PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Tanjungbalai merupakan salah satu daerah pesisir yang terletak di Pantai Timur Sumatera Utara. Perairan ini memiliki potensi yang sangat besar terutama dari hasil perikanan laut salah satunya adalah kerang. Kota Tanjungbalai ini, juga terkenal sebagai kota pengekspor kerang terbesar ke luar negeri seperti Jepang, Hongkong, Vietnam, Korea Selatan, Singapura, USA, Kanada, Australia dan Maroko. Hal inilah yang menjadikan kota Tanjungbalai mendapat julukan sebagai kota kerang (Silalahi, dkk., 2014).
Kondisi suatu perairan dapat dinilai dengan berbagai metode dan berbagai sudut pandang. Pendugaan kondisi perairan dapat dilakukan berdasarkan sifat fisika kimia air maupun berdasarkan data biotik penghuni perairan tersebut. Sifat-sifat ini akan saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain secara kompleks, sehingga kondisi fisik dan kimiawi akan mempengaruhi kondisi biotik demikian juga sebaliknya, bahwa kondisi biotik juga dapat mempengaruhi kondisi fisik dan kimiawi suatu perairan (Tobing, 2009).
Kelas bivalvia merupakan moluska yang bercangkang setangkup yang pada umumnya simetri bilateral dengan memfungsikan otot aduktor dan reduktornya. Pada bagian dorsal terdapat gigi engsel dan ligament, mulut dilengkapi dengan labial-palp, tanpa rahang dan radula. Habitatnya adalah perairan laut, payau,
danau, sungai, kolam, serta rawa (Astuti, 2009).
juga dapat mempengaruhi jumlah jenis dan perbedaan struktur dari Bivalvia (Susiana, 2011).
Bivalvia terdiri atas berbagai jenis kerang, remis dan kijang. Kebanyakan hidup di laut terutama di daerah litoral, beberapa di daerah pasang surut dan air tawar. Beberapa jenis di laut hidup pada kedalaman sampai 5.000 m. Umumnya terdapat di dasar perairan yang berlumpur atau berpasir, beberapa hidup pada substrat yang lebih keras seperti lempung, kayu, dan batu (Suwignyo, 2005).
Sungai Asahan dan daerah pantai Selat Malaka merupakan daerah penangkapan jenis bivalvia khususnya kekerangan oleh masyarakat sekitar sebagai sumber penghasilan setiap harinya. Kota Tanjungbalai merupakan kota yang terkenal dengan penghasilan kerangnya terkhusus kerang darah (Anadara granosa) sehingga kota Tanjungbalai dijuluki sebagai “kota kerang”. Namun pada
daerah muara Sungai Asahan hingga daerah perairan Selat Malaka dapat ditemukan beberapa jenis kekerangan selain kerang darah yang ditangkap oleh para nelayan yang tidak diketahui oleh masyarakat umum jenis dari kerang tersebut sehingga perlu dilakukan identifikasi jenis kerang-kerangan yang terdapat pada perairan Asahan hingga perairan Selat Malaka.
Perumusan Masalah
Adanya sumberdaya Perairan di kawasan Tanjungbalai salah satunya bivalvia merupakan kekayaan alam yang harus diperhatikan dan diketahui. Kota Tanjungbalai yang cukup dikenal sebagai kota kerang memiliki kelimpahan kerang bulu, namun ternyata tidak hanya kerang bulu saja tetapi ada jenis bivalvia lain seperti Meretrix meretrix, Tapes sulcarius yang ada pada kawasan Perairan Tanjungbalai. Parameter lingkungan meliputi parameter fisika, parameter kimia dan jenis substrat juga diukur untuk mengetahui bagaimana hubungan kelimpahan bivalvia terhadap parameter lingkungan perairan di Perairan Tanjungbalai.
Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana komposisi jenis bivalvia di Perairan Tanjungbalai?
2. Bagaimana tingkat keanekaragaman bivalvia di Perairan Tanjungbalai ? 3. Bagaimana hubungan kelimpahan bivalvia terhadap parameter lingkungan
di Perairan Tanjungbalai ?
Kerangka Penelitian
Tanjungbalai dipengaruhi oleh faktor abiotik pada perairan tersebut sehingga akan diketahui hubungan antara bivalvia dan faktor abiotiknya. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui komposisi jenis bivalvia di Perairan Tanjungbalai.
2. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman Bivalvia di Perairan Tanjungbalai.
Muara Sungai Asahan dan Perairan Selat Malaka
3. Untuk mengetahui hubungan kelimpahan bivalvia terhadap parameter lingkungan di Perairan Tanjungbalai.
Manfaat Penelitian