• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI (Tectona grandis L.f) TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN DAYA SERAP AIR PADA MORTAR SEMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI (Tectona grandis L.f) TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN DAYA SERAP AIR PADA MORTAR SEMEN"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFFECT OF ADDITION OF SAWDUTS TEAK (Tectona grandis L.f) OF COMPRESSIVE STRENGTH, TENSILE STRENGTH AND WATER

ABSORTION IN CEMENT MORTAR

By

HARI BARKAH

Using of wood as the building material in construction or other building elements produced the waste wood that has not been fully exploited, in the form of sawdust. One way of utilization of industrial waste is by using wood as a building material. In this research, industrial waste wood (wood powder) will be used as a partial replacement of cement and sand on building materials such as cement mortar.

This research aimed to study and determine the effect of the addition of teak wood sawdust in cement mortar for compressive strength, split tensile strength, and water absorption. The comparison of the mixture composition of cement and sand used is 1: 5, with cement water factor (FAS) is 0.5. Whereas variations in the usage of sawdust is used in the mixture is at 0%, 10%, 15%, and 20% of the weight of the weight of cement and sand.

(2)

as stuffing material in cement mortar, will greatly influence the reduction in compressive strength, tensile strength sides and increase the absorption of water produced.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI (Tectona grandis L.f) TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN

DAYA SERAP AIR PADA MORTAR SEMEN

Oleh

HARI BARKAH

Pemakaian kayu sebagai bahan bangunan pada konstruksi ataupun elemen bangunan lainnya mengakibatkan timbulnya limbah kayu yang belum sepenuhnya dimanfaatkan, yaitu berupa serbuk gergaji. Salah satu cara pemanfaatan limbah industri kayu adalah dengan memanfaatkannya sebagai bahan bangunan. Pada penelitian ini, limbah industri kayu (serbuk gergaji) dimanfaatkan sebagai bahan pengganti sebagian semen dan pasir pada bahan bangunan berupa mortar semen.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh dari penambahan serbuk gergaji kayu jati pada mortar semen terhadap kuat tekan, kuat tarik belah, dan daya serap air. Perbandingan komposisi campuran antara semen dan pasir yang digunakan adalah 1 : 5, dengan faktor air semen (FAS) adalah 0,5. Sedangkan variasi penggunaan serbuk gergaji yang digunakan dalam campuran sebesar 0%, 10%, 15%, dan 20% dari berat semen dan berat pasir.

(4)

subtitusi pasir hasilnya menurun. Untuk hasil uji daya serap air, menunjukkan bahwa nilai daya serap air memiliki nilai meningkat. Pemakaian serbuk gergaji sebagai bahan isian pada mortar semen, akan sangat mempengaruhi terhadap penurunan kuat tekan, kuat tarik belah dan meningkatkan daya serap air yang dihasilkan.

(5)

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI (Tectona grandis L.f) TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN

DAYA SERAP AIR PADA MORTAR SEMEN

Oleh HARI BARKAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI (Tectona grandis L.f) TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN

DAYA SERAP AIR PADA MORTAR SEMEN

(Skripsi)

Oleh HARI BARKAH

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Skema penekanan benda uji ... 41

3.2. Diagram alir penelitian ... 45

4.1. Grafik gradasi agregat halus ... 48

4.1. Grafik gradasi agregat halus ... 48

4.2. Grafik gradasi agregat halus ... 52

4.3. Pengujian kuat tekan mortar semen ... 54

4.4. Grafik hubungan antara kuat tekan mortar semen subtitusi terhadap semen… ... 55

4.5. Grafik hubungan antara kuat tekan mortar semen subtitusi terhadap pasir…… ... 56

4.6. Pengujian kuat tarik belah mortar semen ... 59

4.7. Grafik hubungan antara kuat tarik belah mortar semen subtitusi terhadap semen… ... 60

4.8. Grafik hubungan antara kuat tarik belah mortar semen subtitusi terhadap pasir…… ... 61

4.9. Grafik hubungan antara daya serap air mortar semen subtitusi terhadap semen… ... 65

(8)

i

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Batasan Masalah ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mortar ... 6

B. Semen ... 13

C. Agregat Halus ... 17

D. Air ... 18

E. Serbuk Gergaji Kayu Jati ... 19

F. Penelitian Terdahulu...22

III. METODE PENELITIAN A. Umum ... 27

B. Material ... 27

C. Peralatan ... 28

D. Pelaksanaan Penelitian ... 31

E. Pengujian Mortar Semen... 41

F. Diagram Alir Penelitian...45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat-sifat Fisik Material ... 46

1. Hasil Pengujian Agregat Halus ... 46

2. Hasil Pengujian Semen ... 50

3. Hasil Pengujian Serbuk Gergaji ... 51

B. Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Semen... 53

C. Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Mortar Semen... 58

(9)

ii

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 68 B. Saran ... 68

(10)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Jenis-jenis semen Portland dengan sifat-sifatnya ... 15

2.2. Gradasi agregat halus untuk adukan/mortar ... 17

2.3. Sifat-sifat kayu jati... 20

2.4. Kembang susut kayu pada berbagai arah ... 21

3.1 Ukuran saringan pada penelitian agrgat halus ... 29

3.2. Jumlah benda uji mortar ... 39

4.1. Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus ... 46

4.2. Hasil pengujian kadar air agregat halus ... 47

4.3. Hasil pengujian gradasi agregat halus ... 48

4.4. Hasil pengujian kadar lumpur agregat halus ... 48

4.5. Hasil pengujian berat volume agregat halus ... 49

4.6. Hasil pengujian berat jenis semen ... 50

4.7. Hasil pengujian waktu pengikatan semen ... 50

4.8. Hasil pengujian kadar air serbuk gergaji sebelum di rendam ... 51

4.9. Hasil pengujian kadar air serbuk gergaji setelah di rendam ... 51

4.10. Hasil pengujian gradasi serbuk gergaji ... 52

(11)

iv

4.12. Kuat tekan mortar semen ... 54

4.13. Kuat tarik belah mortar semen ... 59

(12)
(13)
(14)
(15)

“Sungguh... atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada

kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah”

(QS. Al-Kahfi : 39)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

.

(16)

i

PERSEMBAHAN

Langkah

ini akan memberiku jalan

bukan jalan untuk mengagungkan diri

bukan jalan untuk membiarkan keangkuhan

melainkan untuk memberi manfaat

menjadi berguna bagi sesama

jalan yang akan kuhadapi

…. demi menjaga orang

-orang yang kucinta

Karya sederhana ini kupersembahkan bagi semua yang ada di alam

ini dan pernah menjadi bagian dalam hidupku.

Mama dan Papa tercinta,

seandainya kalian tau, betapa sulit mimpi ini kuraih,

betapa berat semua ini kulalui, doa kalianlah yang bisa membuatku hingga sekarang bertahan walau amat terasa sulit

Kakak dan Adik-adikku tersayang,

Terimakasih atas perhatian dan pengertiannya.

Sahabat-sahabatku yang telah memberiku inspirasi untuk selalu optimis dan percaya diri,

dan Almamater tercinta.

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 8 Januari 1993.

Penulis merupakan putra dari pasangan Bapak Sudrajat dan Ibu

Hapsah (Alm), anak ke enam dari enam bersaudara.

Dengan rahmat Allah SWT penulis menyelesaikan pendidikan

di Taman Kanak-kanak Al-Muhajirin pada tahun 1999, pendidikan Sekolah Dasar

Negeri Panunggangan 2 pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 4

Kota Tangerang pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Kota

Tangerang pada tahun 2011. Terakhir penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas

Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung melalui Seleksi Jalur Mandiri

pada tahun 2011.

Pada tahun 2013, penulis melakukan Kerja Praktek di Gedung Extension Sekolah

Darma Bangsa Bandar Lampung selama 3 bulan. Penulis juga telah melaksanakan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di pekon Way Agung, Kecamatan Buay Bahuga,

Kabupaten Way Kanan selama 40 hari pada periode Januari-Maret 2015. Penulis

mengambil tugas akhir dengan judul Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu

Jati (Tectona grandis L.f) terhadap Kuat Tekan, Kuat Tarik, dan Daya Serap Air

pada Mortar Semen.

Selama menjalani perkuliahan penulis pernah menjadi Asisten Menggambar

Rekayasa, Struktur Beton I, Struktur Bangunan Gedung pada tahun 2014-2015,

(18)

mahasiswa penulis aktif dalam organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Taekwondo

periode 2011-2012 sebagai Kepala Divisi Kepelatihan, periode 2012-2013 sebagai

Ketua Umum dan UKMF Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HIMATEKS)

(19)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karuniaNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.

Melalui kesempatan ini, Penulis hendak mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril, maupun

spiritual. Banyak pengalaman dan masukan yang didapat Penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini, baik hal-hal yang bersifat mendidik dan kritikan

yang berguna bagi Penulis.

Dengan teriring salam dan doa serta ucapan terima kasih yang tak terhingga

Penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung.

3. Ibu Hasti Riakara Husni, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah

banyak memberi bimbingan , masukan, dan nasehat dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Dosen Pembimbing 2 atas

(20)

5. Bapak Ir. Eddy Purwanto, M.T., selaku Dosen Penguji dan selaku Kepala

Laboratorium Bahan dan Konstruksi Teknik, Universitas Lampung yang turut

memberikan kesempatannya untuk menguji sekaligus membimbing Penulis

dalam seminar skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lampung atas ilmu bidang sipil yang telah diberikan selama perkuliahan.

7. Keluargaku terutama orangtuaku tercinta, Bapak Sudraja dan Hapsah (Alm),

serta Kakakku M.Komarudin, M.Agus Ramdhan, M.Umar Maulana, Maulani

Olivia, dan Jajang Rahmat beserta keluarga atas doanya untuk Penulis.

8. Rekan – rekan Kerja Praktek dan rekan – rekan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

9. Serta teman – teman dan rekan – rekan sipil, kakak – kakak, adik – adik yang

telah banyak membantu dan mendukung dalam pengerjaan skripsi ini serta

yang paling utama angkatan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

untuk bantuan moril, tempat, waktu, doa dan dukungannya selama ini. Saya

ucapkan terima kasih banyak semoga sukses selalu mengiringi kita semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan,

oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.

Akhir kata semoga Tuhan membalas semua kebaikan semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bandar Lampung, November 2015

Penulis,

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri konstruksi merupakan bagian utama dalam kelancaran dan

perkembangan pembangunan di suatu negara maju maupun negara

berkembang. Semakin meningkatnya pembangunan di suatu negara maka

penggunaan akan material konstruksi menjadi meningkat. Hal tersebut

mengharuskan terciptanya material konstruksi yang efektif dan efisien dalam

penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

Bahan bangunan yaitu semua bahan olahan yang mempunyai bentuk

beraturan dan ukuran tertentu yang digunakan sebagai bahan untuk membuat

elemen bangunan. Elemen bangunan merupakan suatu bagian fungsional dari

suatu bangunan yang terbuat dari bahan bangunan atau komponen bangunan

yang merupakan bagian dari suatu bangunan, seperti lantai, atap, maupun

dinding (SK S-02-1989-F).

Menurut Sugianto dan Sebayang, S (2005), mortar adalah campuran antara

semen portland atau semen hidraulik lain, agregat halus, dan air, dengan atau

tanpa bahan campuran tambahan. Mortar mempunyai fungsi yang penting

(22)

2

pekerjaan dinding. Untuk saat ini campuran mortar yang banyak dipakai

untuk plesteran dinding menggunakan perbandingan semen dan pasir adalah 1

: 2, hingga 1 : 7, tetapi dengan campuran yang ada ini masih terdapat banyak

kelemahannya. Khusus untuk pekerjaan di lapangan mortar dengan proporsi

perbandingan campuran semen dan pasir 1 : 2 paling baik digunakan karena

mempunyai nilai kuat tekan dan kuat tarik lentur yang lebih tinggi dari

proporsi lain (1 : 3 – 1 : 7). Bila menggunakan mortar dengan perbandingan

semen dan pasir 1 : 4 – 1 : 7 sebaiknya FAS yang di pakai lebih dari 0,4

karena dengan volume campuran yang banyak FAS kurang dari 0,4 tidak bisa

mencampur secara homogen campuran tersebut yang mengakibatkan

rendahnya kuat tekan dan kuat tarik lentur mortar.

Di satu sisi kebutuhan manusia akan bangunan meningkat dan di sisi lain

semakin mahalnya harga bangunan, sementara limbah industri kayu yang

begitu besar belum sepenuhnya dimanfaatkan. dan diketahui bahwa limbah

industri ini bisa dimanfaatkan dalam bidang konstruksi, salah satunya serbuk

gergaji diketahui dapat digunakan sebagai bahan tambah perekat pasta semen

pada campuran mortar.

Pada saat ini serbuk gergaji merupakan permasalahan aktual yang sering kali

menjadi beban bagi industri perkayuan karena selain membutuhkan tempat

juga kurang sedap dipandang dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan

yaitu sebagai bahan bakar di pedesaan. keuntungan yang diperoleh dari

(23)

3

1. Memiliki berat relatif ringan sehingga cocok digunakan untuk bahan

bangunan.

2. Memiliki daya hantar panas dan listrik relatif rendah.

3. Mempunyai sifat isolasi dan akustik sehingga bahan ini cocok untuk bahan

kedap suara.

4. Relatif lebih tahan terhadap rayap dan jamur dibanding dengan papan kayu.

Dengan memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan tambah pada

campuran mortar diharapkan diperoleh keuntungan dan dapat

meningkatkan nilai tambah dan nilai guna bahan, sehingga dapat

meningkatkan nilai ekonomis, menunjang pengadaan bahan dan dapat

mengatasi dampak negatif limbah industri kayu terhadap lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, permasalahan yang diajukan pada penelitian ini adalah

seberapa besar pengaruh penambahan serbuk gergaji kayu jati (Tectona

grandis L.f ) terhadap subsitusi berat semen dan subtitusi berat pasir pada

mortar semen ditinjau dari kuat tekan, kuat tarik belah dan daya serap air.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, antara lain :

1. Mengetahui pengaruh dari penambahan serbuk gergaji kayu jati pada

mortar semen terhadap kuat tekan, kuat tarik, dan daya serap air.

2. Meningkatkan nilai tambah dan nilai guna bahan sehingga meningkatkan

(24)

4

pengadaan bahan dan sedikit banyak dapat mengatasi dampak negatif

limbah industri kayu terhadap lingkungan.

3. Secara ekonomis dapat diperoleh mortar yang lebih murah dan praktis

serta memiliki berat yang relatif ringan.

D. Batasan Masalah

Masalah pada penelitian ini dibatasi pada analisis pengaruh penambahan

serbuk gergaji terhadap kuat tekan, kuat tarik, dan daya serap air pada mortar

semen. Beberapa batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dimensi benda uji berupa kubus beton dengan ukuran diameter 50 mm x

50 mm x 50 mm. Benda uji kubus tersebut digunakan untuk pengujian

kuat tekan mortar dan daya serap air sebanyak 3 buah.

2. Serta benda uji berupa silinder dengan diameter 50 mm dan tinggi 100

mm. Benda uji tesebut digunakan untuk pengujian kuat tarik mortar

3. Pengujian mortar dilakukan pada umur 14 hari dan 28 hari.

4. Komposisi serbuk kayu yang digunakan sebesar 0 %, 10 %, 15 %, 20 %

(dari berat semen dan berat pasir).

5. Berat jenis PCC (Portland Composite Cement) yaitu 2,807 gr/cm3.

6. Komposisi bahan campuran yang digunakan adalah 1 Pc : 5 Ps. Dengan

faktor air semen (FAS) adalah 0,5.

7. Perawatan benda uji (curing) dilakukan dengan cara perendaman di dalam

bak yang berisi air tawar selama 14 hari dan 28 hari.

8. Pengujian yang dilakukan meliputi kuat tekan, kuat tarik belah, dan daya

(25)

5

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi mengenai pengaruh penambahan serbuk gergaji

kayu jati terhadap mortar semen.

2. Dapat diketahui pengaruh dari penggunaan serbuk gergaji kayu jati dan

mortar semen terhadap kuat tekan, kuat tarik, dan daya serap air.

3. Penelitian mengenai penggunaan serbuk gergaji sebagai bahan tambah atau

bahan ikat akan membantu mengurangi limbah sehingga berkontribusi

terhadap pemeliharaan lingkungan.

4. Dari hasil penilitian diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari, yaitu penggunaan serbuk gergaji kayu jati sebagai bahan ikat

yang dapat mengurangi penggunaan semen portland yang harganya mahal.

5. Memberikan refrensi mengenai pengaruh penambahan serbuk gergaji kayu

jati terhadap kuat tekan, kuat tarik belah, dan daya serap air pada mortar

semen.

6. Memperdalam pengetahuan dan wawasan mengenai teknologi beton pada

(26)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mortar

Mortar (sering disebut juga mortel atau spesi) adalah bahan bangunan terdiri

dari agregat halus, bahan perekat serta air, dan diaduk sampai homogen.

Adukan mortar dibuat kelecekannya cukup baik sehingga mudah dikerjakan

(diaduk, dibawa ke tempat pembuatan dengan “uji sebar” dengan alat berupa

“meja sebar”. Mortar sebagai bahan bangunan, biasa diukur sifat-sifatnya,

misalnya kuat tekan, berat jenis, kuat tarik, daya serap air, kuat rekat dengan

bata merah, susutan, dan sebagainya. (Tjokrodimuljo, K 2012)

1. Jenis mortar

Tjokrodimuljo, K (2012) membagi mortar berdasarkan jenis bahan

ikatnya menjadi empat jenis, yaitu mortar lumpur, mortar kapur, mortar

semen dan mortar khusus.

1.1. Mortar lumpur

Mortar lumpur dibuat dari campuran air, tanah liat/lumpur, dan

agregat halus. Perbandingan campuran bahan-bahan tersebut harus

tepat untuk memperoleh adukan yang kelecakannya baik dan

mendapatkan mortar (setelah keras) yang baik pula. Terlalu sedikit

(27)

7

sebagai akibat besarnya susutan pengeringan. Terlalu banyak pasir

menyebabkan adukan kurang dapat melekat dengan baik. Mortar

lumpur ini dipakai untuk bahan dinding tembok atau bahan tungku

api di pedesaan.

1.2. Mortar kapur

Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur, semen merah dan

air. Kapur dan pasir mula-mula dicampur dalam keadaan kering

kemudian ditambahkan air. Air diberikan secukupnya untuk

memperoleh adukan dengan kelecakan yang baik. Selama proses

pelekatan kapur mengalami susutan sehingga jumlah pasir yang

umum digunakan adalah tiga kali volume kapur. Mortar ini biasa

dipakai untuk perekat bata merah pada dinding tembok bata, atau

perekat antar batu pada pasangan batu.

1.3. Mortar semen

Mortar semen dibuat dari campuran air, semen Portland, dan

agregat halus dalam per-bandingan campuran yang tepat.

Perbandingan antara volume semen dan volume agregat halus

berkisar antara 1 : 2 dan 1 : 8. Mortar ini lebih besar daripada

mortar lumpur atau mortar kapur, oleh karena itu biasa dipakai

untuk tembok, pilar, kolom, atau bagian bangunan lain yang

menahan beban. Karena mortar semen ini lebih rapat air

(dibandingkan dengan mortar lain sebelumnya) maka juga dipakai

untuk bagian luar bangunan dan atau bagian bangunan yang berada

(28)

8

1.4. Mortar khusus

Mortar khusus ini dibuat dengan menambahkan bahan khusus

pada mortar 1.2) dan 1.3) di atas dengan tujuan tertentu. Mortar

ringan diperoleh dengan menambahkan asbestos fibres, jutes fibres

(serat alami), butir – butir kayu, serbuk gergaji kayu, serbuk kaca

dan lain sebagainya. Mortar khusus digunakan dengan tujuan dan

maksud tertentu, contohnya mortar tahan api diperoleh dengan

penambahan serbuk bata merah dengan aluminous cement, dengan

perbandingan satu aluminous cement dan dua serbuk batu api.

Mortar ini biasanya di pakai untuk tungku api dan sebagainya.

2. Sifat-sifat mortar

Menurut Tjokrodimuljo, K (2012) mortar yang baik harus mempunyai

sifat-sifat sebagai berikut :

a. Murah.

b. Tahan lama.

c. Mudah dikerjakan (diaduk, diangkat, dipasang dan diratakan).

d. Melekat dengan baik dengan bata, batu dan sebagainya.

e. Cepat kering dan mengeras.

f. Tahan terhadap rembesan air.

g. Tidak timbul retak-retak setelah dipasang.

Pemakaian mortar pada kondisi bangunan tertentu disyaratkan untuk

memenuhi mutu adukan yang tertentu pula. Sebagai contoh untuk

bangunan gedung bertingkat banyak diisyaratkan menggunakan mortar

(29)

9

3. Kuat tekan mortar

Kekuatan tekan adalah kemampuan pasta dan mortar menerima gaya

tekan persatuan luas. Seperti pada beton, kekuatan pasta dan mortar

ditentukan oleh kandungan semen dan faktor air semen dari campuran.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan pasta dan mortar

diantaranya adalah faktor air semen, jumlah semen, umur mortar, dan

sifat agregat. (Asia, N.2014)

3.1 . Faktor air semen (f a s)

Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air dan

berat semen dalam campuran pasta atau mortar. Secara umum

diketahui bahwa semakin tinggi nilai f.a.s maka semakin rendah

mutu kekuatan beton. Namun demikian, nilai f.a.s. yang semakin

rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi.

Nilai f.a.s. yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam

pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang

pada akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun.

(Asia,N.2014)

3.2 . Jumlah Semen

Pada mortar dengan f.a.s sama, mortar dengan kandungan semen

lebih banyak belum tentu mempunyai kekuatan lebih tinggi. Hal

ini disebabkan karena jumlah air yang banyak, demikian pula

pastanya, menyebabkan kandungan pori lebih banyak daripada

mortar dengan kandungan semen yang lebih sedikit. Kandungan

(30)

10

dalam mortar mempunyai nilai optimum tertentu yang memberikan

kuat tekan tinggi. (Asia, N.2014)

3.3. Umur Mortar

Kekuatan mortar akan meningkat seiring dengan bertambahnya

umur dimana pada umur 28 hari pasta dan mortar akan

memperoleh kekuatan yang diinginkan. (Asia, N.2014)

3.4. Sifat Agregat

Sifat agregat yang berpengaruh terhadap kekuatan ialah bentuk,

kekasaran permukaan, kekerasan dan ukuran maksimum butir

agregat. Bentuk dari agregat akan berpengaruh terhadap

interlocking antar agregat. (Asia, N.2014)

4. Kuat tarik belah mortar

Kuat tarik belah adalah ukuran kuat tarik belah mortar yang diakibatkan

oleh suatu gaya untuk mengetahui batas kuat tarik belah dari benda uji.

Benda uji mortar ini setelah keras kemudian diletakkan mendatar sejajar

dengan permukaan meja penekan mesin uji ditekan. Nilai kuat tarik yang

diperoleh dihitung dari besar beban tarik maksimum (N) dikalikan dua

dibagi dengan panjang dan diameter benda uji (mm2). (Tjokrodimuljo,

K. 2012)

5. Penyerapan air mortar

Daya serap air adalah persentase berat air yang mampu diserap oleh

suatu agregat jika direndam dalam air. Pori dalam butir agregat

(31)

11

seluruh butiran, beberapa merupakan pori-pori yang tertutup dalam

materi, beberapa yang lain terbuka terhadap permukaan butiran.

Beberapa jenis agragat yang sering dipakai mempunyai volume pori

tertutup sekitar 0 % sampai 20 % dari volume butirnya. (Tjokrodimulyo,

K 2012)

Menurut Tjokrodimuljo, K (2012) menyatakan bahwa dalam adukan

beton atau mortar, air, dan semen membentuk pasta yang disebut pasta

semen. Pasta semen ini selain mengisi pori-pori diantara butir-butir

agregat halus, juga bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam proses

pengerasan, sehingga butir-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan

terbentuklah suatu massa yang kompak atau padat.

6. Tipe mortar

Berdasarkan ASTM C270,Standard Specification for Mortar for Unit

Masonry, mortar untuk adukan pasangan dapat dibedakan atas 5 tipe,

yaitu :

6.1. Mortar Tipe M

Mortar tipe M merupakan campuran dengan kuat tekan yang tinggi

yang direkomendasikan untuk pasangan bertulang maupun

pasangan tidak bertulang yang akan memikul beban tekan yang

besar.

6.2. Mortar Tipe S

Mortar tipe ini direkomendasikan untuk struktur yang akan memikul

(32)

12

untuk menahan beban lateral besar yang berasal dari tekanan tanah,

angin dan beban gempa. Karena keawetannya yang tinggi, mortar

tipe S juga direkomendasikan untuk struktur pada atau di bawah

tanah, serta yang selalu berhubungan dengan tanah, seperti pondasi,

dinding penahan tanah, perkerasan, saluran pembuangan dan

mainhole.

6.3. Mortar Tipe N

Tipe N merupakan mortar yang umum digunakan untuk konstruksi

pasangan di atas tanah. Mortar ini direkomendasikan untuk dinding

penahan beban interior maupun eksterior. Mortar dengan kekuatan

sedang ini memberikan kesesuaian yang paling baik antara kuat

tekan dan kuat lentur, workabilitas, dan dari segi ekonomi yang

direkomendasikan untuk aplikasi konstruksi pasangan umumnya.

6.4. Mortar Tipe O

Mortar tipe O merupakan mortar dengan kandungan kapur tinggi

dan kuat tekan yang rendah. Mortar tipe ini direkomendasikan

untuk dinding interior dan eksterior yang tidak menahan beban

struktur, yang tidak menjadi beku dalam keadaan lembab atau

jenuh. Mortar tipe ini sering digunakan untuk pekerjaan setempat,

memiliki workabilitas yang baik dan biaya yang ekonomis.

6.5. Mortar Tipe K

Mortar tipe K memiliki kuat tekan dan kuat lekat lentur yang

sangat rendah. Mortar tipe ini jarang digunakan untuk konstruksi

(33)

13

konstruksi bangunan lama yang umumnya menggunakan mortar

kapur.

7. Metode Pengujian

a. Proporsi campuran bahan untuk benda uji Mortar yang dibuat

dilaboratorium yang digunakan untuk menentukan sifat – sifat

menurut spesifikasi ini harus berisi bahan – bahan konstruksi dalam

susunan campuran yang telah ditetapkan dalam spesifikasi proyek.

(SNI 03- 6882-2002).

b. Pencampuran Mortar Semua bahan bersifat semen dan agregat harus

dicampur dengan sejumlah air secukupnya selama 3–5 menit dengan

menggunakan alat pengaduk mekanis untuk menghasilkan mortar

yang mudah dikerjakan. (SNI 03-6882-2002).

c. Pemeliharaan Kelecekan

Mortar yang telah mengeras harus diaduk kembali dengan tangan

untuk mempertahankan kelecekannya, dan mortar yang telah

mencapai lebih dari 2,5 jam sejak dicampur tidak boleh dipakai lagi.

(SNI 03-6882-2002).

B. Semen

Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif maupun kohesif, yaitu

bahan pengikat. Menurut Standar Industri Indonesia, SII 0013-1981, definisi

semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara

menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat

(34)

14

macam semen, yaitu semen hidraulis dan semen hidraulis. Semen

non-hidraulis adalah semen (perekat) yang dapat mengeras tetapi tidak stabil

dalam air. Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras bila bereaksi

dengan air, tahan terhadap air (water resistance) dan stabil di dalam air

setelah mengeras.

Semen Portland diperoleh dengan membakar suatu campuran dari calcareous

(yang mengandung kalsium karbonat) dan algillaceaus (yang mengandung

alumina) dengan suatu perbandingan tertentu serta silikat-silikat kalsium.

Bahan-bahan tersebut dibakar dengan suhu 1550°C dan menjadi klinker.

Kemudian didinginkan dan dihaluskan menjadi bubuk. Pada campuran ini

umumnya ditambahkan lagi gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kira-kira 2-4%

sebagai bahan pengontrol waktu ikat. Bahan-bahan lain juga ditambahkan

untuk membuat semen dengan sifat-sifat khususSemen merupakan bahan

pengikat yang paling terkenal dan paling banyak digunakan dalam konstruksi

beton. Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling penting,

yaitu :

1. Tricalsium silikat (C3S) atau CaO SiO2

2. Dicalsium silikat (C2S) atau 2CaO SiO2

3. Tricalsium aluminat (C3A) atau 3CaO Al2O3

4. Tetracalsium aluminoferit (C4AF) atau Al2O3Fe2O3

Semen dapat membuat berbagai macam jenis semen hanya dengan mengubah

kadar masing-masing komponennya. Misalnya ingin mendapatkan semen

(35)

15

kadar C3S dan mengurangi kadar C2S. ASTM (American Standard for

Testing Material) menentukan komposisi semen berbagai tipe sebagaimana

tampak pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Jenis-jenis semen portland dengan sifat-sifatnya.

Tipe

II Modifikasi 42 33 5 13 350 900 250

III Kekuatan

Sumber : Nugraha, P dan Antoni, 2007

1. Tipe I adalah semen portland untuk tujuan umum. Jenis ini paling banyak

diproduksi karena digunakan untuk hampir semua jenis konstruksi..

2. Tipe II adalah semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. Untuk mencegah serangan sulfat

maka pada semen tipe ini, senyawa C3A harus dikurangi. Semen tipe ini

biasa digunakan pada bangunan seperti pelabuhan, pondasi,

bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa, dan saluran-saluran air buangan.

3. Tipe III adalah semen porland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan 28

hari umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum

dipakai ketika harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus

dapat cepat dipakai. Semen tipe ini biasa digunakan pada

bangunan-bangunan seperti pembuatan beton pracetak, perbaikan pavment, dan

pembetonan di daerah cuaca dingin.

(36)

16

persyaratan panas hidrasi yang rendah. Untuk mengurangi panas hidrasi yang

terjadi, maka semen tipe ini senyawa C3S dan C3A dikurangi. Semen tipe ini

memiliki kuat tekan yang lebih rendah dari semen tipe I. Semen tipe ini

biasanya digunakan pada bangunan-bangunan seperti konstruksi DAM,

basement¸ dan pembetonan pada daerah bercuaca panas.

5. Tipe V adalah semen porland tahan sulfat, yang dipakai untuk menghadapi

aksi sulfat yang ganas. Umumnya dipakai di daerah dimana tanah atau

airnya memiliki kandungan sulfat yang tinggi. (Nugraha, P dan Antoni,

2007)

Selain tipe semen diatas, semen yang banyak dijual dipasaran adalah semen

PCC (Portland Composite Cement). Jenis semen portland yang digunakan

pada penelitian ini adalah semen portland tipe PCC (Portland Composite

Cement). PCC (Portland Composite Cement) adalah bahan pengikat hidrolis

hasil penggilingan bersama-sama terak semen portland dan gips dengan satu

atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen

portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara

lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silika, batu kapur,

dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35% dari masa semen portland

komposit. (SNI 15-7064-2004)

Semen jenis PCC dapat digunakan pada konstruksi umum seperti pekerjaan

beton, pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan pembuatan elemen

bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel beton, bata beton

(37)

17

C. Agregat halus

Agregat halus untuk beton/mortar adalah agregat berupa pasir alam sebagai

hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang

diasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.

(Sugianto dan Sebayang, S. 2005)

Agregat yang dipakai untuk campuran adukan atau mortar harus memenuhi

syarat yang ditetapkan dengan batasan ukuran agregat halus yang dapat

dilihat pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2. Gradasi agregat halus untuk adukan/mortar

Saringan Persen lolos (%) No. Diameter (mm) Pasir alam Pasir olahan

4 4,76 100 100

Unsur perusak yang terkandung dalam agregat halus dibatasi sebagai berikut:

1. Partikel yang mudah pecah maksimum 1,0 %

2. Tidak mengandung zat organik

3. Partikel ringan yang terapung pada cairan dengan berat jenis 2,0

maksimum 0,5 %

4. Kadar lumpur maksimum 5 %

(38)

18

D. Air

Air merupakan komponen penting dari campuran pasta dan mortar yang

memegang salah satu faktor penting, karena air dapat bereaksi dengan semen,

yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Kualitas air mempengaruhi

kekuatan pasta dan mortar, maka kemurnian dan kualitas air untuk campuran

pasta dan mortar perlu mendapat perhatian. Air untuk pembuatan dan

perawatan pasta dan mortar tidak boleh mengandung minyak, asam alkali,

garam, bahan-bahan organic, atau bahan lain yang dapat merusak pasta dan

mortar. Sebaiknya digunakan air bersih, air tawar, tidak berbau, bila

dihembuskan dengan udara tidak keruh, tidak berasa, dan dapat diminum..

Air sebagai bahan bangunan sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut:

(Standar SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A)

1. Air harus bersih.

2. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda melayang lainnya yang

dapat dilihat secara visual dan tidak boleh lebih dari 2 gram per liter.

3. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak

(asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram per liter.

4. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram per liter..

5. Tidak mengandung senyawa sulfat (sebagai SO3) lebih dari 1 gram per

liter.

Kualitas mortar akan berkurang bila air mengandung kotoran. Pengaruh

pada mortar diantaranya pada lamanya waktu ikatan awal adukan mortar,

(39)

19

butiran melayang (lumpur) dalam air di atas 2 gram/liter dapat mengurangi

kekuatan mortar.

E. Serbuk gergaji kayu jati

Serbuk gergaji adalah serbuk kayu berasal dari kayu yang dipotong dengan

gergaji. Kayu jati memiliki nama botani Tectona grandits L.f. Di Indonesia

kayu jati memiliki berbagai jenis nama daerah yaitu delek, dodolan, jate,

jatih, jatos, kiati, kulidawa, dan lain-lain. Kayu ini merupakan salah satu

kayu terbaik di dunia.

Pohon jati tumbuh baik pada tanah sarang terutama tanah yang mengandung

kapur pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, di daerah dengan

musim kering yang nyata dan jumlah curah hujan rata-rata 1200-2000 mm

per-tahun. Banyak terdapat di seluruh Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara Barat,

Maluku dan Lampung.

Kayu jati memiliki serat yang halus dengan warna kayu mula-mula sawo

kelabu, kemudian berwarna sawo matang apabila lama terkena cahaya

matahari dan udara. Serat kayu memiliki arah yang lurus dan kadang-kadang

terpadu. Pada industri pengolahan kayu, jati diolah menjadi kayu gergajian,

plywood, blackbord, particleboard, mebel air dan sebagainya. Karena

sifat-sifatnya yang baik, kayu jati merupakan jenis kayu yang paling banyak

dipakai untuk berbagai keperluan. Sifat-sifat kayu jati secara lengkap dapat

(40)

20

Tabel. 2.3. Sifat-sifat Kayu Jati

No Sifat Satuan Nilai

1 Berat jenis gr/cm2 0,62-0,75 (rata-rata 0,67)

2 Tegangan pada batas proporsi gr/cm2 718

3 Tegangan pada batas patah gr/cm2 1031

4 Modulus elastisitas gr/cm2 127700

5 Tegangan tekan sejajar serat gr/cm2 550

6 Tegangan geser arah radial gr/cm2 80

7 Tegangan geser arah tangensial gr/cm2 89

8 Kadar selulosa % 47,5

15 Kelarutan dalam air dingin % 1,2

16 Kelarutan dalam air panas % 11,1

17 Kelarutan dalam NaOH 1 % % 19,8

18 Kadar air saat titik jenuh serat % 28

19 Nilai kalor Cal/gram 5081

20 Kerapatan Cal/gram 0,44

Sumber : Wirjomartono, K. 1991

Serbuk gergaji mengandung komponen utama selulosa, hemiselulosa, lignin

dan zat ekstraktif kayu. Serbuk gergaji kayu merupakan bahan berpori,

sehingga air mudah terserap dan mengisi pori-pori tersebut. Dimana sifat

serbuk gergaji yang higroskopik atau mudah menyerap air.

1. Sifat fisik

Sifat-sifat ini antara lain daya hantar panas, daya hantar lisrik, angka muai

dan berat jenis. Perambatan panas pada kayu akan tertahan oleh pori-pori

dan rongga-rongga pada sel kayu. Karena itu kayu bersifat sebagai

penyekat panas. Semakin banyak pori dan rongga udaranya kayu semakin

(41)

21

dipengaruhi oleh kadar air kayu, pada kadar air yang tinggi daya hantar

panasnya juga semakin besar.

2. Sifat higroskopik

Akibat air yang keluar dari rongga sel dan dinding sel, kayu akan

menyusut dan sebaliknya kayu akan mengembang apabila kadar airnya

bertambah. Sifat kembang susut kayu dipengaruhi oleh kadar air, angka

rapat kayu dan kelembaban udara. Akan kembang susut pada berbagai

arah disajikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Kembang Susut Kayu pada Berbagai Arah

Arah Persentase susut

Tangensial (searah garis singgung) 4–14

Radial (menuju ke pusat) 2–10

Aksial (sejajar serat) 0,1–0,2

Volumetric 7–21

Sumber : Wirjomartono 1991

3. Sifat Mekanik

Kayu bersifat anisotrop (non isotropic material), dengan kekuatan yang

berbeda-beda pada berbagai arah. Sel kayu jika mendapat gaya tarik

sejajar serat akan mengalami patah tarik sehingga kulit sel hancur dan

patah. Jika gaya tarik terjadi pada arah tegak lulus serat, maka gaya tarik

menyebabkan zat lekat lignin akan rusak. Dukungan gaya tarik pada arah

tegak lurus serat jauh lebih kecil dibandingkan dengan pada arah sejajar

serat. Sel kayu yang mengalami gaya desak dengan arah sejajar serat,

(42)

22

menghalangi tekuk ke arah luar, sehingga sel kayu patah karena tekuk ke

dalam.

Jika daya desak terjadi pada arah tegak lurus serat, sel kayu akan

tertekan. Jadi dukungan gaya desak pada arah tegak lurus serat akan

lebih besar dibandingkan dengan pada arah serat sejajar. Gaya geser

sejajar serat pada sel kayu akan menyebabkan rusaknya zat lekat lignin.

Jika gaya geser terjadi pada arah tegak lurus serat, maka gaya

seolah-olah memotong dinding-dinding sel. Gaya untuk memotong dinding sel

lebih besar daripada gaya untuk mematahkan zat lekat lignin. Jadi

dukungan gaya geser pada arah tegak lurus serat akan lebih besar

dibandingkan dengan pada arah sejajar serat.

F. Penelitian terdahulu

Sihotang, E (2009), telah melakukan pengujian mortar dengan tujuan penelitiannya adalah untuk membandingkan kekuatan mortar yang terbuat dari

campuran abu ampas tebu dengan kekuatan mortar normal dan untuk

mengetahui karakteristik mortar yang meliputi kuat tekan, kuat tari, dan

penyerapan air. Komposisi penggantian semen dengan abu ampas tebu

sebanyak 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15% dari berat semen. Semen menggunakan

semen Portland tipe I dan bahan tambah yang digunakan adalah abu ampas

tebu. Sampel yang digunakan adalah kubus (5cmx 5cmx 5cm) dan angka

berbentuk angka 8 (7,5cmx 4,15cmx 2,5cm). dari hasil penelitian diperoleh

bahwa kuat tekan mortar dengan menggunakan abu ampas tebu akan

(43)

-23

6% dari jumlah semen. Sedangkan pencampuran lebih dari 6% akan

mengurangi kuat tekan mortar. Dengan demikian penggunaan abu ampas tebu

dengan kadar 6% yaitu 19,8 MPa merupakan campuran optimum pada

campuran ini. Sementara pada kuat tarik mortar meningkat pada variasi

campuran 3% - 6%, sedangkan lebih dari 6% akan menurun. Dan pada

penyerapan air dengan menggunakan abu ampas tebu akan semakin menurun

seiring dengan bertambahnya variasi campuran abu ampas tebu.

Andoyo (2006), telah melakukan pengujian mortar dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penggunaan abu terbang, semen Portland dan kapur

terhadap kuat tekan dan serapan air pada mortar. Semen yang digunakan

adalah semen Portland jenis I produksi PT. Semen Gresik. Penelitian ini

menggunakan sampel yang berupa benda uji kubus berukuran 5cmx 5cmx

5cm untuk uji kuat tekan dan uji serapan air, sedangkan yang terdiri atas satu

kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol adalah

mortar yang menggunakan bahan ikat semen dan kapur (1PC : 0AT : 1KP),

sedangkan kelompok perlakuan dibagi menjadi empat, yaitu: (1) mortar yang

menggunakan komposisi abu terbang sebesar 10% (0,9PC : 0,1AT : 1KP); (2)

mortar yang menggunakan komposisi abu terbang sebesar 20% (0,8PC :

0,2AT : 1KP); (3) mortar yang menggunakan komposisi abu terbang 30%

(0,7PC : 0,3AT : 1KP); (4) mortar yang menggunakan komposisi abu terbang

40% (0,6PC : 0,4AT : 1KP). Dari hasil penelitian peningkatan kuat tekan

terjadi pada prosentase abu terbang sebesar 10% dengan kuat tekan pada umur

56 hari sebesar 100,72 kg/cm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada

(44)

24

dengan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 93,96 kg/cm2 dan proyeksi kuat

tekan karakteristik pada umur 28 hari (fc’) = 62,16 kg/cm2, pada presentase

abu terbang sebesar 30% dengan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 83,41

kg/cm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari (fc’) = 55,17

kg/cm2 dan pada prosentase abu terbang sebesar 40% dengan kuat tekan pada

umur 56 hari sebesar 70,12 kg/cm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada

umur 28 hari (fc’) = 46,42 kg/cm2. Sedangkan pada mortardengan kadar abu

terbang 0% didapatkan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 59,89 kg/cm2

dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari (fc’) = 42,34kg/cm2.

Penambahan abu terbang pada bahan ikat semen portland dan kapur juga

membuat mortar menjadi lebih kedap air karena nilai serapan air mortar

menjadi semakin rendah. Serapan air pada mortar dengan abu terbang 0%

adalah sebesar 12,912%, pada prosentase 10% sebesar 12,119%, pada

prosentase 20% sebesar 11,868%, pada prosentase 30% sebesar 9,31% dan

pada prosentase abu terbang sebesar 40% nilai serapan airnya adalah 10,886%

Ibnu, M.B.S (2006), telah melakukan pengujian pada mortar semen dengan menambahkan serbuk gergaji kayu jati. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat

mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan serbuk gergaji kayu jati

terhadap subtitusi berat pasir dan subtitusi berat semen. Pada penelitian ini

mortar dibuat dari pasir muntilan, Semen Nusantara tipe I dan serbuk gergaji

kayu jati dari pabrik penggergajian kayu di Desa Sarip Kecamatan Wirosari,

Purwodadi. Komposisi penggantian semen dan penggantian pasir dengan

serbuk gergaji kayu jati sebanyak 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari berat

(45)

25

5cm) dan bentuk seperti angka delapan (7,5cm x 5cm x 2,5cm). Sampel diuji

pada umur 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sebar dilapangan

sebesar 95% - 103,5%, sedangkan pengujian kuat tekan dan kuat tarik dari

mortar semen dengan bahan tambah serbuk gergaji kayu jati subsitusi pasir dan

subsitusi semen hasilnya menurun (dibandingkan dengan mortar normal).

Penurunan nilai kuat tekan mortar semen subsitusi berat pasir dari 0% hingga

20% serbuk gergaji dari 128,740 kg/cm2menjadi 15,279 kg/cm2sedangkan nilai

kuat tekan mortar semen subsitusi berat semen dari 0% hingga 20% serbuk

gergaji dari 113,84 kg/cm2menjadi 45,070 kg/cm2, untuk nilai kuat tarik mortar

semen subsitusi berat pasir dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 71,86 kg/cm2

menjadi 5,937 kg/cm2 sedangakan nilai kuat tarik mortar semen subsitusi berat

semen dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 78.42 kg/cm2 menjadi 24,56

kg/cm2. Berbeda dari nilai daya serap airnya yang memiliki nilai meningkat

(dibandingkan dengan mortar control yaitu tanpa persentase serbuk gergaji).

Peningkatan daya serap air mortar semen subsitusi berat pasir dari 0% hingga

20% serbuk gergaji dari 9,569 % menjadi 46,481 % sedangakan nilai daya serap

air mortar semen subsitusi berat semen dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari

11,013% menjadi 16,015%.

Sutrisna, D (2012), telah melakukan pengujian pada mortar semen dengan menambahkan serbuk gergaji kayu jati. Penelitian tentang mortar ini bertujuan

untuk: 1) Meningkatkan nilai tambah dan nilai guna bahan sehingga

meningkatkan nilai ekonomis, diversifikasi jenis bahan konstruksi, dan dapat

mengatasi dampak negatif limbah industri kayu terhadap lingkungan, 2)

(46)

26

memiliki berat yang relatif ringan. Metode yang digunakan adalah metode

eksperimen, penelitian ini dirancang dengan 5 perlakuan untuk uji kuat tekan,

kuat lekat dan absorfsi. Masing– masing perlakuan diulangi 3 kali. Benda uji

yang dibuat dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam bentuk yaitu bentuk

kubus dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm digunakan untuk pengujian

absorfsi, 50 mm x 100 mm x 250 mm untuk uji kuat lekat dan 150 mm x 150

mm x 150 mm untuk uji kuat tekan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

penambahan serbuk gergaji kayu jati pada campuran mortar sangat

berpengaruh, sehingga kuat tekan dan kuat lekat meningkat pada penambahan

serbuk gergaji 5 % dari berat semen, dan terjadi penurunan pada semua

persentase berat pasir, sedangkan untuk absorfsi terjadi kenaikan yang

semakin tinggi pada persentase 5% - 20% dari penambahan persentase berat

semen dan pasir. Penambahan serbuk kayu jati yang optimum dari persentase

berat semen yaitu sebesar 6,7% yang menghasilkan kuat tekan sebesar 10,3

MPa, sedangkan untuk penambahan 3,1 % menghasilkan kuat tekan 8,51

MPa. Untuk kuat lekat campuran mortar yang optimum didapat dari

persentase berat semen yaitu penambahan serbuk sebesar 3% dan

(47)

27

III. METODE PENELITIAN

A. Umum

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen di

Laboratorium Struktur dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas

Lampung. Benda uji pada penelitian ini berupa kubus dengan ukuran 5cm x

5cm x 5cm.. Dan benda uji berupa silinder dengan ukuran diameter 5 cm

dan tinggi 10 cm. Sedangkan pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah

mortar dilakukan setelah benda uji berumur 14 hari dan 28 hari.

B. Material

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Semen portland

Penelitian ini menggunakan semen jenis PCC (Portland Composite

Cement) dari PT. Semen Padang. Berat jenis semen adalah 2,8070

gram/cm2.

2. Agregat Halus

Agregat halus yang digunakan terlebih dahulu dilakukan pengujian

terhadap kadar air, berat jenis dan penyerapan, gradasi, kadar lumpur,

(48)

28

Dalam penelitian ini agregat halus yang digunakan yaitu pasir yang

berasal dari daerah Gunung Sugih Lampung Tengah.

3. Air

Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung lumpur,

minyak dan tidak mengandung garam serta zat-zat lain yang dapat larut

dan dapat merusak beton. Air yang digunakan dalam penelitian ini

berasal dari Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas

Teknik Universitas Lampung.

4. Serbuk gergaji

Serbuk gergaji Kayu Jati (Tectona grandis L.f) yang digunakan adalah

jenis Jati Plus Perhutani berasal dari Lampung Timur didatangkan dari

pabrik penggergajian kayu di daerah Antasari Bandar Lampung.

C. Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Timbangan

Timbangan digunakan untuk memeriksa berat masing-masing bahan

penyusun mortar berdasarkan komposisi campuran yang telah

direncanakan. Timbangan yang digunakan yaitu timbangan dengan

kapasitas 4 kg dengan ketelitian 0,1 gram

2. Satu set saringan

Peralatan ini digunakan untuk mengukur gradasi agregat sehingga dapat

(49)

29

ini gradasi agregat halus berdasarkan standar ASTM C33-78 dengan

batasan ukuran agregat halus yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1. Ukuran saringan pada penelitian agregat halus

Jenis Ukuran Saringan (mm)

Agregat Halus 4,75 2,36 1,18 0,6 0,3 0,15 Pan

3. Oven

Alat ini digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan dasar campuran

mortar yang perlu dikeringkan terlebih dahulu pada saat pengujian.

Oven yang digunakan mempunyai kapasitas panas maksimum 210°C

dengan daya 110 Watt.

4. Baskom dan cawan

Baskom digunakan sebagai tempat untuk penyimpanan bahan penyusun

adukan mortar (pasir,semen,air dan serbuk gergaji)

5. Piknometer

Alat ini digunakan untuk mengetahui berat jenis SSD (Surface Saturated

Dry), berat jenis kering, berat jenis semu, dan penyerapan agregat halus.

6. Mangkuk dan kaca

Mangkuk dan kaca digunakan dalam pemeriksaan berat jenis kayu.

7. Cetakan benda uji

Alat ini digunakan untuk mencetak mortar dengan bentuk kubus ukuran

5 cm x 5 cm x 5 cm dan bentuk silinder ukuran diameter 5 cm dan tinggi

(50)

30

8. Cetok semen

Cetok digunakan untuk memindahkan adukan ke dalam cetakan dan

juga untuk meratakan permukaan benda uji yang baru dicetak.

9. Ember tempat air

Ember digunakan untuk menampung air yang dibutuhkan dan juga

untuk merendam benda uji mortar semen.

10. Gelas Ukur

Gelas ukur volume 250 ml digunakan pada pemeriksaan kandungan zat

organis dalam pasir. Gelas ukur volume 50 ml, 100 ml, 250 ml, 1000 ml

digunakan untuk mengukur volume air yang dibutuhkan untuk adukan

mortar semen dan juga untuk memeriksa karekteristik pasir.

11. Kaliper (Jangka sorong)

Kaliper digunakan untuk mengukur semua benda uji.

12. Kerucut Kronik

Kerucut kronik digunakan untuk menentukan kondisi jenuh kering muka

(Saturated Surface Dry) pasir. Kerucut kronik terbuat dari kuningan

dengan diameter bawah 890 mm, diameter atas 380 mm, tinggi 760 mm

dilengkapi dengan penumbuk berupa tongkat baja diameter 25 mm berat

336 gram.

13.Compressing Testing Machine(CTM)

CTM merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kuat

tekan dan kuat tarik belah. CTM yang digunakan berkapasitas beban

(51)

31

Load(Proving Ring10 Ton). Digunakan untuk pengujian kuat tekan dan

kuat tarik belah mortar semen pada umur 14 hari dan 28 hari.

D. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa tahap sebagai berikut:

1. Persiapan bahan

Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang akan digunakan

dipersiapkan terlebih dahulu agar penelitian berjalan dengan baik dan

lancar. Semua bahan yang diperlukan dalam penelitian ini dipersiapkan.

Mulai dari semen portland, agregat halus, serbuk gergaji kayu jati dan

air.

2. Tahap pengujian bahan penyusun mortar

Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap bahan yang digunakan.

Tahap ini dilakukan pengujian terhadap :

a. Berat jenis dan penyerapan agregat halus

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis dan

penyerapan pada agregat halus untuk kondisi SSD (Surface

Saturated Dry). Contoh pasir dimasukkan pada cetakan kerucut

pasir. Benda uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (stamper).

Pemadatan dilakukan pada 3 lapisan, tipa lapisan dipadatkan dengan

25 kali tumbukan dengan tinggi jatuh tongkat pemadat ±1 cm.

kondisi SSD contoh diperoleh, jika cetakan diangkat butiran-butiran

pasir longsor atau runtuh ± 1/3 dari tinggi kerucut. Mengambil

(52)

32

picnometer dan tambahkan air sampai batas 500 cc. Mengeluarkan

udara sedikit demi sedikit dengan cara piknometer diputar. Lalu

merendam picnometer dalam bak air pada temperature 20oC selama

1 jam. Menimbang picnometer, air, dan sampel (C). Setelah itu

mengeluarkan sampel dari dalam picnometer kemudian memasukkan

kedalam kontainer dan dioven pada suhu 105oC-110oC selama 24

jam. Mencatat berat contoh setelah dioven (E), kemudian

menimbang berat picnometer dan air (D). Berat jenis dan penyerapan

agregat halus dihitung dengan rumus :

1). Berat jenis semu = …..………..……(3.1)

2). Berat jenis kering = …..………..….. (3.2)

3). Berat jenis kondisi SSD = …..………..… (3.3)

3). PresentaseAbsorbsi = x 100%….………..…. (3.4)

b. Berat jenis kayu

Contoh diambil dari potongan kayu gergajian yang berukuran 50 x

50 x 20 mm dan ditimbang beratnya (B1). Air raksa dimaksukkan

kedalam mangkok dan diratakan dengan cara menekan

permukaannya dengan kaca. Selanjutnya potongan kayu ditekan

masuk ke dalam air raksa dengan meggunakan kaca sampai seluruh

potongan kayu terendam. Air raksa yang tumpah ditimbang beratnya

(Bar). Kemudian memasukkan benda uji ke dalam oven selama 24

jam. Setelah kering di timbang kembali benda uji (B2). berat jenis

(53)

33

γ

( , )

..….……… (3.5)

c. Berat satuan

Pemeriksaan berat satuan serbuk gergaji dan pasir langkah

pengujiannya sama. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan

berat isi agregat halus per satuan volume. Pengujian dilakukan

dengan mengunakan silinder baja/mould. Langkah pertama

menimbang dan mencatat berat silinder baja/mould (w1), kemudian

Mengisi silinder baja yang diketahui berat dan volumenya (v) dengan

benda dalam tiga lapis tang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan

dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata.

Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.

Menimbang dan mencatat berat silinder baja beserta benda uji (w2).

Untuk mendapatkan berat benda uji , berat silinder baja beserta

benda uji dikurangkan dengan berat silinder baja (w3). Berat satuan

dihitung dengan rumus :

= ….………(3.6)

d. Gradasi

Pemeriksaan gradasi serbuk gergaji dan pasir langkah pengujiannya

sama. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan susunan pembagian

butir (gradasi) dari agregat halus. Pasir dan serbuk gergaji yang akan

diperiksa dikeringkan dalam oven dengan suhu 105° sampai beratnya

tetap dan ditimbang beratnya. Ayakan di susun sesuai dengan

(54)

34

4,8 mm, diikuti dengan ukuran ayakan yang lebih kecil yaitu

berturut-turut 2,4 mm, 1,2 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15 mm, 0 mm

(sisa), kemudian di getarkan selam kurang lebih 10 menit. Pasir atau

serbuk gergaji yang tertinggal pada masing-masing saringan

ditimbang dan dicatat beratnya. Dari hasil ini dapat dihitung jumlah

komulatif persentase butir-butir yang lolos pada masing-masing

ayakan. Nilai modulus halus butir dihitung dengan menjumlahkan

persentase komulatif butir tertinggal, kemudian dibagi seratus

sehingga dapat digambar grafik distribusi ukuran butir agregat.

Selanjutnya dilakukan analisis perhitungan gradasi saringan agregat

halus untuk mendapatkan nilai modulus kehalusan (Fineness

Modulus) dari agregat halus tersebut.

e. Kadar air

Pemeriksaan kadar air serbuk gergaji dan pasir langkah pengujiannya

sama. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air yang

terdapat pada pasir dan serbuk gergaji sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan. Pasir (SSD) atau serbuk gergaji ditimbang dan

dicatat beratnya (w1), kemudian dimasukkan ke dalam oven. Pasir

atau serbuk gergaji yang sudah kering didinginkan, ditimbang dan

dicatat beratnya (w2). kadar air pasir atau serbuk gergaji dihitung

dengan rumus :

(55)

35

f. Kadar lumpur agregat halus

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar lumpur yang

terdapat pada agregat halus. Nilai kadar lumpur yang dimiliki

agregat halus ini harus kurang dari 5%. Penentuan kadar lumpur

pasir dilakukan dengan cara membandingkan berat (dalam kondisi

kering mutlak) sebelum dan sesudah dicuci. Selisih berat antara pasir

sesudah dicuci dan sebelumnya dibagi berat semula adalah

merupakan kandungan lumpur pasir. Pasir yang kering oven

ditimbang beratnya (w1), kemudian dicuci di atas ayakan No. 200.

Pasir yang tertinggal di atas ayakan dipindahkan pada piring dan

dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam, pasir dikeluarkan dari

oven dan ditimbang (w2). Kadar lumpur pasir dapat dihitung dengan

rumus :

= 100%...………..(3.8)

g. Kandungan zat organis dalam pasir

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya kandungan

bahan organik dalam agregat halus. Benda uji (pasir) sebanyak 115

ml dimasukkan kedalam botol, kemudian ditambahkan larutan

NaOH 3% dan setelah dikocok isinya harus mencapai kira-kira 2/3

isi botol (230 ml). menutup botol itu, kemudian kocok kuat-kuat

sampai betul-betul teraduk. Kemudian gelas ukur didiamkan selama

24 jam. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan diatas dengan

warna standar. Jika warnanya lebih tua daripada warna standar maka

(56)

36

h. Pengujian semen

Pengujian yang dilakuakan pada semen yaitu :

1) Berat jenis semen

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis semen

dengan perbandingan antara berat volume kering semen pada

suhu kamar dengan berat volume air suling pada 4 C yang

volumenya sama dengan volume semen. Pengujian dilakukan

dengan menggunakan botol La Chatelier. Langkah pertama botol

La Chatelierdiisi dengan kerosin atau naptha sampai antara skala

0 dan 1. Kemudian masukkan botol ke dalam bak air sebagai

usaha menjaga suhu yang konstan untuk menghindari variasi suhu

botol yang lebih besar dari 0,2 C selama ± 30 menit. Setelah itu,

botol diangkat dan dilakukan pembacaan skala pada botol (V1).

Selanjutnya masukkan sampel semen sebanyak 64 gram sedikit

demi sedikit ke dalam botol. Ketika proses pemasukkan semen ke

dalam botol, diusahakan semen tidak menempel pada dinding

botol diatas cairan kerosin atau naptha. Setelah semen

dimasukkan ke dalam botol kemudian dilakukan pemutaran botol

dengan posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung

udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan. Selanjutnya

rendam kembali botol yang telah terisi semen ke dalam bak air

agar suhu air dan suhu dalam botol sama. Kemudian angkat botol

(57)

37

2) Waktu pengikatan semen

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan waktu pengikatan

permulaan semen dalam keadaan konsistensi normal. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan alat Vicat. Langkah pertama

dilakukan persiapan pembuatan pasta semen, yaitu campuran

antara semen sebanyak 300 gram dengan air sebanyak 23% - 30%

dari berat semen. Kemudian pasta semen yang telah diaduk

secara merata tersebut dimasukkan dalam cetakan berbentuk

kerucut dengan diameter atas 60 mm, diameter bawah 70 mm,

dan tinggi 40 mm. Biarkan selama 30 menit di dalam ruangan

yang memiliki kelambaban relatif minimum 90 %. Setelah itu

tempatkan benda uji tersebut pada alat Vicat. Turunkan jarum

penetrasi yang berdiameter 1 mm dan panjang 50 mm sampai

menyentuh permukaan pasta semen. Kemudian keraskan skrup

dan geser jarum penunjuk pada bagian atas skala. Percobaan awal

yaitu dengan melepaskan skrup dan membiarkan jarum jatuh ke

permukaan pasta selama 30 detik. Kemudian lakukan pembacaan

skala untuk menentukan dalamnya penetrasi. Jarak anatara

penetrasi pada pasta tidak boleh kurang dari 6,4 mm, sedangkan

jarak dari pinggir cincin tidak boleh kurang dari 9,4 mm.

Percobaan dilakukan segera setiap 15 menit. Waktu pengikatan

awal tercapai ketika hasil penetrasi lebih kecil sama dengan 25

mm, dan waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak

(58)

38

3. Tahap rencana perhitungan kebutuhan susun adukan mortar semen

Pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan kadar

serbuk gergaji kayu dilakukan dengan cara membuat sejumlah bahan

susun sebanyak 0%, 10%, 15% dan 20%. Dalam penelitian ini dipilih

campuran semen : agregat halus berdasarkan perbandingan berat 1 : 5.

Dalam rencana variasi adukan diatas, faktor air semen (fas) awal

direncanakan 0,5. Sehingga didapatkan perbandingan bahan susun

mortar untuk campuran 1 : 5 adalah sebagai berikut :

a. S : P : Se = 1 : 5 : 0% (kadar serbuk kayu)

b. S : P : Se = 1 : 5 : 10% (kadar serbuk kayu)

c. S : P : Se = 1 : 5 : 15% (kadar serbuk kayu)

d. S : P : Se = 1 : 5 : 20% (kadar serbuk kayu)

Keterangan : S = Semen

P = Pasir

Se = Serbuk kayu

4. Tahap pembuatan benda uji

Pembuatan benda uji dilakukan berdasarkan hasil perhitungan

perbandingan berat bahan, yaitu adukan dibuat dari perbandingan semen

dan agregat halus sebesar 1 : 5. Masing-masing campuran terdapat

penggantian sejumlah bahan susun dengan menggunakan serbuk gergaji

sebanyak 0%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen dan berat pasir. Uji

kuat tekan pada benda uji tersebut dilakukan saat benda uji berumur 14

(59)

39

Jumlah benda uji yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut

ini.

Tabel 3.2. Jumlah Benda Uji Mortar

Pembuatan campuran dimulai dari persiapan bahan dan alat sesuai

dengan kebutuhan material pada saat perhitungan campuran mortar.

Campuran tersebut dituangkan pada bak penampungan adukan

(concrete mixer) dan ditampung dengan ember untuk dibawa ke tempat

cetakan. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan benda uji adalah

sebagai berikut:

a. Mempersiapkan semua material penyusun mortar yang telah

ditimbang untuk selanjutnya dimasukan kedalam concrete mixer

secara bertahap. Kemudian membiarkan concrete mixer berputar

hingga adukan tercampur rata.

b. Menuang adukan kedalam pan setelah semua material tercampur rata

untuk kemudian menuangkan adukan kedalam cetakan mortar.

% Serbuk gergaji

Fas (Rencana)

Macam pengujian dari jumlah benda uji

Jumlah Sampel (buah) kuat tekan

kubus Kuat tariksilinder Daya serapair kubus

Uji A. Penambahan serbuk gergaji dari berat semen

0 0,5 3 3 3 3 3 3 18

10 0,5 3 3 3 3 3 3 18

15 0,5 3 3 3 3 3 3 18

20 0,5 3 3 3 3 3 3 18

B. Penambahan serbuk gergaji dari berat pasir

10 0,5 3 3 3 3 3 3 18

15 0,5 3 3 3 3 3 3 18

20 0,5 3 3 3 3 3 3 18

(60)

40

c. Pada langkah ini juga dilakukan pemeriksaan kelecakan adukan

dengan cara meremas adukan dengan tangan menjadi bentuk seperti

bola. Kelecakan yang baik adalah apabila bola adukan tidak pecah

ketika dilepas dari kepalan tangan dan tidak meninggalkan bekas

pada tangan, hal ini dimaksudkan agar adukan dapat dicetak dengan

baik tanpa menempel pada dinding cetakan apabila terlalu encer atau

mortar semen pecah pada saat dikeluarkan dari cetakan apabila

adukan terlalu kental. Penuangan adukan ke dalam cetakan

dilakukan dengan sekop. Cetakan harus terisi penuh agar pada saat

pemadatan seluruh bagian dalam cetakan terisi penuh oleh adukan

mortar.

d. Penuangan adukan kedalam cetakan dilakukan dengan sekop.

Cetakan harus terisi penuh agar pada saat pemadatan seluruh bagian

dalam cetakan terisi penuh oleh adukan mortar semen.

e. Pemukulan atau pemadatan dilakukan sampai adukan mortar semen

benar-benar padat agar ketika adukan dikeluarkan dari cetakan,

mortar semen yang dibuat tidak runtuh atau rusak

f. Mengeluarkan adukan mortar semen dari cetakan ditempat yang

terlindung dari sinar matahari dan hujan. Selanjutnya mendiamkan

adukan tersebut selama 14 hari dan 28 hari

5. Tahap perawatan benda uji (Curing)

Benda uji mortar semen yang telah berumur 24 jam, cetakan mortar

dilepas dan benda uji diberi tanda, kemudian benda uji direndam dalam

Gambar

Tabel 2.1. Jenis-jenis semen portland dengan sifat-sifatnya.
Tabel 2.2. Gradasi agregat halus untuk adukan/mortar
Tabel. 2.3. Sifat-sifat Kayu Jati
Tabel 2.4. Kembang Susut Kayu pada Berbagai Arah
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah cadangan premi prospektif dan terdapat penelitian sebelumnya dengan judul Penentuan Cadangan Premi Pada Asuransi Jiwa

Kupu-kupu yang paling banyak teramati mengunjungi bunga yang memiliki mahkota tipe tube dan funnel yaitu famili Papilionidae sebanyak 8 spesies, sedangkan yang lainnya

yang dikembangkan hanya membuat orang menyadari mengenai isu perceraian dan kelekatan yang bukan merupakan suatu urutan intervensi, (2) pada setiap bagian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengggunaan obat pada pasien penderita hipertensi di Rumah Sakit Santa Clara Madiun, mengetahui kesesuaian terapi

As what has been done, the teacher can mention one example of the imperative sentences found in the song, for example, “Make a little space to make a better place” (stanza 2)

Dari hasil analisis perkembangan perubahan struktural yang dilihat dengan menggunakananalisis trend linier dapat diketahui trend perubahan struktural untuk sektor pertanian

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah telah dilimpahkan-Nya rahmat, sehat serta nikmat yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul