• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Kooperatif B. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Model Pembelajaran Kooperatif B. docx"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Model Pembelajaran Kooperatif

( Kerja Sama )

“Ditujukan untuk memenuhi tugas”

Mata Kuliah

: Teori belajar dan pembelajaran

Dosen

: Endah Retno Suci, M.Pd.

Jurusan

: Tarbiyah - PAI (IV-B)

Di susun Oleh

Kelompok 12 (Dua Belas )

- Ayu Wulandari

- Rubiatik

- Femita Dila Afwinda

- Desi Wulandari

- Nike Andayani

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH

MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT

(2)

KATA PENGANTAR

ْمييححررلا نحْمحيررلا هحللا ْم

ح س

ي بح

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada ibu Dosen mata kuliah Teori belajar dan pembelajaran yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Model Pembelajaran Kooperatif” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

(3)
(4)

DAFTAR IS

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan...1

BAB II...2

PEMBAHASAN...2

A. Pdefinisi Pembelajaran Koperatif...2

B. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif...3

C. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif...4

D. Strategi Pembelajaran Kooperatif...4

E. Tipe-Tipe dari Pembelajaran Kooperatif...6

F. Kelebihan dan Kekurangan dari Pembelajaran Kooperatif...12

BAB III...14

PENUTUP...14

A. Kesimpulan...14

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Berbicara mengenai proses belajar dan pembelajaran tentu tidak akan pernah ada habisnya. Bagaimana pun proses belajar akan terjadi secara kontinu dari masa ke masa. Proses belajar mengajar yang tidak bisa dianggap gampang nyatanya memerlukan komponen-komponen yang saling terkait di dalamnya. seperti interaksi antara guru dan murid, sarana prasarana, administrasi, dan yang tidak kalah penting adalah model pembelajaran.

Model pembelajaran yang digunakan guru sangat berpengaruh dalam menciptakan situasi belajar yang benar-benar menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar mengajar, serta sangat membantu dalam pencapaian prestasi belajar yang memuaskan.

Banyaknya tawaran metode pembelajaran yang beredar kini membuat guru sulit menentukan metode pembelajaran seperti apakah yang layak diimplementasikan dalam pembelajarannya. Seperti dalam makalah ini yang akan membahas tentang strategi pembelajaran kooperatif, di dalam pembelajaran kooperatif ini pun akan ada macam-macam pembagian metode pembelajaran kooperatif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pembelajaran kooperatif?

2. Apa tujuan dan manfaat pembelajaran kooperatif?

(6)

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari pembelajaran kooperatif.

2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat pembelajaran kooperatif.

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pdefinisi Pembelajaran Koperatif

Majid (2013:174) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.1

Teori V. Savage dalam Majid) mengemukakan bahwa cooperative learning

merupakan suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar kooperatif, siswa belajar kerja sama anggota lainnya.2

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Pendekatan kontekstual itu sendiri menekankan pentingnya lingkungan alamiah diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang sedang dialaminya. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain dengan kemampuan yang heterogen.

Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk

kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam

(8)

proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika

salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

B.Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya yang dikemukakan oleh Majid adalah:

1. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami kosep-konsep yang sulit

2. Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang

3. Mengembangkan ketrampilan sosial siswa, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.

Menurut Linda Lungren dalam Ibrahim, dkk. dalam Majid ada beberapa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu:3

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas

2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

(9)

3. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah

4. Memperbaiki kehadiran

5. Angka putus sekolah menjadi rendah

6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar

7. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

8. Konflik antar pribadi berkurang

9. Sikap apatis berkurang

10. Pemahaman yang lebih mendalam

11. Meningkatkan motivasi lebih besar

12. Hasil belajar lebih tinggi

13. Retensi lebih lama, dan

(10)

C. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Ibrahim dkk dalam Majid (2013:176) menyebutkan beberapa ciri atau karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut:

1. Siswa belajar dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang dan rendah (heterogen)

3. Apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu

Pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis.

D.Strategi Pembelajaran Kooperatif

Majid menyatakan bahwa strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat 5 hal penting dalam strategi pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu :4

1. Adanya peserta didik dalam kelompok,

(11)

2. Adanya aturan main,

3. Adanya upaya belajar dalam kelompok,

4. Tatap muka,

5. Evaluasi proses kelompok

Nurul Hayati dalam majid (2013:177) mengemukakan lima unsur dasar model

cooperative learning, yaitu:5

1. ketegantungan positif

2. pertanggung jawaban individual

3. kemampuan bersosialisasi

4. tatap muka

5. evaluasi proses kelompok.

Ketergantungan positif adalah suatu bentuk kerja sama yang sangat erat kaitannya antara anggota kelompok. Kerja sama ini di butuhkan untuk mencapai tujuan. Siswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan anggotanya.

Maksud pertanggungjawaban individu terhadap kelompok tergantung dengan cara belajar perseorangan dari seluruh anggota kelompok. Pertanggungjawaban memfokuskan aktifitas kelompok dalam menjelaskan konsep pada satu orang, dan

(12)

memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok siap menghadapi aktifitas dimana siswa harus menerima tanpa pertolongan anggota kelompok. Kemampuan sosialisasi adalah kemampuan bekerjasama yang biasa dikerjakan dalam kelompok. Kelompok tidak akan berjalan efektif apabila setiap anggota kelompok tidak memiliki kemampuan bersosialisasi yang dibutuhkan. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.6

Kegiatan interaksi ini akan memberikan bentuk sinergi yang menguntungkan bagi semua anggota. Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama lebih efektif

E. Tipe-Tipe dari Pembelajaran Kooperatif

Berikut ini adalah beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif.

1. Tipe STAD (Student Team Achievement Division)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut:7

6 Anita. Lie, Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. (Jakarta: Grasindo. 2002) hlm, 145

(13)

a. Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.

b. Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.

c. Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu.

d. Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok.

e. Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan penghargaan.

2. Tipe Think-Pair-Share

(14)

guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai berikut. 8

a. Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.

b. Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

c. Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

3. Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran

(15)

kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok.9

4. Tipe NHT (Numbered Heads Together)

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (Kepala bernomor) dikembangkan Spencer Kagan. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi.

5. Tipe GI (Group Investigation)

Pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan yang menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis.

Tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah

sebagai berikut:

(16)

a. Tahap Pengelompokan (Grouping)

Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk

kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada

tahap ini, yang pertama siswa mengamati sumber, memilih topik, dan

menentukan kategori-kategori topik permasalahan kemudian siswa bergabung

pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau

menarik untuk diselidiki, lalu guru membatasi jumlah anggota masing-masing

kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan

keheterogenan.

b. Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang: Apa yang mereka

pelajari? Bagaimana mereka belajar? Untuk tujuan apa mereka menyelidiki

topik tersebut?

c. Tahap Penyelidikan (Investigation)

(17)

mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait

dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, kemudian masing-masing

anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, lalu

siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan

pendapat.10

d. Tahap Pengorganisasian (Organizing)

Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai

berikut: pertama anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam

proteknya masing-masing, kemudian anggota kelompok merencanakan apa

yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, lalu wakil

dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam

presentasi investigasi.

e. Tahap Presentasi (Presenting)

Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: pertama, penyajian kelompok

pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, kelompok

yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, kemudian

(18)

pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau

tanggapan terhadap topik yang disajikan.

f. Tahap Evaluasi (Evaluating)

Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut:

pertama siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan

yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya,

kemudian guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran

yang telah dilaksanakan, dan penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi

tingkat pemahaman siswa. 11

6. Tipe CIRC (Cooperatif Integrated Reading And Composition)

Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting.

Dalam model pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok-kelompok ini terdapat siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Dalam kelompok ini tidak dibedakan jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Dengan pembelajaran kelompok,

(19)

diharapkan siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, siswa juga dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. 12

7. Tipe Make A Match (Membuat Pasangan)

Metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran tahun 1994. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan

8. Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik.

(20)

F. Kelebihan dan Kekurangan dari Pembelajaran Kooperatif

1. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif.13

a. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

b. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk menhargai orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan, dan sikap positif terhadap sekolah.

(21)

dapat memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

g. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa mengelola informasi dan kemampuan belajar abs- trak menjadi nyata.

h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangka panjang.

2. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif.14

a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di- samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.

b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini meng-akibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

(22)
(23)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis.

Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD (Student Team Achievement Division) tipe GI (Group Investigation), tipe TSP (Think Pair Share), tipe NHT (Numbered Heads Together), tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan, tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

(24)

DAFTAR FUSTAKA

Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Lie, Anita. 2002. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung:Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Toisaalta, tulosten perusteella voidaan esittää, että pelaajan ja pelihahmon välinen suhde on myös merkityksellisessä osassa pelaamista sekä pelaajan ja pelihahmon

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan,

Berdasarkan uraian di atas maka pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan implementasi model pembelajaran Problem Posing dengan metode Brainstorming diharapkan dapat

By inviting their audiences to get to the bottom of their narrative enigmas, conspiratorial television shows encourage precisely such a behavior – and user

Aplikasi sistem informasi geografis ini dapat menampilkan data- data yang berkaitan dengan informasi tempat wisata di wilayah DKI Jakarta, memberikan kemudahan

Building Approvals adalah sebuah indikator yang menghitung pertumbuhan jumlah rumah baru di suatu negara.Contoh : Jika nilai Building Approvals Ausi lebih tinggi dari nil ai

itu, indikator juga digunakan untuk menentukan konsentrasi ion hidrogen atau pH larutan encer, sejumlah besar indikator yang berisi ion hidrogen, berisi juga gugus asam dan

Penelitian yang dilakukan oleh Olviani (2015) tentang mobilisasi progressif level I terhadap nilai monitoring hemodinamik non invasif pada pasien cerebral injury di