• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawanua Basiar di Tanah Deli (Studi Etnografi Kawanua di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kawanua Basiar di Tanah Deli (Studi Etnografi Kawanua di Kota Medan)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Kota Medan

Keberadaan kota Medan dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungityang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis ke Medan tahun 1887, sebelum akhirnya statusnya diubahmenjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 191513

Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawipada tahun 1590. John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung .Menurut Riwayat Hamparan Perak tulisan Batak Karo yang disalin tahun 1916, ada disebutkan seorang cucu dari Sisingamangaraja bernama Siraja Hita, merantau ke tanah Karo dan salah seorang anaknya bernama Guru Patimpus Sembiring Pelawi. Dia memeluk agama Islam atas pengaruh seorang ulamayang disebut Datuk Kota Bangun. Guru Patimpus Sembiring Pelawi adalah orang yang dianggap sebagai pendiri kota Medan pertama kali.

13

(2)

ini berpenduduk 200 orang dan dipimpin oleh seorang bernama Tuanku Pulau Berayan yang sudah sejak beberapa tahun bermukim di sanauntuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Medan.

Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa,terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra, dan seorang Tionghoa.Menurut legendanya, dalam abad ke 15, terjadi peperangan Aru Deli Tua/Puteri Hijau dengan Aceh (Sultan Ali Muchajatsjah) 1522 M. Dimulai di kampung Medan, lalu terus ke Deli Tua. Peperangan itu terjadi sebanyak 2 kali yang pada akhirnya Deli Tua dan Medan tunduk ke Aceh. Jadi kalau menurut legenda, Medan sudah berumur kurang lebih 500 tahun.

(3)

keputusan hasil sidangnya memutuskan untuk mengganti hari jadi kotaMedan yang dulu jatuh pada tanggal 1 April 1909 menjadi tanggal 1 Juli 1590. DPRD Medan juga memberikan saran supaya sidang dewan mencabut dan membatalkan hari ulang tahun kotamadya Medan yang selama ini sudah dirayakan pada tiap tanggal 1 April. Untuk masa mendatang perayaanhari ulang tahun kotamadya Medan supaya dilakukan pada tiap tanggal 1 Juli dengan catatan perayaan besar-besaran dilakukan sekali dalam 5 tahun.14

Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4°C dan minimum 24°C. Kotamadya Medan memiliki 21 Kecamatan dan 158 Kelurahan. Adapun luas wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat dalam tabel I berikut ini

2.2 Kota Medan Secara Geografis

Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat, timur dan selatan Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional.

(4)
(5)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kecamatan Medan Labuhan memiliki daerah yang paling luas mencapai 36,67 km2. Dan medan secara keseluruhan dengan luas wilayah 265,10 km

Peta Kota Medan

Gambar 2.1 Peta Kota Medan Sumber : http.image.ggl.kotamedan

2.3 Komposisi Penduduk Kota Medan

(6)

Tahun 2009 Penduduk Kota Medan mencapai 2.121.053 Juta jiwa yang tersebar di 21 Kecamatan dan 158 Kelurahan. Berikut data Jumlah Kelurahan dan penduduk perkecamatan di Kota Medan.

Tabel 2.2Data Jumlah Kelurahan per Kecamatan

NO Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan

1 Medan Tuntungan 9 Kelurahan

2 Medan Johor 6 Kelurahan

10 Medan Selayang 6 Kelurahan

11 Medan Sunggal 6 Kelurahan

12 Medan Helvetia 7 Kelurahan

13 Medan Petisah 7 Kelurahan

14 Medan Barat 6 Kelurahan

15 Medan Timur 11 Kelurahan

16 Medan Perjuangan 9 Kelurahan

17 Medan Tembung 7 Kelurahan

18 Medan Deli 6 Kelurahan

19 Medan Labuhan 7 Kelurahan

20 Medan Marelan 4 Kelurahan

21 Medan Belawan 6 Kelurahan

(7)

Sumber Badan Pusat Statistik Kota Med

Data diatas menunjukan bahwa Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Kota memiliki jumlah kelurahan yang paling banyak berjumlah 12 Kelurahan , dan Kecamatan Medan Marelan dengan Jumlah kelurahan yang paling sedikit yaitu 4 kelurahan.

Berikut jumlah penduduk Kota Medan di setiap Kecamatan pada sensus Badan Pusat Statistik Tahun 2009 ;

Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Kota Medan menurut Kecamatan

Tahun 2013 – 2014

NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK

1 Medan Tuntungan 70.073

12 Medan Helvetia 145.376

13 Medan Petisah 68.120

14 Medan Barat 79.098

(8)

16 Medan Perjuangan 105.702

17 Medan Tembung 141.786

18 Medan Deli 150.076

19 Medan Labuhan 106.922

20 Medan Marelan 126.619

21 Medan Belawan 96.700

JUMLAH 2.121.053

Sumber: Medan dalam angka 2014

Kota Medan sangatlah pantas disebut sebagai kota besar ,tidak hanya daerah teritorial yang luas dan penduduk yang berjumlah besar, juga banyak suku bangsa dari penjuru Indonesia hidup dan tinggal menetap di daerah ini. Data sensus penduduk tahun 2000 mencakup seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia, tetapi dalam penyajian ini hanya ditampilkan dua belas suku bangsa yang berdasarkan presentase dominan mendiami wilayah kota Medan.

(9)

Tabel 2.4 Presentase Penduduk Menurut Suku bangsa Tahun 2000

NO Suku Bangsa Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Jawa 33,02 33,03 33,03

2 Batak Toba/ Tapanuli 19,06 19,35 19,21

3 Cina/ Tionghoa 10,65 10,66 10,65

4 Mandailing dan Angkola 9,37 9,36 9,36

5 Minang 8,72 8,48 8,60

6 Melayu 6,57 6,62 6,59

7 Karo 4,01 4,20 4,10

8 Lainnya 3,88 4,03 3,95

9 Aceh 2,92 2,65 2,78

10 Simalungun 0,68 0,70 0,69

11 Nias 0,80 0,58 0,69

12 Pakpak 0,35 0,34 0,34

Sumber :Sensus Penduduk 2000

(10)

suku yang lainnya. Dengan arti bahwa didalam suku bangsa yang lainnya itu terdapat suku bangsa yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia lainnya dan dipersentasekan mencapai angka 3,95 persen.

2.4 Suku Minahasa di Kota Medan

2.4.1 Sejarah Suku Minahasa Secara Umum

Minahasa merupakan sebuah daerah di Provinsi Sulawesi Utara. Menurut hasil penelitian PPM UGM SUJ Tahun 2005, Suku bangsa Minahasa berasal dari Formosa15

Seorang ahli penafsir tulisan kuno bernama Tandean menjelaskan pada saat dia melakukan penelitian pada batu yang bertuliskan “Min Nan

Tou”.

Taiwan, keturunan suku bangsa-bangsa Austronesia dari Formosa Taiwan yang sedang melakukan perjalanan panjang dari Filipina hingga Sulawesi. Dari segi bahasa banyak kesamaan yang dimiliki antara suku Minahasa dengan bahasa di Formosa Taiwan.

16

15

Formosa merupakan gugusan kepulauan yang berada dibawah naungan wilayah geografis Min Nan Tou memiliki arti keturunan Raja Ming. Penelitian tersebut

menguatkan asumsi masyarakat yang menyatakan adanya identitas yang sama antara orang Minahasa dengan orang Tionghoa dari segi ciri-ciri ras.

(11)

Secara historis belum ada data yang dapat menjelaskan sejak kapan orang Minahasa mulai tinggal di Kota Medan. Namun seorang informan bernama Frans Tumilaar mengatakan bahwa pada zaman dahulu kedatangan orang Minahasa di Kota Medan dimulai pada saat zaman penjajahan Jepang di Indonesia. Pada saat itu Jepang mengirimkan tentara bentukan mereka yang ada di Minahasa menuju kota Medan dalam rangka memperkuat sektor militer mereka, dan pada era tersebut orang Minahasa mulai muncul di Kota Medan dan semakin berkembang. Informan juga menjelaskan pada tahun 1980-an orang Minahasa semakin lama semakin bertambah banyak jumlahnya di Kota Medan. kedatangan orang Minahasa ke Kota Medan beberapa diantaranya karena tugas pekerjaan, pendidikan dan dorongan dari keluarga yang sudah lebih dahulu menetap di Kota Medan.

Dari penjelasan informan terkait dengan awal mula kedatangan orang Minahasa di Kota Medan memberikan penjelasan kepada penulis bahwa kedatangan orang Minahasa terdiri atas dua fase. Fase yang pertama disebut dengan fase awal dimana pada tahapan ini orang Minahasa tiba di Kota Medan karena adanya pengaruh Jepang sebagai penjajah. Fase kedua disebut dengan fase Modern dimana orang Minahasa datang ke Kota Medan dipengaruhi oleh faktor-faktor perkembangan zaman sebagai contoh adanya tugas pekerjaan, pendidikan dan dorongan dari keluarga.

(12)

yang lainnya seperti Minang, Mandailing yang menunjukan eksistensi mereka dengan berbagai cara-cara beradaptasi sehingga menyebabkan masyarakat luas di Kota ini melihat keberadaan suku itu sesungguhnya.

Menurut data yang diterima oleh penulis dari Sekretaris Perkumpulan Tolong Menolong Pinaesaan (PTMP) suatu organisasi paguyuban orang Minahasa, ada 169 kepala keluarga yang terdaftar secara resmi dan menjadi anggota organisasi ini. Data tentang jumlah orang Minahasa di yang ada di PTMP menjadi tolak ukur bagi penulis untuk menyimpulkan jumlah kesuluruhan orang Minahasa di Medan, walaupun beberapa temuan juga berkembang bahwa dapat dipastikan masih ada orang Minahasa lainnya yang tidak termasuk dalam anggota organisasi ini hidup dan menetap di Kota Medan.

2.4.2 Kawanua di Kota Medan Medan

(13)

serta tekanan yang sangat kuat, sehingga kawanua sendiri merasa bahwa kebudayaan itu bisa saja terkikis oleh kebudayaan lainnya.

Kehadiran kelompok paguyuban yang berbasis organisasi sosial menjadi alasan terkuat bahwa berbagai upaya telah dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terkikisnya Kebudayaan sendiri. Proses adaptasi individualistis dinilai belum mampu mendobrak kawanua untuk tetap bertahan pada tradisi dan identitas diri yang sebenarnya sehingga adaptasi itu kembali dibentuk dan dikemas dalam konsep pengelompokan.

Apa yang terjadi dengan Kawanua di Kota Medan dapat di kaitkan dengan konsep asimilasi menurut Koentjaraningrat dimana suatu proses sosial timbul diantara golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi kebudayaan campuran, dan biasanya proses asimilasi ini terjadi antara satu golongan mayoritas dengan golongan minoritas.17

Proses sosial dan gambaran kebudayaan di kota Medan sudah pasti membawa orang minahasa untuk hidup berdampingan dengan orang-orang dari suku bangsa yang lainnya. Kawanua merupakan kelompok-kelompok minoritas yang dalam proses sosial itu berkembang dengan kelompok-kelompok mayoritas. Misalnya bagi kawanua yang menikah dengan orang

(14)

karo, asimilasi terbentuk dalam proses ini, dimana orang Minahasa membangun proses sosial tersebut menjadi sebuah kesatuan dan berjalan berdampingan. Realitas yang terjadi dominasi dari pihak suku karo tetap berjalan sesuai dengan porsinya dalam sistem kekerabatan dan berjalannya tradisi adat istiadat tersebut, dengan tidak menghilangkan tradisi-tradisi Minahasa yang juga tetap di junjung oleh Kawanua. Adanya sikap saling menghormati antara kedua kebudayaan itu membuat kerabat dari pihak suku karo juga menghargai bahwa orang minahasa juga memiliki tradisi-tradisi serta kearifan yang tidak dapat dihilangkan dari identitas mereka.

Tetapi walaupun dalam hal tradisi adat istiadat tidak ada yang berubah, dalam kebiasaan sehari-hari kedua kebudayaan yang saling berdampingan antara Minahasa dan karo dapat bersatu, dan menciptakan unsur-unsur kebudayaan yang baru yang mungkin dapat diterima hanya oleh anggota kerabat inti (nuclear family) mereka saja. Misalnya orang Minahasa memang sudah terbiasa memakai alas kaki dirumah sementara bagi orang karo hal ini merupakan sesuatu yang tidak baik karena melanggar norma adat istiadat orang karo. Fenomena ini hanya dapat diterima oleh keluarga inti orang Minahasa dan orang karo tersebut. Apabila kebiasaan ini dilakukan oleh kawanua di tengah-tengah keluarga besar dari karo maka kawanua akan mendapatkan teguran dan sanksi sosial dari kerabat yang berasal dari suku karo. Misalnya apabila ada acara

(15)

kebiasaan-kebiasaan dalam acara tersebut seperti menanggalkan alas kaki selama acara berlangsung. Dalam hal ini orang Karo memahami tradisi yang dimiliki oleh pasangannya sehingga apabila itu dilakukan di tengah proses kehidupan mereka tidak memicu terjadinya konflik, hanya saja penting bagi kawanua untuk memahami dimana hal itu bisa dilakukan dan tidak bisa dilakukan olehnya.

PTMP menjadi sebuah solusi bagi Kawanua untuk melawan tekanan-tekanan yang berasal dari dominasi suku bangsa lainnya. Keberadaan PTMP dinilai mampu meningkatkan kepercayaan diri setiap orang yang bergabung di dalamnya. Keyakinan ini timbul karena PTMP membuat kawanua dan seisi anggotaannya merasakan bahwa ada kelompok yang mampu memberikan dukungan dan perlindungan terhadap kegiatan-kegiatan sosialisasi yang mereka lakukan. Bahkan mereka merasa bahwa PTMP menjadi keluarga kedua bagi mereka. Walaupun seseorang memiliki kemapanan yang baik dalam siklus kehidupannya tidak dapat dipungkiri bahwa orang tersebut pasti membutuhkan orang lain, analogi ini sangat cocok dihubungkan dengan kawanua di Kota Medan. Tradisi kebudayaan yang dimiliki orang Minahasa akan hilang apabila tradisi-tradisi itu tidak pernah mereka lakukan dalam kehidupan mereka sehari-hari, tetapi kehadiran PTMP sebagai suatu komunitas sosial mendorong kembali berlangsungnya tradisi-tradisi tersebut.

(16)

mereka sebagai suatu identitas. Batasan-batasan tersebut mengacu kepada pola perilaku yang mereka lakukan dalam beradaptasi dan membangun kelompok sosialnya. Pola perilaku yang dimaksud mengarah kepada sejauh mana kontak sosial yang terbangun dengan suku lainnya dibatasi oleh apa yang perlu disampaikan dan tidak perlu disampaikan.

Apa yang perlu dan tidak perlu disampaikan, Misalnya pada saat kawanua mengadakan perayaan seremonial suka cita seperti upacara pernikahan, menurut tradisi adat istiadat Minahasa biasanya terdapat mata acara yang dinamakan badansa, dimana kedua pengantin akan berdansa bersama seperti halnya berdansa dalam kebudayaan Barat. Berdansa memiliki ciri khas dimana orang yang melaksanakannya merupakan sepasang perempuan dan laki-laki, keduanya menari dengan gaya-gaya seperti menari sambil berpelukan dan gaya romantis lainnya. Hal ini dirasa sangatlah janggal apabila dipertontonkan bagi masyarakat dari suku bangsa lainnya. Berdansa seperti budaya barat tidak pernah terlihat dilaksanakan pada upacara tertentu dalam tradisi dan kebiasaan suku-suku yang ada di Kota Medan. Fenomena yang tidak biasa dilihat ini memunculkan pendapat bahwa di Kota Medan hal tersebut tidak terlalu disarankan untuk dilakukan dalam upacara pernikahan Kawanua di Kota Medan. Batasan-batasan dalam berperilaku perlu dilakukan oleh Kawanua dalam membangun interaksi di daerah perantauan ini.

(17)

etnis yang berbeda. Perbedaan yang memunculkan adanya klaster mayoritas dan minoritas merupakan pemicu terbentuknya batas-batas dalam berbudaya. Cenderung golongan mayoritas menciptakan batasan-batasan mereka dalam cakupan yang sangat luas karena merasa memiliki kekuatan sehingga idealisme dalam berbudaya pun muncul. Sementara golongan minoritas menciptakan batasan-batasan mereka menurut apa yang dapat diterima oleh masyarakat secara keseluruhan termasuk golongan mayoritas.

(18)

2.4.3 Pola Permukiman Kawanua

Pola pemukiman suatu suku bangsa sering menjadi identitas yang kuat terkait pengetahuan masyarakat tentang suku bangsa tersebut. Misalnya bila yang ditanyakan suku Tionghoa masyarakat Kota Medan akan berpikir dengan daerah sekitar Jalan Asia dan Jalan Thamrin , Suku Melayu di kawasan Amaliun , Suku Batak Kawasan Perumnas Mandala dan Suku Karo di Kawasan Padang Bulan dan Simalingkar.

(19)

2.4.4 Mata Pencaharian Kawanua

Di kota Medan mata pencaharian terkadang menjadi sebuah identitas bagi masyarakat tertentu. Ketika melihat orang Tionghoa maka yang terlintas dalam pikiran kita yaitu wirausaha, orang Minang dengan usaha kuliner rumah makan khasnya dan lain-lain.

Dari sisi mata pencaharian, orang Minahasa tidak memiliki identitas khusus seperti halnya orang Tionghoa , Jawa dan Minang. Orang Minahasa di kota Medan menggeluti berbagai bidang profesi misalnya sebagai angkatan militer, rohaniawan , guru , pengusaha , pegawai negeri sipil dan lain lain. Tidak ada bentuk mata pencaharian yang dominan di kerjakan oleh orang Minahasa, perspektif masyarakat tidak akan timbul karena kelompok suku bangsa ini dari segi jumlah tidak banyak oleh karena itu masyarakat masih melihat hal hal yang sifatnya umum dari mata pencaharian orang Minahasa.

2.4.5 Kepercayaan Kawanua

(20)

dibuktikan dengan adanya konsistensi dan eksistensi kelompok paguyuban orang Minahasa yang berdiri atas dasar keagamaan Kristen. Tetapi bukan berarti eksistensi kelompok tersebut saja yang dapat mewakili bahwa orang minahasa dominan beragama Nasrani, ada kelompok lain yang merupakan keturunan Minahasa membuat paguyuban yang sifatnya lebih umum atau nasional dan didalamnya terdiri dari banyak sekali agama dan kepercayaan. Misalnya HIMSU (Himpunan Masyarakat Sulawesi Utara) dan KorFamily .

2.4.6 Tingkat Pendidikan Kawanua

Pendidikan menjadi sebuah elemen terpenting dalam kehidupan manusia. Tingkah laku dan proses kehidupan yang dialami setiap manusia tak jarang ditentukan oleh tingkat pendidikan yang dikecap oleh manusia tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang biasanya berpengaruh terhadap kualitas hidup orang tersebut. Pendidikan tersebut juga selalu beriringan dengan dinamika kebudayaan yang terjadi pada masa ini. Tentunya dengan semakin berkembangnya zaman dan teknologi sudah pasti akan semakin merubah kebudayaan yang ada pada masyarakat tersebut karena teknologi akan terus mempengaruhi masyarakat dengan modenya yang dari waktu ke waktu akan selalu berubah.

(21)

bermigrasi ke suatu tempat mempersiapkan diri mereka dengan keadaan budaya orang hanya mengandalkan pendidikannya sebagai senjata utama.

Gambar

Gambar 2.1 Peta Kota Medan Sumber : http.image.ggl.kotamedan
Tabel 2.2Data Jumlah Kelurahan per Kecamatan
Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Kota Medan menurut Kecamatan
Tabel 2.4 Presentase Penduduk Menurut Suku bangsa Tahun 2000

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang cukup krusial dari kedua PSAK tersebut bagi bank adalah bahwa, kredit sebagai asset bank digolongkan pada ³/RDQ DQG 5HFHLYDEOHV´ yang mana valuasinya

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek antiinflamasi topikal, konsentrasi optimum, dan mengetahui persen (%) penghambatan inflamasi dari ekstrak metanol-air daun

Jika salah satu pihak berkeinginan untuk membuka data atau informasi rahasia yang diberikan oleh Pihak lainnya atau dibuat oleh Para Pihak dalam pelaksanaan

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Analisis Komponen

Penulis tidak lagi terikat (taqlid) dengan mazhabnya, bahkan ada perbedaan pendapat dengan imam mazhabnya. Sebagai contoh, penulis tidak setuju dengan penggunaan mafhum

KOMODIFIKASI WAYANG KULIT PADA PROGRAM ACARA WAYANG WETONAN YANG BERJUDUL..

Hasil analisis faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian produk pangan halal dalam tingkat kepentingan mahasiswa menghasilkan empat faktor utama, yaitu:

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis regresi linier berganda adalah Manfaat Persepsian (X 1 ), Kemudahan Persepsian (X 2 ) dan Kondisi Yang Memfasilitasi (X 3