masalah

Metode ilmiah dimulai dari perumusan masalah. Masalah inilah yang akan diteliti dan dicari solusinya. Rumusan masalah berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai objek yang diteliti yang memiliki batas yang jelas serta dapat diketahui faktor-faktor

terkaitnya.

2. Penyusunan kerangka penelitian

Sebelum menentukan hipotesis sebaiknya setiap peneliti menyusun kerangka

(7)

diharapkan peneliti dapat berpikir secara sistematis dan dapat memilah-milah masalah. Selain itu, argumentasi-argumentasi yang menjelaskan berkaitan dengan masalah disusun secara rasional dan sistematis.

3. Perumusan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada rumusan masalah. Hipotesis merupakan kesimpulan kerangka berpikir yang telah dikembangkan.

4. Eksperimen atau pengujian hipotesis

Hipotesis yang telah dibuat sebelumnya perlu diuji dengan melakukan penelitian untuk membuktikan teori yang telah dibuat. Dalam pengujian hipotesis fakta-fakta dikumpulkan dan dipilah mana yang bersinggungan dengan rumusan masalah dan mendukung hipotesis.

5. Penarikan kesimpulan

Setelah melakukan eksperimen dan mendapatkan fakta-fakta atau data yang

mendukung selanjutnya adalah menarik kesimpulan apakah hipotesis yang diajukan di awal itu diterima atau ditolak. Jika fakta atau data yang ditemukan mendukung hipotesis maka hipotesis itu dapat diterima. Namun, jika sebaliknya, maka hipotesis tersebut ditolak.

Apa yang perlu dilakukan jika hipotesis ditolak?

Tidak perlu sampai memanipulasi data namun cukup dengan mencari alasan atau penjelasan yang rasional mengapa hipotesis tersebut tertolak.

Unsur Metode Ilmiah

Sebagaimana yang ditulis dalam laman mengenai metode ilmiah di Wikipedia, terdapat beberapa unsur dalam metode ilmiah, unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Karakterisasi

Karakterisasi terdiri dari pengamatan dan pengukuran terhadap objek yang diteliti. Hasil dari karakterisasi ini adalah data-data atau fakta yang dapat digunakan untuk menyusun dan membuktikan hipotesis.

2. Hipotesis

Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, hipotesis adalah penjelasan teoritis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran. Hipotesis perlu

dibuktikan dengan eksperimen.

3. Prediksi

Prediksi merupakan deduksi logis dari hipotesis yang telah ditentukan di awal.

4. Eksperimen

Eksperimen adalah kegiatan pengujian dari semua unsur sebelumnya, berupa penelitian atau observasi dari masalah yang ada.

(8)

Metode ilmiah sangat berkaitan dengan penulisan ilmiah. Jika metode ilmiah adalah jalan untuk menemukan suatu pengetahuan maka penulisan ilmiah adalah metode untuk melaporkan penemuan itu agar dapat dibaca dan diketahui banyak orang. Penulisan ilmiah disusun oleh langkah-langkah tertentu sebagai berikut:

1. Pemilihan masalah

Metode ilmiah ataupun penulisan ilmiah berawal dari penentuan masalah yang akan dikaji. Masalah tersebut harus dapat digali dari sumber empiris dan teoritis. Dapat ditentukan latar belakangnya, tujuan dan manfaat pengkajiannya dalam sebuah pendahuluan. Agar masalah yang diangkat dapat digali dengan baik maka harus diiringi dengan studi literatur yang relevan.

2. Rumusan Masalah

Setelah menentukan masalah maka selanjutnya adalah memformulasikan masalah tersebut dalam rumusan masalah yang ditulis dan disusun dalam bentuk

pertanyaan. Rumusan masalah inilah yang akan dijawab nantinya.

3. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis yang akan dibuat harus relevan dengan rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Hipotesis digali dari kajian pustaka dengan referensi-referensi terkait, tidak bisa asal tebak saja.

4. Metodologi/pendekatan penelitian

Dalam penulisan ilmiah harus disampaikan metode atau metodologi yang digunakan dalam penelitiannya. Di samping itu juga harus jelas pendekatan apa yang dipakai dalam merancang penelitian agar hasilnya dapat diklaim valid dan terukur.

5. Menyusun instrumen penelitian

Setelah menentukan metode atau pendekatan yang diambil maka selanjutnya peneliti diharuskan merancang instrumen yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. Misalnya alat dan bahan yang dibutuhkan. Hal ini harus jelas agar dapat melakukan pengumpulan data dengan baik. Instrumen yang tepat dan layak akan menentukan dapat mengukur variabel penelitian. Instrumen ini dijelaskan dalam tulisan ilmiah yang dibuat.

6. Mengumpulkan dan menganalisis data

Eksperimen dilakukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam menguji hipotesis. Dengan bantuan instrumen tadi, data-data yang diperoleh kemudian di analisis dengan metode statistik yang relevan dengan tujuan penelitian atau pengujian secara kualitatif.

7. Menuliskan kesimpulan

Proses terakhir dalam penulisan ilmiah adalah menarik kesimpulan dari data yang telah analisis dan mencocokkan kesimpulannya dengan hipotesis yang telah dibuat. Lewat kesimpulan inilah akan ditemukan jawaban dari masalah dan kebenaran dari hipotesi yang telah diajukan sebelumnya.

D.Keragaman dan Pengelompokan Ilmu Pengetahuan

(9)

a. Ilmu Formal dan Non Formal

Nonempiris tidak berarti bahwa pengalaman indrawi tidak mempunyai peran. Empiris tentu saja selalu memainkan peranan karena dalam pengenalam manusiawi unsure indrawi tidak mungkin dilepaskan dari unsure intelektual.

Suatu ilmu disebut nonempiris dalam ilmu dalam selurh kegiatan tidak bermaksud menyelidiki secara sistematis data-data indrawi yang kongkret. 2 contoh ilmu formal atau ilmu nonempiris yaitu matematika dan filsafat.

Suatu ilmu disebut empiris karena memainkan peran sentral . Ilmu empiris dalam seluruh kegiatannya berusaha menyelidiki secara sistematis data indrawi yang kongkret. Yang termasuk ilmu empiris yaitu ilmu hayat, ilmu alam dan ilmu manusia.

b. Ilmu Murni dan Ilmu Terapan

Ilmu murni adalah ilmu yang bertujuan meraih kebenaran demi kebenaran. Contoh, matematika dan metafisika. Ilmu terapan adalah ilmu yang bertujuan diaplikasikan manfaatnya. Contohnya, ilmu kedokteran, teknik, hukum, ekonomi, psikologi, sosiologi, administrasi dan ekologi.

c. Ilmu Nometetis dan Idiografis

Nomotetis ilmu, yang termasuk ilmu ini adalah ilmu alam. Objek pembahasan adalah gejala alam yang dapat diulang terus menerus serta kasus yang berhibungan

dengan hukum alam . Ilmu idiografis , yang termasuk dalam ilmu ini adalah ilmu budaya. Objek pembahasannya adalah objek yang bersifat individu, unik yang hanya terjadi 1x dan mencoba memahami objeknya menurut keunikannya itu.

2.Ilmu Deduktif dan Induktif

a.Ilmu Deduktif

Disebut ilmu deduktif karena semua pemecahan, yang dihadapi dalam ilmu ini tidak didasarkan atas pengalaman indrawi melainkan atas dasar penjabaran atau deduksi. Deduksi ialah proses pemikiran dimana akal budi manusia dari pengetahuan tentang hangl umum dan abstrak menyimpulkan tentang hal bersifat khusus dan individual. Contoh matematika.

b.Ilmu Induktif

Disebut ilmu induktif apabila penyelesaian masalah dalam ilmu yang bersangkutan didasarkan atas pengalaman indrawi. Yang ternasuk dalam ilmu induktif adalah ilmu alam. Ilmu induktif bekerja selalu atas dasar induksi. Induksi ialah proses pemikiran dimana akal budi manusia dari pengatahuan tentang hal bersifat khusus dan individual menarik kesimpulan tentang hal bersifat umum dan abstrak.

c.Naturwissenschaften dan geisteswissenschaften

(10)

3.Ilmu-Ilmu Empiris Secara Lebih Khusus

Ilmu empiris secara lebih khusus menurut Berling ada tiga yakni ilmu alam , ilmu hayat dan ilmu manusia.

4.Beberapa Pandangan tentang Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Para Filsuf

Cristian Wolff

a.Cristian Wolff mengklasifikasikan ilmu pengetahuan kedalam 3 kelompok besar yakni ilmu pengetahuan empiris, matematika dan filsafat.

1.Pengetahuan empiris

a.kosmologi empiris

b.psikologi empiris.

2.Matematika

a.murni yang terdiri dari aritmatika, geometri, aljabar

b.campuran yang terdiri dari mekanika.

3.Filsafat

a.spekulatif yang terdiri dari umum ontologi dan khusus yaitu psikologim kosmologi, theology

b.praktis yang terdiri atas intelek-logika, kehendak yang teridiri dari ekonomi, etika dan politik , dan pekerjaan fisik yang terisri dari teknologi.

b.Auguste Comte

Urutan penggolongan ilmu pengetahuan August Comte sebagai berikut.

1.Ilmu pasti

2.Ilmu perbintangan

3.Ilmu alam

4.Ilmu kimia

5.Ilmu hayat

6.Fisika sosial

Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut August Comte secara garis besar yaitu.

1.Ilmu pengetahuan

(11)

b.Ilmu pengetahuan empiris : fisika, kimia , biologi, sosiologi.

2.Filsafat

a.Metafisika

b.Filsafat ilmu pengetahuan

c.Karl Raimund Popper

Popper mengemukakakan bahwa ilmu pengetahuan manusia dikelompokan dalam 3 dunia, yaitu dunia 1, dunia2 dan dunia 3. Dunia 1 adalah kenyataan fisis dunia, dunia 2 adalah kenyataan psikis dalam diri manusia dan dunia 3 adlah hipotesa, hukum dan teori ciptaan manusia dan hasil kerja sama antara dunia1 dan 2 dan bidang kebudayaan.

d.Thomas S. Kuhn

Tomas berpendapat bahwa kemajuan ilmiah bersifat revolusioner bukan kulatif sebagaimana anggapan sebelumnya.

e.Jurgen Habermas

Pandangan Jurgrn tentang klasifikasi ilmu pengetahuan sangat terkait dengan sifat dan jenis ilmu pengethauan yang dihasilkan , akses kepada realitas dan tujuan ilmu pengetahuan sendiri.

E. Susunan Ilmu Pengetahuan

Susunan atau struktur ilmu pengetahuan adalah seperangkat pertanyaan kunci dan metoda penelitian yang akan membantu memperoleh jawabannya, serta berbagai fakta, konsep, generalisasi, dan teori yang memiliki karakteristik yang khas yang akan membawa kita untuk memahami ide ide pokok dari suatu disiplin ilmuyang bersangkutan.

F.Etika Keilmuwan

Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, objektif dan terbuka. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain itu juga masalah yang mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah ia membangun suatu bangunan yang kokoh kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tak dapat disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia ke arah perubahan yang cukup besar, tetapi dapatkah ilmu yang kokoh, kuat, dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia bukan

sebaliknya.Di sinilah letak tanggung jawab seorang ilmuwan. Pengembangan ilmu pengetahuan sebagai perwujudan aksiologi ilmu mengharuskan visi etik yang tepat untuk diaplikasikan. Manusia dengan ilmu pengetahuan akan mampu berbuat apa saja yang diinginkan, namun pertimbangannya tidak hanya pada apa yang dapat diperbuat oleh manusia. Yang lebih penting pada konteks ini adalah perlunya

(12)

Tidak dapat dielakkan lagi bahwa ilmu dan teknologi telah banyak

membantu manusia dalam pengertian yang sangat luas, tetapi juga tidak dapat diabaikan begitu saja adanya dampak negatif. Dalam hal ini manusia tidak seharusnya menjadi budak teknologi, tetapi ilmu dan teknologi yang harus berada di tangan manusia atau di bawah kendali manusia. Dengan demikian iIlmu dan teknologi dapat dikembangkan oleh dan bagi manusia untuk

kepentingan kesejahteraan manusia. Dalam pandangan AGM Van Nelsen, ilmu dikembangkan pada mulanya sebagai teori yaitu untuk mendalami pengertian diri manusia dan alam sekitar, sehingga manusia sampai pada inti dirinya. Pada tahap ini ilmu manusia lebih bersifat mendeskrispsikan realitas. Ilmu

pengetahuan dimaksudkan agar manusia mampu menjadi manusia yang sungguh-sungguh menyadari diri dan kedudukannya yang unik dalam kosmos.Dalam hal ini problem etis ilmu pengetahuan adalah menyangkut adanya keteganganketegangan antara realitas yang ada (das sein) dan relitas yang seharusnya ada (das solen). Selanjutnya perkembangan ilmu dan teknologi dalam obyektifitas dan otonominya tidak mungkin lepas dari pengaruh pola-pola kebudayaan dan praanggapan di luar kegiatan keilmuan. Dengan demikian tidak berlebihan jika manusia dituntut harus mampu mengendalikan dan

bertanggungjawab atas ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai ciptaannya dan itu justru demi keselamatan, kelestarian kehidupannya sendiri. Kebenaran

intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran memang merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu secara netral, tak berwarna, dapat melunturkan pengertian kebenaran, sehingga ilmu terpaksa menjadi steril.Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran. Ilmu bukan tujuan tetapi sarana, karena hasrat akan kebenaran itu berimpit dengan etika

pelayanan bagi sesama manusia dan tanggungjawab secara agama. Sebenarnya ilmuwan dalam gerak kerjanya tak usah memperhitungkan adanya dua faktor: ilmu dan tanggungjawab, karena yang kedua itu sudah lengket dengan yang pertama. Ilmu pun lengket dengan keberadaan manusia yang transenden dengan kata-kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Di situ terdapat petunjuk TEOLOGIA, VOLUME 25, NOMOR 1, JANUARI-JUNI 2014 mengenai kebenaran yang transenden.Dengan ini berarti pula bahwa titik henti dari kebenaran itu terdapat di luar jangkauan

manusia.Tanggung jawab etis merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu. Dalam kaitan ini terjadi keharusan untuk

(13)

mencelakakan diri dan generasinya. Dalam realitas kehidupan masyarakat dewasa ini, terjadi konflik antara etika pragmatik dengan etika pembebasan manusia. Etika pragmatik berorientasi pada kepentingan-kepentingan elite sebagai wujud kerja sama antara iptek, uang, kekuasaan dan kekerasan yang cenderung menindas untuk kepentingannya sendiri yang bersifat materialistik, dengan etika pembebasan manusia dari penindasan kekuatan elite, etika pembebasan yang bersifat spiritual dan universal. Etika pembebasan manusia, yang bersifat spiritual dan universal itu, bisa muncul dari kalangan ilmuwan itu sendiri, yang bisa jadi karena tidak kerasan dan menolak etika pragmatik yang dirasakan telah menodai prinsip-prinsip ilmu yang menjunjung tinggi kebenaran, kebebasan dan kemandirian.Ilmuwan ini biasanya bekerjasama dengan para rohaniawan dan rakyat kecil pada umumnya, menjadi sebuah gerakan

perlawanan terhadap berlangsungnya etika pragmatik yang bertumpu pada kekuasaan birokrasi politik yang sudah mapan. Usaha untuk menghindarkan dampak negative dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini diperlukan adanya kode etik yang bersifat universal sehingga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diterima oleh semua pihak, tanpa harus mengorbankan pihak-pihak lain dan tanpa merusak lingkungan, serta tanpa adanya kejahatan intelektual. Berbagai kajian Islam muncul untuk merumuskan etika keilmuan,sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi betul-betul utuh. Konsep sains yang utuh setidaknya harus memiliki tiga karakter pokok :

a. Sains harus berorientasi kepada dasar nilai-nilai. Nilai-nilai ini dapat ditemukan melalui metode ilmiah atau wahyu yang dihubungkan dengan konsep segitiga piramida,yaitu Allah swt, manusia, dan alam.

b. Dengan sains Islami, perkembangan ilmu pengetahuan akan memiliki tujuan yang berorientasi pada nilai, dan membangkitkan dirinya pada pembaharuan masyarakat yang bergerak kedepan melalui penemuan ilmiah.

Referensi

Dokumen terkait

Pada usia remaja yang mengalami proses masa transisi perubahan dari bentuk tubuh hingga perkembangan kognitif, remaja putri juga rentan merasa bahwa di dalam sebuah lingkungan

dunia Islam. Beberapa karyanya yang terkenal dalam ilmu mantik seperti 19 ;. a) al-shifa’ : merupakan buku tentang falsafah yang terbahagi kepada

[r]

Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,301 dengan p sebesar 0,000. Nilai p < 0,01 membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

Dengan m em anfaakan perkem bangan teknologi khususnya sm artphone maka diharapkan dapat menjadi solusi dalam keterbatasan jumlah kom puter yang ada di STTA, sehingga

Menurut Nasution (dalam Nurlaeli, 2012, hlm. 98), analisis data kualitatif bersifat terbuka open-ended, redukatif. Dikatakan terbuka karena terbuka bagi perubahan perbaikan

Nilai kekuatan kompresi gipsum untuk pembuatan model kerja harus tinggi, maka pada tahap ketiga proses daur ulang, yaitu pencampuran yang bertujuan untuk mendapatkan bahan yang

Lantai bahan yang dugunakan untuk lantai adalah kepingan papan kayu yang lebarnya 20 cm dan tebalnya 3 cm dimana terdapat celah- celah yang merupakan area