• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Obat Kumur Cengkeh Terhadap Nilai Kekerasan Permukaan Enamel Gigi Yang Telah Di Demineralisasi Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Obat Kumur Cengkeh Terhadap Nilai Kekerasan Permukaan Enamel Gigi Yang Telah Di Demineralisasi Chapter III VI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian pretest andposttest control group design.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU untuk penggunaan inkubator dan Laboratorium Teknik Mesin Universitas Negeri Medan untuk pengukuran kekerasan enamel.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai bulan April 2016 yang mencakup pengumpulan sampel, penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan hasil penelitian.

3.3 Sampel dan Besar Sampel 3.3.1Sampel Penelitian

(2)

3.3.2Besar Sampel

Dalam menghitung besar sampel penelitian eksperimental digunakan rumus Federer. Rumus besar sampel Federer yaitu:52

Dimana t = jumlah perlakuan dan r = jumlah sampel Penelitian ini menggunakan 8 kelompok perlakuan yaitu:

1. Kelompok A1: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 30 detik setiap hari selama 1 minggu.

2. Kelompok A2: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 1 menit setiap hari selama 1 minggu.

3. Kelompok A3: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 2 menit setiap hari selama 1 minggu.

4. Kelompok A4: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 4 menit setiap hari selama 1 minggu.

5. Kelompok B1: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 30 detik setiap hari selama 1 minggu.

6. Kelompok B2: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 1 menit setiap hari selama 1 minggu.

7. Kelompok B3: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 2 menit setiap hari selama 1 minggu.

8. Kelompok B4: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 4 menit setiap hari selama 1 minggu.

Jadi, jumlah perlakuan (t) = 8, maka: (t – 1) (r – 1) ≥ 15

(8 – 1)(r – 1) ≥ 15 7r – 7 ≥ 15

7r ≥ 22 r ≥ 3,14

(3)

Dari perhitungan di atas, jumlah sampel minimal pada setiap perlakuan adalah 4 gigi premolar pertama maksila permanen. Dalam penelitian ini terdapat 8 perlakuan sehingga total sampel yang digunakan adalah sebanyak 32 buah.

3.4 Kriteria Sampel

Kriteria sampel penelitian ini adalah :

a. Kriteria Inklusi: Gigi premolar pertama maksila tanpa karies, dan tidak ada tambalan.

b. Kriteria Ekslusi: Gigi karies, mengalami erosi, atrisi dan abrasi, terdapat tambalan, terdapat fraktur, dan nekrosis.

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1Variabel Bebas

1. Obat kumur cengkeh sediaan (volume 5 ml/ sampel)

2. Obat kumur cengkeh sediaan (volume 5 ml/sampel) yang ditambah saliva buatan (volume 3 ml/sampel)

3.5.2Variabel Terikat

Kekerasan permukaan enamel gigi

3.5.3Variabel Terkendali

1. Gigi yang digunakan yaitu gigi premolar pertama maksila permanen 2. Bahan demineralisasi yang digunakan yaitu jus jeruk kemasan (pH 3,6). 3. Alat ukur pH yaitu pH digital Hanna Meter

4. Lama perendaman jus jeruk kemasan 5 menit

5. Lama perendaman obat kumur cengkeh 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu

6. Lama perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu

(4)

8. Alat pengukur kekerasan yaitu Micro Vickers Hardness Tester

9. pH saliva buatan 6,8

10.Volume perendaman obat kumur cengkeh 5 ml 11.Volume perendaman jus jeruk kemasan 5 ml

12.Volume perendaman aquabidest selama 24 jam 5 ml

13.Volume pencampuran saliva buatan 3 ml ke dalam obat kumur cengkeh 5 ml

3.5.4Variabel Tidak Terkendali 1. Suhu ruangan

(5)

Variabel Terkendali

1. Sampel gigi premolar pertama maksila permanen 2. Bahan demineralisasi (jus jeruk kemasan dengan pH

3,6)

3. Alat ukur pH dengan pH digital Hanna Meter

4. Lama perendaman jus jeruk kemasan 5 menit

5. Lama perendaman obat kumur cengkeh 30 detik, 1 menit, dan 2 menit selama 1 minggu

6. Lama perendaman obat kumur cengkeh yang dicampur saliva buatan 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu

7. Suhu inkubator 37°C

8. Alat pengukur kekerasan dengan Micro Vickers Hardness Tester

9. pH saliva buatan 6,8

10.Volume perendaman obat kumur cengkeh 5 ml 11.Volume perendaman jus jeruk kemasan 5 ml

12.Volume perendaman aquabidest selama 24 jam 5 ml 13. Volume pencampuran saliva buatan 3 ml ke dalam

obat kumur cengkeh 5 ml

Variabel Tidak

1. Obat kumur cengkeh sediaan dengan volume 5 ml/ sampel

2. Obat kumur cengkeh sediaan (volume 5 ml/sampel) yang ditambah saliva buatan (volume 3 ml/sampel)

(6)

3.6 Definisi Operasional Penelitian

1. Obat kumur cengkeh merupakan obat kumur sediaan yang sudah ada dipasaran produk PT.X dengan konsentrasi 0,35% minyak cengkeh dalam 200 ml.

2. Aquabidest adalah air destilasi murni yang telah melalui proses penyulingan 2 kali.

3. Saliva buatan yang digunakan adalah saliva yang dibuat dengan komposisi hampir sama dengan komposisi saliva asli yaitu kalsium (Ca), natriumklorida (NaCl), kalium thiosanat (KSCN), kalium klorida (KCL), natrium bikarbonat (NaHCO3), urea ((NH2)2CO), dan kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) yang diperoleh dari Universitas Indonesia dengan pH 6,8.

4. Kekerasan permukaan enamel adalah nilai ketahanan permukaan enamel terhadap suatu tekanan yang diperoleh dari pengukuran menggunakan alat uji kekerasan Vickers dalam satuan VHN (Vickers Hardness Number). Perbedaan nilai kekerasan dapat dihitung dengan rumus:

∆VHN = VHN setelah perlakuan – VHN sebelum perlakuan.

5. Gigi premolar pertama maksila permanen adalah gigi yang pada anatomi normal terletak pada urutan ke empat dihitung dari garis tengah wajah pada rahang atas baik kiri maupun kanan, memiliki 2 cusp yaitu cusp bukal dan cusp palatal, dan memiliki 2 saluran akar yang sudah dicabut untuk keperluan ortodonti.

6. Bahan demineralisasi adalah jus jeruk kemasan 350 ml dengan pH 3,6. 7. pH digital Hanna meter adalah alat untuk mengukur pH larutan.

8. Lama perendaman jus jeruk kemasan adalah waktu yang diperlukan untuk merendam sampel dalam jus jeruk kemasan, yaitu selama 5 menit.

9. Lama perendaman obat kumur cengkeh adalah waktu yang diperlukan untuk merendam sampel dalam obat kumur cengkeh, yaitu 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu.

(7)

11.Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menyamakan suhu aquabidest dengan suhu rongga mulut, yaitu sebesar 37°C. Inkubator yang digunakan adalah merek Fisher Scientific 630D Isotemp Incubator.

12.Micro Vickers Hardness Tester adalah alat penguji kekerasan suatu benda dengan membuat indentasi pada permukaan gigi dengan beban 100 gram selama 15 detik. Pada penelitian ini Vickers hardness tester yang digunakan adalah jenis

Microhardness Tester FM-800 (Future Tech, Japan).

13.Volume perendaman obat kumur cengkeh adalah 5 ml/sampel. 14.Volume perendaman jus jeruk kemasan adalah 5 ml/sampel.

15.Volume perendaman aquabidest selama 24 jam adalah 5 ml/sampel.

16.Volume pencampuran saliva buatan ke dalam obat kumur cengkeh 3 ml/sampel.

17.Suhu ruangan adalah suhu ruangan pada saat dilakukan perendaman jus jeruk kemasan, perendaman obat kumur cengkeh, dan pengukuran kekerasan permukaan enamel gigi.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1Alat-alat Penelitian

1. Micro Vickers Hardness Tester

2. pH digital Hanna meter

3. Fisher Scientific 630D Isotemp Incubator

4. Rotary grinder

5. Air blower (pus-pus) 6. Kertas tisu

7. Spuit 10 ml

8. Kertas pasir no.1200 9. Cetakan resin

10.Nail varnish

11.Spidol hitam

(8)

13.Beaker glass

14.Masker 15.Sarung tangan 16.Pinset

17.Spiritus 18.Stopwatch

19.Mikromotor

20.Carborundum disc

3.7.2Bahan-bahan Penelitian

1. Gigi premolar pertama maksila permanen 2. Jus jeruk kemasan

3. Aquabidest 4. Saliva buatan

5. Obat kumur cengkeh sediaan 6. Self-curing Resin

7. Wax

(9)

3.8 Prosedur Penelitian 3.8.1Persiapan Sampel

1. Gigi dibilas dengan aquabidest, lakukan pengulangan sebanyak 2 kali hingga permukaan gigi bersih.

2. Ambil gigi satu per satu dengan pinset, lalu keringkan dengan pus-pus. 3. Gigi dipotong menjadi 2 bagian pada batas cementoenamel junction, yaitu bagian antara mahkota dan akar menggunakan mikromotor dan carborundum disc.

4. Beri tanda berupa garis dari central developmental groove ke arah mesial maupun distal sebagai batas pelapisan wax.

5. Permukaan mahkota gigi yang akan tertanam resin dilapisi dengan nail varnish pada bagian cementoenamel junction ke arah palatal, sedangkan pada bagian

cementoenamel junction ke arah bukal dilapisi dengan wax. (Gambar 7A&7B).

6. Bagian mahkota sampel gigi yang tidak tertutupi wax kemudian ditanam dalam self curing resin sehingga gigi stabil pada basis resin, sedangkan bagian yang tertutupi wax tidak ditanam dalam self curing resin (Gambar 7C & 7D)

7. Permukaan bukal gigi diratakan menggunakan rotary grinder dengan kertas pasir no. 1200, dengan ketentuan enamel yang terbuang tidak sampai 100μm.

8. Permukaan gigi dicuci dengan aquabidest dan dikeringkan dengan air blower (pus-pus).

(10)

3.8.2 Pengukuran Kekerasan Awal Enamel Gigi

1. Sampel gigi dijepit dengan permukaan bukal menghadap ke atas kemudian dijepit dengan alat penjepit pada meja Micro Vickers Hardness Tester.

2. Tentukan beban dan waktu indentasi yang digunakan yaitu sebesar 0,1 HV (100 gram) selama 15 detik.

3. Sampel diatur supaya tepat di tengah lensa objektif dan difokuskan dengan cara memutar pegangan yang ada pada kanan alat searah jarum jam.

4. Setelah pada lensa okuler terlihat gambar dalam keadaan fokus, sampel dipindahkan dengan menggeser ke arah kanan sehingga tepat berada di bawah

diamond penetrator, kemudian tombol penetrator ditekan.

5. Diamond penetrator turun yang ditandai dengan menyalanya lampu hijau. 6. Setelah 15 detik, diamond penetrator akan naik lalu ditunggu sampai lampu padam.

7. Sampel digeser kembali ke tempat lensa okuler dan difokuskan lagi, sehingga akan terlihat gambar belah ketupat yang merupakan bekas penekanan.

8. Panjang diagonal diukur dengan mikrometer yang ada di lensa okuler dan didapati kekerasan enamel gigi.

9. Setiap sampel dilakukan pengukuran kekerasan sebanyak 3 kali lalu diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan permukaan sampel.

Gambar 8. Microvickers hardness tester

(11)

3.8.3Perendaman Jus Jeruk Kemasan dan Pembagian Kelompok

1. Pengukuran pH jus jeruk kemasan pada suhu ruang dengan pH digital

Hanna Meter.

2. Setiap sampel direndam dalam jus jeruk kemasan 5 ml selama 5 menit. 3. Pencucian sampel dengan aquabidest dan dikeringkan dengan tisu dan air blower (pus-pus).

4. Pengukuran kekerasan setelah direndam dalam jus jeruk kemasan. Setiap sampel dilakukan pengukuran kekerasan sebanyak 3 kali lalu diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan permukaan sampel.

5. Pembagian sampel dalam 8 kelompok besar secara random dan tiap kelompok terdiri dari 4 sampel dengan perlakuan A1, A2, A3, A4, B1, B2, B3, dan B4.

3.8.4Perendaman Obat Kumur Cengkeh

1. Pengukuran pH obat kumur cengkeh dan obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan pada suhu ruang dengan pH digital Hanna Meter.

2. Kelompok A direndam dalam obat kumur cengkeh 5 ml dengan waktu berbeda untuk setiap kelompok (A1= 30 detik, A2= 1 menit, A3= 2 menit, dan A4= 4 menit)

3. Kelompok B direndam dalam obat kumur cengkeh 5 ml yang ditambah saliva buatan 3 ml dengan waktu berbeda untuk setiap kelompok (B1= 30 detik, B2= 1 menit, B3= 2 menit, dan B4= 4 menit)

4. Pencucian sampel dengan aquabidest dan dikeringkan dengan tisu dan air blower (pus-pus).

5. Setiap sampel direndam dalam 5 ml aquabidest selama 24 jam di dalam inkubator 37°C.

(12)

7. Pengukuran kekerasan setelah direndam dalam obat kumur cengkeh selama 1 minggu. Setiap sampel dilakukan pengukuran kekerasan sebanyak 3 kali lalu diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan permukaan sampel.

Gambar 9. Cara kerja microvickers hardness tester.53

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Data dianalisis secara statistik dengan SPSS v.20 menggunakan analisis: a. Uji analisis T Berpasangan untuk melihat perubahan pada setiap kelompok pada saat sebelum dan setelah perendaman obat kumur cengkeh pada sampel.

(13)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai pengaruh obat kumur cengkeh terhadap nilai kekerasan enamel setelah perendaman larutan asam telah dilakukan dengan pengujian kekerasan enamel pada 32 gigi premolar pertama maksila yang dibagi secara random menjadi 8 kelompok perlakuan. Kelompok A1, A2, A3, dan A4 direndam dengan obat kumur cengkeh dengan waktu perendaman masing-masing kelompok 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit dan kelompok B1, B2, B3, dan B4 direndam dengan obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan dengan waktu perendaman masing-masing kelompok 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit. Penelitian dilakukan selama 1 minggu. Sampel merupakan gigi yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti yang diperoleh dari Puskesmas maupun praktik dokter gigi di sekitar Kotamadya Medan. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Seluruh sampel direndam dalam jus jeruk kemasan dengan pH 3,6 sebelum direndam dalam obat kumur cengkeh. Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengujian kekerasan enamel awal, setelah perendaman jus jeruk kemasan, dan setelah perendaman obat kumur cengkeh dengan menggunakan Microvickers hardness tester FM-800 (Future Tech, Japan) dan angka yang dihasilkan adalah dalam satuan VHN (Vickers Hardness Number).

(14)

Tabel 2. Nilai rerata kekerasan permukaan enamel awal, setelah perendaman jus jeruk kemasan, dan setelah perendaman obat kumur cengkeh 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit.

Kelompok

n

Nilai kekerasan permukaan enamel (VHN) Awal Jus Jeruk

Kemasan

Obat Kumur Cengkeh A1 (Obat kumur cengkeh

30 detik) 4 405,19±14,24 343,32±31,24 283,51±30,65 A2 (Obat kumur cengkeh

1 menit) 4 374,94±37,81 332,68±40,41 270,77±42,48 A3 (Obat kumur cengkeh

2 menit) 4 411,67±16,15 354,68±7,12 263,97±26,10 A4 (Obat kumur cengkeh

4 menit) 4 385,04±10,18 353,13±17,68 256,10±41,00 B1 (Obat kumur cengkeh

+ saliva buatan 30 detik) 4 381,08±16,49 343,53±9,66 400,07±3,00 B2 (Obat kumur cengkeh

+ saliva buatan 1 menit) 4 377,68±12,10 333,42±12,92 385,26±7,58 B3 (Obat kumur cengkeh

+ saliva buatan 2 menit) 4 390,11±33,04 351,55±34,62 401,20±25,67 B4 (Obat kumur cengkeh

+ saliva buatan 4 menit) 4 393,31±21,13 347,77±22,50 398,24±13,70

Hasil uji T berpasangan pada kelompok perendaman obat kumur cengkeh memperlihatkan penurunan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok waktu (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil uji T berpasangan penurunan nilai kekerasan permukaan enamel dari perendaman jus jeruk kemasan dengan perendaman obat kumur cengkeh.

*terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05 Kelompok

waktu

(15)

Hasil uji T berpasangan pada kelompok obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan memperlihatkan peningkatan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok waktu (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil uji T berpasangan peningkatan nilai kekerasan permukaan enamel dari perendaman jus jeruk kemasan dengan perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan.

*terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05

Tabel 5 memperlihatkan perbandingan nilai rerata kekerasan permukaan enamel yang direndam dalam obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan yang diuji dengan uji statistik One Way

ANOVA. Dalam melakukan perbandingan antar kelompok, digunakan data selisih nilai rerata kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh dengan nilai setelah perendaman jus jeruk kemasan (∆ VHN). Hasil uji statistik One Way ANOVA yang membandingkan selisih nilai rerata kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh, dengan dan tanpa ditambah saliva buatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok waktu.

Kelompok waktu

Nilai kekerasan permukaan enamel (VHN)

(16)

Peningkat-Tabel 5. Hasil uji statistik One Way ANOVA perbedaan rerata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan.

*terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05.

Hasil uji Post Hoc (Tabel 6) yang membandingkan selisih kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh dengan dan tanpa saliva buatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada setiap kelompok waktu. Dengan demikian maka hipotesa diterima (Hα diterima).

Tabel 6. Hasil uji statistik Post Hoc perbedaan rerata kekerasan permukaan enamel yang direndam dalam obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan.

Kelompok perendaman

*terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05.

Kelompok ∆ VHN Sig.

(p) A1 (Perendaman obat kumur cengkeh 30 detik) -59,81

0.000* A2 (Perendaman obat kumur cengkeh 1 menit) -61,92

(17)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris mengenai pengaruh obat kumur cengkeh terhadap nilai kekerasan permukaan enamel setelah perendaman larutan asam yang diuji nilai kekerasannya dengan menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester FM-800. Sebelum diukur nilai kekerasannya, sampel ditanam terlebih dahulu dalam self-curing resin agar sampel tetap stabil saat dilakukan pengukuran. Dalam proses penanaman ke dalam resin, bagian mahkota sampel dilapisi terlebih dahulu dengan wax pada bagian central developmental groove ke arah bukal agar bagian bukal gigi terbebas dari resin saat proses penanaman sehingga tidak mempengaruhi hasil pengukuran kekerasan enamel pada bagian bukal.

Enamel merupakan lapisan terluar gigi dan merupakan bagian tubuh yang paling keras karena mengandung zat anorganik sebanyak 95-98%. Komponen mineral utama pada enamel adalah kalsium dan fosfat yang tersusun dalam hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Meskipun enamel merupakan struktur yang sangat keras, namun enamel rentan terhadap demineralisasi. Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suatu lingkungan pH di bawah 5,5. pH yang rendah akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak hidroksiapatit enamel gigi. 3,8,9

(18)

dengan yang diilaporkan oleh Mettu S dkk di India (2015) dimana nilai kekerasan permukaan enamel yang diukur berkisar antara 389,04 VHN sampai 400,98 VHN.34

Cengkeh merupakan tanaman herbal yang memiliki banyak manfaat dalam bidang kesehatan karena mempunyai efek antivirus, antiseptik, analgesik, dan antifungal alami. Dalam cengkeh terkandung mineral seperti kalsium, fosfor, tembaga, zat besi, magnesium, dan mangan, dimana mineral kalsium dan fosfor merupakan mineral yang penting dalam proses remineralisasi gigi.3-5,7-9,17-21

(19)

masih membawa mineral (dalam hal ini kalsium dan fosfor) yang terdapat pada cengkeh sehingga remineralisasi dapat terjadi10 sedangkan pada penelitian ini ekstrak cengkeh yang digunakan dalam obat kumur adalah dalam bentuk minyak (minyak cengkeh yang mengandung eugenol). Secara teori, pembuatan minyak cengkeh menggunakan proses destilasi. Destilasi merupakan pemisahan 2 komponen/lebih berdasarkan perbedaan titik didih senyawanya, dimana zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dahulu, uap yang menguap kemudian akan didinginkan lalu mengembun dan menetes sebagai zat murni (ekstrak).54 Proses destilasi dalam pembuatan minyak cengkeh yang terkandung pada obat kumur ini menyebabkan eugenol pada cengkeh menguap dahulu (titik didih eugenol 253°C) karena mempunyai titik didih yang lebih rendah dari kalsium (1484°C) dan fosfor (280°C) sedangkan kalsium dan fosfor tidak turut menguap karena mempunyai titik didih yang berbeda.55-57 Proses ini menyebabkan kandungan kalsium dan fosfor pada cengkeh sangat sedikit atau bahkan tidak terkandung pada minyak cengkeh.4,6,7,11 Oleh karena itu peneliti menyarankan penelitian lanjutan mengenai penggunaan ekstrak cengkeh dalam bentuk ekstrak lain selain dalam bentuk minyak esensial dalam obat kumur.

(20)

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin lama perendaman dalam obat kumur cengkeh, maka semakin besar pula penurunan kekerasan permukaan enamel (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan penelitian Arief EP di Indonesia (2007) yang menyatakan kontak yang lama antara enamel dan larutan asam di sekitarnya akan mengakibatkan demineralisasi terjadi terus menerus, menyebabkan kehilangan sebagian dari prisma enamel, sehingga kekerasan permukaan enamel gigi akan semakin berkurang3,58 sehingga peneliti berpendapat bahwa lebih baik berkumur selama 30 detik sesuai anjuran pabrik agar efek demineralisasi lebih lanjut dapat dihindari.

(21)

digunakan oleh Marya CM dkk karena konsentrasi minyak cengkeh pada obat kumur ini lebih tinggi dibandingkan penelitian tersebut. Dengan adanya kandungan sodium benzoate sebagai pengawet dalam obat kumur cengkeh ini juga dapat menjadi salah satu alasan obat kumur cengkeh ini dibuat dengan pH rendah. Sodium benzoate berfungsi sebagai antibakteri dan pengawet. Diketahui sodium benzoate mempunyai efek pengawet yang maksimal seiring dengan menurunnya pH suatu larutan42-45 sehingga kemungkinan pabrik mengatur pH obat kumur cengkeh ini menjadi asam agar efek sodium benzoate sebagai pengawet dapat bekerja maksimal. Komposisi lain selain minyak cengkeh dan sodium benzoate yang terkandung dalam obat kumur cengkeh dalam penelitian ini diperuntukkan untuk antibakteri dan antimikroba 40,41,46-49

sehingga peneliti berasumsi bahwa obat kumur cengkeh ini dimaksimalkan untuk antibakteri saja namun tidak sebagai agen remineralisasi.

(22)
(23)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat penurunan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada gigi premolar pertama maksila permanen yang telah direndam obat kumur cengkeh setelah perendaman jus jeruk kemasan.

2. Terdapat peningkatan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada gigi premolar pertama maksila permanen yang direndam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan setelah perendaman jus jeruk kemasan.

3. Terdapat perbedaan kekerasan permukaan enamel gigi yang telah direndam obat kumur cengkeh tanpa saliva buatan dengan obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan.

6.2 Saran

1. Penelitian lanjutan mengenai penggunaan ekstrak cengkeh tidak dalam bentuk minyak esensial agar dapat memaksimalkan efeknya dalam remineralisasi enamel disamping efeknya sebagai antibakteri.

Gambar

Gambar 7. Proses penanaman gigi dalam resin. A= Tampak lateral pelapisan wax pada bagian bukal
Tabel 3. Hasil uji  T berpasangan penurunan nilai kekerasan permukaan enamel dari perendaman jus jeruk kemasan dengan perendaman obat kumur cengkeh
Tabel 4. Hasil uji T berpasangan peningkatan nilai kekerasan permukaan enamel dari perendaman jus jeruk kemasan dengan perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan
Tabel 6. Hasil uji statistik Post Hoc perbedaan rerata kekerasan permukaan enamel yang direndam dalam obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan putusan Badan Arbitrase Syairah Nasional terkait sengketa perbankan, bahwan putusan arbitrase yang pelaksanaan eksekusinya melalui atau dengan fiat

hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ Keefektifan Layanan Informasi menggunakan Video Motivasi untuk Meningkatkan Motivasi

1. Keterampilan guru dalam pembelajaran menulis karangan narasi kurang. Aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis karangan narasi kurang. Keterampilan siswa dalam menulis

Dengan teknologi mobile suatu citra dapat dikirimkan melalui jaringan paket data (GPRS/3G/HSDPA) melalui aplikasi mobile dengan koneksi http connection , untuk dapat dilakukan

Pembuatan hibrid hidrogel dari campuran N-suksinil kitosan (NSK) dan pati dialdehid (PDA), dimana terjadi ikatan Basa Schiff yang dapat dilihat pada uji FT-IR yang menunjukkan

200, Pengolahan Ikan Secara Tradisional : Prospek dan Peluang Pengembangan, Jurnal Litbang Pertanian Volume 21 Nomor 3, IPB, Bogor.. Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011,

Dominasi gempa mikro yang terjadi pasca Letusan 2003, Gunung Lokon bukan dise- babkan oleh tekanan luida, tetapi karena adanya proses gerakan tanah (amblesan) pada dinding

Seluruh variasi perpanjangan data yang dilakukan yaitu pada tabel 2, menunjukkan kecenderungan (trend) persentase perbedaan antara curah hujan rancangan seri data maximum