• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Pola Pengelolaan Keuangan Bada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mekanisme Pola Pengelolaan Keuangan Bada"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM PADA SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

Paper Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Keuangan Negara

disusun oleh:

GIGIH SURYA PRAKASA 103060017337

Kelas 2L Akuntansi Pemerintahan Mahasiswa Program Diploma III Keuangan

(2)

1. Abstraksi

Di dalam pembukaan UUD 1945, ada tujuan bernegara yang menyatakan tentang mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa tidak hanya dilakukan oleh Kemendikbud saja namun dilakukan oleh setiap kementerian yang mampu melaksanakan dan menyelenggarakan fungsi pendidikan. Fungsi pendidikan dan pelatihan pada tiap kementerian biasanya dilakukan oleh badan diklat eselon satu di kementerian tersebut. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara adalah salah satu unit satker dibawah BPPK yang menjalankan fungsi penyelenggaraan pendidikan kepada calon pegawai di kementerian keuangan. STAN dalam menjalankan tugasnya untuk mendidik dan melatih calon pegawai negeri sipil di bidang akuntansi, perpajakan, dan keuangan diatur sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan kementerian keuangan yang kemudian saat mahasiswa lulusan STAN lulus nanti dapat langsung ditempatkan di 14 instansi kementerian keuangan di seluruh Indonesia.

(3)

kewenangan pengelolaan keuangan mandiri, STAN dapat menerapkan dan menentukan tarif pendaftaran USM STAN sesuai dengan asas yang berlaku dan tujuan pelayanan bukan mencari profit. Kekuasaan ini juga tidak mewajibkan STAN untuk memasukkan PNBP yang didapat ke dalam Rekening Kas Negara. Pendapatan yang diterima bisa langsung digunakan untuk membayar dan menutupi beban yang timbul selama penyelenggaraan dan pemberian jasa USM STAN.

2. Pendahuluan A. Konsep BLU

Salah satu agenda reformasi keuangan negara adalah adanya pergeseran dari pengganggaran tradisional menjadi pengganggaran berbasis kinerja. Dengan basis kinerja ini, arah penggunaan dana pemerintah tidak lagi berorientasi pada input, tetapi pada output. Perubahan ini penting dalam rangka proses pembelajaran untuk menggunakan sumber daya pemerintah yang makin terbatas, tetapi tetap dapat memenuhi kebutuhan dana yang makin tinggi.

Penganggaran yang berorientasi pada output merupakan praktik yang telah dianut luas oleh pemerintahan modern di berbagai negara. Pendekatan penganggaran yang demikian sangat diperlukan bagi satuan kerja instansi pemerintah yang memberikan pelayanan kepada publik. Salah satu alternatif untuk mendorong peningkatan pelayanan publik adalah dengan mewiraswastakan pemerintah. Mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) adalah paradigma yang memberi arah yang tepat bagi sektor keuangan publik. Ketentuan tentang penganggaran tersebut telah dituangkan dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

(4)

Prinsip-prinsip pokok yang tertuang dalam kedua undang-undang tersebut menjadi dasar penetapan instansi pemerintah untuk menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU). BLU ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

BLU memiliki beberapa karakteristik yaitu:

1.Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara yang dipisahkan);

2.Menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/sebagian dijual kepada publik;

3. Tidak bertujuan mencari keuntungan;

4.Dikelola secara otonom dengan prinsip efisien dan produktivitas ala korporasi;

5.Rencana kerja/anggaran dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan pada instansi induk;

6.Pendapatan dan sumbangan dapat digunakan langsung;

7.Pegawai dapat terdiri dari PNS dan non-PNS; dan

8.Bukan sebagai subjek pajak.

B. Tujuan, Asas, dan Pengelolaan keuangan BLU

BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktik bisnis yang sehat.

1) Asas

(5)

1. BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan;

2. BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk.

3. Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLU dari segi manfaat layanan yang dihasilkan.

4. Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota.

5. BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.

6. Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja dan BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana kerja dan anggaranserta laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.

7. BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.

2) Pola Pengelolaan Keuangan BLU

(6)

memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya. Hal yang dimaksud dengan praktik bisnis yang sehat adalah proses penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan.

Instansi pemerintah yang melakukan pembinaan terhadap pola pengelolaan keuangan BLU adalah Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Ditjen Perbendaharaan.

a. STAN sebagai BLU di Kementerian Keuangan

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) merupakan perguruan tinggi kedinasan yang berada dalam naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Pendidikan Program Diploma Bidang Keuangan yang diselenggarakan oleh STAN bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli-tenaga ahli di bidang keuangan negara dengan spesialisasi tertentu seperti Akuntansi, Perpajakan, Pajak Bumi dan Bangunan/Penilai, Kebendaharaan Negara, Kepabeanan dan Cukai, dan Kepiutanglelangan. Oleh karena itu, para lulusan dibekali pengetahuan dan keterampilan serta keahlian profesional sesuai dengan spesialisasinya dalam rangka memenuhi kebutuhan pegawai dan mencetak kader-kader pengelola keuangan negara pada unit-unit di lingkungan Departemen Keuangan dan instansi pemerintah lainnya seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI).

STAN sebagai satker agar dapat ditetapkan sebagai BLU harus memenuhi beberapa persyaratan.

b. Persyaratan Substantif

1. Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi yang berhubungan dengan:

(7)

b) Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum seperti otorita dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet); atau

c) Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi atau pelayanan kepada masyarakat, seperti pengelola dana bergulir untuk usaha kecil dan menengah.

2. Bidang layanan umum yang diselenggarakan bersifat operasional yang menghasilkan semi barang/jasa publik (quasi public goods)

3. Dalam kegiatannya tidak mengutamakan keuntungan.

c. Persyaratan Teknis

1. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan

2. Kinerja keuangan satker instansi yang bersangkutan sehat sebagaimana ditunjukan dalam dokumen usulan penetapan BLU.

d. Persyaratan Administratif

1) Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat. Pernyataan tersebut disusun sesuai dengan format yang tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007 dan bermaterai, ditandatangani oleh pimpinan satker Instansi Pemerintah yang mengajukan usulan untuk menerapkan PPK-BLU dan disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga terkait.

(8)

a) organisasi dan tata laksana, yang memuat antara lain struktur organisasi, prosedur kerja, pengelompokan fungsi yang logis, ketersediaan dan pengembangansumber daya manusia;

b) akuntabilitas, yaitu mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada satuan kerja Instansi Pemerintah bersangkutan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik, meliputi akuntabilitas program, kegiatan, dan keuangan;

c) transparansi, yaitu adanya kejelasan tugas dan kewenangan, dan ketersediaan informasi kepada publik.

3) Rencana strategis bisnis, mencakup:

a) visi, yaitu suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan;

b) misi, yaitu sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik;

c) program strategis, yaitu program yang berisi proses kegiatan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul; dan

d) kesesuaian visi, misi, program, kegiatan, dan pengukuran pencapaian kinerja;

e) indikator kinerja lima tahunan berupa

indikator pelayanan, keuangan, administrasi, dan SDM;

(9)

disertai analisis atas faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tercapainya kinerja tahun berjalan.

4) Laporan keuangan pokok, terdiri atas:

a) Kelengkapan laporan:

i) Laporan Realisasi Anggaran/Laporan Operasional Keuangan, yaitu laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomiyang dikelola, serta menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu periode pelaporan yang terdiri atas unsur pendapatan danbelanja;

ii) Neraca/Prognosa Neraca, yaitu dokumen yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu;

iii) Laporan Arus Kas, yaitu dokumen yang menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi, dan transaksi nonanggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas selama periode tertentu;

iv) Catatan atas Laporan Keuangan, yaitu dokumen yang berisi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran,Neraca/Prognosa Neraca, dan Laporan Arus Kas, disertai laporan mengenai kinerja keuangan.

b) Kesesuaian dengan standar akuntansi;

c) Hubungan antar laporan keuangan.

(10)

e) Analisis laporan keuangan.

5) Standar Pelayanan Minimum (SPM) merupakan ukuran pelayanan yang harus dipenuhi oleh satuan kerja instansi pemerintah untuk menerapkan PK BLU. SPM ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan biaya serta kemudahan memperoleh layanan.

SPM sekurang-kurangnya mengandung unsur:

a) Jenis kegiatan atau pelayanan yang diberikan oleh satker. Jenis kegiatan merupakan pelayanan yang diberikan oleh satker baik pelayanan ke dalam (satker itu sendiri) maupun pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Jenis kegiatan ini merupakan tugas dan fungsi dari satker yang bersangkutan.

b) Rencana Pencapaian SPM. Satuan kerja menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM sesuai dengan peraturan yang ada.

c) Indikator pelayanan. SPM menetapkan jenis pelayanan dasar, indikator SPM dan batas waktu pencapaian SPM.

d) Adanya tanda tangan pimpinan satuan kerja yang bersangkutan dan menteri/pimpinan lembaga.

(11)

Setelah memenuhi ketiga persyaratan di atas, melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 71/KMK.05/2008 akhirnya STAN ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum.

e. Pengelolaan Keuangan STAN sebagai Satker BLU yang Mandiri Tarif

Satker berstatus BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana yang dapat bertujuan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan. Tarif layanan tersebut dapat berupa besaran tarif atau pola tarif sesuai jenis layanan BLU yang bersangkutan. Apabila BLU memiliki jenis layanan yang tidak terlalu banyak, maka cukup memiliki tarif berupa angka mutlak ataupun kisaran tarif. Apabila BLU memiliki jenis layanan yang banyak dan bersifat kompleks, seperti rumah sakit, maka tarifnya berupa pola tarif untuk kelompok layanan.

Tarif layanan diusulkan oleh BLU bersangkutan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga, kemudian Menteri/Pimpinan Lembaga mengajukan usulan tarif tersebut kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan. Dalam penetapan tarif dimaksud, Menteri Keuangan dibantu oleh suatu tim dan dapat menggunakan narasumber yang berasal dari sektor terkait.

Hal-hal yang wajib dipertimbangkan dalam menyusun tarif adalah sebagai berikut:

1. Kontinuitas dan pengembangan layanan;

2. Daya beli masyarakat;

3. Asas keadilan dan kepatutan;

(12)

Biaya Satuan

Dalam penyusunan tarif dan biaya layanan, terlebih dahulu ditentukan biaya satuan per unit output dari layanan atau kegiatan BLU. Biaya satuan dibuat berdasarkan perhitungan akuntansi biaya untuk setiap output barang/jasa yang dihasilkan.

Dalam rangka penyusunan biaya satuan per unit layanan, maka perlu diperhitungkan biaya-biaya yang timbul, yaitu:

1. Biaya langsung; adalah biaya-biaya yang secara khusus dapat ditelusuri atau diidentifikasi sebagai komponen langsung dari biaya produk. Total biaya langsung ini dalam beberapa literatur juga sering disebut dengan istilah biaya utama (prime cost).

2. Biaya tidak langsung adalah semua biaya yang tidak dapat diidentifikasi secara khusus terhadap suatu produk dan dibebankan kepada seluruh jenis produk secara bersamaan. Biaya tidak langsung ini sering disebut juga dengan istilah biaya overhead (overhead cost).

3. Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara total seiring dengan berubahnya volume produk yang dibuat. Sehingga hubungan antara total biaya variabel dengan total unit barang yang diperoduksi adalah linier (garis lurus). Sedangkan biaya per unit-nya adalah tetap. Contoh: Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.

4. Biaya tetap (fixed cost), seperti biaya penyusutan dan biaya sewa akan selalu tetap (constant) dalam suatu rentang waktu/periode tertentu. Perlu dicatat bahwa biaya tetap akan selalu konstan pada semua tingkat produksi (volume), sedangkan biaya tetap per unit akan menurun seiring dengan meningkatnya volume produksi.

Langkah-langkah perhitungan biaya satuan adalah sebagai berikut:

(13)

2. Menentukan indikator kinerja berupa keluaran (output), tolok ukur kinerja, dan target kinerja;

3. Untuk satu jenis keluaran, tentukan jenis biaya dan besaran biaya per unit output. Jenis biaya dapat berupa: biaya langsung variabel, biaya langsung tetap, biaya tidak langsung variabel, dan biaya tidak langsung tetap.

4. Menghitung biaya per jenis kegiatan dengan mengalikan rincian biaya dengan satuan biaya.

5. Menjumlahkan seluruh komponen biaya untuk mendapatkan satuan biaya per kegiatan.

Pengelolaan PNBP

Penggunaan PNBP. Pada BLU Penuh, Satuan kerja berstatus BLU Penuh diberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan, antara lain dapat langsung menggunakan seluruh PNBP dari pendapatan operasional dan nonopersaional, di luar dana yang yang bersumber dari APBN, sesuai RBA tanpa terlebih dahulu disetorkan ke Rekening Kas Negara. Apabila PNBP melebihi target yang ditetapkan dalam RBA tetapi masih dalam ambang batas fleksibilitas, kelebihan tersebut dapat digunakan langsung mendahului pengesahan revisi DIPA. Terhadap kelebihan PNBP yang melampaui ambang batas fleksibilitas, dapat digunakan dalam tahun berjalan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Dirjen Perbendaharaan atau menjadi saldo awal tahun berikutnya.

Surplus dan Defisit BLU

(14)

Surplus anggaran BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya kecuali atas perintah Menteri Keuangan, disetorkan sebagian atau seluruhnya ke rekening kas umum negara dengan mempertimbangkan posisi likuiditas BLU.

Defisit anggaran BLU adalah selisih kurang antara pendapatan dengan belanja BLU yang dihitung berdasarkan laporan keuangan operasional berbasis akrual pada suatu periode anggaran.

Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam tahun anggaran berikutnya kepada Menteri Keuangan melalui Menteri/Pimpinan Lembaga. Menteri Keuangan dapat mengajukan anggaran untuk menutup defisit pelaksanaan anggaran BLU dalam APBN tahun anggaran berikutnya.

Pengelolaan Kas

Pengelolaan kas BLU dilakukan berdasarkan praktek bisnis yang sehat. Dalam melaksanakan pengelolaan kas, BLU menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut :

1. Perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas;

2. Pemungutan pendapatan atau tagihan;

3. Penyimpanan kas dan mengelola rekening bank;

4. Pembayaran;

5. Perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan

6. Pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan.

Pengelolaan kas BLU dapat dilakukan melalui:

(15)

2. Pembukaan Rekening Bank BLU oleh pimpinan BLU, sesuai dengan ketentuan yang berlaku kecuali dalam rangka cash management;

3. Investasi jangka pendek dalam rangka cash management (jika terjadi surplus kas) pada instrumen keuangan dengan resiko rendah.

C. Dasar Hukum

Di bawah ini adalah daftar Undang-undang dan peraturan yang mengatur tentang Badan layanan Umum.

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pasal 68 dan 69;

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

Peraturan Menteri Keuangan

1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.02/2006 tentang Persyaratan Administratif Dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah untuk Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (dicabut dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007);

(16)

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.02/2006 tentang Pembentukan Dewan Pengawas pada Badan Layanan Umum (dicabut dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007);

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan Umum sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2007;

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/2006 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum (dicabut dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009);

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 Tentang Pedoman Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan Umum;

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 tentang Pembentukan Dewan Pengawas pada Badan Layanan Umum;

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan Administratif dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah untuk Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU;

(17)

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Revisi DIPA untuk Satuan Kerja BLU Tahun Anggaran 2008;

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum (dicabut denganPeraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011);

13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.05/2009 tentang Pengelolaan Pinjaman pada BLU;

14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.05/2009 tentang Pedoman Pemberian Bonus Atas Prestasi bagi Rumah Sakit Eks-Perjan yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.05/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir Pada Kementrian Negara/Lembaga;

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2009 tentang Penghapusan Piutang BLU;

17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;

Peraturan Dirjen Perbendaharaan

1. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-30/PB/2011 tentang Mekanisme Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satuan Kerja Badan Layanan Umum;

(18)

Khusus untuk STAN, menteri keuangan saat itu, Sri Mulyani, melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 71/KMK.05/2008 tanggal 31 Maret 2008, STAN ditetapkan sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).

3. Realisasi

Sejak tanggal 31 maret 2008, STAN resmi menyandang status baru yaitu Badan Layanan Umum (BLU). Hal ini ditandai dengan ditandatanganinya Keputusan Menteri Nomor 71/KMK.05/2008 oleh menteri Keuangan, Sri Mulyani. sebelumnya rencana perubahan ini telah dipresentasikan di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika mengadakan kunjungan ke Departemen Keuangan (Depkeu).

Pada dasarnya, perubahan status ini ditujukan agar STAN dapat memberikan pelayanan yang lebih prima pada para stakeholder dengan konsep better, higher, dan bigger. Yang dimaksud stakeholder meliputi mahasiswa dan instansi pengguna, termasuk di dalamnya adalah warga masyarakat sekitar kampus, sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Kini STAN termasuk salah satu instansi pemerintah yang bisa menggunakan penerimaannya secara langsung untuk kegiatan pelayanan kembali. Sederhananya, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berasal dari STAN, uang Ujian Saringan Masuk misalnya, tidak akan masuk kas negara lebih dulu, tetapi langsung masuk kas STAN. Dengan demikian, proses yang kurang efisien atas pengalihan dana operasional yang berasal dari APBN dapat dihindari.

(19)

Selain itu, STAN juga dapat diperlakukan sebagai bisnis unit, diizinkan untuk mengusahakan dana sendiri guna membiayai operasionalnya. Dengan begitu, STAN mempunyai kesempatan untuk mandiri, tidak banyak bergantung lagi pada APBN. Dalam hal kesempatan bisnis ini, muncul kekhawatiran bahwa STAN akan mengarah pada korporasi. Bambang Yuli Istanto, selaku Kasubbag Keuangan STAN dengan tegas menanggapi hal ini, “BLU Ini jangan dipersepsikan orientasinya mencari untung, atau mengejar penerimaan. Orientasi kita adalah pendidikan bagi calon pegawai Depkeu.”

Berbagai cara dilakukan STAN untuk mencapai kualitas yang baik dalam penyelenggaraaan BLU terutama dalam pelaksanaan USM STAN. STAN selalu mengupayakan pelayanan pendaftaran harus lebih baik dari sebelumnya. Sebelum melaksanakan tugas pendaftaran, manajemen STAN mengadakan pelatihan pelayanan prima setengah hari untuk membekali kembali para petugas pendaftaran akan pentingnya layanan publik yang terbaik.

Tujuan pelatihan tersebut adalah “meningkatkan semangat, simpati, empati, dan motivasi peserta dalam menjalankan tugas pelayanan proses pendaftaran Ujian Saringan Masuk (USM) STAN kepada para pendaftar (lulusan SLTA).”

(20)

Selain itu diadakan audit internal ISO di setiap kegiatan penyelenggaraan USM setiap tahun. USM STAN merupakan acara STAN sebagai BLU yang paling besar karena pelaksanaanya serempak di seluruh Indonesia. Tentu akan banyak percobaan kecurangan dalam pelaksanaan USM sehingga STAN harus lebih mengedepankan sisi profesionalitas dalam menghadapinya. Untuk tahun 2010, ditetapkan bahwa iuran pendaftaran USM STAN untuk pendaftar adalah Rp 150.000,00. Uang pendaftaran ini dianggap sebagai PNBP dan dapat digunakan langsung untuk membiayai kegiatan USM STAN tanpa harus masuk terlebih dahulu ke rekening kas negara. Dengan demikian, pengelolaan keuangan BLU STAN menjadi lebih luwes dan fleksibel. 4. Referensi

Sumber Internet

http://dewanggastanjakarta.wordpress.com/2007/05/19/setjen-depkeu-beri-lampu-hijau-blu-stan-makin-nyata/

http://infostan.wordpress.com/2008/05/22/stan-pasca-pengesahan-blu/ http://pkblu.perbendaharaan.go.id/

http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2005/23TAHUN2005PP.htm http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2007/119~PMK.05~2007Per.htm http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2008/71~KMK.05~2008Kep.HTM http://www.stan.ac.id/kategori/reformasi-birokrasi

http://www.stan.ac.id/posts/20091207/pelatihan-audit-internal-sertifikasi-iso.html http://www.stan.ac.id/posts/20091208/audit-internal-tim-iso-stan.html

http://www.stan.ac.id/posts/20100514/pelatihan-pelayanan-prima-petugas-pendaftaran-usm-stan-ta-20102011.html

http://www.stan.ac.id/posts/20100515/frame-part-v-dan-sertifikat-iso-90012008.html http://www.stan.ac.id/tentang-stan

Referensi

Dokumen terkait

maka Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014 menetapkan Paket tersebut di

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor '125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Model yang digunakan dalam regresi berganda untuk melihat pengaruh kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja

Mengetahui proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode paired story telling pada mata pelajaran SKI di kelas IV.. Mengetahui hasil belajar siswa

FRONTLINER DI KJKS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG SEMARANG KOTA Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri

Tujuan penggunaan metode ini diterapkan untuk memudahkan para siswa/siswi di Madrasah Ibtidayah memahami dan dapat mempraktikan Shalat fardu dengan benar sesuai dengan apa yang

Hasil pengamatan guru kelas tentang penerapan metode eksperimen tindakan siklus I pada pertemuan I yaitu 68,75% (kurang baik), tampak bahwa pelaksanaan pembelajaran

Program REDD+ berusaha untuk mencapai berkelanjutan melalui berbagai cara, seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan perempuan, dan mengantisipasi proses integrasi gender dalam