• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prediksi Tingkat Bahaya Erosi dengan Metode USLE di Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Balian Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir. Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prediksi Tingkat Bahaya Erosi dengan Metode USLE di Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Balian Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir. Chapter III V"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan kelapa sawit PT Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD Desa Balian, Kecamatan Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan tanaman kelapa sawit tahun tanam 2003 hingga 2008 dan kemudian dilanjutkan dengan analisa sifat-sifat tanah di Laboratorium Riset PT. Sampoerna Agro yang terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan yang dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai dengan bulan Agustus 2016. Bahan dan Alat

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:bahan contoh tanah, kantong plastik untuk tempat tanah, kain kasa untuk menutup permukaan ring sampel, karet gelang untuk mengikat kain kasa, label sabagai penanda identitas contoh tanah, dan bahan kimia yang mendukung analisis tanah. Alat

(2)

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui survey lapangan.Teknik sampling berdasarkan Satuan Peta Lahan.Kemudian dilanjutkan menggunakan metode USLEuntuk memprediksi erosi yang didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan dan analisis tanah di laboratorium.

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan, penetapan lokasi contoh tanah,survei lapangan dan pengambilan contoh tanah, analisis tanah di laboratorium, analisis dan interpertasi data dan arahan rekomendasitindakan konservasi tanah dan air.

Persiapan

Tahap ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

1. Pengumpulan data sekunder berupa data curah hujan.

2. Penentuan batas – batas daerah penelitian (hanya kebun IPBD seluas 1.212,90 Ha).

3. Survey lapangan untukmemverifikasi kemiringan lereng dengan menggunakan alat waterpass beserta mistar. Dalam hal ini untuk menentukan lokasi sampel dalam verifikasi didasarkan pada peta kontur dan ketinggian tempat yang sudah di overlay (lampiran 1).

4. Digitasi peta (peta administrasi, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah, peta lereng dan peta tahun tanam) dengan Software Arc View GIS 3.3 Penetapan Lokasi Pengambilan Contoh Tanah

(3)

Bunda Jaya – Kebun IPBD.Lokasi contoh tanah yang akan diambil berdasarkan jenis tanah, tahun tanam dan kelerengan. Perkebunan IPBD seluas 1.212,90 Ha memiliki 4 jenis ordo tanah (Typic Dystrudepts, Typic Hapludox, Plinthic Kanhapudults dan Typic Haplofibrists), dan 5 jenis tahun tanam (2003, 2005, 2006, 2007 dan 2008), serta 2 kelas lereng (0 – 3% dan 3 – 8%). Setelah itu peta tersebut di overlay atau ditumpang-tindihkan sehingga didapat satuan peta lahan sebagai lokasi contoh tanah yang akan diambil. Maka terdapat 29 lokasi contoh tanah yang akan diambil, tetapi ada 2 lokasi yang merupakan tanah gambut, sehingga hanya 27 lokasi contoh tanah saja yang diambil.

Survey Lapangan Dan Pengambilan Contoh Tanah

Pada kegiatan ini dilakukan survey lapangan untuk mengetahui kondisi fisik areal PT. MBJ – IPBD seperti kemiringan lereng dan kemudian dilanjutkan dengan pengambilan contoh tanah di lapangan berdasarkan lokasi contoh tanah yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pengambilan contoh tanahterganggu dilakukan dengan cara mengkompositkan tanah dari beberapa titik sampel dalam satu SPL dengan menggunakan bor tanah pada kedalaman 0 – 20 cm.Pengambilan contoh tanah tidak terganggu dilakukan dengan menggunakan ring sampel pada kedalaman 0 – 20 cm. Pada setiap pengambilan contoh tanah di lapangan dilakukan pengamatan struktur dan tekstur tanah (metode by feeling), kedalaman efektif, panjang lereng dan teknik konservasi yang sudah diterapkan. Analisis Tanah Di Laboratorium

(4)

Analisis dan Interpertasi Data

Data pengamatan di lapangan dan hasil analisis tanah di Laboratorium diinterpertasikan untuk menentukan besarnya erosi serta tingkat bahaya erosi (TBE).Prediksi jumlah tanah yang tererosi dan tingkat bahaya erosi dihitung dengan menggunakan formula yang telah dikembangkan olehWischmeier dan Smith (1978dalam Arsyad, 2010), yang dikenal dengan metode USLE (universal soil loss equation) dengan menggunakan rumus:

A = RKLSCP

Dimana:

A = Banyaknya tanah tererosi (ton/ha/thn) R = Erosivitas hujan

K = Faktor erodibilitas tanah L = Faktor pajang lereng S = Faktor kecuraman lereng

C = Faktor vegetasi penutup tanah/pengolahantanaman P = Faktor tindakan konservasi tanah

Faktor Erosivitas Hujan (R)

Data curah hujan yang dibutuhkan minimal selama 10 tahun terakhir dan data tersebut diperoleh dari laporan data curah hujan bulanan PT. Mutiara Bunda Jata – Kebun IPBD Desa Balian Kecamatan Mesuji Raya Kabupaten OKI (lampiran 2).

(5)

R = 6,119[(RAIN) 1,21 x (DAYS)-0,47 x (MAXP)0,53]

R = indeks erosivitas hujan bulanan

RAIN = curah hujan bulanan rata-rata (cm) DAYS = jumlah hari hujan perbulan (hari)

MAXP = curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan (cm). Erosivitas hujan tahunan diperoleh dari penjumlahan erosivitas bulanan yaitu dari erosivitas hujan bulan Januari hingga Desember.

Bilamana data hujan harian maksimum pada bulan yangakan dihitung erosivitasnya tidak ada, dan hanya ada tersedia data hujan bulanan, maka dapat digunakan rumus Lenvain (Asdak, 1995) sebagai berikut:

Rm= 2,21Pm1,36

Rm = Erosivitas hujan bulanan Pm = Curah hujan bulanan (cm) Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Data nilai erodibilitas tanah (K) diperoleh dengan cara menganalisis bahan contoh tanah yang telah diambil sesuai lokasi contoh tanah untuk diketahui tekstur, struktur, permeabilitas,dan bahan organik tanah.

Penentuan besarnya nilai K dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Wischmeier dan Mannering (1969dalam Arsyad, 2010) yaitu sebagai berikut: 100 K= 2,1 M 1,14 (10-4)(12-a) + 3,25 (b-2)+ 2,5 (c-3)

M = % debu + pasir sangat halus x (100- % liat) a = % bahan organik (% C x 1,724)

(6)

Tabel 1. Harkat Struktur Tanah

No Kelas Struktur Tanah (Ukuran Diameter) Harkat 1 Granular sangat halus (< 1 mm) 1

2 Granular halus (1 - 2 mm) 2

3 Granular sedang sampai kasar (2 - 10 mm) 3 4 Gumpal, lempeng, pejal (> 10 mm) 4 Sumber: Arsyad(2010).

Tabel 2. Harkat Permeabilitas Tanah

No Kelas Kecepatan Permeabilitas Tanah Harkat

1 Sangat lambat (< 0,5 cm/jam) 6

Faktor Kemiringan dan Panjang Lereng (LS)

Data kemiringan dan panjang lereng diperoleh dengan melakukan survey langsung di lapangan. Untuk memperoleh data kemiringan lereng digunakan alat yang bernama waterpass beserta mistar dan untuk panjang lereng dengan meteran.

(7)

Faktor Tanaman dan Tindakan Konservasi Tanah (C dan P)

Dalam memperoleh data nilai C dan P dilakukan survey langsung di lapangan. Faktor tanaman (C) dievaluasi dari jenispenggunaannya, penetapan nilai C ini berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.Faktor tindakan konservasi di evaluasi dengan mengamati upaya konservasi yang dilakukan di lapangan.

Tabel 3. Nilai Faktor Vegetasi (C)

No Tutupan Lahan Nilai C No Tutupan Lahan Nilai C

Tabel 4. Nilai Faktor Konservasi Tanah (P) No Teknik Konservasi

15 Mulsa jerami sebanyak

6 ton/ha/thn 0,15

6 Hillside ditch atau

field pits 0,30

16 Mulsa jerami sebanyak

3 ton/ha/thn 0,25

7 Kontur cropping

kemiringan 1-3% 0,40

17 Mulsa jerami sebanyak

1 ton/ha/thn 0,60

8 Kontur cropping

kemiringan 3-8% 0,50

18 Mulsa jagung

sebanyak 3 ton/ha/thn 0,35 9 Kontur cropping

kemiringan 8-15% 0,60

19 Mulsa crotolaria

sebanyak 3 ton/ha/thn 0,50 10 Kontur cropping

kemiringan 15-25% 0,80

20 Tanpa Tindakan

Konservasi 1,00

(8)

Tabel 5. Nilai Faktor CP Pada Berbagai Jenis Penggunaan Lahan

No Konservasi dan Pengelolaan Tanaman Nilai CP

1 Hutan:

b. Penutupan tanah sebagian, ditumbuhi alang – alang 0.02 c. Alang - alang: pembakaran sekali setahun 0.06

(9)

yang terjadi dengan kelas tingkat bahaya erosi sesuai dengan kedalaman tanah (cm) pada setiap SPL.

Tabel 6. Kelas Bahaya Erosi

Kelas Bahaya erosi (ton/ha/tahun) Keterangan

I < 15 Sangat Ringan

Untuk mendapatkan tingkat bahaya erosi adalah dengan menggunakan tabel dibawah ini:

Tabel 7. Tingkat Bahaya Erosi

Kedalaman tanah (cm) Tingkat Bahaya Erosi

I II III IV V

Rekomendasi Tindakan Konservasi Tanah dan Air

Rekomendasi tindakan konservasi tanah dan air ditetapkan berdasarkan padabesarnya erosi yang terjadi serta kondisi fisik yang sebenarnya diPT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun Inti Permata Bunda Dua.

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD

PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD secara administratif tepatnya berada di Desa Balian, Kecamatan Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD pada bagian Utara berbatasan dengan Kebun KKPA Balian, Selatan berbatasan dengan PT. Gunung Tua Abadi, Timur berbatasan dengan Kebun KKPA Balian, dan Barat berbatasan dengan Kebun KKPA Dabuk Makmur.

PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD memiliki luas 1.212,90 Ha yang ditanami dengan tanaman kelapa sawit tahun tanam 2003, 2005, 2006, 2007 dan 2008. Curah hujan tahunan rata-rata selama sepuluh tahun terakhir (2006-2015) adalah 2.222,80 mm/thn dengan penyebaran curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun sehingga mengalami bulan kering yang panjang (Juli hingga Oktober).Topografi datar (0-3%) hingga landai (3-8%), dengan jenis tanah Typic Dystrudepts, Typic Hapludox, Plinthic Kanhapudults dan Typic Haplofibrists. Pada beberapa lokasi terdapat rawa yang senantiasa tergenang dengan kondisi drainase lambat sampai sangat lambat, serta pada areal yang dilewati aliran air atau parit alami memiliki topografi yang agak curam.

Tindakan Konservasi Tanah Di PT. MBJ – Kebun IPBD

(11)

PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD memiliki beberapa areal dengan produktifitas buah yang rendah (22,8 ton/ha/thn) tetapi potensi buahnya tinggi (SJ ≥ 25 ton/ha/thn). Hal ini mungkin diakibatkan oleh erosi yang terjadi secara

perlahan yang mengakibatkan hilangnya lapisan atas tanah yang mengandung bahan organik yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan menurunnya produktifitas tanaman.

Oleh karena itu dalam mengatasi masalah tersebut, maka PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD melakukan tindakan konservasi dengan

memberikan tandan kosong kelapa sawit di lapangan yangdapat memberikan manfaat baik dari aspek kimia maupun aspek fisik tanah selain itu juga dapat menekan pemakaian pupuk kimia. Adapun dosis yang diaplikasikan di PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD sebesar 40 ton/ha atau 296 kg/pohon yang artinya aplikasi TKKS dapat menekan pemakaian pupuk kimia sebesar 0.9 kg urea, 0.2 kg RP, 3.6 kg MOP, dan 0.6 kg kieserit/pohon. Hal ini sesuai dengan Darmosarkoro dan Rahutomo (2000) yang menyatakan bahwa satu ton tandan kosong sawit setara dengan 3 kg urea, 0.6 kg RP, 12 kg MOP, dan 2 kg kieserit, sehingga berdasarkan potensi kandungan nutrisi yang ada maka aplikasi tandan kosong kelapa sawit dapat dilakukan untuk menekan pemakaian pupuk kimia.

(12)

Standard Operation Procedure (SOP) PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD,

tankos diturunkan dari truk di collection road tepat di depan gawangan mati, kemudian tumpukan tankos ini disebar pada hari itu juga hingga tersebar merata. Namun karena kurangnya pengawasan dari pihak pabrik kelapa sawit PT. Gunung Tua Abadi,makaterjadi sedikit masalahyaitu truk yang mengangkut tankos dari pabrik seringkali melebihi kapasitas truk. Hal ini menyebabkan tankos-tankos akan berjatuhan dan tercecer di sepanjang jalur truk.

PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBDjuga melakukan pembuatan tapak timbun di beberapa wilayah karena PT. MBJ - IPBD memiliki areal rendahan (low land) yang senantiasa tergenang air, kendala yang dihadapi dalam beberapa tahun terakhir adalah tanaman yang terdapat di areal rendahan sering mengalami kematian karena tergenang dalam waktu yang lama. Sehingga pada setiap tahunnya apabila tanaman mengalami kematian, tindakan yang dilakukan adalah penyisipan tanaman dan tindakan seperti itulah yang terjadi setiap tahunnya dan perkebunan mengalami kerugian yang cukup besar untuk menyediakan bibit kelapa sawit setiap tahunnya.

Perbandingan biaya antara sekali penyisipan tanaman dengan pembuatan tapak timbun untuk luasan 5 ha (675 pohon) adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Perhitungan biaya penyisipan tanaman dengan pembuatan tapak timbun

Sumber : Analisis Data Sekunder

No Nama Item jumlah satuan Rp @ Rp No Nama Item jumlah satuan Rp @ Rp 1 Bibit 675 pohon 35,000 23625000 1 Tapak timbun 675 unit 34,000 22950000 2 Upah sisip 675 pohon 4,500 3037500

3 Pupuk RP 337.5 kg 1,500 506250

Total 27168750 Total 22950000

(13)

Dari tabel diatas diketahui bahwa biaya penyisipan untuk sekali penyisipan dibanding pembuatan tapak timbun adalah sebesar Rp. 4.218.750,00. Biaya tersebut selisih untuk sekali penyisipan, sedangkan penyisipan sudah dilakukan sebanyak 5 kali dalam 5 tahun terakhir ini.Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan tapak timbun sangat menguntungkan sekali.

Berdasarkan masalah yang terjadi dan kerugian yang dialami maka PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD lebih memilih melakukan tindakan konservasi berupa pembuatan tapak timbun yang terletak di blok 54 petak A dibandingkan melakukan penyisipan tanaman setiap tahunnya. Tapak timbun bertujuan untuk menaikkan permukaan tanah tanaman agar tidak tergenang pada saat musim hujan sehingga dapat mencegah kematian pada tanaman.Hal ini sesuai literatur Simangunsong (2011) yang menyatakan bahwa pembuatan tapak timbun bertujuan untuk menaikan permukaan tanah pada piringan kelapa sawit.Selain pada penurunan tanah, tapak timbun juga diaplikasikan pada kondisi piringan yang tergenang air. Kondisi piringan yang tergenang akan mempersulit proses panen serta pemupukan. Selain itu, genangan dalam jangka waktu lama akan menyebabkan akar tanaman kelapa sawit busuk sehingga menghambat pertumbuhan serta mengurangi produksi kelapa sawit.

(14)

dari beberapa pihak serta faktor dari excavator long armyang pelaksanaannya kurang teliti dibandingkan dengan tenaga manusia.

(a) (b)

Gambar 1. (a) Aplikasi TKKS di blok 48 A, (b) Tapak timbun di blok 54 A Tindakan Konservasi Air Di PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD

PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD sudah melakukan tindakan konservasi air untuk menghadapi masalah banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau yaitu berupa bangunan water gate dan pembuatan embung.

(15)

areal rendahan.Sungai ini berada pada permukaan yang lebih rendah dibandingkan areal pertanaman sehingga air yang terdapat disungai tidak dapat didistribusikan ke areal –areal pertanaman.Sehingga fungsi bangunan pintu air ini hanya berfungsi untuk melakukan pembuangan air yang berlebih di areal.

Selain memiliki bangunan pintu air, PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD juga memiliki embung yang digunakan untuk menampung kelebihan air saat musim hujan. Hal ini berguna karena PT. MBJ – IPBD merupakan ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan distribusi hujannya yang tidak merata, dengan bulan basah (curah hujan >200mm) 5 sampai 6 bulan sepanjang tahun dan selalu mengalami bulan kering setiap tahunnya.Pada wilayah ini tanaman selalu mengalami cekaman air yang dapat mengganggu produktifitas tanaman. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut PT. MBJ - IPBD sudah melakukan tindakan konservasi air berupa pembuatan embung yang digunakan untuk menampung kelebihan air saat musim hujan dan sebagai sumber air pada musim kemarau.

(16)

aliran permukaan pada wilayah sekitarnya sehingga dapat mencegah kebanjiran saat musim hujan tetapi juga sebagai sumber air bagi tanaman sekitar lokasi embung di musim kemarau.

(a)(b) (c)

Gambar 2. (a) Bangunan pintu air, (b) Embung pada blok 54 A dan (c) 52 D Namun dari pemaparan diatas fungsi embung yang dibuat PT. Mutiara Bunda Jaya–Kebun Inti Permata Bunda Duahanya sebagai penampung air hujan saja pada saat musim hujan tanpa adanya distribusi air ke setiap blok pertanaman kelapa sawit saat musim kemarau sehingga tanaman yang jauh dari lokasi embung tidak dapat memanfaatkan air yang ada karena tidak terjangkau oleh perakaran tanaman.

Satuan Peta Lahan PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD

(17)
(18)

Gambar 3. Satuan Peta Lahan PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD

Erosi Tanah Aktual Dan Tingkat Bahaya Erosi Di PT. MBJ – Kebun IPBD Berdasarkan hasil survei lapangan dan analisis tanah di laboratorium, maka diperoleh nilai erosi yang terjadi serta tingkat bahaya erosi di PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBDdengan menggunakan Metode USLE dapatdilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Erosi Tanah Aktual & Tingkat Bahaya Erosi Di PT. MBJ –IPBD SPL R K L&S C&P

A

(ton/ha /thn)

Kelas Bahaya

Erosi

Kedalaman Tanah (cm)

(19)

6 1505.6 0.205 0.69 0.07 14.93 I >90 SR Keterangan : SR (Sangat Ringan), R (Ringan).

Sumber: Analisis Data Primer

(20)

permeabilitas tanah serta bahan organik tanah.Nilai kemiringan dan panjang lereng (LS) yang didapat dari persamaan Wischmeier dan Smith (1978dalam Arsyad, 2010) serta faktor tanaman dan tindakan konservasi (CP) yang diketahui dengan melakukan survei langsung dilapangan.

Dari keseluruhan data setiap SPL di PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun Inti Permata Bunda Dua yang diperoleh (lihat tabel 10), maka diketahui nilai erosi yang tertinggi yaitu pada SPL 16 yaitu sebesar 18,00 ton/ha/tahun, dan nilai erosi yang terkecil yaitu 2,49 ton/ha/tahun terjadi pada SPL 28. Dari tabel diatas diketahui bahwa selain penggunaan lahan (perkebunan kelapa sawit) yang sama pada masing-masing SPL, nilai erosivitas hujan pun juga dianggap sama yaitu 1505.63 cm/thn.Sehingga perbedaan nilai erosi (A) yang diperoleh dari tabel diatas hanya dipengaruhi oleh faktor erodibilitas tanah (K) dan faktor topografi (LS).Berikut uraian dari beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai erosi (A) ton/ha/thn.

(21)

dikarenakan bahan organik yang belum hancur dapat mengurangi laju run off dan bahan organik yang sudah hancur akan memperbaiki struktur tanah. Surono dkk., (2013) juga menyatakan bahwa meningkatnya kecepatan permeabilitas tanah menjadikan berkurangnya nilai erodibilitas tanah. Permeabilitas tanah dalam hubungannya dengan erosi adalah berkenaan dengan laju infiltrasi, karena kapasitas laju infiltrasi tanah menentukan banyaknya air yang akan mengalir di permukaan sebagai aliran permukaan dan menyebabkan tanah lapisan atas mudah terbawa atau peka terhadap gerakan aliran permukaan, karena semakin besar kapasitas laju infiltrasi, maka semakin kecil laju aliran permukaan dan sebaliknya (Suripin, 2001).

Nilai erodibilitas tanah juga dipengaruhi oleh faktor topografi.Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10 dimana nilai erodibilitas tanah pada kemiringan lereng 0-3% lebih rendah dibandingkan nilai erodibilitas tanah pada kemiringan lereng 3-8%.Hal ini dikarenakansemakin curam lereng makakehilangan bahan organik yang dapat mengurangi nilai erodibilitas tanah lebih mudah terbawa oleh erosi.Hal ini sesuai dengan literaturSurono dkk., (2013) yang menyatakan bahwa kelas lereng yang berbeda akan berbeda pula tingkat erodibilitas lahannya, yang juga akan mempengaruhi besarnya erosi. Hal ini dikarenakan semakin curam suatu lereng, maka kehilangan bahan organik yang terdapat di lapisan atas tanah akan lebih cepat hilang terbawa oleh erosi.

(22)

terhadap terjadinya erosi.Hal tersebut dikarenakanlaju erosi akan semakin cepat apabilasemakin besarkemiringan dan panjang lereng suatu lahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Dewi dkk., (2012) yang menyatakan bahwa cepat atau lambatnya air mengalir tergantung pada derajat kemiringan tanah, semakin tinggi derajat kemiringan suatu lahan maka air akan semakin cepat mengalir ke bawah (laju erosi akan semakin cepat).Dan semakin besar nilai faktor topografi (LS) maka semakin besar nilai erosi yang dihasilkan pada lahan tersebut.

Dari tabel diatas diketahui bahwa SPL 5 dan SPL 6 dengan karakteristik lahan yang sama kecuali faktor topografi(kemiringan dan panjang lereng) memiliki perbedaan nilai erosi yang sangat besar yaitu pada SPL 5 dengan kemiringan lereng 0-3% sebesar 3,89 ton/ha/thn sedangkan SPL 6 dengan kemiringan lereng 3-8% memiliki nilai erosi sebesar 14,93 ton/ha/thn. Hal ini menunjukkan bahwa faktor topografi atau kelerengan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi nilai erosi dibandingkan dengan faktor lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur Febriani (2013) yang menyatakan bahwa dari beberapa faktor yang mempengaruhi erosi, kelerengan merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi erosi dan walaupun faktor lainnya secara bersama-sama mempengaruhi terjadinya erosi, namun tidak begitu kuat secara sendiri-sendiri. Arsyad (2010) juga menambahkan bahwa erosi akan semakin besar dengan semakin curam lereng.

(23)

memiliki produktivitas yang tinggi.Adapun untuk tingkat bahaya erosi, semua SPL daerah penelitian masuk dalam kategori sangat ringan hingga ringan.Hal itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti kemiringan lereng yang hanya 0 - 8%, erodibilitas yang termasuk kategori rendah dan kedalaman tanah sangat dalam (>90cm) serta penggunaan lahan berupa tanaman kelapa sawit yang berperan sebagai tanaman konservasi atau pencegah erosi. Hal ini sesuai dengan literatur Harahap(2007) yang menyatakan bahwa seiring bertambahnya umur tanaman kelapa sawit maka persebaran akar tanaman juga bertambah luas sehingga menyebabkan terjadi perubahan presentase ruang pori tanah yang semakin meningkat. Perubahan presentase ruang pori yang meningkat menunjukkan bahwa kemampuan tanah menyerap air semakin meningkat juga. Hal tersebut akan berdampak pada kemampuan tanah dalam menahan air (water holding capacity). Kemampuan inilah yang dapat mengurangi laju permukaan air sehingga erosi dapat diperkecil.

Nilai erosi yang terjadi di PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD adalah 2,49 ton/ha/thn hingga 18,00 ton/ha/thn yang termasuk kelas bahaya erosi I (<15 ton/ha/thn) dan II (15 – 60 ton/ha/thn) dengan tingkat bahaya erosi termasuk dalam kategori sangat ringan hingga ringan. Data yang diperoleh menunjukkan erosi yang terjadi tidak akan terlalu mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit serta produksi buahnya sehingga tidak memerlukan tindakan konservasi tanah.Namun sebaiknya serasah atau sisa tanaman dari tanaman kelapa sawit dimanfaatkan sebagai penutup tanah agar dapat mengurangi erosivitas air hujan. Rekomendasi Tindakan Konservasi Air Di PT. MBJ – Kebun IPBD

(24)

sebesar 115 hari dengan penyebaran curah hujan tidak merata sepanjang tahun. Kecukupan kebutuhan air bagi tanaman bergantung pada kondisi tanaman, tanah, dan iklim.Perhitungan kecukupan air tanaman kelapa sawit untuk tujuan praktis di lapangan dapat dilakukan dengan asumsi umum yaitu bahwa keseimbangan air merupakan jumlah air dari curah hujan ditambah dengan cadangan awal air dalam tanah kemudian dikurangi dengan evapotranspirasi. Evapotranspirasi diasumsikan bernilai 150 mm/bulan jika hari hujan ≤ 10 hari/bulan dan bernilai 120 mm/bulan jika hari hujan > 10 hari/bulan. Asumsi lain yang digunakan adalah cadangan air dalam tanah maksimum 200 mm (Darmosakoro et al.,2001).

Tabel 11.Perhitungan Keseimbangan Air PT. MBJ – IPBD Tahun 2015.

Sumber : Analisis Data Sekunder

Nilai keseimbangan air menunjukkan tingkat kesediaan air per bulan.Dari tabel diatas diketahui bahwa keseimbangan air dengan nilai < 0 mm menunjukkan adanya defisit air, sedangkan keseimbangan air dengan nilai > 0 mm

CH Cad. Awal Evapotranspirasi Keseimbangan Cad. Akhir Drainase Defisit Air

(25)

menunjukkan tidak adanya defisit air.Jika keseimbangan air dalam perhitungan tersebut > 200 mm, maka kelebihan air disimpan sebagai cadangan awal dalam tanah bulan berikutnya.

Jumlah curah hujan di PT. MBJ – IPBD sebesar 2222,8 mm telah memenuhi syarat untuk kebutuhan air tanaman kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan pernyataanDarmosakoro et al. (2001) bahwa tanaman kelapa sawit ditinjau dari kebutuhan airnya dapat tumbuh baik pada lahan dengan curah hujan yang cukup (1750 - 3000 mm/tahun) dengan penyebaran hujan yang merata sepanjang tahun dan tidak mengalami bulan kering (curah hujan < 60 mm). Pada pengamatan secara umum di perkebunan kelapa sawit, pertumbuhan dan produksi tanaman akan mulai terpengaruh jika mengalami defisit air di atas 200 mm/thn. Namun, dalam 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2011 – 2015 dengan pola penyebaran hujan yang sama setiap tahunnya yaitu bulan Juli hingga Oktober mengalami bulan kering (curah hujan < 60 mm) ini menyebabkan PT. MBJ – IPBD mengalami defisit air rata – rata sebesar 261 mm/thn (Lampiran 8). Hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, khususnya pada tahun 2015 pada PT. MBJ – IPBD mengalami defisit air sebesar 543 mm.

PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD sudah melakukan tindakan konservasi air berupa bangunan water gate dan pembuatan embung, namun tindakan tersebut kurang efesien karena bangunan water gate dan embung yang sudah ada hanya bertujuan untuk menampung air hujan tanpa mendistribusikannya ke setiap blok pertanaman kelapa sawit sehingga tanaman yang jauh dari lokasi bangunan tidak dapat memanfaatkan air yang ada.

(26)

menurunnya produktifitas buah kelapa sawit serta tidak adanya pendistribusian air ke blok pertanaman maka dilakukan tindakan konservasi air yang belum diusahakan di PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD , seperti pembuatan rorak tadah hujan.

Rorak tadah hujan (RTH) yang berada di setiap blok bermanfaat untuk menampung air hujan serta air aliran permukaan (run-off) agar air tidak mengalir keluar blok dan terbuang begitu saja. RTH memiliki ukuran 3x1x1 meter yang dibuat pada gawangan mati kelapa sawit dan untuk satu unit rorak mewakili empat pokok kelapa sawit sehingga untuk satu RTH dapat menampung air sebanyak 3000 L.

Gambar 4. Posisi rorak pada areal datar (a) dan miring (b)

(27)
(28)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. PT. MBJ – IPBD memiliki nilai erosi terkecil sebesar 2,49 ton/ha/thn dan tertinggi sebesar 18,00 ton/ha/thn.

2. PT. MBJ – IPBDmemiliki areal sebesar 91,21% atau 1.077,96 Ha dengan tingkat bahaya erosi sangat ringan dan8,79% atau 103,88 Ha dengan tingkat bahaya erosi ringan.

3.

Tindakan konservasi yang direkomendasikan di PT. MBJ – IPBD yaitu pembuatan rorak tadah hujan.

Saran

Gambar

Tabel 1. Harkat Struktur Tanah
Tabel 3. Nilai Faktor Vegetasi (C)
Tabel 5. Nilai Faktor CP Pada Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
Tabel 6. Kelas Bahaya Erosi
+7

Referensi

Dokumen terkait