• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tumor Marker Ca-125 Dengan Jenis Tumor Ovarium Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Pada Tahun 2013-2015 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tumor Marker Ca-125 Dengan Jenis Tumor Ovarium Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Pada Tahun 2013-2015 Chapter III VI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

3.2. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

3.3. HIPOTESIS

Ada hubungan antara kadar tumor marker CA-125 dengan jenis tumor ovarium.

Kadar CA-125

Tumor ovarium jinak

(3)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan desain Cross Sectional yang menggunakan data retrospektif dengan mengamati data sekunder berupa rekam medis selama tiga tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2013, 2014 dan 2015 . Jenis penelitian yang dipilih berupa analitik oleh karena peneliti ingin mengetahui hubungan kadar CA-125 dengan jenis tumor ovarium.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

kota Medan karena merupakan rumah sakit pusat di kota Medan yang menerima rujukan dari rumah sakit lainnya serta merupakan rumah sakit tipe A di Medan yang mempunyai data rekam medis yang lengkap untuk pasien tumor ovarium.

Penelitian akan dilakukan selama bulan Maret - November 2016 dengan waktu pengambilan data selama sebulan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosis

menderita tumor ovarium baik yang jinak ataupun ganas berdasarkan data rekam medis di RSUP Haji Adam Malik dari januari 2013- desember 2015.

4.3.2. Sampel

(4)

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi 1. Kriteria inklusi

a. Semua pasien yang didiagnosa menderita tumor ovarium jinak ataupun ganas di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013-2015.

b. Semua pasien tumor ovarium yang memiliki data pemeriksaan tumor marker CA-125 di awal penegakan diagnosa yang tercantum pada rekam medis di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013-2015.

c. Semua pasien tumor ovarium yang memiliki data pemeriksaan histopatologi pada rekam medis di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013-2015.

d. Pasien merupakan pasien primer yang belum pernah melakukan perawatan sebelumnya.

2. Kriteria ekslusi

a. Pasien yang masih diduga mengalami tumor ovarium, namun pada pemeriksaan selanjutnya ternyata memiliki tumor di tempat lain, misalnya seperti pada paru ataupun endometrium.

b. Pasien dengan tumor ovarium jinak maupun ganas yang sedang hamil ataupun mengalami infeksi.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

(5)

4.5. Variabel

4.5.1. Defenisi operasional 1. Cancer antigen 125 (CA-125)

A. Defenisi operasional : suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sel tumor yang dapat dikenali oleh antibodi monoklonal CA-125 dan merupakan tumor marker yang diterima untuk penggunaan klinis tumor ovarium. B. Cara ukur : pengambilan data dari rekam medis di RSUP Haji Adam

Malik pada tahun 2013-2015.

C. Alat ukur : pemeriksaan laboratorium. D. Hasil pengukuran :

Normal : <35 IU/ml.

E. Skala pengukuran : ordinal.

2. Tumor Ovarium

A. Defenisi operasional : massa atau jaringan baru yang bersifat abnormal yang terbentuk pada ovarium dan mempunyai bentuk serta sifat yang berbeda dari sel jaringan aslinya.

B. Cara ukur : observasi data rekam medis di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013-2015.

C. Alat ukur : pemeriksaan histopatologi. D. Hasil pengukuran :

1. Tumor ovarium jinak 2. Tumor ovarium ganas E. Skala pengukuran : nominal.

4.6. Metode Analisis Data

Beberapa tahapan dalam pengolahan data :

(6)

2. Coding : data yang telah terkumpul dan yang sudah diperiksa kelengkapannya diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry : data yang telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning data : pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer.

5. Saving : penyimpanan data untuk analisis.

Kemudian data dianalisis dengan menggunakan program statistik komputer untuk mengetahui hubungan kadar tumor marker CA-125 dengan jenis tumor ovarium. Data yang diperoleh akan dilakukan uji hipotesis dan jenis uji yang digunakan adalah Chi Square. Namun, jika pada pengolahan data terdapat sel yang nilainya kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test.

4.7. Alur Penelitian

Data rekam medis pasien tumor ovarium iinak maupun ganas di

RSUP Haji Adam Malik

Observasi kadar tumor marker

CA-125

(7)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Penelitian

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Rumah sakit ini berlokasi di Jalan Bunga Lau No.17, km 12, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Sebagaimana predikat tersebut, rumah sakit ini telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten, serta merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi Sumatera Utara, D.I Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Selain itu RSUP Haji Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991.

5.1.2.Deskripsi Karakteristik Sampel

(8)

Tabel.5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Tumor

Umur Tumor Jinak Ovarium Tumor ganas Ovarium Jumlah Persentase Jumlah Persentase 0-19 tahun 0 0% 5 3,5%

20-44 tahun 8 42,1% 47 41,2%

45-48 tahun 3 15,8% 17 11,8%

>49 tahun 8 42,1% 45 39,5%

Total 19 100% 114 100%

Berdasarkan tabel 5.1 didapati bahwa kasus tumor jinak ovarium terbanyak pada rentang usia 20-44 dengan persentase 42,1% dan kasus paling sedikit pada rentang usia 44-48 tahun dengan persentase 15,8%. Pada kasus tumor ganas ovarium, ditemukan kasus terbanyak pada rentang usia 20-44 tahun dengan persentase 41,2% dan kasus paling sedikit pada rentang usia 0-19 tahun dengan persentase 3,5%.

Tabel.5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kadar CA-125 dan Jenis Tumor

Kadar CA-125 Tumor Jinak Ovarium Tumor Ganas Ovarium Jumlah Persentase Jumlah Persentase 0-35 IU/ml 4 21,05% 15 13,16%

>35 IU/ml 15 78,95% 99 86,84%

Total 19 100% 114` 100%

Berdasarkan tabel 5.2 didapati bahwa frekuensi penderita tumor ovarium yang

(9)

Tabel 5.3. Distibusi Sampel Berdasarkan Histopatologi Tumor Ovarium Jinak adalah jenis kistadenoma musinosum dan kista dermoid yaitu masing-masing sebanyak 21,1% kasus sedangkan jenis yang paling sedikit adalah fibroma yaitu sebanyak 5,3% kasus.

(10)

Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Histopatologi Tumor Ovarium Ganas adalah jenis adenocarcinoma serosum yaitu sebanyak 35,1% kasus sedangkan jenis yang paling sedikit adalah malignant mixed epithelial dan teratoma immature yaitu sebanyak 0,9% kasus.

(11)

Dari tabel 5.6 didapati bahwa peningkatan kadar CA-125 merupakan yang paling banyak dialami pada pasien tumor ganas ovarium yaitu sebanyak 86,8% sedangkan kadar CA-125 normal hanya 13,2% dari seluruh kasus tumor ganas ovarium.

Tabel 5.7. Kadar Minimum dan Maksimum CA-125 Pada Tumor Ovarium

(12)

ovarium dan kadar tumor marker CA-125 diperoleh nilai significancy (p value) adalah 0,476 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara kadar tumor marker CA-125 dengan jenis histopatologi tumor ovarium.

5.2. Pembahasan

Saat pengambilan data penelitian, tidak sedikit data yang tidak lengkap baik dari hasil pemeriksaan laboratorium patologi anatomi untuk pemeriksaan histopatologi dan laboratorium patologi klinik untuk pemeriksaan kadar tumor marker CA-125. Beberapa data juga tidak termasuk ke dalam kriteria inklusi karena menggunakan tumor marker yang lain, seperti CEA ataupun AFP. Dari 517 penderita tumor ovarium di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013-2015, yang memiliki pemeriksaan CA-125 dan histopatologi hanya 133 orang. Rendahnya angka pemeriksaan CA-125 ini dapat disebabkan oleh dokter yang menangani sudah yakin penderita mengalami tumor ovarium jinak atau ganas dari pemeriksaan lain seperti USG atau karena pertimbangan biaya.

Dari tabel 5.1 diperoleh hasil bahwa tumor ovarium jinak ataupun ganas paling banyak dialami oleh pasien pada kelompok usia reproduksi (20-44 tahun) dan menopause (>49 tahun) serta paling sedikit dialami oleh pasien pada usia

(13)

menyebabkan kista inklusi yang dapat berproliferasi dan jika disertai dengan kerusakan DNA akan mengarah menjadi suatu keganasan.3

Dari tabel 5.2 diperoleh dari pemeriksaan data pada 19 penderita tumor jinak ovarium , didapati 4 penderita (21,05%) memiliki kadar CA-125 yang normal dan 15 penderita lainnya (78,95%) mengalami peningkatan kadar CA-125. Tumor jinak ovarium yang terbanyak mengalami peningkatan CA-125 adalah kistadenoma musinosum yaitu sebesar 21,1% dari keseluruhan jenis tumor jinak

ovarium. Dari 114 penderita tumor ganas ovarium, didapati 15 penderita (13,16%) memilki kadar CA-125 yang normal dan 99 penderita lainnya (86,84%) mengalami peningkatan kadar CA-125. Penelitian didapatkan bahwa jumlah tumor ovarium jinak ataupun ganas yang mengalami peningkatan kadar CA-125 lebih banyak dibandingkan dengan kadar CA-125 yang normal. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pungky Mulawardhana dkk yang mendapati frekuensi sampel dengan peningkatan kadar CA-125 lebih banyak dibandingkan dengan sampel dengan kadar CA-125 yang normal dengan persentase tumor jinak 80% dan tumor ganas 70,5%.5 Pada disgerminoma juga dapat terjadi peningkatan CA-125 jika terjadi interaksi dengan epitel ovarium.1

Penelitian dari Calster B et al dengan judul Discrimination between benign and malignant by specialist ultrasound examination versus serum CA-125

menemukan bahwa CA-125 hanya dapat mengklasifikasikan jinak dan ganas secara benar sebesar 41%. Hal ini juga disebabkan karena kondisi peningkatan CA-125 dapat terjadi karena proses radang atau trauma pada epitel ovarium, kehamilan, menstruasi dan beberapa keadaan jinak lainnya seperti kista folikel, kista lutein yang secara tidak langsung beriteraksi dengan sel epitel ovarium.26

Dari tabel 5.3 sampai 5.6 diperoleh bahwa jika dilihat berdasarkan dari jenis histopatologi tumor ovarium jinak maupun ganas yang mengalami

(14)

paling banyak mengalami peningkatan kadar CA-125 dan yang paling sering dialami oleh pasien merupakan tipe epitelial, yaitu jenis serosum dan musinosum dan yang paling sedikit merupakan jenis fibroma untuk kasus tumor jinak dan malignant mixed epithelial serta teratoma immature untuk kasus tumor ganas ovarium. Ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa jenis tumor ovarium paling banyak yang terjadi merupakan tipe epitelial (90%) dan sisanya (10%) adalah tipe non-epitelial serta jenis epitelial merupakan yang paling sering mengalami peningkatan kadar CA-125. Sekitar 75-85% karsinoma ovarium tipe

epitelial mengalami peningkatan CA-125. 8,10 Hal ini mungkin disebabkan karena CA-125 yang diekpresikan oleh sel NIH-OVCAR 3 yang ada pada permukaan sel epitel pada tumor ovarium. Sel NIH-OVCAR 3 akan menghasilkan kadar CA-125 yang tinggi pada permukaan sel kanker ovarium.15,16

Pada tabel 5.7 diperoleh kadar minimum tumor jinak ovarium adalah 5,88 IU/ml dan kadar maksimum mencapai 1565 IU/ml, sedangan pada tumor ganas ovarium diperoleh kadar minimum yang lebih rendah yaitu 2,68 IU/ml dan kadar maksimum 13384 IU/ml. Sehingga jika dilihat dari distribusi kadar CA-125 pada tumor ovarium, sampel tidak memperlihatkan perbedaan kadar yang signifikan antara tumor jinak dan ganas. Misalnya terdapat kasus tumor jinak ovarium yang mengalami peningkatan kadar CA-125 hingga >1000 IU/ml dan adanya kasus tumor ganas ovarium yang mengalami kadar CA-125 normal yaitu sebesar 2,68 IU/ml, meskipun terdapat beberapa kasus yang mengalami peningkatan kadar

CA-125 hingga 1000-5000 IU/ml. Hasil ini sama dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Tryanda Ferdyansyah dkk yang memperoleh sebaran

(15)

Dari table 5.8 menunjukkan hasil uji analitik dengan menggunakan uji hipotesa FisherExact Test melalui Chi-Square, didapati p=0,476, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kadar tumor marker CA-125 dengan jenis tumor ovarium. Selanjutnya juga diperoleh selang kepercayaan sebesar 0.515-6.018 dimana pada selang kepercayaan mengandung nilai 1 sehingga menunjukkan tidak adanya hubungan antara kadar tumor marker CA-125 dengan jenis tumor ovarium pada taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian Pungky Mulawardhana dkk juga menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini. Dalam penelitian tersebut mendapatkan nilai significancy (p = 0,482), sehingga juga dapat diartikan tidak ada kesepakatan hasil yang bermakna antara pemeriksaan kadar CA-125 dengan hasil PA dalam menentukan diagnosa kanker ovarium. Dalam hasil penelitian mereka juga didapati nilai sensitifitas CA-125 sebesar 70,59% dan spesifisitas sebesar 20%.5 Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan CA-125 memiliki kelemahan terutama dari segi spesifisitas yang sangat penting dimiliki oleh suatu alat bantu diagnostik dan memiliki hubungan korelasi yang sangat lemah dengan hasil PA dalam menentukan diagnosa kanker ovarium. Meskipun spesifisitas yang dimiliki oleh CA-125 sangat rendah terhadap tumor ovarium, pemeriksaan CA-125 masih tetap digunakan. Hal ini disebabkan karena belum ditemukannya tumor marker yang lebih baik dan mampu menggantikan peranan CA-125.3

Meskipun ada hasil penelitian yang sama mengatakan bahwa terdapat hubungan antara kadar tumor marker CA-125 dengan jenis tumor ovarium, salah satunya pada penelitian Daoud et al mendapatkan hasil yang berhubungan tetapi juga banyak menemukan positif palsu yang berhubungan dengan kondisi jinak dan keadaan fisiologis, sehingga disimpulkan bahwa CA-125 tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis keganasan pada ovarium.1

(16)

memiliki sensitivitas yang cukup tinggi, namun memiliki spesifisitas yang rendah karena banyaknya kondisi lain yang dapat menyebabkan peningkatan kadar tumor marker tersebut. Pemeriksaan kadar CA-125 tunggal tidak dapat digunakan sebagai deteksi penentuan jenis tumor ovarium sehingga juga tetap dilakukan pemeriksaan histopatologi sebagai Gold Standart pemeriksaan dan dibutuhkan pemeriksaan penunjang lain untuk membantu penegakkan diagnosis seperti USG dan kombinasi dengan tumor marker lain, seperti HE4 dan lain-lain. Pemeriksaan CA-125 tidak dapat menentukan jenis tumor ovarium tetapi mungkin dapat

(17)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Jumlah seluruh penderita tumor ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan dari tahun 2013-2015 yang dilakukan pemeriksaan histopatologi dan kadar CA-125 adalah 133 orang, yang terdiri dari 114 (85,7%) kasus tumor ganas

ovarium dan 19 (14,3%) kasus tumor jinak ovarium. Pada 19 penderita tumor jinak ovarium didapati 15 (78,95%) kasus mengalami peningkatan kadar CA-125 dan pada 114 penderita tumor ganas ovarium didapati 99 (86,84%) kasus mengalami peningkatan kadar CA-125.

2. Dari seluruh kasus tumor ovarium jinak maupun ganas, diperoleh jenis tumor ovarium yang paling sering ditemukan berdasarkan histopatologi adalah tipe epitelial, yaitu serosum dan musinosum. Pada kasus tumor jinak ovarium, diperoleh jenis tumor yang paling banyak mengalami peningkatan kadar CA-125 adalah kistadenoma musinosum (21,1%) dan pada kasus tumor ganas ovarium, jenis tumor yang paling banyak mengalami peningkatan kadar CA-125 adalah adenokarsinoma serosum (30,7%) dan adenokarsinoma musinosum (26,3%).

3. Kadar CA-125 tidak dapat membedakan secara jelas antara tumor jinak dan ganas ovarium.

(18)

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh beberapa saran, yaitu :

1. Perlu dilakukan evaluasi dalam melengkapi pendataan di RSUP Haji Adam Malik agar dapat mempermudah dalam pencarian data.

Gambar

Tabel 5.3. Distibusi Sampel Berdasarkan Histopatologi Tumor Ovarium Jinak
Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Histopatologi Tumor Ovarium Ganas
Tabel  5.8. Hubungan Kadar CA-125 dan Sifat Tumor Ovarium  Menggunakan Chi-Square

Referensi

Dokumen terkait

3-4 Kaki kiri kembali jejer, tangan kiri mentang, tangan kanan ukel mlumah, kemudian ukel separo. 5-6 Debeg gejug kaki kanan, tangan kiri ngembat, badan leyek ke kiri. 1-6

Scanned

Beberapa peneliti sudah pernah melakukan sintesa N-suksinil kitosan, seperti Noerati (2007) yang mensintesis kitosan suksinat yang larut dalam air dengan menggunakan asam asetat

Carli, 2016 Analisis hasil pemotongan press tool pemotongan strip plat pada mesin tekuk hidrolik promecam di laboratorium permesinan.. David imanuel sitompul, 2017

Kemampuan hidrogel menyerap air timbul dari gugus fungsi hidrofilik yang melekat pada kekuatan polimer, sedangkan resistensi hidrogel untuk larut berasal dari ikatan silang

Berdasarkan hasil analisa manufaktur rangka mesin potong plat dengan gaya pemotongan 432 KN menghasilkan pemotongan yang presisi karena dilakukan pengukuran

[r]

Dengan membuat sistem pendukung keputusan kepuasan pelanggan parabola MNC Sky Vision berbasis web dengan metode TOPSIS akan sangat membantu dalam pelaksanaan