• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Interaksi Masyarakat Multikultural (Studi Kasus Pada Beberapa Etnis di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bentuk Interaksi Masyarakat Multikultural (Studi Kasus Pada Beberapa Etnis di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Interaksi Sosial

Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang

berperan saling mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan

kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Menurut Maryati dan Suryawati

dalam (Yesmil anwar dan adang 2013:194) menyatakan bahwa, Interaksi

sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar

individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.

Interaksi sosial merupakan proses setiap orang menjalin kontak dan

berkomunikasi dan saling mempengaruhi dalam pikiran maupun tindakan. Sebagai

pondasi dengan sebuah tindakan yang didasarkan pada norma dan nilai sosial yang

berlaku dan diterapkan dalam masyarakat. Berlangsungnya interaksi sosial dengan

baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya

kesadaran dari masing-masing, maka proses sosial pun tidak akan berjalan dengan

yang diharapkan dan merupakan bentuk dari proses sosial karena interaksi sosial

merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses

(2)

1. Ciri-ciri interaksi sosial

1) Jumlah pelaku dua orang atau lebih.

2) Adanya komunikai antarpelaku dengan menggunakan simbol atau

lambang.

3) Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa sekarang,

dan masa mendatang.

4) Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi

tersebut.

2. Syarat terjadinya interaksi

Agar interaksi sosial dapat terjadi, dibutuhkan beberapa syarat. Menurut Ibid

dalam (Soerjono Soekanto 2007:55) seperti syarat terjadinya interaksi sosial

adalah sebagai berikut.

a. Kontak Sosial : Kata ‘kontak’ berasal dari kata ‘con’ atau ‘cum’

(Bahasa Latin: bersama-sama) dan ‘tango’ (Bahasa Latin: menyentuh).

Jadi, secara harfiah kontak artinya adalah ‘sama-sama menyentuh’.

Secara fisik kontak sosial baru terjadi apabila terjadi hubungan

badaniah. Akan tetapi, sebagai gejala sosial tidak harus berarti suatu

hubungan badaniah. Karena seseorang dapat mengadakan hubungan

(3)

dan berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat. Kontak sosial

adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan

awal terjdinya interaksi sosial dan masing-masing pihak saling

bereaksi meski tidak harus bersentuhan secara fisik. Kontak sosial

dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu kontak antar individu,

kontak antar individu dengan kelompok, dan kontak antar kelompok.

b. Komunikasi : berasal dari kata ‘communicare’ (Bahasa Latin:

berhubungan). Jadi, secara harfiah komunikasi adalah berhubungan

atau bergaul dengan orang lain. Pada kontak sosial pengertiannya lebih

ditekankan kepada orang atau kelompok yang berinteraksi, sedangkan

komunikasi lebih ditekankan kepada bagaimana pesannya itu diproses.

Komunikasi muncul setelah kontak berlangsung (ada kontak belum

tentu terjadi komunikasi). Komunikasi memiliki maksud yang luas

dibandingkan dengan kontak, karena komunikasi dapat memiliki dan

menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Seperti

tersenyum dapat ditafsirkan sebagai penghormatan atau ejekan

(4)

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada beberapa faktor

berikut

a. Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada

orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti

pandangan dan mempengaruhi tanpa berpikir panjang. Sugesti

biasanya dilakukan oleh orang yang berwibawa, mempunyai pengaruh

besar, atau terkenal dalam masyarakat.

b. Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain

sebagai tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari

dilakukan oleh seseorang.

c. Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang

untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan

terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena

identifikasi dilakukan oleh seseorang secara sadar.

d. Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang

lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau

sekelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus.

e. Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan

secara efektif dan seseorang atau orang lain dalam konsidi yang

sebenar-benarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh

(5)

Empati hampir mirip dengan sikap simpati. Perbedaannya, sikap

empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional.

f. Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang

diberikan seorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa

sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau

melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan

penuh tanggung jawab.

Tidak selamanya interaksi berjalan sesuai dengan rencana. Kontak sosial yang

berlangsung kadang-kadang dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan,

namun sebaliknya suatu interaksi akan mengalami gangguan dan bahkan terhenti

seandainya terjadi hal-hal berikut:

a) Subjek-subjek yang terlibat dalam interaksi tidak mempunyai harapan

lagu untuk mencapai tujuan.

b) Interaksi yang terjadi tidak lagi bermanfaat atau tidak mendatangkan

keuntungan.

c) Tidak adanya adaptasi atau penyesuaian antara pihak-pihak yang saling

berinteraksi.

(6)

4. Bentuk-bentuk interaksi

a. asosiatif

asosiatif terdiri dari kerjasama (coorperation), akomodasi

(acomodation). kerjasama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha

bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk

mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. akomodasi merupakan

suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan

pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiaanya.

Proses asosiatif terbagi ke dalam tiga bentuk khusus yakni :

1. Akomodasi yaitu suatu proses dalam hubungan sosial yang sama

artinya dengan pengertian adaptas yang menunjuk pada suatu

proses dimana makhluk hidup menyesuaikan dirinya lingkungan.

2. Asimilasi yaitu proses sosial dalam taraf lanjut yang ditandai

dengan adanya usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang

terdapat antara orang-peroeang atau kelompok-kelompok manusia

yang meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,sikap,

dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan

bersama.

3. Akulturasi yaitu proses sosial dalam masyarakat yang terdapat

unsur kebudayaan baru yang timbul sebagai akibat pergaulan

(7)

b. Disasosiatif

disasosiatif terdiri dari persaingan (competition), dan kontravensi

(contravention), dan pertentangan (conflict). persaingan diartikan

sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok-kelompok

manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang

kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian

(baik perorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik

perhatian publik atay dengan mempertajam prasangka yang telah ada

tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

Sedangkan kontravensi (contravension) merupakan proses

sosial yang berada di antara persaingan dan pertikaian. Dalam

bentuknya ang murni, kontravensi merupakan sikap mental yang

tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsure-unsur

kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap yang tersembunyi tersebut

dapat berubah menjadi suatu kebencian taoi tidak sampai menjadi

pertentangan.

Selain itu terdapat pertikain atau pertentangan (conflict) yang

merupakan suatu proses sosial Dimana individu maupun kelompok

manusia berusaha untuk memenuhi tujuammya denagn jalan

(8)

2.2. Multikultural

Multikulturalisme berasal dari kata “multi” yang berarti jamak, banyak,

“Cultural” yang berarti budaya dan “isme” yang berati paham atau aliran.

Multiulturalisme adalah sebuah filosofi terkadang ditafsirkan sebagai ideologi

yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan

hak dan status sosial kebudayaan dan status sosial politik yang sama dalam

masyarakat modern. Istilah ini juga digunakan untuk menjelaskan pandangan

seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang

menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai

macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut

nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari beragam suku

bangsa dan budaya, masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih kelompok yang

secara kultural dan ekonomi yang terpisah-pisah serta memiliki struktur

kelembagaan yang berbeda satu dengan yang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas banyak struktur

kebudayaan. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya suku bangsa yang memilik

struktur budaya sendiri yang berbeda dengan budaya suku bangsa yang lainnya.

Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia

yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan

ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan

(9)

Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang

akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut. Sikap multikultural merupakan

sikap yang terbuka pada perbedaan, mereka yang memiliki sikap multikultural

berkeyakinan: perbedaan bila tidak dikelola dengan baik memang bisa

menimbulkan konflik, namun bila kita mampu mengelolanya dengan baik maka

perbedaan justru memperkaya dan bisa sangat produktif.

1. Keberadaan masyarakat multikultural

Tidak dapat dipisahkan dari berkembangnya konsep multikulturalisme

yang mencakup sedikitnya tiga unsur yaitu:

a) Terkait dengan kebudayaan.

b) Merujuk kepada pluralitas (keragaman) kebudayaan, dan

c) Cara tertentu untuk menanggapi pluralitas tersebut.

2. Karakteristik Masyarakat Multikultural

Pada masyarakat multikultural, individu maupun kelompok dari

berbagai budaya dan suku bangsa hidup dalam kesatuan sosial tanpa

kehilangan jati diri budaya dan suku bangsanya meskipun tetap ada jarak.

Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang kelompok suku

bangsa dan budayanya berada dalam kesetaraan derajat dan toleransi

sejati. Adapun karakteristik masyarakat multikultural adalah sebagai

berikut:

a) Dalam masyarakat multikultural, tiap – tiap budaya bersifat

otonom.

(10)

bersinggungan dengan konsep hidup bersama untuk mencari

kehidupan bersama.

c) Adanya semangat untuk hidup berdampingan secara damai

(peaceful coexistence) dalam perbedaan kultur yang ada, baik

secara individual maupun secara kelompok dan masyarakat.

d) Dikembangkannya toleransi, saling memahami, dan menghargai

perbedaan yang ada.

e) Terkait dengan upaya pencapaian civility (keadaban), yang amat

esensial bagi terwujudnya demokrasi yang berkeadaban dan

keadaban yang demokratis.

2.3.Teori Interaksionis Simbolik

Interaksionis simbolik adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara

manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi

yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka

ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada

beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu

berlangsung secara sadar. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh,

antara lain suara atau vocal, gerakan fisik, ekspresi tubuh, yang semuanya itu

mepunyai maksud yang disebut dengan simbol.

Menurut mead orang tak hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu

menyadari dirinya sendiri. Dengan demikian orang tidak hanya berinteraksi

(11)

sendiri.

Interaksionis simbolik dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai

satu-satunya symbol yang terpenting, dan melalui isyarat. Simbol bukan

merupakan fakta-fakta yang sudah jadi, symbol berada dalam proses kontinu.

Proses penyampaian makna inilah yang merupakan subject matter dari sejumlah

analisa kaum interaksionis simbolik. Dalam interaksi orang belajar memahami

simbol-simbol konvesional dan dalam suatu pertandingan mereka belajar

menggunakannya sehingga mampu memahami aktor-aktor lainnya.

Bagi blumer dalam (Margaret M. Poloma 2010 : 2) interaksionis simbolik

bertumpu pada tiga premis :

1) Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang

ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2) Makna tersebut berasa dan “interaksi sosial seseorang dengan orang

lain”

3) Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial

berlangsung

Keistimewaan pendekatan kaum interaksionis simbolik ialah manusia dilihat

saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan itu menurut mode

stimulus-respon. Seseorang tidak langsung member respon pada tindakan orang

(12)

mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi simbol-simbol

dan diperlukan kemampuan untuk komunikasi antarpribadi dan pikiran subjektif.

Kemampuan manusia menggunakan simbol suara yang dimengerti bersama

memungkinkan perluasan dan penyempurnaan komunikasi jauh melebihi apa

yang mungkin melalui isyarat fisik saja (Wirawan, 2012; 124). Seperti

masyarakat di Kelurahan Polonia, dimana dengan berkomunikasi mereka akan

menggunakan simbol-simbol etnis mereka masing-masing dan menunjukkan

identitas mereka dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya.

2.4.Adaptasi Sosial Budaya

Dalam proses kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat, individu

tidak dapat begitu saja melakukan tindakan yang di anggap sesuai dengan

dirinya, karena individu tersebut mempunyai lingkungan diluar dirinya, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan tersebut mempunyai

aturan berupa norma-norma yang membatasi tingkah laku individu dan proses

penyesuaian tersebut merupakan proses adaptasi sosial.

Soerjono soekonto (2007: 10) memberikan beberapa batasan pengertian

adaptasi sosial, yaitu :

1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan

2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan

3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah

(13)

5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan

lingkungan

6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah

Salah satu bentuk adaptasi sosial tersebut adalah adaptasi budaya yang

terdiri dari dua kata yang masing-masing makna yakni, kata adaptasi dan

budaya, adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup

dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup

dengan baik. Sedangkan budaya atau kebudayaan adalah segala daya dan

kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Dengan kata lain

kebudyaan mencakup segala yang di dapat atau yang dipelajari dari pola-pola

perilaku yang normatif. Artinya mencakup segala cara-cara atau pola pikir,

merasakan dan bertindak.

Dalam masyarakat, adaptasi sosial budaya dimulai melalui penyesuaian

cara hidup dengan lingkungan sekitarnya yang memiliki perbedaan secara adat

istiadat, bahasa dan agama yang berbeda. Dimana dalam adaptasi sosial budaya

terdapat nilai dan norma sosial dalam tata cara bagaimana masyarakat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Seperti pada masyarakat Kelurahan

Polonia yang tempat tinggal mereka berada di lingkungan yang memiliki

berbagai macam etnis sehingga masyarakat harus mampu untuk menyesuaikan

diri mereka dengan lingkungan yang berbeda etnis tersebut dan dapat diterima

(14)

2.5.Kelompok Sosial

Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi

sosial, di lain pihak individu juga tidak dapat dilepaskan dari situasi dimana ia

berada dan situasi ini sangat berpengaruh terhadap kelompok yang terbentuk

akibat situasi tersebut.

Secara sosiologis istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai suatu

kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi, dimana

dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan untuk bersama. Kelompok sosial

tersebut memiliki kehidupan bersama dalam himpunan atau kesatuan-kesatuan

manusia yang umumnya secara fisik relative kecil yang hidup secara guyub

(santosa 1999: 43). Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik

yang saling pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling

tolong menolong. Berikut beberapa persyaratan tertentu, antara lain :

1. Adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan

sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

2. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan anggota

lainnya.

3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antar mereka

bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan

(15)

Tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya dapat pula menjadi

faktor pengikat/pemersatu.

4. Berstruktur, berkasidah dan mempunyai pola perilaku.

5. Bersistem dan berproses

Berdasarkan interaksi sosial agar ada pembagian tugas, struktur dan norma

yang ada, kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa macam, antara lain:

1. Kelompok primer : merupakan kelompok yang di dalamnya terjadi

interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan

erat dalam kehidupan. Kelompok primer merupakan sejumlah orang yang

terdiri dari beberapa orang acapkali berkomunikasi dengan yang lainnya

sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap

muka) tanpa melalui perantara. Misalnya, keluarga, kawan sepermainan,

kelompok agama dan lainnya.

2. Kelompok sekunder : merupakan kelompok yang terdiri dari banyak

orang, bersama siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan

secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng. Jika interaksi sosial

terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang

kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif.

3. Kelompok formal : pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan

atau Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada.

(16)

4. Kelompok informal : merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses

interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotaan

kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya

tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok ini terjadi

pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan

kekeluargaan dan simpati. Misalnya kelompok arisan dan sebagainya.

2.6.Etnisitas -Teori Max Weber Tentang Etnisitas

Dalam bahasa popular etnik adalah kumpulan masyarakat yang mendiami

sebuah wilayah yang memiliki identitas dan kebiasaan tersendiri dan berbeda

dengan masyarakat lainnya. Istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok

tertentu yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa,

ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai

budayanya. Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa etnis adalah

sekumpulan manusia yang memiliki kesamaan ras, adat, agama, bahasa,

keturunan dan memiliki sejarah yang sama sehingga mereka memiliki

keterikatan sosial sehingga mampu menciptakan sebuah sistem budaya dan

mereka terikat didalamnya.

Kelompok etnik pada umumnya dipahami sebagai suatu populasi orang

atau penduduk yang memiliki ciri-ciri yaitu :

(17)

2) Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa

kebersamaan dalam suatu bentuk budaya

3) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, dan

4) Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain

dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.

Secara eksplinsif, weber terlibat dengan hubungan etnis dan menyediakan

beberapa model yang terintegrasi dan koheren untuk penjelasan hubungan

antar etnik, model-model itu adalah sebagai berikut :

1. Etnisitas sebagai bentuk dari status kelompok. Weber mendefisikan

kelompok etnis sebagai kelompok yang menyuguhkan kepercayaan

subjektif di dalam keturunan mereka karena adanya tipe fisik yang

mirip. Hal yang krusial dari prinsip ini adalah etnisitas ada hanya ada

didasar dari kepercayaan kelompok tertentu. Klalu etnisitas berakar di

dalam satu kepercayaan yang mahakuasa. Selain itu, etnisitas ternyata

diperkuat dan di tegaskan di ranah kultural atau kessamaan fisik atau

pada dasar dari pembagian ingatan bersama.

2. Etnisitas sebagai mekanisme dari terpaan monopolistic sosial. Status

kelompok seering berjalan pada basis terpaan sosial dimana posisi

monopolistic mereka secara teratur dipakai untuk mencegah

orang-orang yang bukan anggota kelompok daei memperoleh keuntungan

(18)

3. Keragaman bentuk etnik dari organisasi sosial. Meskipun sebagian

besar mereka beroperasi sebagai status kelompok, kelompok etnis dapat

menggunakan bentuk kelas, kasta dan tanah. Weber sangat tertarik

dengan adanya fenomena kasta etnis, dimana kelompok, perbedaan

kasta jauh lebih kaku dan mendekati kelompok sosial

4. Etnisitas dan mobilisasi politik. weber mendefenisikan etnisitas dalam

istilah dinamika aktivitas politik. menurutnya, eksistensi dari komunitas

politik merupakan prasyarat bagi perilaku kelompok etnis. Kesadaran

kelompok terutama dibentuk oleh pengelaman politik secara umum,

bukan dengan common descent.

Dilihat dari empat prinsip utama diatas,status kelompok merupakan hal yang

paling sering menjelskan kelompok etns. Status kelompok etnis membuat

orang-orang percaya bahwa mereka sama dari segi kultur, common descent, serta bahasa.

Tak hanya itu, mereka juga percaya bahwa semua itu adalah milik mereka.

Contohnya ada disekitar kita, bila ada seseorang berbicara sunda, kita bisa menduga

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Jadi aplikasi prediksi data mining menggunakan algoritma neuro-fuzzy model ANFIS bisa di terapkan pada bidang ekonomi dan keuangan, hal ini sangat diperlukan oleh

pe_rbulau, dengan bantuan tabel bunga berikut maka besar uang yang Aipiqiam

[r]

Panitia Pengadaan Non Konstruksi APBD Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket

Perlu dingatkan dan dipertegas kembali, bahwa ketidakhadiran / hadir tetapi tidak membawa surat kuasa / hadir tidak membawa dokumen asli dan/atau dokumen salinan yang

PEM ERINTAH KABUPATEN KLATEN PEJABAT PENGADAAN BARANG/ JASA.. BIDANG CIPTA KARYA DPU

[r]