23
APLIKASI KARBON AKTIF DARI SERBUK GERGAJI KAYU
JATI
(Tectona grandis
L.f.) SEBAGAI ADSORBEN
ION LOGAM Pb(II) DAN ANALISISNYA MENGGUNAKAN
SOLID-PHASE SPECTROPHOTOMETRY
(SPS)
Sulistyo Saputro
*dan Dina Fitriana
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
*Keperluan Korespondensi, telp: +6281-329196891, email: sulistyo68@yahoo.com
Received: July 22, 2016 Accepted: August 15, 2016 Online Published: August 31, 2016
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan serbuk gergaji kayu jati sebagai adsorben ion logam Pb(II) pada limbah cair simulasi; waktu kontak optimum yang dibutuhkan oleh serbuk gergaji kayu jati untuk mengadsorpsi ion logam Pb(II); dan sensitivitas metode analisis SPS dalam menentukan penurunan kadar ion logam Pb(II) setelah diadsorpsi oleh karbon aktif dari serbuk gergaji kayu jati. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen di laboratorium. Proses karbonisasi serbuk gergaji kayu jati menggunakan muffle furnace pada suhu 900oC selama 30 menit. Arang diaktivasi dengan larutan aktivator H3PO4 10%. Pe-ngontakan adsorben serbuk gergaji kayu jati dengan larutan Pb(II) dilakukan dengan variasi waktu kontak 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, dan 75 menit. Analisis kadar Pb(II) meng-gunakan SPS dan karakterisasi adsorben serbuk gergaji kayu jati mengmeng-gunakan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: serbuk gergaji kayu jati dapat digunakan sebagai adsorben ion logam Pb(II) menggunakan limbah cair simulasi dengan kapasitas adsorpsi sebesar 1,28 µg/g; adsorben serbuk gergaji kayu jati dapat mengadsorpsi 20 mL ion logam Pb(II) dengan waktu kontak optimum 45 menit dengan persentase penyerapan sebesar 62,32%; dan metode SPS merupakan metode analisis yang sensitif untuk menganalisis penurunan kadar ion Pb(II) hasil adsorpsi menggunakan adsorben serbuk gergaji kayu jati dalam tingkat µg/L ditandai dengan
Limit of Detection (LOD) atau batas deteksi sebesar 0,21 µg/L.
Kata Kunci: adsorben, serbuk gergaji kayu jati, ion Pb(II), solid-phase spectrophotometry (SPS)
ABSTRACT
This study aims to determine: the use of teak sawdust as adsorbent metal ions Pb (II) on a simulated liquid waste; the optimum contact time required by teak sawdust to adsorb metal ions Pb (II); and the sensitivity of SPS analytical methods in determining decreasing levels of ions Pb (II) concentration after adsorbed by activated carbon from sawdust teak. This study was conducted using laboratory experiments. Carbonization process teak sawdust was carried out using a muffle furnace at a temperature of 900oC for 30 minutes. Charcoal was activated using an activator solution of H3PO4 10%. Contacting time of the adsorbent teak sawdust with a
solution of Pb (II) was varied of 15 minutes, 30 minutes, 45 minutes, 60 minutes and 75 minutes. Analysis of ions Pb (II) concentration was performed by SPS and adsorbent characterization of the teak sawdust by FTIR. The results showed that: teak sawdust can be used as adsorbent of metal ions Pb (II) which is simulated by wastewater and has adsorption capacity of 1.28 ug/g; adsorbent teak sawdust can adsorb 20 mL metal ions Pb (II) with optimum contact time of 45 minutes and has the absorption percentage of 62.32%; and SPS method can be used for analysis of concentration decreasing levels of Pb (II) ion, after it was absorbed by teak sawdust, with highly sensitivity and has the limit of detection (LOD) of 0.21 ug/L
24
Saputro an FItriana, Aplikasi Karbon AktifPENDAHULUAN
Globalisasi telah membawa
pembaharuan yang sangat cepat dalam
perkembangan ekonomi, ilmu
penge-tahuan, dan teknologi. Salah satu dampak
yang dirasakan adalah semakin pesatnya
perkembangan sektor industri. Penggunaan
bahan-bahan kimia dalam kegiatan industri
dapat menjadi permasalahan serius apabila
tidak ditangani dengan baik, karena limbah
yang dihasilkan mengandung Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3). Limbah B3
baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak dan
mem-bahayakan lingkungan, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia atau makhluk
hidup lain [1]. Berkaitan dengan hal
tersebut, pencemaran air menjadi salah
satu pembahasan yang tak lepas dari
berkembangnya kegiatan perindustrian di
Indonesia.
Salah satu indikator yang digunakan
untuk mendeteksi pencemaran air adalah
cemaran logam berat di dalamnya. Logam
berat merupakan logam yang memiliki
densitas lebih dari 5 gr/cm3dan sejumlah
konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan
berbahaya [2]. Adanya logam berat di
perairan berbahaya baik secara langsung
terhadap kehidupan organisme maupun
efeknya secara tidak langsung terhadap
kesehatan manusia, hal ini karena sifat
logam berat yang sulit didegradasi dan
dapat terakumulasi dalam organisme
termasuk kerang dan ikan sehingga
membahayakan manusia yang
mengkonsumsinya.
Timbal (Pb) adalah salah satu logam
berat yang sangat berbahaya. Penggunaan
Pb terbesar adalah dalam industri baterai,
kendaraan bermotor seperti timbal metalik,
pada cat dan pestisida. Tingkat maksimun
kandungan Pb yang diperbolehkan di
perairan adalah 0,03 mg/L [3].
Penentuan konsentrasi timbal dalam
air sangat penting sekalipun dalam
konsentrasi sangat kecil, karena apabila air
yang tercemar timbal tersebut dikonsumsi
oleh manusia, maka akan terjadi
penyerapan timbal dalam jaringan tubuh.
Dampak keracunan timbal antara lain
menyebabkan gangguan neurologi
(susunan syaraf), gangguan terhadap
fungsi ginjal, sistem reproduksi, sistem
hemopoitik, dan sistem syaraf [4].Dengan
demikian, untuk mengetahui cemaran Pb(II)
dalam air pada konsentrasi yang sangat
kecil, maka diperlukan instrumen dengan
sensitivitas yang tinggi, yaitu solid-phase
spectrophotometry (SPS)
SPS adalah salah satu metode
analisis yang menggunakan
spektro-fotometer sinar UV-vis dan didasarkan
pada pengukuran spektrofotometri
langsung dari fase padat yang telah
menyerap komponen sampel. Keunggulan
dari metode analisis ini dibandingkan
dengan metode lain adalah operasi yang
sederhana, sensitivitas dan ketelitian yang
tinggi, yaitu mencapai levelpart per billion
(ppb), sehingga dapat mendeteksi ion
logam terlarut dalam konsentrasi yang
sangat kecil [5]. Hal ini dibuktikan oleh
penelitian sebelumnya tentang penentuan
Cr(VI) pada air alam dengan analisis SPS
diperoleh Limit of Detection (LOD) yaitu
sebesar 0,014 µg/dm3 [6].
Berbagai metode dikembangkan
untuk mengurangi kadar logam berat dalam
Adsorben yang sering digunakan dalam
proses adsorpsi ialah padatan berpori
seperti zeolit, silika gel, dan karbon aktif.
Indonesia merupakan salah satu
Negara produsen hasil hutan yang cukup
besar, salah satunya yaitu kayu
jati.Komponen penyusun dari kayu jati
adalah 60%, lignin 28% dan zat lain
(termasuk zat gula) 12% [7].Industri
penggergajian kayu menghasilkan limbah
berupa serbuk gergaji sebesar 10,6%,
sebetan 25,9% dan potongan 14,3%
dengan total limbah sebesar 50,8% [8].
Pada umumnya, limbah serbuk gergaji ini
belum dimanfaatkan secara optimal oleh
masyarakat, hanya untuk bahan bakar
boiler, bahan bakar industri batu bata, atau
hanya dibakar dan bahkan dibuang
saja.Pemanfaatan serbuk gergaji kayu
sebagai bahan baku pada pembuatan
arang aktif merupakan salah satu
alternatifuntuk mengurangi volume limbah.
Dengan demikian, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian aplikasi karbon aktif
dari serbuk gergaji kayu jati (Tectona
grandis L.f) sebagai adsorben ion logam
Pb(II) dengan analisis SPS.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah satu unit
spektrofotometer sinar UV-vis K-MAC
Lab.Junior, spektrofotometer FTIR
Shimadzu, muffle furnace, labu ukur, gelas
beker, erlenmeyer, gelas ukur, pipet
volume, aliquotting device yang dirangkai
menggunakan syringe, pipet tetes, corong
kaca, pengaduk kaca, kaca arloji, neraca
analitik, magnetic stirrer, timer, oven,
ayakan 80 mesh, kertas saring Whattman,
eksikator, mortar dan alu. Bahan-bahan
yang digunakan adalah serbuk gergaji kayu
jati, larutan induk Pb(NO3)2 1000 mg/L
(E.Merck), larutan pengompleks ditizon
(E.Merck), resin Muromac AG 50W-X2 H+
Serbuk gergaji kayu jati dibersihkan
dari pengotor dan dicuci dengan akuades,
kemudian dikeringkan dalam oven dengan
suhu 110oC. Kemudian dipanaskan dalam
muffle furnace dengan suhu 900oC selama
30 menit. Hasil arang diayak dengan
ukuran 80 mesh.
b. Pengaktifan Adsorben dari Serbuk
Gergaji Kayu Jati
Adsorben dimasukkan ke dalam
gelas beker 250 mL yang telah diisi 20 mL
larutan H3PO4 10%, kemudian direndam
selama 24 jam pada suhu kamar. Saring
dan bilas residu dengan akuades hingga
filtrat netral, lalu dikeringkan dalam oven
dengan suhu 110oC selama 24 jam. Uji
adsorben sebelum dan sesudah aktivasi
dengan FTIR.
c. Persiapan Resin
Resin dilarutkan dalam sejumlah
akuades dan didiamkan beberapa saat
hingga resin menjadi lebih mengembang.
d. Pembuatan Larutan Pengompleks
Ditizon
Sebanyak 2 mg ditizon dilarutkan
26
Saputro an FItriana, Aplikasi Karbon Aktife. Prosedur Penentuan Kurva Kalibrasi
Pb(II)
Larutan standar Pb(II) 0 μg/L, 20
μg/L, 40 μg/L, dan 80 μg/L diambil masing-masing 20 mL, kemudian ditambahkan
dengan 1 mL larutan ditizon dan 0,06 mL
resin lalu distirrer selama 20 menit dan
dianalisis menggunakan spektrofotometer
UV-vis dengan panjang gelombang 485 nm
dan 615 nm. Kemudian diambil selisih
absorbansi dari kedua panjang gelombang
tersebut yaitu ∆A = A 485nm – A 615nm ,
dimana ∆A akan dibuat kurva standar Pb(II)
(∆A vs konsentrasi).
f. Prosedur Penentuan Spesi Pb(II)
dalam Limbah Cair Simulasi
Sebanyak 20 mL larutan limbah cair
simulasi ditambahkan dengan 1 mL larutan
ditizon dan 0,06 mL resin lalu distirrer
selama 20 menit dan dianalisis
menggunakan spektrofotometer UV-vis
dengan panjang gelombang 485 nm dan
615 nm. Dimana ∆A yang diperoleh akan
disubstitusikan ke dalam persamaan kurva
standar Pb(II) sehingga spesi Pb(II) dalam
limbah cair simulasi dapat diketahui.
g. Penentuan Waktu Kontak Optimum
Larutan limbah cair simulasi
dimasukkan ke dalam lima erlenmeyer
sebanyak masing-masing 10 mL, kemudian
dimasukkan 0,5 gram adsorben lalu distirrer
dengan variasi waktu 15 menit, 30 menit,
45 menit, 60 menit, dan 75 menit.
Campuran disaring lalu filtrat yang
diperoleh ditambah 1 mL larutan ditizon dan
0,06 mL resindan distirrer selama 20 menit
lalu dianalisis dengan spektrofotometer
UV-vis dengan panjang gelombang 485 nm dan
615 nm.
h. Penentuan Limit of Detection (LOD)
atau Batas Deteksi
Larutan blangko (akuades)
ditambahkan 1 mL larutan ditizon dan 0,06
mL resin lalu distirrer selama 20 menit dan
dianalisis dengan spektrofotometer UV-vis
dengan panjang gelombang 485 nm dan
615 nm. Penentuan Relative Standar
Deviation (RSD) dilakukan untuk
menentukan batas deteksi dengan rumus
LOD = 3 RSD. Hasil penentuan LOD dapat
dilihat dalam Tabel 1.
.
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pembuatan Adsorben Karbon Aktif
dari Serbuk Gergaji Kayu Jati
Pembuatan adsorben terdiri dari tiga
tahap, antara lain tahap dehidrasi yaitu
penghilangan pengotor pada serbuk gergaji
kayu jati, karbonisasi yang merupakan
tahap pemecahan bahan organik menjadi
karbon dengan pemanasan pada 900oC
selama 30 menit. Arang yang dihasilkan
berwarna hitam dan bertekstur agak kasar
lalu diayak dengan ukuran 80 mesh.
Tahap selanjutnya adalah aktivasi,
yaitu perendaman adsorben dengan larutan
aktivator H3PO4 10% selama 24 jam. Untuk
mengetahui struktur dan gugus fungsi
adsorben sebelum aktivasi, setelah
aktivasi, dan setelah pengontakkan dengan
limbah cair simulasi yang mengandung
Pb(II) dilakukan karakterisasi dengan FTIR
(Gambar 1).
(a)
(b)
(c)
28
Saputro an FItriana, Aplikasi Karbon Aktif2. Penentuan Kurva Standar Pb(II)
Gambar 2. Kurva Standar Pb(II)
Dari grafik kurva standar (Gambar 2)
tersebut, diperoleh persamaan y = 0,005x
+ 0.018, dimana y adalah ∆A dan x adalah
konsentrasi. Persamaan tersebut yang
digunakan untuk menentukan konsentrasi
timbal (Pb) yang terkandung dalam limbah
merupakan rata rata pengukuran dari
sejumlah sampel yang datanya disajikan
dalam Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Absorbansi sampel Pb(II) dalam Limbah Cair Simualsi
4. Penentuan Waktu Kontak Optimum
Gambar 3 adalah hasil penentuan
waktu kontak optimum.
Gambar 3. Penentuan Waktu Kontak Optimum dalam Penurunan Kadar Pb(II)
5. Penentuan LOD atau Batas Deteksi
Tabel 2 adalah hasil peenentuan
LOD.
Tabel 2. Penentuan LOD
Konsen-B. Pembahasan
1. Pembuatan Adsorben Karbon Aktif
dari Serbuk Gergaji Kayu Jati
Serbuk gergaji kayu jati merupakan
limbah hasil penggergajian kayu yang
memiliki kandungan selulosa sebesar 60%
dimana memiliki potensi yang cukup besar
untuk dijadikan adsorben. Sebelum serbuk
gergaji digunakan sebagai adsorben, harus
dikonversi terlebih dahulu menjadi arang
melalui proses karbonisasi, yaitu proses
pemecahan bahan-bahan organik menjadi
karbon. Proses ini dilakukan menggunakan
alat muffle furnace.
Serbuk gergaji yang telah bersih dan
kering lalu dimasukkan ke dalam kurs
porselin untuk selanjutnya dipanaskan
dalam muffle furnace sehingga terbentuk
arang. Pada penelitian ini, digunakan suhu
900oC dan pemanasan dilakukan selama
30 menit. Dari tahap ini didapatkan arang
dari serbuk gergaji kayu jati yang berwarna
hitam. Pemanasan dengan alat muffle
furnace ini bertujuan untuk menghilangkan
kadar air (H2O) dalam serbuk gergaji
dengan menguapkannya menjadi gas CO2.
Arang hasil karbonisasi ini diayak dengan
ukuran 80 mesh. Hasil dari pengayakan
adalah arang yang bertekstur lebih halus
dan ukuran arang yang seragam
(homogen). Salah satu faktor yang
mempengaruhi daya serap adsorpsi adalah
ukuran partikel adsorben (struktur pori).
Semakin kecil pori-pori arang akan
mengakibatkan luas permukaan semakin
bertambah, sehingga ion-ion akan lebih
banyak terserap dan efektivitas adsorpsi
semakin meningkat.
Tahap selanjutnya yaitu aktivasi
arang hasil karbonisasi, yaitu dengan
merendam arang dengan larutan H3PO4
10% selama 24 jam pada suhu kamar.
Tujuan dari proses pengaktifan arang
adalah membuka pori-pori arang sehingga
menjadi lebih luas.
Hasil perendaman adsorben dengan
larutan aktivator kemudian disaring dengan
kertas saring Whattman sehingga terbentuk
filtrat dan residu. Residu yang dihasilkan
kemudian dibilas dengan akuades sampai
pH netral. Pengujian dilakukan dengan
indikator universal. Selanjutnya
mengeringkan dalam oven dengan suhu
110oC. Hasil karbon aktif dari serbuk
gergaji kayu jati yaitu karbon aktif berwarna
hitam dan halus yang kemudian akan
dipakai sebagai adsorben ion logam Pb(II).
2. Penentuan Kadar Pb(II) dalam
Limbah Cair Simulasi dengan
Analisis SPS
SPS merupakan metode analisis
yang didasarkan pada pengukuran
langsung sampel dari penyerapan cahaya
oleh fasa resin penukar ion yang telah
menyerap spesi sampel dalam bentuk
kompleks. Metode ini dapat menentukan
kadar suatu mineral runutan dalam air alam
sampai kadar mikrogram/L [6].
Prinsip dasar dari analisis dengan
SPS ini adalah penentuan konsentrasi
suatu sampel dalam eksperimen dimana
sampel ditambah dengan colouring agent
yang akan menjadi senyawa kompleks
berwarna dan kemudian ditambah resin
yang akan mengabsorb sampel tersebut ke
dalamnya sehingga menjadi fase padat [6].
Pada penelitian ini, digunakan larutan
ditizon sebagai pengompleks larutan Pb(II)
30
Saputro an FItriana, Aplikasi Karbon Aktifdalam bentuk kompleks ini yang diabsorb
oleh resin penukar kation Muromac dan
dilanjutkan dengan analisis menggunakan
SPS.
Penentuan konsentrasi Pb(II) dalam
limbah cair simulasi dilakukan dengan
membuat kurva kalibrasi dari larutan
standar Pb(II) pada berbagai konsentrasi,
diantaranya yaitu larutan Pb(II) 0 μg/L, 20
μg/L, 40 μg/L, dan 80 μg/L. Berdasarkan kurva standar diperoleh suatu persamaan
yaitu y = 0,005x + 0,018, dimana y adalah
∆A dan x adalah konsentrasi. Persamaan
tersebut digunakan untuk menentukan
konsentrasi Pb(II) yang terkandung dalam
limbah cair simulasi dengan cara
mensubstitusikan ∆A yang diperoleh ke
dalam persamaan kurva standar Pb(II)
sehingga spesi Pb(II) dalam limbah cair
simulasi dapat diketahui. Dari hasil analisis
diperoleh bahwa konsentrasi Pb(II) yang
terdapat dalam limbah cair simulasi adalah
51,27 µg/L.
3. Adsorpsi Ion Logam Pb(II)
Dalam penelitian ini, adsorben
yang digunakan adalah serbuk gergaji kayu
jati, sedangkan sebagai adsorbatnya yaitu
ion logam Pb(II) dalam larutan standar Pb.
Secara kimia, disebabkan oleh
adanya gugus Si-O-Si dan Si-OH dalam
adsorben. Adanya gugus –OH tersebut
memungkinkan terjadinya penjerapan ion
logam oleh adsorben melalui pertukaran
ion.
Mekanisme pertukaran ion yang
disajikan pada Gambar 4. M2+ adalah ion
logam, -OH adalah gugus hidroksil, dan Y
adalah matriks tempat gugus –OH terikat
[10].
Gambar 4. Mekanisme Pertukaran Ion
4. Penentuan Waktu Kontak Optimum
dalam Penurunan Kadar Ion Logam
Pb(II)
Penentuan waktu kontak optimum ini
dilakukan untuk mengetahui waktu yang
diperlukan adsorben untuk menyerap ion
logam dalam kondisi yang optimal (daya
serap optimal).Penentuan waktu kontak
optimum dilakukan dengan mengontakkan
limbah cair simulasi dengan adsorben
serbuk gergaji kayu jati.
Dalam penelitian ini, digunakan
variasi waktu kontak yaitu 15, 30, 45, 60,
dan 75 menit dan pengadukan
menggunakan stirrer.
Berdasarkan percobaan, diperoleh
hasil bahwa konsentrasi Pb(II) yang
terserap dari menit ke-15 sampai ke-45
cenderung meningkat, tetapi pada menit
ke-60 mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan pada waktu kontak menit
ke-45, kontak antara adsorben serbuk gergaji
kayu jati dan larutan Pb(II) sebagai
adsorbat telah mengalami kesetimbangan.
Pada waktu kontak 45 menit, kapasitas
adsorpsi dan persentase penyerapan
adsorpsi cenderung konstan, karena
seluruh permukaan adsorben
mengad-sorpsi ion Pb(II). Namun setelah waktu
kontak ditingkatkan, kapasitas adsorpsi dan
persentase penyerapan adsorpsi menurun,
hal ini karena terjadi proses desorpsi
Dari hasil analisis, diperoleh bahwa
waktu kontak optimal dari adsorben untuk
menyerap ion logam Pb(II) yaitu pada menit
ke-45. Pada waktu kontak 45 menit
tersebut dapat menurunkan konsentrasi
Pb(II) sebesar 31,95µg/L, dengan
persen-tase penyerapan sebesar 62,32%.
Adsorben serbuk gergaji kayu jati
dapat digunakan sebagai adsorben ion
logam Pb(II) dengan kapasitas adsorpsi
sebesar 1,28 µg/g.
5. Analisis Spektra FTIR
Hasil uji FTIR pada adsorben
sebelum aktivasi diperoleh hasil bahwa
terdapat gugus –OH dari Si-OH, Si-O dari
SiOH (silanol), SiO dari SiOSi, CH,
-CH2-, -CH3, dan C=O aromatis jenis ester
dan amida. Pada adsorben setelah aktivasi,
terjadi pergeseran bilangan gelombang
namun gugus yang ditunjukkan tidak jauh
berbeda hanya tidak muncul serapan untuk
C=O jenis amida.
Sedangkan uji FTIR pada
adsorben setelah pengontakkan, diperoleh
hasil bahwa terdapat gugus –OH, Si-O, dan
-CH2-.
Adanya pergeseran bilangan
gelombang pada gugus-gugus tersebut
menunjukkan bahwa gugus-gugus tersebut
berperan dalam proses adsorpsi ion Pb(II)
oleh adsorben serbuk gergaji kayu jati.
Selain itu, perbedaan spektra inframerah
antara setelah aktivasi dan setelah
pengontakkan adalah hilangnya serapan
untuk vibrasi alkana dan hilangnya gugus
metil, ester, dan amida pada spektra
inframerah adsorben setelah pengontakkan
dengan logam Pb(II).
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan
diperoleh kesimpulan bahwa serbuk gergaji
kayu jati dapat digunakan sebagai
adsorben ion logam Pb(II) menggunakan
limbah cair simulasi dengan kapasitas
adsorpsi sebesar 1,28 µg/g.
Adsorben serbuk gergaji kayu jati
dapat mengadsorpsi 20 mL ion logam Pb(II)
dengan waktu kontak optimum 45 menit
dengan persentase penyerapan sebesar
62,32%.
Metode SPS merupakan metode
analisis yang sensitif untuk menganalisis
penurunan kadar ion Pb(II) hasil adsorpsi
adsorben serbuk gergaji kayu jati dalam
tingkat µg/L ditandai dengan LOD atau
batas deteksi sebesar 0,21 µg/L.
DAFTAR RUJUKAN
[1] Peraturan Pemerintah RI No.101 Tahun 2014. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta.
[2] Darmono. (2001). Lingkungan Hidup
dan Pencemaran (Hubungannya
dengan Toksikologi Senyawa Logam).
Jakarta: UI Press.
[3] Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.
[4] Sudarmaji, Mokono, J., dan I.P, Corie. (2006). Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya terhadap Kesehatan.
Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2(2). hal 129-142. Universitas Airlangga, Surabaya
32
Saputro an FItriana, Aplikasi Karbon AktifAnalysis of Trace Elements in Natural Water. Analytical Sciences. (29): 677-680.
[6] Saputro, S., dkk (2009). Improved Solid-phase Spectrophotometry for the Microdetermination of Chromium(VI) in Natural Water. Analytical Sciences. (25): 1445- 1450.
[7] Baharudin, dkk. (2005). Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona grandis L) yang Direndam dalam Air Dingin sebagai Media Tumbuh Jamur Tiram (Pleorotus communicipae).
Jurnal Perrenial, 2(1): 1-5.
[8] Sudarja dan Caroko, N. (2012). Kaji Eksperimental Efektifitas Penyerapan Limbah Cair Industri Batik Taman Sari Yogyakarta menggunakan Arang Aktif Mesh 80 dari Limbah Gergaji Kayu Jati. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, 14(1), 50-58.
[9] Shehla, G., Vogel. (1990). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke Lima (Bagian I). Terj. Setiono, L. dan Pudjaatmaka, A.H. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
[10] Sheha, R dan Someda, H. (2007).
New Research on Hazardous