PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
DENGAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA
KELAS II DI MI YASPURI MALANG
SKRIPSI
Oleh:
Indah farida
0 7 1 4 0 0 2 9
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
PENERAPAN CONTEKSTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS
II DI MI YASPURI MALANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Indah farida
0 7 1 4 0 0 2 9
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
i
PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
DENGAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA
KELAS II DI MI YASPURI MALANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Indah farida
0 7 1 4 0 0 2 9
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS II DI MI YASPURI MALANG
SKRIPSI
Oleh:
Indah Farida NIM: 07140029
Telah Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279
Tanggal, 04 April 2009
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN METODE INQUIRI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS II DI MI YASPURI MALANG
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh Indah Farida
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 15 April 2009 Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu sarjana Pendidikan Ekonomi (S.Pd.) Pada tanggal: 15 April 2009
Panitia Ujian
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini masih tak sebesar pengabdianku demi kasih dan cinta pada Bapak (M.
Ikhsan) , Ibu (Mutamimah) dan adikq (M. Syaiful Ulum) yang telah banyak
memberikan pengorbanan yang tidak terhingga nilainya baik materiil maupun
spirituil, sehingga penulis bisa sampai ke jenjang Perguruan Tinggi
Hartono yang telah banyak memberikan dorongan serta motivasi kepada penulis
dalam proses penulisan Skripsi ini.
Keluarga besar kos ungu bapak Alimuddin dan Ibu Sulalah serta temen-temen kos
(fita mut, ani mut, M anis, M muyas, ana mut, zen mut, M acik, amik mut, nani
mut, nining mut, ratna mut, iir mut, feni mut ) yang selalu memberi motivasi pada
penulis
Tulisan ini adalah terima kasihku
Pada ketelatenan serta jerih payah Guru-guruku dan Dosen-dosenku, pak kyai dan
bunyai ku, Pahlawanku yang telah memberi cahaya ilmu pengetahuan
padaku...
Wahai dzat yang Maha Tahu dan Maha Kasih Jadikanlah ini amal ibadahku
v
HALAMAN MOTTO
َ َِْ َ ْا ِ َِْا اْ ُ َْاَو ا اْ ُ ا ا َُ َ ِْ َا َ ُ َ
َنْ ُ ِْ!ُ ْ"ُ# َ$َ ِ ِِْ%َ ْ&ِ' اْوُ(ِه َ*َو
)
ة(- . ا
(:
“ Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan
carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada
jalan-Nya. Supaya kamu mendapatkan keberuntungan”.
vi
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di
Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut dibawah ini:
Nama : Indah Farida NIM : 07140029
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Judul Skripsi :Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL)
dengan metode Inquiri dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA kelas II MI Yaspuri di Malang
vii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 04 April 2009
viii
Kata Pengantar
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan judul PENERAPAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN METODE
INQUIRI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS II DI MI YASPURI MALANG
dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam, barokah yang seindah-indahnya, mudah-mudahan
tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah membawa kita dari alam
kegelapan dan kebodohan menuju alam ilmiah yaitu Dinul Islam.
Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Universitas Islam Negeri
Malang dan sebagai wujud serta partisipasi penulis dalam mengembangkan dan
mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang telah penulis peroleh selama di bangku
kuliah.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkenankan
ix
1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Malang
2. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang
3. Ibu Dra. Sulalah, M.Ag . selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtida’iyah Universitas Islam Negeri Malang
4. Ibu Dra. Sulalah, M.Ag. selaku dosen pembimbing, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Bapak Budi Harianto, S. Pd, selaku Kepala MI Yaspuri Malang yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di lembaga
yang beliau pimpin.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) Fakultas Tarbiyah, yang telah banyak memberikan ilmu kepada
penulis sejak berada di bangku kuliah.
7. Keluarga besar MI Yaspuri yang telah banyak memberikan pengalaman
berharga bagi penulis sebagai bekal menyelesaikan skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu
Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang
sempurna. Begitu juga dalam penulisan Skripsi ini, yang tidak luput dari
x
kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif demi penyempurnaan Skripsi ini.
Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis
berharap semoga dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan Skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
Malang, 04 April 2009
xi
Daftar hasil kerja kelompok
pada siklus I (hari rabu, tanggal 4 Maret 2009) ... 60
TABEL 3
Hasil pengukuran tes secara kelompok
pada siklus I (hari rabu, tanggal 4 Maret 2009) ... 60
TABEL 4
Daftar nilai individu
pada siklus I (hari Rabu, tanggal 4 Maret 2009) ... 62
TABEL 5
Hasil pengukuran tes secara individual
pada siklus I (hari Rabu, tanggal 4 Maret 2009) ... 63
TABEL 6
Daftar hasil kerja kelompok
pada siklus II (hari rabu, tanggal 11 Maret 2009) ... 69
TABEL 6
Hasil pengukuran tes secara kelompok
pada siklus II (hari rabu, tanggal 11 Maret 2009) ... 70
TABEL 7
Daftar nilai tes individu
xii TABEL 8
Hasil pengukuran tes secara individual
pada siklus II (hari Rabu, tanggal 11 Maret 2009) ... 73
TABEL 9
Penyebaran soal evaluasi ... 74
TABEL 10
Daftar nilai evaluasi individu
pada siklus II (hari Rabu, tanggal 18 Maret 2009... 78
TABEL 11
Hasil pengukuran tes secara individual
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar I.
Komponen contextual teaching and learning... 19
Gambar II.
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman interview
Lampiran 2 : Nota konsultasi
Lampiran 3 : Instrumen dokumentasi
Lampiran 4 : Instrumen observasi
Lampiran 5 : Identitas sekolah
Lampiran 6 : Struktur organisasi sekolah
xv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN NOTA DINAS... vi
HALAMAN PERNYATAAN... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
DAFTAR ISI... xv
HALAMAN ABSTRAK... xviii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan masalah... 7
C. Tujuan penelitian... 7
D. Batasan Masalah... 8
BAB II KAJIAN TEORITIS... 9
A. Contextual Teaching Learning (CTL)... 9
xvi
2. Sejarah Contextual Teaching Learning (CTL)... 14
3. Komponen Contextual Teaching Learning (CTL)... 18
4. Metode Inquiri... 26
B. Prestasi Belajar... 28
1. Pengertian prestasi belajar... 28
2. Macam-macam prestasi belajar... 31
3. Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi prestasi belajar... 32
C. IPA... 38
1. Pengertian IPA... 38
2. Tujuan pembelajaran IPA... 40
D. Penggunaan CTL dengan Metode Inquiri dalam Pembelajaran IPA... 41
BAB III METODE PENELITIAN... 42
A. Jenis Penelitian………...… 42
B. Desain Penelitian....………. 42
C. Kehadiran Peneliti………....………... 44
D. Lokasi Penelitian………..………... 45
E. Sumber Data dan Jenis Data…...………... 45
F. Instrumen Penelitian…....………... 46
G. Teknik Pengumpulan Data………... 46
H. Analisis Data...…...………... 48
I. Hasil Penelitian Terdahulu...…………....……….... 49
xvii
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN... 53
A. Latar Belakang Sekolah………..……….. 53
B. Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus I……….. 55
1. Perencanaan Tindakan... 55
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan... 56
3. Refleksi penerapan tindakan... 64
C. Paparan Data dan Temuan Penelitian siklus II…... 66
1. Perencanaan Tindakan... 66
2. Pelaksanaan tindakan dan pengamatan siklus II a. Penerapan tindakan dan pengamatan siklus II, minggu I... 67
b. Penerapan tindakan dan pengamatan siklus II, minggu ke 2... 74
3. Refleksi penerapan tindakan………... 81
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN………. 83
BAB VI PENUTUP……….. 89
A. Kesimpulan………... 89
B. Saran……….. 90
DAFTAR PUSTAKA
xviii ABSTRAK
Farida, Indah. 2009. Penerapan Contextual Teaching and Learning dengan
Metode Inquiri dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas II MI Yaspuri di Malang. Skripsi. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Malang. Dosen Pembimbing: Dra. Hj. Sulalah, M. Ag.
Kata Kunci: Contextual Teaching and Learning, metode inquiri, Prestasi Belajar, IPA.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu, anggota (keluarga, masyarakat dan bangsa). Dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL), proses belajar mengajar akan lebih
konkret, lebih realistis, lebih aktual, lebih menyenangkan, dan lebih bermakna. Proses belajar mengajar berpendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar (kualitas, kreativitas, produktivitas, efisiensi dan efektifitas). Dengan Contextual Teaching and
Learning (CTL), siswa akan mampu memecahkan masalahnya sendiri, yang
paling penting melakukan tugasnya sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Inquiri berasal dari suatu ide yang komplek, yang berarti banyak hal bagi banyak orang, dalam banyak konteks. Inquiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental emosional maupun pribadinya
xix
Berpijak pada latar belakang diatas maka permasalahan yang timbul adalah: 1) Bagaimanakah penerapan contextual teaching and learning dengan metode inquiri dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran IPA kelas II MI di Yaspuri Malang. Adapun tujuan yang ingin diketahui dari permasalahan tersebut diatas adalah: 1) Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan contextual teaching and learning dengan metode inquiri dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran IPA kelas II MI di Yaspuri Malang
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, desain yang digunakan adalah desain penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam pengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa metode yaitu: metode observasi, metode dokumentasi dan metode interview, adapun yang menjadi responden adalah Kepala Madrasah, guru IPA kelas II dan siswa kelas II di MI Yaspuri. sedangkan untuk menganalisisnya penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu berupa data-data yang tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati dan data hasil tes yang telah dilakukan, sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Selain itu, untuk mendukung uraian dari keadaan yang sebenarnya ada dilapangan, disini penulis sertakan tabel sebagai pelengkap data.
Dari hasil analisa, menunjukkan bahwa penerapan contextual teaching and
learning dengan metode inquiri dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut
aktivitas, kreatifitas, dan kearifan guru dalam menciptakan dan
menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah
diprogramkan, secara efektif dan menyenangkan. Dalam hal ini guru harus
dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta
didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan
pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu
pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip
pembelajaran pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan
dan penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajar,
serta memilih dan menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergik,
yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana
siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar
melalui berbagai pengalaman belajar sehingga terjadi perubahan dalam
dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif dan
akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil
Proses pembelajaran yang baik akan dapat menciptakan prestasi
yang berkualitas. Oleh karena itu guru sebagai salah satu komponen
penting keberhasilan pembelajaran, harus mampu menempatkan dirinya
sebagai sosok yang mampu membangkitkan kemauan siswa untuk terus
belajar.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih,
manusia saat ini banyak dituntut untuk selalu ikutt serta dalam perjalanan
waktu yang semakin mutakhir. Begitu juga dalam hal pendidikan,
pembelajaran harus sudah mengadopsi kerangka keilmuan modern dalam
rangka mengejar kesetaraan dengan manusia di belahan dunia lainnya.
Guru yang biasanya dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan
sudah seharusnya dirubah, yaitu dengan banyak menggunakan berbagai
sumber yang dapat menambah pengetahuan siswa.
MI Yaspuri sebagai salah satu lembaga pendidikan juga sangat
menjunjung keberhasilan pembelajaran, sehingga siswa yang dihasilkan
mampu berperan dalam persaingan global. Usaha kearah tersebut sudah
banyak dilakukan oleh pihak madrasah terkait, seperti pemenuhan sarana
prasarana, media pembelajaran, guru yang professional serta komponen
lain yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang dijalankan,
dengan harapan akan mampu menciptakan manajemen pembelajaran
dengan baik, yang pada ujungnya akan menjadikan sekolah yang
Namun masih banyak permasalahan-permasalahan pembelajaran
yang terjadi di sekolah. Seperti rendahnya prestasi belajar siswa.
Permasalahan seperti itu rata-rata dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan.
Hal itulah yang kemudian menjadi tanggung jawab pihak sekolah dan guru
untuk selalu memperbaiki keadaan tersebut, agar siswa mampu menjadi
manusia yang berpengetahuan dan bermoral.
Jika dianalisa, permasalahan-permasalahan tersebut muncul dari
keseharian siswa di kelas. Proses pembelajaran di kelas sangat
menentukan prestasi belajar siswa secara keseluruhan. Di MI Yaspuri
tempat penelitian ini dilaksanakan, banyak sekali permasalahan yang ada.
Seperti dalam pembelajaran IPA di kelas II, siswa kurang antusias dan
kurang peduli terhadap apa yang disampaikan guru, mereka lebih
mementingkan hal lain dari pada belajar, seperti menggambar, bicara
sendiri dan mengganggu teman-teman yang di dekatnya. Hal itu tentu
sangat mengganggu dan tidak memungkinkan untuk memperoleh prestasi
relajar yang maksimal.
IPA adalah suatu ilmu yang berusaha mengungkapkan rahasia alam
semesta secara konkrit dan akurat sesuai keadaan sebenarnya. Jadi IPA
bukan ilmu turun temurun yang diturunkan oleh para ahli dan kita tinggal
menggunakan teori mereka saja. IPA menantang para ilmuwan, guru dan
peserta didik untuk berusaha mengamati, meneliti, menyelidiki dan
hukum-hukum. IPA sebagai ilmu yang sangat penting digunakan orang. Menurut
Samsuri IPA diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. IPA produk atau prinsip (teori)
2. IPA sebagai proses yang menghasilkan metode ilmiah.1
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang
diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan
deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang
dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan
untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi
apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut
hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan
pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam
mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana”
tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara
sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi.
Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode ilmiah.2 Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai
“pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
(universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.3
Samsuri, Bagaiman Menjadi Guru IPA yang Baik (Malang: FKIE IKIP, 1981), hlm. 15.
Http://smpn4cimahi.com/?p=49 3
Berkaitan dengan hal tersebut, sampai saat ini IPA belum mencapai
standart yang diinginkan yaitu IPA sebagai ilmu yang mendorong siswa
untuk memahami,mengamati, meneliti, menyelidiki dan mengadakan
percobaan untuk menemukan konsep, teori dan hukum-hukum. Pada
kenyataannya pembelajaran IPA di kelas II MI Yaspuri masih sebatas
menyampaika IPA kepada siswa bahkan istilah kasarnya "guru hanya
bercerita tentang IPA bukan membelajarkan IPA ".
Dari permasalahan yang dijelaskan di atas, maka dibutuhkan
tindakan yang mampu mencari jalan keluarnya. Salah satu solusi adalah
penggunaan metode yang tepat, yaitu metode yang mampu membuat
seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran. Metode mengajar
merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam membelajarkan
siswa. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk
menciptakan proses belajar mengajar. 4
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna
menjawab dari permasalahan-permasalan pembelajaran tersebut serta
untuk lebih mengaktifkan pembelajaran di kelas adalah dengan
menerapkan contextual teaching learning dengan metode inquiri. Metode
ini dapat diterapkan pada pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang
sudah ditetapkan. Dengan menggunakan pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning/CTL) diharapkan hasil pembelajaran
akan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru kesiswa. Hasil pembelajaran diharapkan
lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis,
dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan
jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana
mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi
hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri
yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari
apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam
upaya itu mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Dalam pembelajaran kontekstual menekankan pentingnya lingkungan
alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan
lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.
Berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka perlu kiranya
diadakan suatu tindakan melalui penelitian pendidikan. Dalam hal ini,
penulis mengangkat satu topik yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi
saat ini, yaitu: “PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING DENGAN METODE INQUIRI DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat penulis kemukakan
permasalahan yang muncul yaitu “Bagaimana penerapan contextual
teaching learning dengan metode inquiri dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas II di MI Yaspuri Malang?.”
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana penerapan contextual teaching learning
dengan metode inquiri dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran IPA kelas II di MI Yaspuri Malang
Penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi :
1. Bagi Guru
Sebagai bahan evaluasi, usaha untuk memperbaiki kusalitas diri
sebagai Guru yang professional dalam upaya untuk meningkatkan
mutu pembelajaran yang dilakukan, khususnya dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Siswa
Memudahkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPA,
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang diperoleh
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Menambah khazanah pengetahuan dan dapat mengembangkan
wawasan peneliti.
D. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini untuk memudahkan peneliti maka mata
pelajaran IPA yang akan diteliti adalah kompetensi dasar
“mengidentifikasi sumber-sumber energi (panas, listrik, dan bunyi) yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Contextual Teaching Learning (CTL)
1. Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
Contextual teaching learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.5 Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat
diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru ketika ia belajar.
Sedangkan menurut Drs. B. Suryosubroto pengajaran merupakan
hasil proses belajar mengajar, efektivitasnya tergantung dari beberapa
unsur. Efektivitas suatu kegiatan tergantung dari terlaksana tidaknya
perencanaan, karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran
menjadi baik dan efektif. Cara untuk mencapai hasil belajar yang
efektif yaitu murid-murid harus dijadikan pedoman setiap kali
membuat persiapan dalam mengajar.6
Depdiknas, Pendekatan Kontekstual. 2002. hlm. 1.
Learning secara umum artinya pembelajaran. Menurut Dra. Hj.
Siti Kusrini pembelajaran adalah upaya pengembangan sumber daya
manusia yang harus dilakukan secara terus menerus selama manusia
hidup.7 Pembelajaran menurut Wirawan merupakan kegiatan
Full-Contact yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran,
perasaan, dan bahasa tubuh) disamping pengetahuan, sikap, keyakinan
sebelumnya serta persepsi masa mendatang.8
Adanya kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk
kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan secara alamiah yang mana belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan
materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek
tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam
kehidupan jangka panjang, dan itulah yang terjadi dikelas-kelas
sekolah kita.
Untuk lebih jelasnya tentang Pembelajaran contextual teaching
and learning (CTL) berikut akan diuraikan beberapa definisinya
menurut para ahli sebagai berikut:
1. Menurut Mulyasa
7 Siti Kusrini, Dkk. Ketrampilan Dasar Mengajar (Malang: Fakultas Tarbiyah
UIN,2006), hlm.9.
8
Wirawan, Quantum Teaching, Alternatif Pengajaran Untuk Peningkatan Mutu
Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah
konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara
materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara
nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan
menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari,
peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan
memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang
dipelajarinya.9
2. Menurut Nurhadi
Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah
konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan
dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit,
dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat.10
9 E. Mulyasa, , Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung:PT Remaja Rosda karya, 2005),
hlm.55.
3. Menurut Dr. Wina Sanjaya M.Pd
Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka.11
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan contextual teaching and learning (CTL) merupakan
konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi nyata kedalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
belajar dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya
lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas
lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa
yang dipelajarinya, pendekatan Contextual Teaching and Learning
11
(CTL) memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam
berbagai macam tatanan kehidupan baik disekolah maupun diluar
sekolah. Selain itu, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah
yang mereka hadapi dalam suatu situasi.
Bila pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
diterapkan dengan benar, diharapkan siswa akan berlatih untuk dapat
menghubungkan apa yang diperoleh dikelas dengan kehidupan dunia
nyata yang ada dilingkungannya. Untuk itu, guru perlu memahami
konsep pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terlebih
dahulu dan dapat menerapkannya dengan benar. Agar siswa dapat
belajar lebih efektif, guru perlu mendapat informasi tentang
konsep-konsep pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan
penerapannya.
Karakteristik dalam proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan CTL, antara lain:
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa
yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah
dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh
siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan
b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring
knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh secara dengan cara
deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara
keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk
dipahami dan yakini, misalnya denagn cara meminta tanggapan
dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan
berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan.
d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa,
sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap straregi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan
balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
2. Sejarah Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
Penerapan pembelajaran Kontekstual di Amerika Serikat bermula
dari pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey pada tahun 1916
berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi
pembelajaran kontekstual berakar dari paham Progresivisme John
Dewey. Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang
mengutamakan penyelenggaraan pendidikan sekolah berpusat pada
anak (Child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan
yang masih berpusat pada guru (Teacher-Centered) atau bahan
pelajaran (subject-centered).12 Intinya, siswa akan belajar dengan baik
apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah
mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat
aktif dalam proses belajar di sekolah.
Pokok-pokok pandangan Progresivisme antara lain:
1. Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat
mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang
diajarkan oleh guru.
2. Anak harus bebas agar bisa berkembang wajar.
3. Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk
merangsang belajar.
4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
5. Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat.
12
6. Sekolah Progresif harus merupakan Laboratorium untuk
melakukan Eksperimen.13
Selain teori Progresivisme John Dewey, teori kognitif juga
melatar belakangi filosofi pembelajaran Kontekstual. Siswa akan
belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam kegiatan
di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa
menunjukkan hasil belajar dalam bentuk apa yang dapat mereka
ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar di pandang
sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk membangkitkan ide-ide
yang masih laten melalui kegiatan Intropeksi.
Disamping itu siswa yang menggunakan strategi kognitif
memungkinkan ketika ia mengikuti berbagai uraian dari apa yang
sedang ia baca, apa yang ia pelajari, mungkin ketrampilan intelektual,
mungkin informasi. Dia menggunakan strategi kognitif untuk memilih
dan menggunakan kode bagi apa yang dia pelajari, dan strategi lain
untuk mengungkapkannya kembali. Yang terpenting, dia
menggunakan beberapa strategi kognitif dalam memikirkan apa yang
telah ia pelajari dan dalam memecahkan masalah. Strategi kognitif
adalah cara yang dimiliki pelajar dalam mengelola proses belajar.
Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan
bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus di hafal.
Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.
Kemudian ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu,
diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan
siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa
menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa
mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Melalui landasan Filosofi Konstruktivisme, CTL dipromosikan
menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL,
siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Menurut Filosofi Konstruktivisme, pengetahuan bersifat
non-obyektif, temporer, dan selalu berubah. Segala sesuatu bersifat
temporer, berubah, dan tidak menentu. Kitalah yang memberi makna
terhadap realitas yang ada. Pengetahuan tidak pasti dan tidak tetap.
Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan
dan mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali makna,
bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. Otak
atau akal manusia berfungsi sebagai alat untuk melakukan interpretasi
sehingga muncul makna yang unik.
Salah satu prinsip penting dari Psikologi pendidikan adalah guru
tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya
sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar
bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide, dan dengan mengajak
siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa tangga
yang dapat membantu mereka mencapai tingat pemahaman yang lebih
tinggi, sehingga prestasi mereka semakin meningkat, tetapi harus tetap
diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut.
Prinsip-prinsip penerapan CTL antara lain :
1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran
perkembangan siswa
2. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri,
aktif, dan kreatif
3. Membentuk dan memanfaatkan kelompok belajar secara tepat
4. Memperhatikan keragaman siswa
5. Memperhatikan kecerdasan majemuk siswa
6. Memanfaatkan beragam teknik pembelajaran, terutama bertanya,
memecahkan masalah, dan berpikir tingkat tinggi
7. Mengutamakan asesmen otentik
3. Komponen P embelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari
penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
(Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning
Comunity), pemodelan (Modelling), Refleksi (Reflection), dan
penilaian sebenarnya (Authentic Assesment). Sebuah kelas dikatakan
menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
jika menerapkan komponen tersebut dalam pembelajarannya.
Keterkaitan ketujuh komponen tersebut digambarkan dalam
bagan berikut ini:
Gambar 1 Komponen contextual teaching and learning Konstruktivisme
nemukan
(Inquiry
bertanya
(Questioning)
pemodelan
(Modeling
masyarakat belajar
(Learning Community)
penilaian sebenarnya
(Authentic Assessment) refleksi
Dari masing-masing komponen terebut akan dijelaskan dalam uraian
berikut ini:
a. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif anak berdasarkan
pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang
berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri
seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor
penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan
kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut.
Kedua faktor itu sama penting, dengan demikian pengetahuan itu
tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu
yang melihat dan mengkonstruksinya.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta konsep atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.14
b. Inkuiri
Inquiri Artinya proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistimatis.
Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan
tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Inquiri pada dasarnya adalah suatu ide yang komplek, yang
berarti banyak hal bagi banyak orang, dalam banyak konteks.
Inquiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari
proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses
perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang
harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang
dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental
seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental
itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual,
mental emosional maupun pribadinya.15
Proses inquiri dapat dipakai dalam berbagai topik mata
pelajaran. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui
beberapa langkah, yaitu:
1. Merumuskan masalah.
2. Mengajukan hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan.
5. Membuat kesimpulan.
Penerapan asas ini dapat dipakai dalam proses proses
contextual teaching and learning (CTL), dimulai dari adanya
kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan.
Dengan demikian siswa harus didorong untuk menemukan
masalah. Apabila masalah telah dipahami dengan batasan-batasan
yang jelas, selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau
jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan.
Hipotesis itulah yang akan menuntut siswa untuk melakukan
observasi dalam rangka mengumpulkan data. Manakala data telah
terkumpul selanjutnya siswa dituntut untuk menguji hipotesis
sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan. Asas menemukan
seperti ini, merupakan asas yang penting dalam pembelajaran
contextual teaching and learning (CTL). Melalui proses berfikir
yang sistematis diatas, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah,
rasional, dan logis, yang kesemuanya itu diperlukan sebagai dasar
pembentukan kreativitas. Siklus yang terdiri dari mengamati,
bertanya, menganalisis, dan menemukan teori. Baik perorangan
1. Diawali dengan pengamatan, lalu berkembang untuk
memahami konsep atau fenomena.
2. Mengembangkan dan menggunakan ketrampilan berfikir kritis.
c. Bertanya (questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap individu. Sedangkan menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam suatu
pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat
berguna untuk:
• Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam
penguasaan materi pelajaran
• Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
• Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
• Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.
• Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu.
d. Masyarakat belajar
Dikutip oleh Wina sanjaya dari Leo Semenovich Vygotsky,
seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa pengetahuan dan
pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang
lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan
masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain.
Kerjasama itu dapat dilakukan dengan berbagai bentuk baik dalam
kelompok belajar formal maupun dalam lingkungan yang terjadi
secara alamiah.
e. Permodelan (modeling)
Permodelan adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu yang dapat dicontoh siswa.Yang dimaksud
dengan asas Modelling adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh
setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara
mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan
sebuah kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh
bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberi contoh
bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan
contoh bagaimana cara menggunakan thermometer dan lain
sebagainya.16
Proses modelling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi
dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki
kemampuan. Misalkan siswa yang pernah menjadi juara dalam
membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya
didepan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap
sebagai model. Modelling merupakan asas yang cukup penting
dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),
sebab melalui modelling siswa dapat terhindar dari pembelajaran
yang teoritis abstrak yang dapat memungkinkan verbalisme.
f. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah
dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah
dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan
dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan
menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi
melalui proses refleksi siswa akan memperbaharui pengetahuan
yang telah dibentuk, atau menambah khazanah pengetahuannya.
g. Penilaian nyata (authentic assessment)
Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya
ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan
tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian
keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti
tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian penilaian
4. Metode Inquiri
Metode inquiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jalaban dari statu masalah yang
dipertanyakan.17
Inquiri Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistimatis. Pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari
proses menemukan sendiri.
Inquiri pada dasarnya adalah suatu ide yang komplek, yang
berarti banyak hal bagi banyak orang, dalam banyak konteks. Inquiri
adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru
bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan
tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
menemukan sendiri materi yang dipahaminya. Belajar pada dasarnya
merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis.
Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh
baik intelektual, mental emosional maupun pribadinya.18
Proses inquiri dapat dipakai dalam berbagai topik mata pelajaran.
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa
langkah, yaitu:
1. Merumuskan masalah.
2. Mengajukan hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan.
5. Membuat kesimpulan.
Penerapan asas ini dapat dipakai dalam proses proses contextual
teaching and learning (CTL), dimulai dari adanya kesadaran siswa
akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan demikian
siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Apabila masalah
telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas, selanjutnya siswa
dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan
rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntut
siswa untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data.
Manakala data telah terkumpul selanjutnya siswa dituntut untuk
menguji hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan. Asas
menemukan seperti ini, merupakan asas yang penting dalam
pembelajaran contextual teaching and learning (CTL). Melalui proses
berfikir yang sistematis diatas, diharapkan siswa memiliki sikap
ilmiah, rasional, dan logis, yang kesemuanya itu diperlukan sebagai
dasar pembentukan kreativitas. Siklus yang terdiri dari mengamati,
bertanya, menganalisis, dan menemukan teori. Baik perorangan
maupun kelompok. Diawali dengan pengamatan, lalu berkembang
untuk memahami konsep atau fenomena. Mengembangkan dan
menggunakan ketrampilan berfikir kritis.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu ”Prestasi”
dan ”belajar”. Meskipun demikian kedua kata tersebut saling
berhubungan antara satu dengan yang lain.
Beberapa ahli sepakat bahwa ‘prestasi’ adalah hasil dari suatu
kegiatan. Dimana hasil yang dimaksud adalah hasil yang memiliki
ukuran atau nilai. Dibawah ini merupakan pendapat para ahli dalam
memahami kata ‘prestasi’ yaitu:
a. WJS Poerdarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang
telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan lain sebagainya).
b. Mas’ud Khasan Abu Qodar, prestasi adalah apa yang telah
diciptakan, hasil pekerjaan, hasil menyenangkan hati yang
c. Nasrun Harahap dan kawan-kawan memberi pengertian prestasi
adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan kemajuan
murid yang berkenaan dengan penguasaan terhadap nilai-nilai yang
terdapat dalam kurikulum.19
Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai
dari suatu kegiatan berupa penilaian terhadap proses yang telah dilalui.
Dimana didalam pendidikan, prestasi merupakan hasil dari
pemahaman yang didapat serta penguasaan nilai-nilai yang terdapat
dalam kurikulum. Sehingga prestasi dapat diukur dengan nilai yang di
dapat dari pengadaan tes maupun evaluasi belajar.
Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli antara lain
adalah :
a. Hitzman berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang
terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh
pengalaman yang dapat dipengaruhi oleh tingkah laku organisme
tersebut.
b. Chaplin berpendapat bahwa belajar merupakan perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan
dan pengalaman.
19
c. Barlow (1985) mengemukakan bahwa perubahan itu terjadi pada
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan sifat
perubahan yang terjadi pada bidang-bidang tersebut tergantung
pada tingkat kedalaman belajar yang dialami.20
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan baik kognitif, afektif, dan psikomotorik
sebagai hasil dari pengalaman seseorang berinteraksi dengan
lingkungannya.
Prestasi belajar secara umum berarti suatu hasil yang dicapai
dengan perubahan tingkah laku yaitu melalui proses membandingkan
pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang diamati oleh siswa
dalam bentuk angka yang bersangkutan dan hasil evaluasi dari
berbagai aspek pendidikan baik aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kata prestasi
pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari aktivitas. Sedangkan
belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakjibatkan perubahan dalam diri individu yaitu perubahan
tingkah laku. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa
20
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan diri individu sebagai hasil
dari aktivitas relajar.
2. Macam-macam Prestasi Belajar
Macam-macam prestasi belajar disini dapat diartikan sebagai
tingkatan keberhasilan siswa dalam belajar yang ditunjukkan dengan
taraf pencapaian prestasi.
Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya psikologi belajar
mengemukakan “pada prinsipnya, pengembangan hasil belajar ideal
meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa”.21 dengan demikian prestasi
belajar di bagi ke dalam tiga macam prestasi diantaranya::
a. Prestasi yang bersifat kognitif (ranah cipta)
Prestasi yang bersifat kognitif yaitu: pengamatan, ingatan,
pemahaman, aplikasi atau penerapan, analisis (pemerikasaan dan
penilaian secara teliti), sisntesis (membuat paduan baru dan utuh).
b. Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa)
Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa) yaitu meliputi:
penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi
(pendalaman), karakterisasi (penghayatan). Misalnya seorang
siswa dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak terhadap
suatu pernyataan dari permasalahan atau mungkin siswa
menunjukkan sikap berpartisipasi dalam hal yang dianggap baik
dan lain-lain.
c. Prestasi yang bersifat psikomotorik (ranah karsa)
Prestasi yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yaitu:
ketrampilan bergerak dan bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan
non verbal. Misalnya siswa menerima pelajaran tentang adab sopan
santun kepada orang tua, maka si anak mengaplikasikan pelajaran
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.22
3. Faktor-faktor yang Menpengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik berasal dari dalam dirinya (Internal) maupun dari luar dirinya
(eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena
itu pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa
mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
Makmun dalam buku Mulyasa mengemukakan
komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran, dan berpengaruh
terhadap prestasi belajar adalah:23
a. Masukan mentah menunjukkan pada karakteristik individu yang
mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses
pembelajaran.
b. Masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta
kelengkapan sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan,
atau sumber dan program.
c. Masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik
dan suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara
lain adalah:
a. faktor internal yaitu faktoryang berasal dari dalam diri siswa, factor
ini terdiri dari:
1) Faktor fisiologis
a. Kondisi fisik, yang mana pada umumnya kondisi fisik
mempengaruhi kehidupan seseorang.
b. Panca indra
2) Faktor psikologis
Keadaan psikologis yang terganggu akan sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa, adapun yang mempengaruhi
faktor ini adalah:
a. Intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri
kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat
b. Minat, merupakan kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh
karena itu minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil
belajar dalam mata pelajaran tertentu.
c. Bakat, menurut Zakiyah Darajat bakat adalah semacam
perasaan dan keduniaan dilengkapi dengan adanya bakat
salah satu metode berfikir.
d. Motivasi, menurut Mc Donald motivasi sebagai sebagai
sesuatu perubahan tenagadalam diri atau pribadi seseorang
yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam
usaha mencapai tujuan.
e. Sikap, sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi dan merespon
dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang
dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.24
b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa,
meliputi:
1) Faktor lingkungan social
Factor sosial menyangkut hubungan antara manusia yang
terjadi dalam ber bagai situasi social. Lingkungan social
sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan
teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang
siswa.
2) Faktor lingkungan non sosial
Faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan non
sosial seperti gedung, sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3) Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau
strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan
dan efisiensi pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal
ini berarti seperangkat operasional yang direkayasa sedemikina
rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar
tertentu.25
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan
prestasi belajar antara lain:
a. Keadaan Jasmani
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, diperlukan jasmani yang
sehat, karena belajar memerlukan tenaga, apabila jasmani dalam
keadaan sakit, kurang Gizi, kurang istirahat maka tidak dapat
belajar dengan efektif.
b. Keadaan Sosial Emosional.
Peserta didik yang mengalami kegoncangan emosi yang kuat, atau
mendapat tekanan jiwa, demikian pula anak yang tidak disukai
temannya tidak dapat belajar dengan efektif, karena kondisi ini
sangat mempengaruhi konsentrasi pikiran, kemauan dan perasaan.
c. Keadaan lingkungan
Tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh
perangsang-perangsang dari luar, karena untuk belajar diperlukan
konsentrasi pikiran. Sebelum belajar harus tersedia cukup bahan
dan alat-alat serta segala sesuatu yang diperlukan.
d. Memulai pelajaran
Memulai pelajaran hendaknya harus tepat pada waktunya, bila
merasakan keengganan, atasi dengan suatu perintah kepada diri
sendiri untuk memulai pelajaran tepat pada waktunya.
e. Membagi pekerjaan
Sewaktu belajar seluruh perhatian dan tenaga dicurahkan pada
suatu tugas yang khas, jangan mengambil tugas yang terlampau
berat untuk diselesaikan, sebaiknya untuk memulai pelajaran lebih
dulu menentukan apa yang dapat diselesaikan dalam waktu
tertentu.
f. Adakan kontrol
g. Selidiki pada akhir pelajaran, hingga manakah bahan itu telah
dikuasai. Hasil baik menggembirakan, tetapi kalau kurang baik
h. Pupuk sikap optimis
Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi meningkat
dan karena itu memupuk sikap yang optimis. Lakukan segala
sesuatu dengan sesempurna, karena pekerjaan yang baik memupuk
suasana kerja yang menggembirakan.
i. Menggunakan waktu
Menghasilkan sesuatu hanya mungkin, jika kita gunakan waktu
dengan efisien. Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama
sampai habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan
sepenuh tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas
yang khas.
j. Cara mempelajari buku
Sebelum kita membaca buku lebih dahulu kita coba memperoleh
gambaran tentang buku dalam garis besarnya.
k. Mempertinggi kecepatan membaca
Seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi yang
sebanyak-banyaknya dari bacaan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Karena itu harus diadakan usaha untuk mempertinggi efisiensi
membaca sampai perguruan tinggi.
Selain faktor di atas yang mempengaruhi, prestasi belajar juga
dipengaruhi oleh waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang
dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh
peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk
belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi dari pada yang hanya
memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar.
C. Mata Pelajaran IPA
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut GBPP sekolah dasar 1994, ilmu pengetahuan alam
(IPA) adalah hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan,
gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang
diperoleh melalui serangkaian proses ilmiah. Mata pelajaran IPA
memiliki materi pelajaran yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip dan prosedur IPA. Semua unsur tersebut diperoleh
melalui serangkaian proses ilmiah.26
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang
diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan,
dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah
gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu:
(1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan
untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk
menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap
ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan
kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban,
memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”,
“mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun
karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan
diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal
dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah.
Ilmu pengetahuan alam merupakan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan
IPA di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar.27
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan
bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
1.Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk
hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru
yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat
open ended.
2.Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah;
metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan.