ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI
DARI DAUN SEMBUNG ( Blumea Balsamifera ) DI DAERAH
SUNGGAL KOTAMADYA MEDAN DENGAN GC-MS
DAN UJI ANTI BAKTERI
TESIS
Oleh
LILY KHAIRANI PILIANG 097006019/KIM
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK
ATRISI DARI DAUN SEMBUNG ( Blumea Balsamifera ) DI
DAERAH SUNGGAL KOTAMADYA MEDAN DENGAN GC-MS
DAN UJI ANTI BAKTERI
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Oleh
LILY KHAIRANI PILIANG 097006019/KIM
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA
MINYAK ATRISI DARI DAUN SEMBUNG (Blumea
Balsamifera) DI DAERAH SUNGGAL KOTAMADYA MEDAN DENGAN GC-MS DAN UJI ANTI
BAKTERI
Nama Mahasiswa : Lily Khairani Piliang Nomor Pokok : 097006019
Program Studi : Ilmu Kimia
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Tonel Barus) (Lamek Marpaung, M.Phil,Ph.D)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Basuki Wirjosento,MS,Ph.D) (Dr.Sutarman,M.Sc)
PERNYATAAN ORISINALITAS
ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATRISI DARI DAUN SEMBUNG (Blumea Balsamifera) DI DAERAH SUNGGAL
KOTAMADYA MEDAN DENGAN GC-MS DAN UJI ANTI BAKTERI
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapatkarya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebut sumbernya dalam daftar pustaka
Medan, Juni 2011
(Lily Khairani Piliang)
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai sivitas academia Universitas Sumatera Utara saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Lily Khairani Piliang
NIM : 097006019
Program Studi : Magister Ilmu Kimia
Jenis Karya Ilmiah : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (No-Exclusive Royalty Free Righ) atas Tesis saya yang berjudul :
Isolasi dan Analisis Komponen Kimia Minyak Atrisi dari Daun Sembung (Blumea Balsamifera) Di Daerah Sunggal Kotamadya Medan Dengan Gc-Ms dan Uji Anti Bakteri
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Non-Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,
memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan
Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Medan, 30 Juni 2011
Telah diuji pada
Tanggal : 21 Juni 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Tonel Barus
Anggota : 1. Lamek Marpaung, M.Phil, Ph.D 2. Prof. Basuki Wirjosentono. MS,Ph.D 3. Prof.Dr.Pina Barus,M.S
RIWAYAT HIDUP
Nama : LILY KHAIRANI PILIANG
Tempat/Tanggal lahir : Sipirok, 05 Maret 1982
Riwayat Pendidikan : Tahun 1994 tamat dari SD Negeri 142789 Sipirok,
Tahun 1997 tamat dari SMP Negeri 1 Sipirok, Tahun
2000 tamat dari SMU Negeri 3 Plus Sipirok, Tahun
2004 tamat dari Universitas Negeri Medan dan
mengikuti Sekolah Pascasarjana di Universitas
Sumatera Utara tahun Tahun 2009 dan tamat Tahun
2011.
Nama Suami : H.Ilham Harahap
Nama Anak : Salwa Zakira Harahap
Nama Ayah : Kh. Piliang
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat
dan RahmadNya lah saya dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini sebagai tugas
akhir dalam jenjang Magister.
Saya menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, baik dalam
penulisan kata mungkin juga bobot ilmiahnya. Kritik dan saran dari pembaca
diterima dengan senang hati untuk kesermpurnaan tesis ini.
Selesainya penulisan tesis ini, bukanlah semata – mata karena kemampuan
saya sendiri, tetapi berkat sarana, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak,
untuk itu saya ucapkan terima kasih :
1. Kepada Universitas Sumatera Utara, karena telah memberi wadah pendidikan
kepada saya untuk melanjutkan pendidikan
2. Bapak Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu,DTM&H, M.Sc (CTM),Sp.A(K) sebagai
Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada penulisuntuk menyelesaikan pendidikan Magister Kimia.
3. Bapak Prof.Dr.Ir.Rahim Matondang,MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan
dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan Magister
Kimia.
4. Kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Medan yang telah
memfasilitasi saya untuk mendapatkan beasiswa pendidikan dari BPPS.
5. Kepada seluruh staf dosen yang memberi kuliah di Program Magister Kimia
maupun pegawai yang telah banyak membantu.
6. Kepada Prof. Dr. Tonel Barus dan Lamek Marpaung, M. Phil, Ph. D., sebagai
pembimbing saya, dan juga kepada Prof. Basuki Wirjosentono. MS,Ph.D
7. Sembah sujud kepada kedua orang tua saya K. Piliang dan A. Harianja yang
telah membiayai pendidikan saya sampai meraih gelar Sarjana Pendidikan
dari Universitas Negeri Medan.
8. Kepada suami saya H. Ilham Harahap dan anakku Salwa Zakira Harahap
yang telah banyak memberi semangat dan dorongan.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu tetapi begitu banyak
bantuannya selama saya mengerjakan tesis ini.
Medan, 30 Juni 2011
Hormat Saya,
ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI
DAUN SEMBUNG ( Blumea Balsamifera ) DI DAERAH SUNGGAL
KOTAMADYA MEDAN DENGAN GC-MS
DAN UJI ANTI BAKTERI
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan skala Laboratorium. Sebagai obyek (bahan) dalam penelitian ini adalah Daun Sembung (Blumea Balsamifera). Perlakuan yang diperlakukan yaitu mengisolasi minyak atrisi Daun Sembung dengan destilasi uap dan dianlisis komponen kimianya dengan Kromotografi Gas – Spektrometri Massa. Hasil Kromatografi Gas menunjukkan adanya 23 puncak yang berarti terdapat 23 komponen kimia dalam minyak atsiri daun sembung. Dengan Spektrometri Massa hanya 7 komponen dari 23 komponen yang dianalisis (identifikasi) berdasarkan data spektrum yang ada. Berikut ini 7 komponen kimia minyak atsiri yang terkandung dalam daun sembung yaitu : Linalool ( 2,11 %),
Trans-β- Ocemene (2,49 %), Kamper (15,91 %), Borneol ( 34,78 %),
2H-3,4a-Ethanonaptalen (2,32 %), Aromadendalal (5,01 %), Trans-Caryophule (15,29
%).
ISOLATION AND ANALYSIS CHEMICAL COMPONENT ESSENTIAL OIL FROM SEMBUNG LEAF (Blumea Balsamifera) IN SUNGGAL AREA KOTAMADYA
MEDAN WITH GC-MS AND ANTI BACTERIA EXPERIMENT
ABSTRACT
This research was conducted with the scale of Laboratory. The object of this research was fres roots of Sembung. The treatment done was isolate the essential oil of the Sembung trought steam distillation and then it is chemical components were analyzed throught Mass Spectrometry – Gas Cromotography. The result of gas Cromatography showed 23 apeas meaning that the essential oil of sembung contained 23 chemical components. The result of Mass Spectrometry only showed 7 out of the 23 chemical components analyzed (identified). The 7 chemical components of essential oil were : Linalool ( 2,11 %), Trans-β- Ocemene (2,49 %), Kamper (15,91 %), Borneol ( 34,78 %), 2H-3,4a-Ethanonaptalen (2,32 %), Aromadendalal (5,01 %), Trans-Caryophule (15,29 %).
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Manfaat Penelitian 3
1.5. Tempat Penelitian 3
1.6. Metodologi Penelitian 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak Atsiri 5
2.1.1. Sumber Minyak Atsiri 7
2.1.2. Penggunaan Minyak Atsiri 9
2.1.3. Cara Memproduksi Minyak Atsiri 10
2.1.4. Penyimpangan Minyak Atsiri 12
2.1.5. Tanaman Sembung 14
2.2.1. Kromatografi Gas 16
2.2.2. Spektrum Massa 19
2.2.3. Spektra Massa Beberapa Golongan Senyawa
Kimia 22
2.2.4. Analisis Minyak Atsiri 23
2.3. Sensitivitas Antimikrobial 25
BAB 3. BAHAN DAN METODE
3.1. Bahan-bahan 27
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 30
4.2.3. Hasil Uji Sensitivitas Antimikrobial Minyak Atsiri 56
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 57
5.2. Saran 57
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Sumber-sumber minyak Atsiri 6
DAFTAR GAMBAR
4.13. Spektrum 2H-2,4a-Ethanonaphthalene 46
4.14. Fragmentasi 2H-2,4a-Ethanonaphthalene 47
4.15 Spektrum Aromadendalal 49
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1 Spectrum GC-MS L1
2 Spectrum GC-MS Peak 6 L2
3 Spectrum GC-MS Peak 7 L3
4 Spectrum GC-MS Peak 8 L4
5 Spectrum GC-MS Peak 9 L5
6 Spectrum GC-MS Peak 10 L6
7 Spectrum GC-MS Peak 11 L7
8 Spectrum GC-MS Peak 14 L8
9 Spectrum FT-IR L9
10 Gambar Tumbuhan Sembung L10
11 Seperangkat Alat Destilasi Stahl L11
12 Minyak Atsiri Daun Sembung L12
ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI
DAUN SEMBUNG ( Blumea Balsamifera ) DI DAERAH SUNGGAL
KOTAMADYA MEDAN DENGAN GC-MS
DAN UJI ANTI BAKTERI
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan skala Laboratorium. Sebagai obyek (bahan) dalam penelitian ini adalah Daun Sembung (Blumea Balsamifera). Perlakuan yang diperlakukan yaitu mengisolasi minyak atrisi Daun Sembung dengan destilasi uap dan dianlisis komponen kimianya dengan Kromotografi Gas – Spektrometri Massa. Hasil Kromatografi Gas menunjukkan adanya 23 puncak yang berarti terdapat 23 komponen kimia dalam minyak atsiri daun sembung. Dengan Spektrometri Massa hanya 7 komponen dari 23 komponen yang dianalisis (identifikasi) berdasarkan data spektrum yang ada. Berikut ini 7 komponen kimia minyak atsiri yang terkandung dalam daun sembung yaitu : Linalool ( 2,11 %),
Trans-β- Ocemene (2,49 %), Kamper (15,91 %), Borneol ( 34,78 %),
2H-3,4a-Ethanonaptalen (2,32 %), Aromadendalal (5,01 %), Trans-Caryophule (15,29
%).
ISOLATION AND ANALYSIS CHEMICAL COMPONENT ESSENTIAL OIL FROM SEMBUNG LEAF (Blumea Balsamifera) IN SUNGGAL AREA KOTAMADYA
MEDAN WITH GC-MS AND ANTI BACTERIA EXPERIMENT
ABSTRACT
This research was conducted with the scale of Laboratory. The object of this research was fres roots of Sembung. The treatment done was isolate the essential oil of the Sembung trought steam distillation and then it is chemical components were analyzed throught Mass Spectrometry – Gas Cromotography. The result of gas Cromatography showed 23 apeas meaning that the essential oil of sembung contained 23 chemical components. The result of Mass Spectrometry only showed 7 out of the 23 chemical components analyzed (identified). The 7 chemical components of essential oil were : Linalool ( 2,11 %), Trans-β- Ocemene (2,49 %), Kamper (15,91 %), Borneol ( 34,78 %), 2H-3,4a-Ethanonaptalen (2,32 %), Aromadendalal (5,01 %), Trans-Caryophule (15,29 %).
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia salah satu Negara tropis yang kaya bahan alam yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Kekayaan bahan-bahan alam itu belum semua
termanfaatkan secara maksimal untuk maksud tertentu. Bahan-bahan alam itu dapat
digunakan sebagai bahan pangan, bahan obat-obatan, bahan citarasa, bahan pewangi
atau bahan aneka industri komersial lainnya. Minyak atsiri merupakan salah satu
ekstrak bahan alam yang bernilai tinggi dan terkandung di bahan alam Indonesia
yang perlu dikembangkan. Obat tradisional telah dikenal luas pemakaiannya di
Indonesia baik untuk pemeliharaan kesehatan atau alternatif pengobatan
penyakit-penyakit tertentu. Namun tanpa kajian ilmiah obat tradisional tidak dapat
dipergunakan untuk pelayanan kesehatan formal (modern) walaupun secara empirik
telah terbukti khasiatnya.
Minyak atsiri dikenal juga dengan minyak eteris atau minyak terbang
(essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh beberapa tanaman tertentu. Minyak
tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi,
mempunyai rasa getir (pungenttase), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Khususnya di Indonesia telah dikenal sekitar 40 jenis tanaman penghasil minyak
atsiri, namun baru sebagian dari jenis tersebut telah digunakan sebagai sumber
minyak atsiri secara komersil. (Reijal, 2008).
Daun sembung (Blumea balsamifera, L) sudah tidak asing bagi masyarakat
daerah pedusunan. Karena sembung dapat tumbuh dengan baik di daerah berudara
sejuk namun cukup sinar matahari. Daun sembung dapat di gunakan dalam bentuk
kering ataupun saat masih segar baru di petik, keduanya mempunyai manfaat sama.
tradisionil terutama dalam bentuk jamu. Cara pengolahannya pun sangat sederhana,
namun untuk mendapatkan daun tersebut lumayan sulit karena tumbuh hanya satu
pohon dan bukan herba yang merambat, tidak begitu banyak ranting yang tumbuh
sehingga jika daunnya di petik maka harus menunggu tumbuhnya daun berikutnya.
Tumbuhnya pun agak susah karena hanya bisa tumbuh dari persemaian jika
bunganya sudah menjadi kering. Penyebarannya secara spora dengan bantuan
angin.(Reijal, 2008).
Daun pada tanaman ini mengandung minyak atsiri, antara lain cineole,
borneol, kapur barus / kamper dammar, zat samak (tanin) , Borneol, limonene,
di-methyl ether phloroacetophenon, asam palmitin, myristin, alkohol sesquiterpen,
dimetileter khlorasetofenon, tanin, pirokatechin, glikosida. Karena mengandung
flavanol, ia juga berkhasiat antiradang. Sembung melancarkan peredaran darah,
menghambat pertumbuhan kuman, mempermudah pengeluaran keringat dan air seni,
mengencerkan dahak, menghangatkan. Bagian yang digunakan adalah daunnya
(mengandung estrak borneol) dan akar yang masih segar atau yang dikeringkan.
Rasanya pedas dan sedikit pahit, hangat dan harum.( Muhlisah, 1999).
Menurut informasi dari masyarakat bahwa tanaman sembung ini berguna
untuk berbagai penyakit. Menurut literatur bahwa tumbuhan sembung digunakan
untuk pengobatan berbagai penyakit di Asia Tenggara (Zhari, dkk, 1999).
Juga literatur melaporkan bahwa daun sembung bersifat sebagai anti oksidan
(Nessa, dkk, 2004).
Dari literatur juga diperoleh informasi juga diperoleh bahwa minyak atsiri
yang didestilasi dari tumbuhan Psidium guianense menunjukkan aktifitas anti radang
dan analgesic (Santos dan Rao, 1996).
Literatur juga melaporkan bahwa minyak atsiri dari tumbuhan
Cochlospermum Regium . Mempunyai aktivitas sebagai anti bakteri (Brum, dkk,
Dalam hal ini peneliti ingin mengekstrak minyak atsiri dari daun sembung
dengan menggunakan metode Distilasi Stahl dengan bahan yang masih segar.
Timbulnya pemikiran ini karena banyaknya kegunaan Daun sembung, peneliti ingin
mengetahui lebih jauh kandungan minyak atsirinya, dengan diketahuinya kandungan
kimia minyak atsiri dari sembung, maka penggunaannya akan lebih luas dan nilai
ekonominya semakin tinggi.
1.2. Permasalahan
Perlu mengetahui komposisi minyak atsiri dan uji Anti Bakteri dari daun
sembung yang diambil dari daerah Sunggal Kotamadya Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui komposisi kimia minyak atsiri dari tanaman sembung
dengan GC-MS dan uji anti bakteri. Untuk memperkenalkan cara mengisolasi
minyak atsiri dari tanaman sembung dan untuk mencari sumber minyak atsiri yang
baru.
1.4. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi mengenai cara mengisolasi dan mengetahui
komposisi kimia minyak atsiri dan juga menggali sumber baru minyak atsiri dari
tumbuhan sembung yang telah dikenal dimasyarakat luas. Dengan demikian
diharapkan akan memberikan kemungkinan pemanfaatan tanaman sembung sebagai
komoditi baru.
1.5. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara destilasi Stahl di Laboratorium Kimia
Organik Bahan Alam FMIPA USU Medan, untuk uji anti bakteri dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU Medan, dan untuk menentukan komposisi
kimia minyak atsiri dilakukan dengan GC-MS di Laboratorium Kimia Organik UGM
1.6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan skala laboratorium dan sebagai obyek
penelitian adalah Daun Sembung segar. Daun Sembung dibersihkan dari batang dan
akar, ditimbang, kemudian dirajang, selanjutnya diblender. Hasil yang sudah
diblender didestilasi Stahl, Minyak atsiri dianalisis dengan GC-MS dan di uji anti
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak Atsiri
Dalam tumbuhan, kebanyakan senyawa-senyawa yang beraroma dihasilkan
melalui jalur metabolism sekunder. Terpen merupakan persenyawaan hidrokarbon
tidak jenuh yang molekulnya tersusun dari unit isoprene (C5H8). Unit Isopren
berkondensasi dengan persambungan kepala ke ekor isopentenil pirofosfat dan
dimetil pirofosfat menghasilkan terpen dalam tumbuhan. (Krings, 1995)
Isoprene (C5) Satuan isopentena
Pada minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid, biasanya terpenoid itu
terdapat pada fraksi minyak atsiri yang tersuling uap. Zat inilah penyebab wangi,
harum atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Secara ekonomi senyawa tersebut
penting sebagai dasar wewangian alam dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai
senyawa citarasa dalam industri makanan (Harborne, 1987).
Monoterpen dan sekuiterpen merupakan komponen utama dari banyak
minyak atsiri yang digunakan sebagai cita rasa dan pewangi. Monoterpen dan
seskuiterpen dapat dipilah-pilah berdasarkan kepada kerangka karbon dasarnya.
Yang umum adalah asiklik (misalnya graniol dan fanesol), monosiklik (misalnya
limonene dan bisabolena), bisiklik (misalnya α dan β-pinena). Dalam setiap
golongan monoterpen dan seskuiterpen bisa terdapat senyawa hidrokarbon tak jenuh
seskuiterpen yang dikandung oleh minyak neroli dari Citrusa aurantum (Juchelcka,
dkk, 1996) dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
AcO OH
Beberapa contoh struktur monoterpen dan seskuiterpen yang dikandung oleh minyak neroli dari Citrus auarantium
Minyak atsiri dapat diperoleh melalui ekstraksi tumbuh-tumbuhan yakni dari
daun, bunga, akar, dan kulit kayu (Wilson, 1993). Biasanya tumbuhan penghasil
minyak atsiri tumbuh liar atau dibudidayakan dan biasanya tumbuhan itu beraroma
wangi.
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap pada suhu kamar
wangi sesuai dengan aroma tumbuhan penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut
organic dan tidak larut dalam air.
2.1.1. Sumber Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil akhir proses metabolisme sekunder
dalam tumbuhan. Tumbuhan penghasil minyak atsiri antara lain termasuk family
Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauranceae, Myrataceae, rutaceae, Piperaceae,
Zingiberaceae, Umbelliferae, dan Gramineae. Minyak atsiri terdapat pada setiap
bagian tumbuhan yaitu di daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar dan rhizome
(Ketaren, 1985). Minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industry tertera dalam
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sumber-sumber minyak atsiri
Nama Minyak Tanaman
Penghasil
Bagian
Tanaman
Negara
Asal
Sereh wangi Cymbopogon
nardus R
Daun Srilanka
Nilam (patchouli) Pogostemon cablin
Benth
Lada (pepper) Piper nigrum L Daun/buah India Timur,
Cengkeh (clove) Caryophyllus Bunga Zanzibar,
Mawar (rose) Rosa alba L Bunga Bulgaria,
Turki
Melati (jasmine) Jasminumofficinale Bunga Perancis
selatan
Kapolaga (cardamom) Elettaria
cardamomun
Biji India, amerika
Seledri (celery seed) Apium graveolen L Biji Inggris,
India
Sitrun (lemon) Citrus medica Buah/Kulit Buah Kalifornia
Adas (fennel) foeniculum
fulgares Mill
Buah/Kulit Buah Eropah,
tengah, Rusia
Akar wangi (Vetiver) Vetiveria
zizanioides
stap
Akar/rhizoma Indonesia,
Lousiana
Kunyit (Turmeric) Curcuma longa Akar/rhizoma Amerika
selatan
Jahe (ginger) Zingiber officinale
Roscoe
Akar/rhizoma Jamaika
“Camphor” Cinnamomun
Camphora L
Batang/kulit buah Formosa,
2.1.2. Penggunaan Minyak Atsiri
Penggunaan minyak atsiri dan bahan kimia volatile untuk tujuan pengobatan,
kosmetik serta wangi-wangian telah dikenal dalam masyarakat sejak jaman purba.
Dan kini ada kecenderungan untuk kembali ke penggunaan bahan-bahan alam, antara
lain karena minyak atsiri dapat larut dalam lemak yang terdapat pada kulit, dapat
diabsorbsi kedalam aliran darah, dan mempunyai kompabilitas dengan lingkungan
(dapat mengalami bidegradasi dan merupakan bagian dari kesetimbangan ekosistem
selama ribuan tahun). (Rojat, dkk, 1996)
Minyak atsiri merupakan sumber dari aroma kimia alami alami yang dapat
digunakan sebagai komponen flavor dan fragrance alami dan sebagai sumber yang
penting dari struktur stereospsesifik enansiomer murni yang biosintesisnya lebih
murah dibandingkan dengan proses sintesis (Lawrence dan Reynold, 1992).
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industry,
misalnya industri parfum, kosmetik, “essence”, industry farmasi dan “flavoring
agent”. Dalam pembuatan parfum dan wangi-wangian, minyak atsiri tersebut
berfungsi sebagai zat pengikat bau (fixative) dalam parfum, misalnya minyal nilam,
minyak akar wangi dan minyak cendana. Minyak atsiri yang berasal dari
rempah-rempah, misalnya minyak lada, minyak kayu manis, minyak jahe, minyak cengkeh,
minyak ketumbar, umumnya digunakan sebagai bahan penyedap (flavoring agent)
dalam bahan pangan dan minuman (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri ini selain memberikan aroma wangi yang menyenangkan juga
dapat membantu pencernaan dengan merangsang system saraf skresi, sehingga akan
meningkatkan skresi getah lambung yang mengandung enzim hanya oleh stimulus
aroma dan rasa bahan pangan. Selain itu juga dapat merangsang keluar cairan getah
sehingga rongga mulut dan lambung menjadi basah.
Beberapa jenis minyak atsiri digunakan sebagai bahan antiseptic internal atau
stimulant untuk obat sakit perut. Minyak atsiri mempunyai sifat membius,
merangsang atau memuakkan (Guenther, 1987).
2.1.3. Cara Memproduksi Minyak Atsiri
Komponen minyak atsiri dalam tumbuhan terdapat dalam jumlah yang sangat
kecil, sehingga diperlukan bahan awal yang besar jumlahnya untuk memperoleh
minyak atsiri yang memadai jumlahnya untuk diteliti. Ada beberapa metode untuk
mendapatkan minyak atsiri antara lain :
a. Metode Penyulingan ( Destilasi )
Bahan yang mengandung minyak atsiri dapat diperoleh dengan metode penyulingan
(Bradesi, dkk, 1997). Bahan untuk penyulingan biasanya diambil pada pagi hari
secepat mungkin setelah embun menghilang (Douglas, 1979). Ada tiga metode
penyulingan yang digunakan dalam industry minyak atsiri, yaitu :
- Penyulingan dengan air (hydrodistillation)
- Penyulingan dengan air dan uap (hydro and steam distillation)
- Penyulingan dengan uap langsung (steam distillation)
Perbedaan antara distilasi uap langsung dengan hidrodistilasi adalah pada
distilasi uap langsung tidak terjadi kontak langsung antara sampel dengan air,
sedangkan hidrodistilasi sampelnya dicelupkan ke dalam air mendidih (Chalchat dan
Garry, 1997)
Dalam setiap metode penyulingan bahan tumbuhan, baik dengan penyulingan
uap, penyulingan air dan uap atau penyulingan air minyak atsiri hanya dapat
diuapkan jika kontak langsung dengan uap panas. Minyak dalam jaringan tumbuhan
mula-mula terekstraksi dari kelenjar tanaman dan selanjutnya terserap pada
permukaan bahan melalui peristiwa osmosis (Guenther, 1987). Lamanya
penyulingan yang dilakukan pada setiap tumbuhan tidak sama satu dengan yang lain
tergantung pada mudah atau tidaknya minyak atsiri tersebut menguap, dua sampai
Metode penyulingan air banyak diterapkan di negara-negara berkembang
karena alatnya yang cukup sederhana dan praktis. Beberapa bahan lebih baik
disuling dengan penyulingan air, misalnya bunga mawar (Boelens dan Boelens,
1997). Bahan tersebut akan menggumpal jika disuling dengan uap, sehingga uap
tidak dapat berpenetrasi kedalam bahan, uap hanya akan menguapkan minyak atsiri
yang terdapat dipermukaan gumpalan. Tetapi metode penyulingan ini juga
mempunyai kelemahan, yaitu adanya penggunaan suhu yang tinggi (Pino, dkk, 1997)
yang dapat mengakibatkan dekomposisi minyak ( hidrolisis ester, polimerisasi dll).
b. Maserasi dengan Lemak/Minyak
Kebanyakan bahan flavor bersifat larut dalam lemak atau minyak, tetapi
mempunyai range polaritas yang lebar. Minyak dapat bertindak sebagai pelarut dan
merupakan medium yang dapat melindungi bahan yang mudah menguap (Schreiber,
dkk, 1997). Lemak/minyak mempunyai daya absorbsi yang tinggi dan jika dicampur
dan kontak dengan bunga yang beraroma wangi, maka lemak akan mengabsorbsi
minyak yang dikeluarkan oleh bunga tersebut. Pada akhir proses, minyak dari bunga
tersebut diekstraksi dari lemak dengan menggunakan alcohol dan selanjutnya alcohol
dipisahkan (Guenter, 1987).
c. Ekstraksi dengan Pelarut Menguap
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri adalah
dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut menguap (Mondello, dkk, 1997).
Contoh pelarut yang digunakan adalah dietil eter untuk mengekstraksi daun Citrus
aurantium. (Juchelka,dkk, 1996). Dan pelarut ini juga digunakan dalam
mengekstraksi minyak Rhizome dari Curcuma ochrorhiza Val (Sirat,dkk, 1997) dan
lain-lain.
Jika dibandingkan dengan mutu minyak bunga hasil penyulingan, maka
minyak hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut lebih mendekati aroma bunga
alamiah, namun demikian metode ini juga mempunyai kelemahan yaitu kesulitan
d. Ekstraksi dengan karbon dioksida superkritis
Ekstraksi dengan karbon dioksida superkritis pada prinsipnya didasarkan
pada kelarutan senyawa-senyawa aromatic dari bahan nabati dalam CO2. Bahan
nabati dan CO2 dimasukkan kedalam ekstraktor berupa labu yang diberi tekanan dan
temperatur yang telah diatur, kemudian CO2 dipompa kedalam separator pada
tekanan dan temperatur yang rendah, yang kemudian masuk kedalam tangki
ekstraksi. Kelebihan CO2 dimurnikan kembali didalam bejana terisi arang (Charcoal
trap).
Keuntungan dari metode ini antara lain adalah tidak menggunakan pelarut
yang beracun, biaya murah, mampu mengisolasi senyawa termolabil tanpa diikuti
denaturasi karena dilakukan pada temperature rendah, juga kemungkinan untuk
memperoleh produk baru dengan komposisi yang biasanya diperoleh dengan teknik
destilasi (Ikushima, 1986 ; Pino, 1997 ; Garcia, 1997). Namun demikian metode ini
juga mempunyai kekurangan yaitu dalam hal penentuan kondisi untuk ekstraksi dari
minyak atsiri dari tumbuhan tertentu (Boelens dan Boelens, 1997).
2.1.4. Penyimpanan Minyak Atsiri
Pada proses penyimpanan minyak atsiri dapat mengalami kerusakan yang
diakibatkan oleh berbagai proses, baik secara kimia maupun secara fisika. Biasanya
kerusakan disebabkan oleh reaksi-reaksi yang umum seperti oksidasi, resinifikasi,
polimerisasi, hidrolisis ester dan interaksi gugus fungsional. Proses tersebut
dipercepat (diaktivasi) oleh panas, adanya udara (oksigen), kelembaban, serta
dikatalis oleh cahaya dan pada beberapa kasus kemungkinan dikatalis oleh logam
(Guenther, 1987).
Minyak atsiri yang mengandung kadar terpen tinggi mudah mengalami
kerusakan oleh proses oksidasi terutama oleh proses asterifikasi. Terpen dan
turunannya biasanya mengandungatom karbon tidak jenuh, karena itu dengan adanya
oksigen bisa menyebabkan pemecahan atau rearrangemen dari terpen (Sinki,dkk,
Citral H+ OH + OH
Sebelum penyimpanan minyak atsiri harus dibebaskan dari air, karena air merupakan
salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap kerusakan minyak atsiri.
Penghilang air dapat dilakukan dengan menambah natrium sulfat anhydrous, disusul
dengan pengocokan, kemudian didiamkan beberapa lama, kemudian disaring.
Kemudian disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar dan terlindungi
dari cahaya. Penyimpanan minyak dalam jumlah yang kecil sangat baik dilakukan
memakai botol atau gelas berwarna gelap, sedangkan dalam jumlah yang besar dapat
disimpan dalam drum yang dilapisi dengan timah atau bahan yang tidak bereaksi
dengan minyak atsiri. Penyemprotan gas karbon dioksida atau nitrogen kedalam
drum sebelum ditutup akan menghilangkan gas oksigen dari permukaan minyak,
sehingga minyak terlindungi dari kerusakan akibat oksidasi (Sinki, 1997 ; Fournier,
2.1.5. Tanaman Sembung
Tanaman sembung (Blumea balsamifera D. C)
Klasifikasi :
Family :.Asteraceae.
Nama Indonesia : Sembung / sembung manis, sembung lagi, rumput tahi-babi
Sedangkan nama Lokal : Sembung, sembung utan (Sunda); sembung gantung,
sembung gula, sembung kuwuk; sembung mingsa, sembung langu, sembung lelet
(Jawa); Kamandhin (Madura); Sembung (Bali), capo (Sumatera), Afoat (Timor),
Ampampau, capo, Madikapu; Ai na xiang (China), Wild heliotrope (English),
Baccharis salvia Lour.; Conyza balsamifera L.; Pluchea balsamifera (L.) Less;
sembung, capa (Melayu); sebung, sembung utan (Sunda), sembung gantung,
sembung gula, dai bi, dai ngai (Thailand); ngai champora (Inggris), sembung langu
(Jawa), capa (Melayu) dan sembung mingsa, sembung legi (Jawa), apompase,
mandikapu (Ternate), Sinonim : = Baccharis salvia Lour. = Conyza balsamifera (L
= Pluchea balsamifera L) Less.
Tanaman ini tumbuh di tempat terbuka, di tempat yang agak terlindung, di
tepi sungai, tanah pertanian, pekarangan, pada tanah berpasir atau tanah yang agak
basah pada ketinggian 2200 M di atas permukaan laut. Tumbuhan perdu ini tumbuh
tegak dengan tinggi 4 M, dan berambut halus. Batang bagian bawah tak bercabang,
merupakan daun duduk yang tumbuh berseling, dan bentuk daunnya bundar telur
sampai lonjong. Kalau daunnya dimemarkan akan mengeluarkan bau seperti kamper
/ kapur barus dan agak langu. Pada pangkal dan ujung daun lancip dan bergerigi
dengan panjang 8 cm-40 cm dan lebar 2 cm - 20 cm. Permukaan daun bagian
atas berambut agak kasar sedang bagian berambut rapat dan halus seperti beludru.
Bunganya bergerombol pada ujung batang dan berwarna kuning. Buahnya sedikit
melengkung dengan panjang 1 mm. Daun pada tanaman ini mengandung minyak
atsiri, antara lain sineol dan borneol, kapur barus / kamper damar dan zat samak
(tanin). Ciri daun sembung:
Berdaun lebar berbentuk jantung dengan ujung daun meruncing
agak berbulu halus bagian atas dan bawah daun,
bagian tepi daun agak bergerigi
tumbuhan pohon
berbunga kelabu kekuningan dan jika kering gampang di terbangkan angin
untuk kemudian tumbuh pohon baru
Daun sembung rasanya pahit, namun sangatlah manjur untuk dijadikan obat
tradisionil terutama dalam bentuk jamu. Cara pengolahannya pun sangat sederhana,
namun untuk mendapatkan daun tersebut lumayan sulit karena tumbuh hanya satu
pohon dan bukan herba yang merambat, tidak begitu banyak ranting yang tumbuh
sehingga jika daunnya di petik maka harus menunggu tumbuhnya daun berikutnya.
Tumbuhnya pun agak susah karena hanya bisa tumbuh dari persemaian jika
bunganya sudah menjadi kering. Penyebarannya secara spora dengan bantuan angin.
terdapat kandungan senyawa minyak atsiri 0,1 - 0,5%, Ngai-kamfer. Senyawa utama
yang terdapat dalam minyak atsiri mengandung 1-borneol atau Ngaikamfer atau
leuderol 1-borneol berupa hablur yang bentuknya kadang-kadang kecil yaitu dengan
titik lebur 203 - 2040C. (£)²°D = 36 0C - 370C (dalam etanol). Pada senyawa
berupa lembaran (dalam etanol). Menurut catatan (Laporan tahun 1895 Sland
Plantentuin), setelah diisolasi dari 139 kg daun sembung diperoleh 122 ml minyak
atsiri. Kandungan : Sembung mengandung minyak atsiri (ngai kamfer), borneol,
sineol, limonene, asam palmitat, myristin, dimetiletil klorasetofenon, tannin,
pirokatekin, dan glikosida.(anonym, 2003). Metabolit aktif lain dari daun sembung
yaitu, seskuiterpen dalam bentuk ester, flavonoid, ichtyothereol asetat,
cryptomeredio, lutein, dan beta karoten. (Osaki dkk, 2005; Nessa dkk, 2005; Ragasa
dkk, 2005) Kegunaan di masyarakat : Daun sembung dimanfaatkan sebagai tanaman
obat yang berkhasiat untuk mengobati reumatik sendi, persendian sakit setelah
melahirkan, nyeri haid, datang haid tidak teratur, influenza, demam, sesak napas
(asma), batuk, bronchitis, perut kembung, diare, perut mules, sariawan, nyeri dada
akibat penyempitan pembuluh darah koroner, dan, kencing manis.
2.2. Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)
Spektrometer massa menembaki bahan yang sedang diteliti dengan berkas
elektron dan secara kuantitatif mencatat hasilnya sebagai suatu spektrum fragmen
ion positif. Catatan ini disebut spektrum massa. Terpisahnya fragmen-fragmen ion
positif didasarkan pada massanya.
2.2.1. Kromatografi Gas
Kromatografi gas adalah metode kromatografi pertama yang dikembangkan
pada zaman instrument dan elektrokimia yang telah merefolusikan keilmuan selama
lebih dari tiga puluh tahun.
Kromatografi gas dapat dipakai untuk setiap campuran yang setiap campuran
yang sebagai komponennya atau akan lebih baik lagi jika semua komponennya
mempunyai tekanan uap yang berarti pada suhu yang dipakai untuk pemisahan.
Tekanan uap atau keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak
bersama-sama dengan fase gerak yang berupa gas. Waktu yang diperlukan untuk
memisahkan campuran sangat beragam, tergantung banyaknya komponen dalam
a. Memilih Sistem
Dalam kromatografi gas terdapat empat peubah utama yaitu gas
pembawa, jenis kolom dan fase diam dan suhu untuk pemisahan.
Gas Pembawa. Faktor yang mempengaruhi suatu senyawa bergerak melalui kolom kromatografi gas ialah keatsirian yang merupakan sifat
senyawa itu dan aliran gas melalui kolom. Nitrogen, helium, argon, hydrogen
dan karbon dioksida merupakan gas yang sering digunakan sebagai gas
pembawa karena tidak reaktif serta dapat dibeli dalam keadaan murni dan
kering dalam tangki bervolume besar dan bertekanan tinggi.
Detektor. Detektor pilihan pertama untuk kromatografi gas adalah Detector Ionisasi Nyala (DIN) yang memiliki kepekaan yang tinggi untuk
beberapa jenis senyawa.
Fase Cair Diam. Dua segi fase harus diketahui, pertama, bagaimana cairan ditahan dalam kolom yaitu cairan itu disaputkan pada permukaan
serbuk padat dalam kolom, dan yang kedua yaitu sifat kimia dari cairan itu.
b. Sistem
Suhu Kolom. Kromatografi gas didasarkan pada dua sifat senyawa yang dipisahkan, kelarutan senyawa itu dalam cairan tertentu dan tekanan
uapnya atau keatsiriannya. Karena tekanan uap bergantung langsung pada
suhu, suhu merupakan faktor utama dalam kromatografi gas. Suhu kolom
berkisar -1000 C – 4000 C tergantung sifat bahan. Secara umum, pemisahan
yang baik diperoleh pada suhu rendah. Sebagai patokan dapat dipakai bahwa
Gas Pembawa. Laju aliran gas tergantung pada diameter kolom. Aliran berbanding lurus dengan penampang kolom dan penampang bergantung pada
jari-jari pangkat dua (πr2). Misalnya jika pemisahan yang baik dengan kolom
2 mm pada aliran 20 ml/menit, maka untuk menghasilkan hasil yang sama
dengan kolom 4 mm diperlukan aliran 80 ml/menit. Untuk mendapatkan
system kolom yang optimal yaitu dengan cara mengatur laju aliran gas dan
menghasilkan tingkat puncak yang maksimum.
Kolom. Ada dua kolom dalam kromatografi gas yaitu : kolom kemas, terdiri atas fase cair berdiameter 1-3 mm dan panjangnya 2 m, kolom kapiler ;
berdiameter 0,02 - 0,2 mm dan panjangnya 15-25 m, yang berfungsi sebagai
penyangga lembam untuk fase diam cair.
Detector. Detektor adalah gawai yang ditempatkan pada ujung kolom kromatografi gas yang menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan
data kepada perekam data yang menyajikan hasil kromatogram secara grafis.
DHB (Detektor hantar bahang); didasarkan pada bahang dipindahkan dari
benda panas dengan laju yang bergantung pada susunan gas yang
mengelilingi benda panas. Daya hantar ini merupakan fungsi dari laju
pergerakan molekul gas. Gas yang mempunyai bobot molekul yang rendah
mempunyai daya hantar paling tinggi.
Detector Ionisasi Nyala (DIN); pendeteksian DIN ialah jika dibakar,
senyawa organic terurai membentuk pecahan sederhana bermuatan positif,
biasanya terdiri atas satu karbon. Pecahan ini meninggikan daya hantar
tempat lingkungan nyala, dan peningkatan daya hantar ini dapat diukur
dengan mudah dan direkam.
Penanganan Sinyal
Data Kualitatif; data kromatografi gas biasanya terdiri atas waktu tambat berbagai komponen campuran. Waktu tambat diukur mulai dari titik
senyawa tertentu dan pada kondisi tertentu. Komponen tertentu didalam
campuran dapat dipisahkan dengan cara spiking jika tersedia senyawa
murninya. Senyawa murni ditambahkan kedalam cuplikan yang diduga
mengandung senyawa itu dan cuplikan dikromatografi.
Data Kuantitatif; Pengukuran sebenarnya yang dilakukan pada kertas grafik ialah pengukuran luas puncak. Jika puncak itu simetris atau berupa kurva
Gauss tinggi puncak dapat dipakai untuk mengukur luas puncak.
2.2.2. Spektrum Massa
Spektrum massa biasa diambil pada energy berkas electron sebesar 70
elektorn volt. Kejadian tersederhana ialah tercampaknya satu electron dari satu
molekul dalam fasa gas oleh sebuah elektron dalam berkas electron dan membentuk
suatu ion molekul yang merupakan suatu kation radikal (M+).
Suatu spektrum massa menyatakan massa-massa sibir-sibir bermuatan
positif terhadap (konsentrasi) nisbinya. Puncak paling kuat (tinggi) pada spekturm
disebut puncak dasar (base peak), dinyatakan dengan nilai 100 % dan kekuatan
(tinggi x faktor kepekaan) puncak-puncak lain, termasuk puncak ion molekulnya,
dinyatakan sebagai persentasi puncak dasar tersebut.
Puncak ion molekul biasanya merupakan puncak-puncak dengan bilangan
massa tertinggi, kecuali jika terdapat puncak-puncak isotop. Puncak-puncak
isotopnya yang biasa.
a. Penentuan Rumus Molekul
Penentuan rumus molekul yang mungkin dari kekuatan puncak isotop
hanya dapat dilakukan jika puncak ion molekul termaksud cukup kuat hingga
puncak tersebut dapat diukur dengan cermat sekali.
Misalnya suatu senyawa mengandung 1 atom karbon. Maka untuk
tiap 100 molekul yang mengandung satu atom 12C, sekitar 1,08 % molekul
mengandung satu atom 13C. Karenanya molekul-molekul ini akan
molekulnya; sedangkan atom-atom 2H yang akan memberikan sumbangan
tambahan yang amat lemah pada puncak M + 1 itu. Jika suatu senyawa
mengandung sebuah atom sulfur, puncak M + 2 akan menjadi 4,4 % puncak
induk.
b. Pengenalan Puncak Ion Molekul
Ada dua hal yang menyulitkan pengidentifikasian puncak ion molekul yaitu :
1. Ion molekul tidak Nampak atau amat lemah. Cara penanggulangannya
ialah mengambil spektrum pada kepekaan maksimum, jika belum
diketahui dengan jelas dapat juga dilihat berdasarkan pola pecahnya.
2. Ion molekul Nampak tetapi cukup membingungkan karena terdapatnya
beberapa puncak yang sama atau lebih menonjol. Dalam keadaan
demikian, pertama-tama soal kemurnian harus dipertanyakan. Jika
senyawa memang sudah murni, masalah yang lazim ialah membedakan
puncak ion molekul dari puncak M-1 yang lebih menonjol. Satu cara
yang bagus ialah dengan mengurangi energy berkas electron penembak
mendekati puncak penampilan.
Kuat puncak ion molekul tergantung pada kemantapan ion molekul. Ion-ion
molekul paling mantap adalah dari system aromatic murni. Secara umum
golongan senyawa-senyawa berikut ini akan memberikan puncak-puncak ion
menonjol : senyawa aromatic (alkana terkonjugasi), senyawa lingkar sulfide
organic (alkana normal, pendek), merkaptan. Ion molekul biasanya tidak
Nampak pada alcohol alifatik, nitrid, nitrat, senyawa nitro, nitril dan pada
senyawa-senyawa bercabang. Puncak-puncak dalam arah M-3 sampai M-14
menunjukkan kemungkinan adanya kontaminasi (Silverstein, dkk, 1981).
c. Kaidah Umum untuk Mengenali Puncak-Puncak dalam Spektra
Sejumlah kaidah umum untuk mengenali puncak-puncak menonjol dalam
spectra dampak electron dapat ditulis dan dipahami dengan konsep-konsep buku
1. Tinggi nisbi puncak ion molekul terbesar bagi senyawa rantai lurus dan akan
menurun jika derajat percabangan bertambah.
2. Tinggi nisbi puncak ion molekul biasanya makin kecil dengan bertambahnya
bobot molekul deret homolog; kecuali untuk ester lemak.
3. Pemecahan/pemutusan cenderung terjadi pada karbon terganti gugus alkil ;
makin terganti gugus, makin mudah terputus. Hal ini merupakan akibat lebih
mantapnya karboksasi tersier daripada sekunder yang lebih mantap daripada
yang primer.
4. Adanya ikatan rangkap, struktur lingkar dan terlebih-lebih cincin aromatic
(heteroatom) memantapkan ion molekul hingga meningkatkan
pembentukannya.
5. Ikatan rangkap mendukung pemecahan alil dan menghasilkan ion karbonium
alil.
6. Cincin jenuh denderung melepas rantai samping pada ikatan-α. Hal ini tidak
lain daripada kejadian khusus percabangan. Muatan positif cenderung
menyertai sibir cincin. Cincin tak jenuh dapat mengalami reaksi
Retro-Diels-Alder.
7. Dalam senyawa aromatik terganti gugus alkil, pemecahan paling mungkin
terjadi pada ikatan berloka beta terhadap cincin menghasilkan ion benzyl
talunan termantapkan atau iontropilium.
8. Ikatan C-C yang bersebelahan dengan heteroatom cenderung terpecah,
meninggalkan muatan pada sibiran yang mengandung heteroatom yang
electron tak-ikatannya menciptakan kemantapan talunan.
9. Pemecahan sering berkaitan dengan penyingkiran molekul netral mantap
yang kecil, misalnya karbon monooksida, olefin, ammonia, hydrogen sulfide,
hydrogen sianida, merkaptan, ketene atau alcohol. (Siverstein, dkk, 1981).
2.2.3. Spektra Massa Beberapa Golongan Senyawa Kimia a. Hidrokarbon.
Hidrokarbon Jenuh. Puncak ion molekul (M) hidrokarbon jenuh berantai
lurus selalu ada kendati puncaknya rendah untuk senyawa-senyawa rantai
panjang. Pola penyibiran (fragmentasi) ditandai oleh kumpulan (kluster)
puncak dan puncak yang bersangkutan pada tiap kluster terpisah oleh
14(CH2) satuan massa. Puncak terbesar pada tiap kluster ini mewakili sibiran
CnH2n+1+ ; disertai juga sibiran CnH2n dan C2H2n-1. Sibiran terbanyak
terdapat pada daerah C3 dan C4 dan kelimpahan sibiran itu menurun teratur
sampai M-C2H5 ; puncak M-CH3 biasanya lenyap sama sekali. Suatu cicin
jenuh dalam suatu hidrokarbon mempertinggi kekuatan nisbi puncak ion
molekul dan mendukung pemecahan ikatan yang menghubungkan cincin
dengan bagian molekul lainnya. Penyibiran atas cincin biasanya oleh
lepasnya 2 atom sebagai C2H4 dan C2H5.
b. Eter
Eter Alifatik. Penyibiran eter alifatik berlangsung dengan 2 cara :
1. Pemutusan ikatan C-C bersebelahan atom oksigen;
2. Pemutusan ikatan C-O dengan muatan tetap berada pada sibir alkil.
R-O+-R` -OR` R+
R-O+-R` OR` R+
c. Keton
Keton Alifatik. Puncak sibiran utama keton alifatik terjadi pemecahan pada ikatan C- bersebelahan dengan atom oksigen, muatan tinggal bersama sibir
teroksigenasinya.
Bila salah satu rantai alkil yang terpaut pada gugus C=O ialah C3 atau lebih
panjang, pemutusan ikatan C-C begitu tercampak dari gugus C=O terjadi dan
disertai migrasi hydrogen dan memberikan puncak cukup besar. Pada keton
rantai panjang, puncak hidrokarbonnya tidak dapat dibedakan (tanpa bantuan
daya pisahnya tinggi) dari puncak asli karena massa satuan CO (C=O, 28)
sama dengan satuan metilena.
Keton Lingkar. Puncak ion molekul keton lingkar (siklik) cukup menonjol. Pemecahan utamanya bersebelahan dengan gugus C=O, tetapi ion yang
terbentuk harus memecah lagi untuk menghasilkan sibir yang cukup mantap.
Analisis sampel minyak atsiri biasanya digunakan dengan menggunakan
GC-MS. Analisis sampel dapat menunjukkan perbedaan kualitatif dan kuantitatif
dari komponen minyak atsiri (Dugo, dkk, 1997).
Untuk menentukan komposisi minyak atsiri yang diperoleh dari suatu
sampel, maka waktu retensi dan hasil spektrum massa dari masing-masing puncak
senyawa unknow dibandingkan dengan refrensi standard dari senyawa autentik,
misalnya identifikasi komponen minyak yang terdapat dalam peppermint dilakukan
dengan analisis GC-MS. Senyawa diidentifikasi menggunakan registry dari data
spektrum massa, kepustakaan terpen oleh Robert P.adams yang dibuat oleh
Finningan dan dengan waktu retensi dan mass spectra dari senyawa autentik refrensi
standar yang disuplai oleh SCM Gligdco dan Aldrich) (Spencer, dkk, 1997).
Analisis terhadap minyak atsiri menggunakan GC_MS paling sering
dilakukan dan biasa digunakan oleh para peneliti sebelumnya. Antara lain adalah
minyak atsiri yang diperoleh dari tiga spesies Angelica, L. yang tumbuh di Perancis,
sehingga dapat diketahui komponen masing-masing spesies tersebut yaitu Angelica
archangelica Sub.Sp.Archangelica minyak atsiriar.elation wahlemb dan A
heterocarpa Lioyd masing-masing 18,7 % dan 5,2 % (Bernard, 1997).
Minyak dari daun Eugenia uruguayensis yang diperoleh dengan
hidrodistilasi dan dianalisis dengan GC dan GC-MS Exel sehingga diperoleh 60
komponen yang teridentifikasi dalam minyak dengan komponen utamanya adalah
limonene (17,6 %), 1,8-sineol (17,0 %), α-pinen (10,0 %) dan kariofilen oksida (8,3
%) (Dellasca, dkk, 1997).
Minyak atsiri yang diperoleh dari Flourensia oolepis S.L.Blake yang
dihasilkan sebanyak 0,6 % dan dianalisis dengan GC-MS Exel dan diperoleh 36
komponen dan komponen utamanya adalah : τ-kadinol (10,5 %), β-eugenol (8,0 %)
2.3. Sensitivitas Antimikrobial
Banyak zat kimia dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme
berkisar dari unsur logam berat seperti perak dan tembaga sampai kepada molekul
organic yang kompleks seperti persenyawaan ammonium kwartener. Berbagai
substansi tersebut menunjukkan efek antimikrobialnya dalam berbagai cara dan
terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda; ada yang serasi dan ada
yang bersifat merusak.
Pemilihan Bahan Antimikrobial Kimiawi
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih bahan antimicrobial
kimiawi untuk tujuan praktis yaitu :
1. Sifat bahan yang akan diberi perlakuan.
Suatu zat kimia yang digunakan untuk mendisinfeksi perabotan
terkontaminasi mungkin tidak baik bila digunakan untuk kulit karena dapat
merusak sel-sel jaringan kulit. Dengan demikian maka harus dipilih zat yang
serasi (compatible) dengan bahan yang akan dikenai.
2. Tipe mikroorganisme.
Tidak semua mikroorganisme sama rentannya terhadap sifat menghambat
atau mematikan suatu zat kimia tertentu. Karena itu harus dipilih zat yang
yang telah diketahui efektif terhadap suatu tipe mikroorganisme yang akan
dibasmi.
3. Keadaan lingkungan.
Suhu, pH, waktu, konsentrasi dan adanya bahan organic asing-kesemuanya
itu turut mempengaruhi laju dan efisiensi penghancuran microbe. (Pelczar,
dkk, 2008)
Kelompok-kelompok utama bahan antimicrobial kimia Beberapa kelompok utama bahan anti microbial kimiawi adalah :
1. Fenol dan persenyawaan fenolat
3. Halogen
4. Logam berat dan persenyawaannya
5. Deterjen
6. Aldehid
7. Kemosterilisator gas.
Fenol (Asam karbolat) yang digunakan untuk pertama kalinya oleh Lister sekitar
tahun 1980-an didalam pekerjaannya untuk mengembangkan teknik-teknik
pembedaan antiseptic, telah lama merupakan standar pembanding bagi disinfektan
lain untuk mengevaluasi aktivitas bakterisidalnya. Kresol beberapa kali lebih
germisidal dibandingkan dengan fenol; o-fenilfenol dan
persenyawaan-persenyawaan fenolat lain dengan derajat substitusi yang tinggi ternyata efektif pada
pengenceran yang tinggi. Persenyawaan fenolat dapat bersifat bakterisidal atau
bakteriostatik bergantung kepada konsentrasi yang digunakan . spora bakteri dan
virus lebih resisten terhadap persenyawaan tersebut dibandingkan dengan sel
vegetative bakteri. Beberapa persenyawaan fenolat bersifat sangat fungisidal. pH
alkalin dan bahan organic dapat mengurangi aktifitas antimicrobial fenolat.
Senyawa-senyawa fenolat merupakan salah satu desinfektan permukaan yang terbaik
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1. Bahan-bahan
Bahan yang digunakan adalah daun sembung segar yang diambil dari
Daerah Sunggal, Deli Serdang. Sumatera Utara. Natrium Sulfat Anhidrat,
Air.
3.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Labu Leher dua, Erlenmeyer, pipa kaca, pendingin lieback, pisau, Seperangkat Alat Stahl,
gelas ukur, wadah pemanas, timbangan, hot plate, GC-MS.
Gas Chromatography – Mass Spectroscopy (GC-MS) model Shimadzu QP
2010 pada kondisi sebagai berikut ;
Temperatur oven kolom 80 0C, temperature injeksi 300 0C, tekanan 16,5
kPa, total aliran 80,1 mL/menit, aliran kolom 0,50 mL/menit dan kecepatan
aliran 26,1 cm/detik.
3.3. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara Destilasi Stahl di laboratorium Kimia Organik FMIFA USU Medan dan untuk menentukan komposisi kimia
minyak atsiri dilakukan dengan GC-MS di laboratorium Kimia Organik
UGM Yogyakarta, untuk mengetahui uji aktivitas bakteri dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU .
3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1. Pengolahan Sampel
Daun sembung diambil dari daerah Sunggal, Deli Serdang, Sumatera
Utara. Ditimbang sebanyak 200 gram kemudian diiris tipis dan dibelender
sampai halus, dan didestilasi dengan menggunakan alat Stahl.
Minyak yang diperoleh setelah pemisahan air dengan air distilat
masih minyak kasar, dimana masih mengandung air. Untuk
menghilangkan air perlu ditambahkan Natrium Sulfat Anhidrat, dengan
perbandingan 10 ml minyak ditambahkan kira-kira 1 gram Natrium
Sulfat anhidrat (10 : 1), kemudian dipisah kembali dengan corong pisah.
3.4.3. Analisis Minyak
Minyak yang sudah kering dilakukan analisis kimia untuk mengetahui
komposisinya. Analisis dengan GC-MS di laboratorium kimia organik
Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
3.4.4. Analisis Uji Anti Bakteri
Daya Kerja Antibiotik Metode Kirby/Bawyer
1. Bagi cawan petri menjadi 3 kwadran
2. Tuang media Mueller Hinton Agar (MHA) ke dalam petri dan biarkan
memadat, beri label nama bakteri.
3. Celupkan tangkai kotton swab steril (rendam dalam air mendidih) ke
dalam suspense biakan , putar/tekan bagian kapas ke sisi tabung
supaya suspense tidak menetes dari kapas tersebut.
4. Usap permukaan media dengan cotton swab tersebut secara merata
dan biarkan mongering ( 5 menit )
5. Dengan pinset, letakkan kertas cakram berisi antibiotic yang berbeda
pada kwadran I, II, dan III.
6. Inkubasikan dengan suhu 37 0C, selama 24-48 jam.
7. Amati dan ukur zona hambat untuk setiap antibiotic pada
Metode pengujian anti bakteri dilakukan setelah diperoleh minyak
atsiri dari daun sembung. Dilakukan pengujian aktifitas minyak atsiri
daun sembung terhadap 3 jenis bakteri yakni bakteri Staphilococcus
aureus, Streptococcus mutan, dan Salomnella typii.
Skema 3.1. Skema Penelitian
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Metode Penentuan Kadar Minyak Atsiri
Kadar Minyak Atsiri dari tanaman Sembung / Blumea Accifera diperoleh 0,02 %
4.1.2. Hasil Analisa dengan GC – MS
Minyak Atsiri yang diperoleh secara penyulingan destilasi uap dianalisis denga
Gas Cromatography Mass- Spectroscopy / GC – MS
Analisa GC-MS dilakukan dengan kondisi sebagai berikut ;
Column Oven Temp. : 80,0 0C
Injection Temp. : 300,00 0C
Injection Mode : Spilit
Flow Control Mode : Pressure
Pressure : 16,5 kPa
Total flow : 80,1 mL/min
Column Flow : 0,50 mL/min
Linear Velocity : 26,1 cm/sec
Purge Flow : 3,0 mL/min
Split Ratio : 153,0
High Pressure injection : OFF
Carrier Gas Saver : OFF
Oven Temp.Program
- 80,0 5,00
6,0 200,0 1,00
2,0 250,0 5,00
10,0 290,0 10,00
4.1.3 Data Spektrum GC-MS
Pemeriksaan (analisa) dengan GC-MS menghasilkan spektrum dengan 23
peak (Puncak) seperti pada gambar 4.1
Gambar 4.1. Spektrum GC-MS Sampel Isolasi Minyak Atsiri Daun Sembung
Dari data tersebut diatas dari dalam sampel terdeteksi 23 jenis senyawa seperti pada.
4.1.3.2. Data Spektrum FI-IR
Pemeriksaan (analisa) dengan spektrum FI-IR menghasilkan spektrum vibrasi
dengan data gelombang seperti pada gambar 4.2
Gambar 4.2. Spektrum FI-IR Minyak Atsiri Daun Sembung
m dengan puncak-puncak vibrasi
026,13 cm-1; 995,27 cm-1; 941,26 cm-1; 887,26 cm-1; 833,25 cm-1; dan 640,37
m-1.
Dari data spektrum FI-IR diatas diperoleh spektru
pada daerah bilangan gelombang sebagai berikut:
3387,00 cm-1; 3070,68 cm-1; 2947,23 cm-1; 2877,79 cm-1; 2723,49 cm-1; 1735,93 cm
-1
; 1635,64 cm-1; 1450,47 cm-1; 1373,32 cm-1; 1303,88 cm-1 ; 1111,00 cm-1; 1056,99
cm-1; 1
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisa Data spektrum GC-MS
Untuk menentukan komposisi minyak atsiri daun sembung (blumea
balsamifera) maka hasil spektrum massa dari masing-masing puncak unknown
dibandingkan dengan spektrum massa senyawa yang ada pada daftar library GC-MS.
Dari sebanyak 23 jenis senyawa yang terdeteksi dilakukan fragmentasi terhadap 7
nis senyawa yang massa rumus senyawa sampel sesuai dengan spektrum standard.
A.
molekul C10H16 .
pada standar, yang lebih mendekati
) je
. Puncak (peak) dengan Rt 11,942 (2,11)
Spektrum ini merupakan senyawa dengan rumus
Data spektrum massa menunjukkan ion molekul m/e 136.
Dengan membandingkan data spektrum unknown dengan spektrum massa
yang diperoleh dengan data spektrum
Dimana spektrum masa memberikan puncak ion molekul pada m/e 136 yang
merupakan berat molekul dari Trans-Beta-Ocimene. Selanjutnya diikuti fragmen
m/e 121 sebagai hasil terlepasnya radikal CH3, dan kemudian diikuti dengan
fragmentasi m/e 105 dan merupakan fragmentasi CH4.
CH2
B. Puncak (peak) dengan Rt 13,550 (2,49)
Spektrum ini merupakan senyawa dengan rumus molekul C10H18O .
Data spektrum massa menunjukkan ion molekul m/e 136.
Dengan membandingkan data spektrum unknown dengan spektrum massa yang
diperoleh dengan data spektrum pada library, yang lebih mendekati adalah
Dimana spektrum masa memberikan puncak ion molekul pada m/e 136 yang
merupakan berat molekul dari Linalool. Selanjutnya diikuti fragmen m/e 121
sebagai hasil terlepasnya radikal CH3, dan kemudian diikuti dengan fragmentasi m/e
107 dan merupakan fragmentasi CH2.
(S)-(+)-linalool (left) and (R)-(–)-linalool (right)
•
-CH3 -CH2
•
m/e =136 m/e = 121 m/e = 107
-CH2
-C2H4
m/e = 93 m/e = 55
C. Puncak (peak) dengan Rt 15,275 (15,91)
Spektrum ini merupakan senyawa dengan rumus molekul C10H16O .
Data spektrum massa menunjukkan ion molekul m/e 152.
Dengan membandingkan data spektrum unknown dengan spektrum massa yang
diperoleh dengan data spektrum pada library, yang lebih mendekati adalah
Dimana spektrum masa memberikan puncak ion molekul pada m/e 152 yang
merupakan berat molekul dari Champor. Selanjutnya diikuti fragmen m/e 137
sebagai hasil terlepasnya radikal CH3, dan kemudian diikuti dengan fragmentasi m/e
123 dan merupakan fragmentasi CH2.
O
O
m/e = 152 m/e = 137
O
m/e = 123
D. Puncak (peak) dengan Rt 15,967 (34,78)
Spektrum ini merupakan senyawa dengan rumus molekul C10H18O .
Data spektrum massa menunjukkan ion molekul m/e 139.
Dengan membandingkan data spektrum unknown dengan spektrum massa yang
diperoleh dengan data spektrum pada library, yang lebih mendekati adalah
Dimana spektrum masa memberikan puncak ion molekul pada m/e 152 yang
merupakan berat molekul dari Borneol. Selanjutnya diikuti fragmen m/e 137
sebagai hasil terlepasnya radikal CH3, dan kemudian diikuti dengan fragmentasi m/e
123 dan merupakan fragmentasi CH2.
C
H
3
C
H
3
m/e = 152 m/e = 137
C
H
3C
H
3m/e = 123
Gambar 4.10 Fragmentasi Borneol
Spektrum ini merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24 .
n 62pectrum massa Data 62pectrum massa menunjukkan ion molekul m/e 204.
Dengan membandingkan data 62pectrum unknown denga
yang diperoleh dengan data 62pectrum pada library, yang lebih mendekati
Dimana spectrum masa memberikan puncak ion molekul pada m/e 204 yang
merupakan berat molekul dari Caryophyllene. Selanjutnya diikuti fragmen m/e 189
sebagai hasil terlepasnya radikal CH3, dan kemudian diikuti dengan fragmentasi m/e
175 dan merupakan fragmentasi CH2.
4,11,11-trimethyl-8-methylene-bicyclo[7.2.0]undec-4-ene
(Caryophyllene)
-CH3
M+= 204 m/e = 189
m/e = 161 m/e = 175
-3CH4
m/e = 147 m/e = 107
- C3H2
m/e = 69 m/e = 55
F. Puncak (peak) dengan Rt 20,264 (2,32)
Spektrum ini merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24 .
Data 66pectrum massa menunjukkan ion molekul m/e 204.
Dengan membandingkan data 66pectrum unknown dengan 66pectrum massa
yang diperoleh dengan data 66pectrum pada library, yang lebih mendekati
Dimana spectrum masa memberikan puncak ion molekul pada m/e 204 yang
merupakan berat molekul dari 2H-2,4a-Ethanonaphthalene Selanjutnya diikuti
fragmen m/e 189 sebagai hasil terlepasnya radikal CH3.
m/e = 204 m/e = 189
G. Puncak (peak) dengan Rt 20,771 (5,01)
Spektrum ini merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24 .
Data spektrum massa menunjukkan ion molekul m/e 204.
Dengan membandingkan data spektrum unknown dengan spektrum massa yang
diperoleh dengan data spektrum pada library, yang lebih mendekati adalah
Dimana spektrum masa memberikan puncak ion molekul pada m/e 204 yang
merupakan berat molekul dari Aromadendalal. Selanjutnya diikuti fragmen m/e 189
sebagai hasil terlepasnya radikal CH3.
m/e = 204 m/e = 189
4.2.2. Analisa Spektrum FT-IR
Dari data spektrum FT-IR terdeteksi puncak-puncak vibrasi pada daerah
bilangan gelombang sebagai berikut :
3387,00 cm-1; 3070,68 cm-1; 2947,23 cm-1; 2877,79 cm-1; 2723,49 cm-1; 1735,93 cm
-1
; 1635,64 cm-1; 1450,47 cm-1; 1373,32 cm-1; 1303,88 cm-1 ; 1111,00 cm-1; 1056,99
cm-1; 1026,13 cm-1; 995,27 cm-1; 941,26 cm-1; 887,26 cm-1; 833,25 cm-1; 640,37 cm-1
4.2.3. Hasil Uji Sensitivitas Antimikrobial Minyak Atsiri
Hasil uji minyak atsiri dengan kode SEM terhadap beberapa jenis bakteri
pathogen sebagai berikut :
NO BAKTERI UJI IAM (INDEKS ANTI
MIKROBIAL)
KRITERIA
1 Staphpilococcus aureus 134 mm Sensitif 2 Streptococcus mutan 212 mm Sensitif 3 Salmonella typhi 85 mm Sensitif
Hasil uji minyak atsiri berupa gambar dapat dilihat pada lampiran
Dari uji anti bakteri diketahui bahwa minyak atsiri ini lebih sensitive terhadap
Streptococcus mutan, seperti diketahui dalam literatur bahwa kamper ini bersifat anti
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mengandung minyak atsiri 0,02 % berupa cairan kental berwarna
kekuningan.
2. Minyak atsiri daun sembung terdiri dari:
a. Linalool : 2,11 %
3. Minyak atsiri dari daun sembung Sensitif terhadap bakteri Staphpilococcus
aureus, Streptococcus mutan, Salmonella typhi. Minyak atsiri dari daun
sembung marupakan zat antimikrobial
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis 15 senyawa yang belum teridentifikasi dari 23 senyawa yang terdapat dalam minyak atsiri daun
sembung. Karena bagian minor dari suatu minyak atsiri sering sebagai penentu mutu
DARTAR PUSTAKA
Armando, Rochim, 2009, Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas, Penebar Swadaya, Jakarta.
Bradesi,P., Tomi, F.Casanova, J.Costa, j.and Bernardini, A.F., 1997, Chemical Composition of Mrrtle Leaf Essential Oil from Corsica (France), J,Essent.Oil Res.,9,(3),283-288.
Boelens, M.H and Boelens,H., 1997, Differences In Chemical And Sensory Properties Of Orange Flower And Rose Oils Obtained from
Hydrodistillation and from Supercritical CO2 Extraction, Perfumer &
Flavorist, 22, 31-35.
Beisher, L.1991. Microbiology in Practice. A self instructional Laboratory Course. % th Ed. Harper Collins Publishers, Ney York.
Bibiana, W. Lay. 1994. Analisa mikroba di laboratorium. Penerbit Rajawali Press, Jakarta.
Chalchat, J.C. and Garry, R.P., 1997, Essential Oil of Angelica Roots (Angelica archangelica,L) Oftimazation of Distilation, Location in Plant and Chemical Composition, J.Essent.,9(3),311-319
Douglas, James Sholto., 1979, Making Your Own Cosmetic, Pelham Books, London.
F.A.Santos,V.S.N.Rao, dkk, (1996), Anti-Inflammatoryand Analgesic Activities of the Essential Oil of Psidium Guianense, Departemento de Fisiologia, Centro de Ciencias da Saude Universidade Federal do Ceara, Caixa Postal 3157, 60430-270 Fortaleza-Ce, Brasil.
Guenter, E., 1987, Minyak Atsiri, Jilid I. Penerjemah S.Ketaren .UI Press. Jakarta.
http://reijal.blogspot.com/2008/12/daun-sembung-blumeae-balsamifera.html
Juchelka, D..Steil, A., Witt, K., 1992, Chiral Compouds of Essenti oils, XX. Chirality Evaluation and Authenticity Profiles of Neroli an Petitgrain Oils,
J.Essent.Oil Res., 8,(5),487-497.
Ketaren S., 1985, Pengantar Tekhnologi Minyak atsiri, Balai Pustaka, Jakarta.