KARAKTERISASI SIMPLISIA, ISOLASI DAN
ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI BUAH KEMUKUS
( Cubebae fructus) DARI WONOSOBO DAN PADANG
SIDEMPUAN SECARA GC – MS
SKRIPSI
OLEH:
NURLELI LARASATI NIM: 071524048
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
KARAKTERISASI SIMPLISIA, ISOLASI DAN
ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI BUAH KEMUKUS
( Cubebae fructus) DARI WONOSOBO DAN PADANG
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
NURLELI LARASATI NIM: 071524048
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
KARAKTERISASI SIMPLISIA, ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI BUAH KEMUKUS (Cubebae fructus) DARI WONOSOBO
DAN PADANG SIDEMPUAN SECARA GC – MS
OLEH:
NURLELI LARASATI NIM: 071524048
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 2010
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Dekan,
(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 195311281983031002
Disetujui Oleh : Pembimbing I,
Drs. Panal Sitorus, M.Si., Apt NIP 195310301980031002
Pembimbing II,
Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt NIP 195112231980032002
Panitia Penguji,
Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt NIP 194908111976031001
Drs. Panal Sitorus, M.Si., Apt NIP 195310301980031002
Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt NIP 195304031983032001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
yang berjudul “Karakterisasi Simplisia, Isolasi dan Analisis Komponen Minyak Atsiri
Buah Kemukus (Cubebae fructus) dari Wonosobo dan Padang Sidempuan Secara
GC-MS” untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana farmasi pada Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terimakasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Alm. Kliwon dan ibunda Hj. Priati
tercinta, serta saudaraku tersayang (Suhariadi, Gusniyarti, Mhd.Nur, Dinda Fadila, dan
Surya Tri Subakti) yang telah dengan penuh kesabaran dan kasih sayang selalu
memberi dorongan, bimbingan, nasehat serta do’a.
Melalui tulisan ini ucapan terimakasih yang tulus dan ikhlas atas bimbingan,
petunjuk, pemberian fasilitas serta saran dan bantuan lainnya, sebelum dan selama
penelitian juga disampaikan kepada:
1. Bapak Drs. Panal Sitorus M.Si, Apt., dan Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si.,
selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh
kesabaran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.
2. Bapak Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt. Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis,
M.Si., Apt. dan Bapak Drs. Syahrial Yoenoes, SU, Apt., selaku penguji yang
telah menguji dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan
3. Bapak Prof. Dr. Sumadiohadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara yang telah mensyahkan dan memberikan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. selaku dosen wali yang selama ini telah
banyak membina dan membimbing penulis selama masa pendidikan
5. Asisten Laboratorim Farmakognosi dan staf – staf farmasi yang banyak
memberikan dorongan dan bantuan selama penelitian
6. Teman – teman penulis khususnya Wardah, k’Yayuk, Ani, K’Rika, Febi, Dely
dan staf Puskesmas Hessa Air Genting Kab.Asahan yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
7. Semua mahasiswa/wi farmasi khususnya farmasi ekstensi 2007 yang tidak
disebutkan satu persatu, terimakasih untuk semangat dan do’a nya.
Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu
pengetahuan khususnya pada ilmu farmasi. Penulis mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Juli 2010
Penulis
KARAKTERISASI SIMPLISIA, ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI BUAH KEMUKUS ( Cubebae fructus) DARI WONOSOBO
DAN PADANG SIDEMPUAN SECARA GC – MS
ABSTRAK
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dengan
komposisi yang berbeda – beda dan sifat fisika kimia yang berbeda – beda. Buah
kemukus (Cubebae fructus) adalah salah satu tanaman rempah – rempah yang
mengandung minyak atsiri dan banyak dimanfaatkan untuk mengobati penyakit
kelamin, bronchitis, disentri, dan penyakit perut.
Tujuan penelitian untuk meningkatkan pemanfaatan buah kemukus dan untuk
mengetahui komponen penyusun minyak atsiri meliputi karakterisasi simplisia, isolasi
minyak atsiri dengan cara destilasi air dan analisis komponen minyak atsiri secara GC
– MS.
Hasil karakterisasi simplisia buah kemukus Wonosobo di peroleh kadar air
9,32%; kadar sari larut dalam air 15,72%; kadar sari larut dalam etanol 12,72%; kadar
abu total 1,13%; kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,17%; dan penetapan kadar
minyak atsiri dengan alat Stahl 9,03%. Hasil penetapan indeks bias 1,494 dan berat
jenis 0,9017. Hasil karakterisasi simplisia buah kemukus Padang Sidempuan diperoleh
kadar air 8,65%; kadar sari larut dalam air 23,44%; kadar sari larut dalam etanol
15,97%; kadar abu total 2,35%; kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,58%; dan
penetapan kadar minyak atsiri dengan alat Stahl 5,99%. Hasil penetapan indeks bias
1,494 dan berat jenis 0,8993.
Hasil analisis dengan GC-MS diperoleh 5 komponen terbesar minyak atsiri
buah kemukus dari Wonosobo adalah Sabinen (27,63%); α-Terpinolen (9,33%); Tujen
(5,52%); β-Osimen (4,33%); dan α-Terpinen (0,33%), 5 komponen terbesar minyak
atsiri buah kemukus dari Padang Sidempuan adalah Sabinen (14,97%); α-Terpinolen
(4,39%); Farnesol (4,39%); Tujen (3,51%); dan β-Osimen (2,89%).
CHARACTERISTICS, ISOLATION AND ANALYZED VOLATILE OIL COMPONENTS FRUIT CUBEBA ( Cubebae fructus) OF WONOSOBO AND
PADANG SIDEMPUAN BY GC – MS ABSTRACT
Volatile oil represents the essential oil with the different composition with
chemical physics different. Cubebae fructus is one of spices that contain volatile oil
and a lot of exploited as gonorrhea, bronchitis, and dicentri.
The purpose of this research to increase useful of fruit cubeba and to know
volatile oil constituents include simplicia characteristics, isolation of volatile oil was
accomplished by water distillation and analyzed volatile oil components by Gas
Cromatography - Mass Spectrophotometry.
The result of cubeba fruitWonosobo simplicia characteristics obtained water
value 9,32%; the water soluble extract value 15,27%; the etanol soluble extract value
12,72%; the total ash value 1,13%; the acid insoluble ash value 0,17% and
determination of volatile oil value by Stahl apparatus 9,03%. The refractive index
1,494 and specific gravity 0,9017. The result of cubeba fruit Padang Sidempuan leaf
simplicia characteristics obtained water value 8,65%; the water soluble extract value
23,44%; the etanol soluble extract value 15,47%; the total ash value 2,35%; the acid
insoluble ash value 0,58% and determination of volatile oil value by Stahl apparatus
5,99%. The refractive index 1,494 and specific gravity 0,8993.
The result of analyzed by GC – MS was gotten 5 major components of fruit
cubeba Wonosobo oil is Sabinene (27,36%), α-Terpinolene (9,33%), Thujene (5,52%),
β-Ocimene (4,33%), and α-Terpinene (0,33%).The result of analyzed by GC – MS was gotten 5 major components of fruit cubeba Padang Sidempuan oil is Sabinene
(14,97%), α-Terpinolene (4,39%), Farnesol (4,39%), Thujene (3,51%), and β-Ocimene (2,89 %).
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR... iv
ABSTRAK... .. vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan penelitian... 3
1.5 Manfaat penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemukus ... 5
2.1.1 Sistematika Tumbuhan ... 5
2.1.2 Deskripsi tumbuhan ... 5
2.1.3 Budidaya Kemukus ... 6
2.1.4 Kandungan Kimia ... 6
2.1.5 Manfaat Kemukus ... 6
2.2 Minyak atsiri ... 7
2.2.1 Aktivitas Biologi Minyak Atsiri dan Penggunaan ... 7
2.2.2 Lokalisasi Minyak Atsiri ... 7
2.3 Cara Isolasi Minyak atsiri... 9
2.3.1 Metode Penyulingan ... 9
2.3.2 Metode Pengepresan ... 10
2.3.3 Ekstraksi dengan Pelarut Menguap ... 10
2.3.4 Ekstraksi dengan Lemak Padat ... 10
2.4 Analisis komponen minyak atsiri dengan GC-MS ... 10
2.4.1 Kromatografi gas ... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat ... 15
3.2 Bahan-bahan ... 15
3.3 Penyiapan Sampel ... 15
3.3.1 Pengambilan Sampel ... 15
3.3.2 Identifikasi Sampel ... 16
3.3.3 Pengolahan Sampel ... 16
3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ... 16
3.4.1 Pemeriksaan makroskopik... 16
3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik ... 16
3.4.3 Penetapan kadar air ... 17
3.4.4 Penetapan kadar sari larut dalam air ... 17
3.4.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol ... 18
3.4.6 Penetapan kadar abu total ... 18
3.4.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam ... 18
3.4.8 Penetapan kadar minyak atsiri ... 18
3.5 Isolasi minyak atsiri ... 19
3.6 Identifikasi minyak atsiri ... 19
3.6.1.1 Penentuan indeks bias ... 19
3.6.1.2 Penentuan bobot jenis ... 20
3.6.2 Analisis komponen minyak atsiri ... 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Tumbuhan ... 22
4.2 Karakterisasi Simplisia Buah Kemukus ... 22
4.3 Identifikasi Minyak Atsiri ... 25
4.4 Analisis Minyak Atsiri dengan GC/MS ... 27
4.4.1 Analisis Minyak Atsiri Kemukus dari Wonosobo ... 27
4.4.2 Analisis Minyak Atsiri Kemukus dari Padang Sidempuan ... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 42
5.2 Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 44
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 46
Lampiran 2. Morfologi Tanaman dan Simplisia Buah Kemukus ... 47
Lampiran 3. Alat-Alat yang Digunakan dalam Penelitian ... 49
Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik ... 51
Lampiran 5. Penetapan Kadar Abu Total ... 52
Lampiran 6. Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam ... 54
Lampiran 7. Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Air ... 56
Lampiran 8. Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol ... 58
Lampiran 9. Penetapan Kadar Air ... 60
Lampiran 10. Penetapan Kadar Minyak Atsiri ... 62
Lampiran 11. Penetapan Bobot Jenis Minyak Atsiri ... 64
Lampiran 12. Penetapan Indeks Bias Minyak Atsiri ... 66
Lampiran 13. Flowsheet isolasi Minyak Atsiri ... 67
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Karakterisasi Simplisi Buah Kemukus dari daerah Wonosobo dan Padang Sidempuan...23
Tabel 2. Hasil Penentuan Indeks Bias dan Bobot Jenis Hasil Isolasi ... 25
Tabel 3. Waktu Tambat dan Konsentrasi Komponen Minyak Atsiri
Buah Kemukus dari Wonosobo Hasil Analisis GC-MS ... 28
Tabel 4. Waktu Tambat dan Konsentrasi Komponen Minyak Atsiri
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kromatogram GC minyak atsiri Buah kemukus dari Wonosobo ... 27
Gambar 2. Kromatogram GC minyak atsiri Buah Kemukus dari Padang Sidempuan ... 29
Gambar 3. Spektrum Massa dari Senyawa Sabinen ... 31
Gambar 4. Rumus Bangun dari Senyawa Sabinen... 32
Gambar 5. Spektrum Massa dari Senyawa α-Terpinolen ... 32
Gambar 6. Rumus Bangun dari Senyawa α-Terpinolen ... 33
Gambar 7. Spektrum Massa dari Senyawa Tujen ... 33
Gambar 8. Rumus Bangun dari Senyawa Tujen ... 34
Gambar 9. Spektrum Massa dari Senyawa β-Osimen ... 34
Gambar 10. Rumus Bangun dari Senyawa β-Osimen ... 35
Gambar 11. Spektrum Massa dari Senyawa α-Terpinen ... 35
KARAKTERISASI SIMPLISIA, ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI BUAH KEMUKUS ( Cubebae fructus) DARI WONOSOBO
DAN PADANG SIDEMPUAN SECARA GC – MS
ABSTRAK
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dengan
komposisi yang berbeda – beda dan sifat fisika kimia yang berbeda – beda. Buah
kemukus (Cubebae fructus) adalah salah satu tanaman rempah – rempah yang
mengandung minyak atsiri dan banyak dimanfaatkan untuk mengobati penyakit
kelamin, bronchitis, disentri, dan penyakit perut.
Tujuan penelitian untuk meningkatkan pemanfaatan buah kemukus dan untuk
mengetahui komponen penyusun minyak atsiri meliputi karakterisasi simplisia, isolasi
minyak atsiri dengan cara destilasi air dan analisis komponen minyak atsiri secara GC
– MS.
Hasil karakterisasi simplisia buah kemukus Wonosobo di peroleh kadar air
9,32%; kadar sari larut dalam air 15,72%; kadar sari larut dalam etanol 12,72%; kadar
abu total 1,13%; kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,17%; dan penetapan kadar
minyak atsiri dengan alat Stahl 9,03%. Hasil penetapan indeks bias 1,494 dan berat
jenis 0,9017. Hasil karakterisasi simplisia buah kemukus Padang Sidempuan diperoleh
kadar air 8,65%; kadar sari larut dalam air 23,44%; kadar sari larut dalam etanol
15,97%; kadar abu total 2,35%; kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,58%; dan
penetapan kadar minyak atsiri dengan alat Stahl 5,99%. Hasil penetapan indeks bias
1,494 dan berat jenis 0,8993.
Hasil analisis dengan GC-MS diperoleh 5 komponen terbesar minyak atsiri
buah kemukus dari Wonosobo adalah Sabinen (27,63%); α-Terpinolen (9,33%); Tujen
(5,52%); β-Osimen (4,33%); dan α-Terpinen (0,33%), 5 komponen terbesar minyak
atsiri buah kemukus dari Padang Sidempuan adalah Sabinen (14,97%); α-Terpinolen
(4,39%); Farnesol (4,39%); Tujen (3,51%); dan β-Osimen (2,89%).
CHARACTERISTICS, ISOLATION AND ANALYZED VOLATILE OIL COMPONENTS FRUIT CUBEBA ( Cubebae fructus) OF WONOSOBO AND
PADANG SIDEMPUAN BY GC – MS ABSTRACT
Volatile oil represents the essential oil with the different composition with
chemical physics different. Cubebae fructus is one of spices that contain volatile oil
and a lot of exploited as gonorrhea, bronchitis, and dicentri.
The purpose of this research to increase useful of fruit cubeba and to know
volatile oil constituents include simplicia characteristics, isolation of volatile oil was
accomplished by water distillation and analyzed volatile oil components by Gas
Cromatography - Mass Spectrophotometry.
The result of cubeba fruitWonosobo simplicia characteristics obtained water
value 9,32%; the water soluble extract value 15,27%; the etanol soluble extract value
12,72%; the total ash value 1,13%; the acid insoluble ash value 0,17% and
determination of volatile oil value by Stahl apparatus 9,03%. The refractive index
1,494 and specific gravity 0,9017. The result of cubeba fruit Padang Sidempuan leaf
simplicia characteristics obtained water value 8,65%; the water soluble extract value
23,44%; the etanol soluble extract value 15,47%; the total ash value 2,35%; the acid
insoluble ash value 0,58% and determination of volatile oil value by Stahl apparatus
5,99%. The refractive index 1,494 and specific gravity 0,8993.
The result of analyzed by GC – MS was gotten 5 major components of fruit
cubeba Wonosobo oil is Sabinene (27,36%), α-Terpinolene (9,33%), Thujene (5,52%),
β-Ocimene (4,33%), and α-Terpinene (0,33%).The result of analyzed by GC – MS was gotten 5 major components of fruit cubeba Padang Sidempuan oil is Sabinene
(14,97%), α-Terpinolene (4,39%), Farnesol (4,39%), Thujene (3,51%), and β-Ocimene (2,89 %).
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Minyak atsiri yang juga dikenal dengan minyak eteris merupakan minyak yang
mudah menguap atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dengan komposisi
yang berbeda – beda sesuai sumber penghasilnya. Minyak atsiri mudah menguap pada
suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tumbuhan
penghasilnya dan umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air.
Minyak atsiri bukan merupakan zat kimia murni, melainkan terdiri dari campuran zat
yang memiliki sifat fisika kimia berbeda – beda (Guanter, 1987).
Penggunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai
bidang industri, misalnya untuk pembuatan kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo, lotion
dan parfum), dalam industri makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau
penambah cita rasa (flovouring agent), dalam industri farmasi digunakan sebagai
obat-obatan. Oleh karena itu, tidak heran jika minyak atsiri banyak diburu oleh berbagai
negara dan menjadi komoditi perdagangan utama dunia selama bertahun-tahun.
(Lutony dan Rahmayati, 2000).
Kemukus (Piper cubeba L.f) termasuk dalam suku Piperaceae adalah salah satu
tanaman rempah – rempah yang merupakan sumber devisa negara. Dalam dunia
perdagangan, tanaman ini memiliki prospek yang bagus, baik dalam negeri maupun
luar negeri. Kemukus (Piper cubeba L.f) merupakan salah satu jenis tanaman obat
kemukus banyak dibutuhkan dalam industri obat tradisional Indonesia, digunakan pada
penderita penyakit kelamin, batuk, dan sakit perut (Trubus,2009).
Buah kemukus (Piper cubeba L.f) termasuk suku Piperaceae, morfologinya
mirip dengan lada (Piper nigrum) Pada umumnya minyak atsiri buah kemukus dapat
diperoleh dengan cara mengisolasi minyak atsiri tanaman melalui proses penyulingan
uap atau sistem kukus. Penyulingan merupakan pemisahan komponen – komponen
suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap.
Sistem penyulingan yang digunakan adalah sistem uap (Guenther, 1987).
Pertumbuhan kemukus ini tumbuh di daerah Jawa dan Sumatera, tanaman ini
tumbuh baik di dataran rendah samapai pada ketinggian 300 meter diatas permukaan
laut dan paling baik ditempat-tempat yang terlindung, tanaman ini tidak memerlukan
syarat yang istemewa (Depkes RI, 1977).
Dari penelitian-penelitian sebelumnya tentang analisis komponen minyak atsiri
buah kemukus yang berasal dari daerah Semarang Jawa Tengah diperoleh rendeman
tertinggi adalah 7,53% dengan cara penyulingan uap (Rusli dan Laksmanahardja,
1982), sedangkan pada penelitian Feryanto (2007) buah kemukus berasal dari daerah
Tasikmalaya – Jawa Barat diperoleh rendeman tertinggi adalah 11,3 % dengan cara
penyulingan uap (Anonim, 2007).
Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan pemeriksaan
pendahuluan yang meliputi karakterisasi simplisia, isolasi serta analisis komponen
minyak atsiri secara GC-MS, dengan membandingkan dua daerah penghasil buah
kemukus dari daerah Wonosobo dan Padang Sidempuan dari simplisia buah kemukus,
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil perumusan masalah yaitu:
1. Apakah karakterisasi simplisia buah kemukus (Cubebae fructus) yang diteliti
memenuhi persyaratan yang ada di MMI (Materi Medika Indonesia) ?
2. Apakah ada perbedaan karakterisasi simplisia dan komponen minyak atsiri dari
simplisia buah kemukus yang berasal dari Wonosobo dengan komponen
minyak atsiri simplisia buah kemukus dari daerah Padang Sidempuan?
1.3. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dibuat hipotesis yaitu:
1. Karakter simplisia buah kemukus dari daerah Wonosobo dan Padang
Sidempuan yang diteliti memenuhi persyaratan yang terdapat dalam MMI.
2. Ada perbedaan karakterisasi simplisia dan komponen penyusun minyak atsiri dari simplisia buah kemukus yang berasal dari Wonosobo dengan komponen
minyak atsiri simplisia buah kemukus dari daerah Padang Sidempuan.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan pemanfaatan buah kemukus (Cubebae Fructus) maka
dilakukan karakterisasi simplisia, isolasi dan analisis komponen minyak atsiri.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan karakterisasi dan analisis komponen
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
komponen minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia buah kemukus (Cubebae
Fructus) sehingga dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan untuk dapat
mengembangkan penelitian bahan alam penghasil minyak atsiri yang terdapat di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Buah Kemukus (Cubebae fructus) 2.1.1. Sistematika Tumbuhan
Kedudukan tanaman kemukus dalam sistem tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper cubeba Linne, Carl von
2.1.2. Deskripsi Tumbuhan
Kemukus dikenal dengan nama daerah Sumatera : kemukus, temukus (Melayu),
Jawa : rinu (Sunda), kemukus (Jawa), kamokos (Madura), Sulawesi : pamukusu
(Makasar)
Deskripsi tanaman berupa tumbuhan memanjat melilit, batang berkayu, cabang
licin tidak berambut. Daun berbentuk bundar agak lonjong, pangkal daun berbentuk
jantung atau membundar, ujung meruncing. Buah berbentuk hampir bulat, umumnya
bergaris tengah lebih kurang 5 mm, pada bagian pangkal terdapat tonjolan panjang
menyerupai tangkai, panjang tonjolan 5 mm samapi 10 mm, tebal kurang dari 1 mm,
2.1.3. Budidaya Kemukus
Tanaman ini tidak banyak memerlukan syarat istimewa, tetapi lebih menghendaki
tempat-tempat yang beriklim lembab. Dapat dipakai sebagai tanaman sela diantara
tanaman kopi dan karet yang sudah tua. Untuk pohon panjatan diantara tanaman kopi
dapat dipakai tanaman kapok, bila ditanam diantara tanaman karet lebih baik dipakai
tanaman turi (Sesbania garndiflora) atau tanaman gamal (Glyricidia spec.) yang tahan
terhadap rayap sehingga tidak menggangu terhadap tanaman karetnya.
2.1.4. Kandungan Kimia
Buah kemukus mengandung minyak atsiri, seskuiterpen, asam kubebat, zat
pahit kubebin, piperina, piperidin, zat pati, gom dan resin. Sedangkan minyaknya
mengandung terpena, d-sabinene, dipentena, sineol, d-terpeneol, kadinena, kadinol
derivat seskuterpena.
2.1.5. Manfaat Kemukus
Minyak kemukus banyak digunakan sebagai penguat rasa pada makanan dan
penggunaanya dalam bidang farmasi sudah diketahui sejak zaman dahulu sebagai salah
satu komponen ramuan tradisional/jamu karena bersifat antiseptik, diuretik, karminatif,
dan ekspektoran. Khasiat kemukus terutama untuk penyakit kelamin (gonorhea),
bronchitis, radang kantung kemih, disentri dan penyakit perut lainnya. Bahkan minyak
ini juga digunakan sebagai campuran saus rokok untuk penyakit asma. Pad tahun 2001,
perusahaan flavor and fragrance terkemuka asal Swis, Firmenich, mematenkan
cubebol yakni salah satu komponen yang terkandung dalam minyak kemukus sebagai
2.2. Minyak Atsiri
Minyak atsiri yang dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak
terbang ( essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah
menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, rasa getir, berbau wangi
sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air (Ketaren, 1985).
2.2.1 Aktivitas Biologi Minyak Atsiri dan Penggunaan
Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses
penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan
tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman
(Ketaren, 1985).
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya
industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavoring agent) dalam industri
makanan dan minuman (Ketaren, 1985).
2.2.2 Lokalisasi minyak atsiri
Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam rambut
kelenjar (suku Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (suku Piperaceae), di dalam saluran
minyak yang disebut vittae (suku Umbelliferae), di dalam rongga-rongga skizogen dan
lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae), terkandung di dalam semua jaringan
2.2.3 Komposisi kimia minyak atsiri
Minyak atsiri terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia dengan sifat
fisika dan kimia yang juga berbeda. Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri
disebabkan perbedaan kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panen, metode
ekstraksi yang digunakan, cara penyimpanan minyak dan jenis tanaman penghasil.
Minyak atsiri biasanya tersusun dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan
oksigen (O). Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua
golongan yaitu: Hidrokarbon dan Hidrokarbon teroksigenasi.
a. Golongan hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terdapat hanya unsur Karbon (C)
dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar
terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren) dan diterpen (4
unit isopren)
b. Golongan hidrokarbon teroksigenasi
Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Karbon
(C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini
adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter dan fenol lakton. Ikatan
karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal, ikatan
rangkap dua dan ikatan rangkap tiga.
Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam alkohol encer
dan jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk resin. Golongan hidrokarbon
teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena umumnya
2.3 Cara isolasi minyak atsiri
Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1)
penyulingan (distillation), 2) pengepresan (pressing), 3) ekstraksi dengan pelarut
menguap (solvent extraction), 4) ekstraksi dengan lemak.
2.3.1 Metode penyulingan
a. Penyulingan dengan air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak
langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam
secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri
khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh
karena itu, sering disebut penyulingan langsung.
Penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan banyaknya
rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling) dan terjadi pula penurunan mutu
minyak yang diperoleh.
b. Penyulingan dengan uap
Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada
prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air penghasil
uap dan bahan yang akan disuling berada pada ketel yang berbeda. Uap yang
digunakan berupa uap jenuh.
c. Penyulingan dengan air dan uap
Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di
atas rak-rak atau saringan. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai
permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap
disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Lutony &
Rahmayati, 2000).
2.3.2 Metode pengepresan
Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap
bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang
cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak
atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir ke permukaan bahan. Contohnya
minyak atsiri dari kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara ini (Ketaren, 1985).
2.3.3 Ekstraksi dengan pelarut menguap
Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah
menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya digunakan untuk
mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, terutama
untuk mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari bunga misalnya bunga cempaka,
melati, mawar dan kena (Ketaren, 1985).
2.3.4 Ekstraksi dengan lemak padat
Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk
mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi (Ketaren, 1985).
2.4 Analisa Komponen Minyak Atsiri dengan GC-MS 2.4.1 Kromatografi gas
Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran kimia
dalam suatu bahan, Komponen yang akan dipisahkan di bawa oleh suatu gas lembam
(gas pembawa) melalui kolom. Campuran cuplikan akan terbagi diantara gas pembawa
koefisien distribusinya, sehingga terbentuk sejumlah pita yang berlainan pada gas
pembawa. Pita komponen ini meninggalkan kolom bersama aliran gas pembawa dan
dicatat sebagai fungsi waktu oleh detekto (Mc Nair and Bonelli, 1988).
Waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan di kolom
disebut waktu tambat (waktu retensi) yang diukur mulai saat penyuntikan sampai saat
elusi terjadi (Gritter, dkk., 1991).
Menurut Eaton (1989), hal yang mempengaruhi waktu retensi yaitu:
1. Sifat senyawa, semakin sama kepolaran dengan kolom dan makin kurang
keatsiriannya maka akan tertahan lebih lama di kolom dan sebaliknya.
2. Sifat adsorben, semakin sama kepolaran maka senyawa akan semakin lama
tertahan dan sebaliknya.
3. Konsentrasi adsorben, semakin banyak adsorben maka senyawa semakin lama
tertahan dan sebaliknya.
4. Temperatur kolom, semakin rendah temperatur maka senyawa semakin lama
tertahan dan sebaliknya.
5. Aliran gas pembawa, semakin kecil aliran gas maka senyawa semakin lama
tertahan dan sebaliknya.
6. Panjang kolom, semakin panjang kolom akan menahan senyawa lebih lama dan
sebaliknya.
Bagian utama dari kromatografi gas adalah gas pembawa, sistem injeksi,
kolom, fase diam, suhu dan detektor.
2.4.1.1 Gas Pembawa
Gas pembawa harus memenuhi persyaratan antara lain harus inert, murni, dan
semua gas yang dipakai ini harus tidak reaktif, dapat dibeli dalam keadaan murni dan
kering yang dapat dikemas dalam tangki bertekanan tinggi. Gas pembawa yang sering
dipakai adalah helium (He), argon (Ar), nitrogen (N2), hidrogen (H2), dan karbon
dioksida (CO2) (Gritter, 1991).
2.4.1.2 Sistem Injeksi
Cuplikan dimasukkan kedalam ruang suntik melalui gerbang suntik, biasanya
berupa lubang yang ditutupi dengan septum atau pemisah karet. Ruang suntik harus
dipanaskan tersendiri, terpisah dari kolom, dan biasanya pada suhu 10-15oC lebih
tinggi dari suhu maksimum. Jadi seluruh cuplikan diuapkan segera setelah disuntikkan
dan dibawa ke kolom (Gritter, dkk., 1991).
2.4.1.3 Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya
terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan hal sentral dalam kromatografi
gas. Ada dua jenis kolom pada kromatografi gas yaitu kolom kemas (packing column)
dan kolom kapiler (capillary column).
Kolom kemas terdiri atas fase cair yang tersebar pada permukaan penyangga
yang lembam (inert) yang terdapat dalam tabung yang relatif besar (diameter dalam
1-3mm). Kolom kapiler jauh lebih kecil (0,02 – 0,2 mm) dan dinding kapiler bertindak
sebagai penyangga lembam untuk fase diam cair. Semakin sempit diameter kolom,
maka efisiensi pemisahan kolom semakin besar atau puncak kromatogram yang
dihasilkan semakin tajam. Pada umumnya, seorang analis akan memilih kolom dengan
diameter 0,2 atau yang lebih kecil ketika menganalisis sampel dengan konsentrasi yang
2.4.1.4 Fase diam
Banyak macam bahan kimia yang dipakai sebagai fase diam antara lain:
squalen, DEGS (Dietilglikol suksinat). Fase diam yang dipakai dalam kolom kapiler
dapat bersifat non polar, polar atau semi polar. Jenis fase diam akan menentukan
urutan elusi komponen – komponen dalam campuran. Seorang analis harus memilih
fase diam yang mampu memisahkan komponen – komponen dalam sampel (Rohman,
2007).
2.4.1.5 Suhu
Tekanan uap sangat bergantung pada suhu, maka suhu merupakan faktor utama
dalam GC. Pada GC-MS terdapat tiga pengendali suhu yang berbeda, yaitu: suhu
injektor, suhu kolom, suhu detektor.
Suhu injektor
Suhu injektor harus cukup panas untuk menguapkan cuplikan dengan cepat
sehingga tidak menghilangkan keefisienan cara penyuntikan. Tetapi sebaliknya, suhu
harus cukup rendah untuk mencegah peruraian atau penataan ulang akibat panas
(McNair and Bonelli, 1988).
Suhu kolom
Suhu kolom harus cukup tinggi sehingga analisis dapat diselesaikan dalam
waktu yang sesuai, dan harus cukup rendah sehingga terjadi pemisahan. Umumnya
semakin rendah suhu kolom, semakin tinggi koefisien partisi dalam fase diam sehingga
hasil pemisahan semakin baik. Pada beberapa hal tidak dapat digunakan suhu kolom
yang rendah, terutama bila cuplikan terdiri atas senyawa dengan rentangan titik didih
Suhu detektor
Detektor harus cukup panas sehingga cuplikan dan air atau hasil samping yang
terbentuk pada proses pengionan tidak mengembun (McNair and Bonelli,1988).
2.4.1.6 Detektor
Menurut McNair dan Bonelli (1988) ada dua detektor yang popular yaitu
detektor hantar-thermal (DHB) dan detektor pengion nyala (DPN).
2.4.2 Spektrometri massa
Spektrofotometer massa pada umumnya digunakan untuk:
1. Menentukan massa molekul
2. Menentukan rumus molekul dengan menggunakan Spektrum Massa
Beresolusi Tinggi (High Resolution Mass Spectra)
3. mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola fragmentasinya
(Dachriyanus,2004)
Spektrometer massa terdiri dari sistem pemasukan cuplikan, ruang pengion dan
percepatan, tabung analisis, pengumpul ion dan penguat, dan pencatat.
Keuntungan utama spektrometri massa sebagai metode analisis yaitu metode ini
lebih sensitif dan spesifik untuk identifikasi senyawa yang tidak diketahui atau untuk
menetapkan keberadaan senyawa tertentu. Hal ini disebabkan adanya pola fragmentasi
yang khas sehingga dapat memberikan informasi mengenai bobot molekul dan rumus
molekul. Puncak ion molekul penting dikenali karena memberikan bobot molekul
senyawa yang diperiksa. Puncak paling kuat pada spektrum, disebut puncak dasar
(base peak), dinyatakan dengan nilai 100% dan kekuatan puncak lain, termasuk puncak
ion molekulnya dinyatakan sebagai persentase puncak dasar tersebut (Silverstein,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian ini adalah deskriptif meliputi penyiapan sampel,
pengolahan sampel, pemeriksaaan karakteristik simplisia, isolasi dan analisis
komponen – komponen minyak atsiri dari simplisia buah kemukus (Cubebae fructus)
secara GC – MS.
3.1. Alat – Alat
Alat – alat yang digunakan dalam percobaan adalah seperangkat alat destilasi
air, Gas Chromatograph – Mass Spectrometer (GC - MS) model Shimadzu QP 2010 S,
refaktometer abbe, piknometer, alat – alat gelas laboratorium, neraca listrik (Mettler
Toledo),seperangkat alat Stahl, seperangkat alat penetapan kadar air, mikroskop
(Olympus), oven listrik, penangas air (Yenaco), dan blender (Panasonic).
3.2. Bahan – Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah simplisia buah
kemukus (Cubebae fructus), air suling, bahan-bahan kimia berkualitas pro analisa
yaitu: etanol 96% hasil destilasi, toluen, kloroform, kloralhidrat, natrium sulfat
anhidrat, dan sudan III.
2.3. Penyiapan Sampel
Penyiapan sampel meliputi pengambilan sampel, identifikasi sampel dan
pengolahan sampel.
2.3.1. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yaitu diambil dari dua daerah dengan membandingkan
kilometer 6 Palopat Maria Padang Sidempuan Sumatera Utara dan dari Desa Besuki
Kecamatan Padang Lintang Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.
3.3.2. Identifikasi Sampel
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor, hasil
identifikasi dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 46.
3.3.3. Pengolahan Sampel/pembuatan sampel
Sampel yang digunakan adalah buah kemukus (Cubebae fruktus), Buah
dibersihkan dari kotoran dengan cara dicuci, disortasi basah lalu ditiriskan dan
ditimbang, selanjutnya buah dikeringkan dengan cara dianginkan kemudian
dimasukkan dalam lemari pengering dengan suhu 40 – 50OC sampai buah kering lalu
ditimbang.
Buah kemukus di sortasi untuk memisahkan benda-benda asing atau
pengotoran-pengotoran jika ada, lalu ditimbang, kemudian simplisia dihaluskan
menggunakan blender menjadi serbuk. Serbuk simplisia di simpan dalam wadah
plastik kedap udara untuk mencegah pengaruh lembab dan pengotoran lain.
3.4. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia 3.4.1. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk luar dari
simplisia buah kemukus (Cubebae fructus).
3.4.2. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia. Serbuk
simplisia ditaburkan diatas kaca objek, lalu diteteskan kloralhidrat dan ditutup dengan
3.4.3. Penetapan Kadar Air a. Penjenuhan Toluen
Sebanyak 200 ml toluen dimasukkan kedalam labu alas bulat, lalu ditambahkan
2 ml air suling, kemudian alat dipasang dan dilakukan destilasi selama 2 jam. Destilasi
dihentikan dan dibiarkan dingin selama ± 30 menit, kemudian volume air dalam tabung
penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
b. Penetapan kadar air simplisia
Kemudian kedalam labu tersebut dimasukkan 5 gram serbuk simplisia yang
telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati – hati selama 15 menit. Setelah toluen
mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes per detik sampai sebagian besar air
terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes per detik. Setelah
semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi
dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu
kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian
0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kadar air yang terdapat
dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1992).
2.4.4. Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air
Sebanyak 5 gram serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24
jam dalam 100 ml air – kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter)
dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian
dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan
sampai kering dalam cawan penguap yang rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa
dipanaskan pada suhu 1050C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut
3.4.5. Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol
Sebanyak 5 gram serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24
jam dalam 100 ml etanol 95 % dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6
jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat
pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang rata yang telah
dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 1050C sampai bobot tetap. Kadar
dalam persen sari yang larut dalam etanol 95% dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).
3.4.6. Penetapan Kadar Abu Total
Sebanyak 2 gram serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama
dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan.
Krus dipijar perlahan – lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 500 -
6000C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot
tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI,
1995).
3.4.7. Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu didihkan dalam 25 ml
asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan,
disaring melalui kertas saring dan dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian
didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap
bahan yang dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).
3.4.8. Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan menggunakan alat Stahl.
alas bulat berleher pendek, lalu ditambahkan air suling sebanyak 300 ml. Labu
diletakkan diatas pemanas listrik, lalu dihubungkan dengan pendingin dan alat
penampung berskala. Sebelum buret diisi penuh dengan air, selanjutnya dilakukan
destilasi. Volume minyak atsiri dihitung dan kadar minyak atsiri dihitung dalam % v/b
(Depkes RI, 1995).
3.5. Isolasi Minyak Atsiri
Isolasi minyak atsiri dilakukan dengan metode penyulingan air (water
destillation). Penyulingan dilakukan dengan menggunakan alat destilasi air.
Caranya: sebanyak 200 gram sampel dimasukkan dalam labu alas bulat berleher
panjang 2 liter yang telah dirangkai dalam perangkat alat destilasi air. Destilasi
dilakukan selama 5-6 jam. Minyak atsiri yang diperoleh ditampung dalam corong pisah
lalu dipisahkan antara minyak dengan air. Kemudian minyak atsiri yang diperoleh
ditambahkan natrium sulfat anhidrat, dikocok dan didiamkan selama 1 hari. Minyak
atsiri dipipet dan disimpan dalam botol berwarna gelap. Minyak yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan GC – MS. Kemudian dilakukan penetapan parameter
fisika yang meliputi penentuan indeks bias dan penentun bobot jenis.
3.6. Identifikasi Minyak Atsiri 3.6.1. Penetapan Parameter Fisika 3.6.1.1. Penentuan Indeks Bias
Penentuan indeks bias dilakukan menggunakan alat Refraktometer Abbe.
Caranya: Alat Refraktometer Abbe dihidupkan. Prisma atas dan prisma bawah
dipisahkan dengan membuka klem dan dibersihkan dengan mengoleskan kapas yang
telah dibasahi dengan alkohol. Cuplikan minyak diteteskan ke prisma bawah lalu
skrup pemutar prisma diputar sedemikian rupa, sehingga bidang terang dan gelap
terbagi atas dua bagian yang sama secara vertikal. Dengan melihat skala dapat dibaca
indeks biasnya.
3.6.1.2. Penentuan Bobot Jenis
Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan alat piknometer.
Caranya: Piknometer kosong ditimbang dengan seksama, lalu diisi dengan air suling
dan ditimbang. Kemudian piknometer dikosongkan dan dibilas beberapa kali dengan
alkohol dan dikeringkan dengan bantuan hairdryer. piknometer diisi dengan minyak
selanjutnya dilakukan seperti pengerjaan pada air suling. Hasil bobot minyak atsiri
diperoleh dengan mengurangkan bobot piknometer yang diisi minyak atsiri dengan
bobot piknometer kosong. Bobot jenis minyak atsiri adalah hasil yang diperoleh
dengan membagi bobot minyak atsiri dengan bobot air suling dalam piknometer
(Depkes RI, 1995).
2.6.2. Analisis Komponen Minyak Atsiri
Penentuan komponen minyak atsiri yang diperoleh dari simplisia buah
kemukus (Piper cubeba L.f) dilakukan di Laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM
dengan menggunakan seperangkat alat Gas Cromatographi – Mass Spectrometer (GC
- MS) model Shimadzu QP 2010 S.
Kondisi analisis adalah jenis kolom kapiler Rtx - 5MS, panjang kolom 30 m,
diameter kolom dalam 0,25mm, suhu injektor 2900C, gas pembawa He dengan laju alir
0,5 ml/menit. Suhu kolom terprogram (temperature programming) dengan suhu awal
700C selama 5 menit, lalu dinaikkan perlahan – lahan dengan rute kenaikan
Cara identifikasi komponen minyak atsiri adalah dengan membandingkan
spektrum masa dan komponen minyak atsiri yang diperoleh (unknown) dengan data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Biologi – LIPI Bogor
terhadap tumbuhan buah kemukus yang diteliti adalah jenis Piper cubeba L.f dari suku
Piperaceae. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 46.
4.2. Karakterisasi Simplisia Buah Kemukus
Hasil pemeriksaan makroskopik untuk simplisia buah kemukus umumnya
bergaris tengah lebih kurang 6 mm- 8 mm, berbentuk hampir bulat, pada bagian
pangkal terdapat tonjolan panjang menyerupai tangkai, kadang-kadang bagian pangkal
didaerah tonjolan agak cekung, memiliki harum yang sangat aromatis.
Permukan luar : Umumnya berkerut keras seperti anyaman jala, kadang-kadang rata,
warna coklat tua atau coklat tua kelabu sampai hitam, permukaan dalam licin,
berwarna coklat muda.
Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk buah kemukus adalah sel batu, sel batu
Tabel 1. Hasil Karakterisasi simplisia Buah Kemukus (Cubebae fructus)
No Pemeriksaan
Karakterisasi Simplisia
Kadar yang diperoleh (%) Kulit Batang
Menurut MMI (%) Wonosobo Padang
Sidempuan
1. Penetapan kadar air 9,32 8,65 Tidak lebih dari 10 2. Penetapan kadar sari yang
larut dalam air
15,72 23,44 Tidak kurang dari 10 3. Penetapan kadar sari yang
larut dalam etanol
12,72 15,97 Tidak kurang dari 9 4. Penetapan kadar abu total 1,13 2,53 Tidak lebih
dari 8 5. Penetapan kadar abu yang
tidak larut dalam asam
0,17 0,58 Tidak lebih
dari 1,8 6. Penetapan kadar minyak
atsiri
9,03 5,99 Tidak kurang
dari 8 %
(Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 52)
Kadar air dalam simplisia menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam
simplisia yang digunakan, dari hasil penelitian diperoleh kadar air simplisia buah
kemukus dari daerah Wonosobo 9,32% dan dari daerah Padang Sidempuan 8,65%.
Kadar air simplisia berhubungan dengan proses pengeringan, kadar air ditentukan
untuk mengetahui bahwa simplisia yang digunakan tidak ditumbuhi jamur dan aman
digunakan.
Pengeringan merupakan suatu usaha untuk menurunkan kadar air bahan sampai
tingkat yang diinginkan. Dengan kadar air yang cukup aman maka simplisia tidak
mudah rusak dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Apabila
simplisia yang dihasilkan tidak cukup kering maka akan terjadi pertumbuhan jamur
dan jasad renik lainnya. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang
dari 10% (Syukur dan Hermani, 2001).
Penetapan kadar sari simplisia menyatakan jumlah zat kimia yang tersari dalam
resin, asam kubebat, zat pahit kubebin, dan zat pati sedangkan senyawa kimia dari
buah kemukus yang larut dalam etanol adalah minyak atsiri, dan gom, dari hasil
penelitian simplisia buah kemukus kadar sari yang larut dalam air lebih tinggi daripada
sari yang larut dalam etanol, hal ini berarti senyawa kimia yang tersari dalam air lebih
besar daripada yang tersari dalam etanol.
Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui jumlah material yang
tersisa setelah pembakaran, dari hasil penelitian diketahui bahwa kadar abu total pada
simplisia buah kemukus dari daerah Wonosobo 1,13% dan dari daerah Padang
Sidempuan 2,53%, kadar abu lebih tinggi pada simplisia buah kemukus dari daerah
Padang sidempuan. Kadar abu tidak larut dalam asam adalah kadar abu yang berasal
dari luar, dari hasil penelitian kadar abu tidak larut asam simplisia dari derah Padang
Sidempuan lebih tinggi daripada simplisia dari daerah Wonosobo.
Abu total terbagi dua yang pertama abu fisiologis adalah abu yang berasal dari
jaringan tumbuhan itu sendiri dan abu non fisiologis adalah sisa setelah pembakaran
yang berasal dari bahan – bahan dari luar (seperti pasir dan tanah) yang terdapat pada
permukaan simplisia. Kadar abu tidak larut asam untuk menentukan jumlah silika,
khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam
klorida (WHO, 1992).
Penetapan kadar minyak atsiri dengan menggunakan alat Stahl diketahui bahwa
minyak atsiri dari daerah Wonosobo 9,03 % sementara pada minyak atsiri dari daerah
Padang Sidempuan hanya 5,99%, dari hasil ini diketahui bahwa minyak atsiri lebih
banyak terdapat pada daerah Wonosobo daripada daerah Padang Sidempuan. Hal ini
4.3. Identifikasi Minyak Atsiri
Pemeriksaan organoleptis pada minyak atsiri yang diisolasi dari simplisia buah
kemukus mempunyai bau aromatis, serta mempunyai rasa pahit,getir, dan pedas.
Sifat alami dari minyak atsiri dari buah kemukus (Cubebae fructus) menurut
EOA (Essential Oil Association) adalah diperoleh dengan cara mendestilasi buah tak
terlalu matang dan kering warna minyak atsiri dari warna kuning muda sampai kuning
kehijauan hingga kuning kebiruan.
Hasil penelitian untuk warna minyak atsiri berbeda dengan warna minyak buah
kemukus menurut EOA,warna minyak buah kemukus dari daerah Wonosobo berwarna
putih jernih dan warna minyak buah kemukus dari daerah Padang Sidempuan berwarna
kuning muda, beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini adalah perbedaan tempat
tumbuh, kondisi tanah, kondisi iklim, umur panen dan metode ekstraksi yang
digunakan.
Tabel 2. Hasil Penentuan Indeks Bias dan Bobot Jenis Minyak Atsiri
(Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 hal 51-55)
Dari hasil penelitian nilai indeks bias dari daerah Wonosobo dan Padang
Sidempuan memenuhi standar EOA (Essential Oil Association).
Pada pengujian indeks bias minyak harus dijauhkan dari panas dan cuaca lembab sebab
udara dapat berkondensasi pada permukaan prisma yang dingin. Akibatnya akan
timbul kabut pemisah antara prisma gelap dan terang sehingga garis pembagi tidak NO Parameter
Sampel Hasil berdasarkan teori
Wonosobo Padang Sidempuan
terlihat jelas. Jika minyak mengandung air, maka garis pembatas akan kelihatan lebih
tajam, tetapi nilai indeks biasnya akan menjadi rendah (Gunther, 1987).
Bobot jenis merupakan perbandingan dari suatu volume minyak atsiri dengan
berat air pada volume dan suhu yang sama. Dari data yang diperoleh diketahui nilai
bobot jenis simplisia buah kemukus dari Wonosobo dan Padang Sidempuan memenuhi
persyaratan EOA dimana bobot jenis dari daerah Wonosobo lebih tinggi daripada
daerah Padang Sidempuan, perbedaan bobot jenis tersebut disebabkan komponen
kimia yang terkandung dalam minyak tersebut. Menurut Sastrohamidjojo (2004)
menyatakan minyak atsiri dengan air akan terpisah karena minyak atsiri tidak akan
larut dalam air disebabkan berbeda bobot jenisnya. Kedua cairan membentuk dua
lapisan yang terpisah, biasanya minyak atsiri lebih ringan, mengambang di atas air.
Namun demikian bila minyak atsiri memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,0 maka
minyak atsiri akan tenggelam di dasar alat pemisah.
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan
kemurnian minyak atsiri. Dari seluruh sifat fisikokimia, nilai bobot jenis sudah sering
dicantumkan berkisar 0,696 – 1,188 dan umumnya lebih kecil dari 1,000 (Guenther,
4.4. Analisis Minyak Atsiri dengan GC – MS
4.4.1 Analisis Buah Kemukus dari Daerah Wonosobo
Hasil analisis GC-MS minyak atsiri dari simplisia buah kemukus dari daerah
Jawa Tengah yang diperoleh dengan cara destilasi air diperoleh 27 puncak, seperti
yang tampak pada gambar 1, akan tetapi komponen yang akan dibahas dan dibuat data
fragmentasinya adalah lima komponen dengan konsentrasi paling tinggi seperti yang
terlihat pada tabel 3.
Tabel 3. Waktu tambat dan konsentrasi komponen minyak atsiri Simplisia Buah Kemukus dari daerah Wonosobo hasil analisis GC-MS
No Nama komponen Waktu tambat
(menit)
Rumus molekul
Berat molekul
Kadar (%)
1 Sabinen 5,167 C10H16 136 27,63
2 α – Terpinolen 8,883 C10H16 136 9,33
3 Tujen 4,183 C10H16 136 5,52
4 β - Osimen 4,317 C10H16 136 4,33
5 α – Terpinen 6,229 C10H16 136 0,33
(Pola fragmentasi komponen minyak atsiri buah kemukus dari Wonosobo selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 hal : 58)
4.4.2 Analisis Minyak Atsiri Buah Kemukus dari daerah Padang Sidempuan
Hasil analisis GC-MS minyak atsiri dari simplisia buah kemukus dari daerah
Padang Sidempuan yang diperoleh dengan cara destilasi air diperoleh 32 puncak,
seperti yang tampak pada gambar 2, akan tetapi komponen yang akan dibahas dan
dibuat data fragmentasinya adalah lima komponen dengan konsentrasi paling tinggi
Gambar 2. Gambar kromatogram GC dari simplisia Buah Kemukus dari daerah Padang Sidempuan
Tabel 4. Waktu tambat dan konsentrasi komponen minyak atsiri Simplisia Buah Kemukus dari daerah Padang Sidempuan hasil analisis GC-MS
No Nama komponen Waktu tambat
(menit)
Rumus molekul
Berat molekul
Kadar (%)
1 Sabinen 5,142 C10H16 136 14,97
2 α-Terpinolen 8,838 C10H16 136 4,39
3 Farnesol 22,477 C15H26O 222 4,34
4 Tujen 4,175 C10H16 136 3,51
5 β – Osimen 4,311 C10H16 136 2,89
Minyak atsiri yang dianalisa adalah minyak hasil isolasi dengan metode
destilasi air, pada destilasi air dimana simplisia yang akan disuling mengalami kontak
langsung dengan air mendidih, simplisia dapat mengapung di atas air atau terendam
secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling, ciri khas
model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Pemilihan
metode ini karena metodenya sangat sederhana, bahan ketel pun relatif mudah
didapatkan (Lutony, 1994).
Dari hasil analisis komponen minyak atsiri dengan menggunakan GC – MS
diperoleh 5 komponen terbesar penyusun minyak atsiri buah kemus dari Wonosobo
dan Padang Sidempuan, terdapat perbedaan komponen mayor minyak atsiri dari buah
kemukus yang diambil dari dua daerah ini, dimana pada buah kemukus berasal dari
Wonosobo terdapat komponen α-Terpinen (0,33%) sementara pada minyak atsiri buah
kemukus dari daerah Padang Sidempuan terdapat komponen Farnesol (2,89%), hal ini
disebabkan karena ada perbedaan waktu tambat pada kedua komponen, kemungkinan
juga karena ada perbedaan tempat tumbuh dan cara panen dari buah kemukus.
Komponen penyusun terbesar minyak atsiri buah kemukus dari daerah
Wonosobo dan Padang Sidempuan yang sama adalah Sabinen, α-Terpinolen, Tujen,
dan β-Osimen, belum deketahui secara pasti apakah terdapat perbedaan komponen
penyusun minyak atsiri buah kemukus dari daerah Wonosobo dan Padang Sidempuan
karena yang dianalisa disini tidak semua komponen penyusun tetapi hanya 5
komponen terbesar saja.
Komponen utama minyak atsiri dari buah kemukus dari Wonosobo dan Padang
Sidempuan adalah Sabinene, dari penelitian diketahui bahwa kadar Sabinen pada buah
Sidempuan, oleh karena itu untuk pemanfaatan lebih baik digunakan buah kemukus
dari daerah Wonosobo Jawa Tengah, hal ini terjadi karena adanya perbedaan tempat
tumbuh dan cara panen dari buah kemukus.
Fragmentasi dan analisis hasil spektrometer massa komponen minyak atsiri dari
buah kemukus (Cubebae fructus) dari daerah Wonosobo adalah sebagai berikut:
1. Sabinen ; Puncak dengan waktu tambat 5,171 menit mempunyai M+ 136 diikuti fragmen m/z 121, 93, 69, 41.
Gambar 3. Spektrum massa dari Sabinen
Dengan membandingkan spektrum massa unknown dengan data library yang
memiliki tingkat similarity indeks tertinggi (94%), maka senyawa tersebut dapat
Gambar 4. Rumus bangun Sabinen
Spektrum massa unknown memberikan puncak ion molekul M+ 136 yang
merupakan berat molekul dari C10H16. Pelepasan CH3· menghasilkan fragmen [C9H13]+
dengan m/z 121. Pelepasan C3H4 menghasilkan fragmen [C7H9]+ dengan m/z 93.
Pelepasan C4H4 menghasilkan fragmen [C3H5]+ dengan m/z 41.
2. α - Terpinolen ; Puncak dengan waktu tambat 8,887 menit mempunyai, M+ 136 diikuti fragmen m/z 121, 93, 41.
Gambar 5. Spektrum massa dari α - Terpinolen
Dengan membandingkan spektrum massa unknown dengan data library yang
memiliki tingkat similarity indeks tertinggi (97%), maka senyawa tersebut dapat
disimpulkan sebagai α – Terpinolen (C10H16) dengan rumus bangun seperti pada
Gambar 6. Rumus bangun α – Terpinolen
Spektrum massa unknown memberikan puncak ion molekul M+ 136 yang
merupakan berat molekul dari C10H16. Pelepasan CH3· menghasilkan fragmen [C9H13]+
dengan m/z 121. Pelepasan C2H4 menghasilkan fragmen [C7H9]+ dengan m/z 93.
Pelepasan C4H4 menghasilkan fragmen [C3H5]+ dengan m/z 41.
3. Tujen ; Puncak dengan waktu tambat 4,181 menit mempunyai M+ 136 diikuti fragmen m/z 121, 93, 65, 39.
Gambar 7. Spektrum massa dari Tujen
Dengan membandingkan spektrum massa unknown dengan data library yang
memiliki tingkat similarity indeks tertinggi (92%), maka senyawa tersebut dapat
Gambar 8. Rumus bangun Tujen
Spektrum massa unknown memberikan puncak ion molekul M+ 136 yang
merupakan berat molekul dari C10H16. Pelepasan CH3 menghasilkan fragmen [C9H13]
dengan m/z 121. Pelepasan C2H4 menghasilkan fragmen [C7H9]+ dengan m/z 93.
Pelepasan C2H4 menghasilkan fragmen [C5H5]+ dengan m/z 65. Pelepasan C2H2
menghasilkan fragmen [C3H3]+ dengan m/z 39.
4. β - Osimen ; Puncak dengan waktu tambat 19,558 menit mempunyai M+ 136 diikuti fragmen m/z 119, 93, 67, 41 .
Gambar 9. Spektrum massa dari β - Osimen
Dengan membandingkan spektrum massa unknown dengan data library yang
memiliki tingkat similarity indeks tertinggi (96%), maka senyawa tersebut dapat
Gambar 10. Rumus bangun β - Osimen
Spektrum massa unknown memberikan puncak ion molekul M+ 136 yang
merupakan berat molekul dari C10H16. Pelepasan C2H2 menghasilkan fragmen [C6H14]+
dengan m/z 93. Pelepasan C2H2 menghasilkan fragmen [C6H12]+ dengan m/z 67.
Pelepasan C2H42 menghasilkan fragmen [C4H10]+ dengan m/z 41.
5. α – Terpinen ; Puncak dengan waktu tambat 6,229 menit mempunyai M+ 136 diikuti fragmen m/z 121, 93, 41.
Gambar 11. Spektrum massa dari α - Terpinen
Dengan membandingkan spektrum massa unknown dengan data library yang
memiliki tingkat similarity indeks tertinggi (97%), maka senyawa tersebut dapat
disimpulkan sebagai α - Terpinen (C10H16) dengan rumus bangun seperti pada
Gambar 12. Rumus bangun α - Terpinen
Spektrum massa unknown memberikan puncak ion molekul M+ 136 yang
merupakan berat molekul dari C10H16. Pelepasan CH3 menghasilkan fragmen [C9H13]+
dengan m/z 121. Pelepasan C2H4 menghasilkan fragmen [C7H9]+ dengan m/z 93.
Pelepasan C4H4 menghasilkan fragmen [C3H5]+ dengan m/z 41.
Fragmentasi dan analisis hasil spektrometer massa komponen minyak atsiri dari
buah Kemukus (Cubebae fructus) dari daerah Padang Sidempuan adalah sebagai
berikut:
1. Sabinen ; Puncak dengan waktu tambat 5,142 menit mempunyai M+ 136 diikuti fragmen m/z 121, 93, 41.
Dengan membandingkan spektrum massa unknown dengan data library yang
memiliki tingkat similarity indeks tertinggi (94%), maka senyawa tersebut dapat
disimpulkan sebagai Sabinen (C10H16) dengan rumus bangun seperti pada gambar 14.
Gambar 14. Rumus bangun Sabinen
Spektrum massa unknown memberikan puncak ion molekul M+ 136 yang
merupakan berat molekul dari C10H16. Pelepasan CH3· menghasilkan fragmen [C9H13]+
dengan m/z 121. Pelepasan C2H4 menghasilkan fragmen [C7H9]+ dengan m/z 93.
Pelepasan C4H4 menghasilkan fragmen [C3H5]+ dengan m/z 41.
2. α – Terpinolen ; Puncak dengan waktu tambat 8,838 menit mempunyai M+ 136 diikuti fragmen m/z 121, 93, 41.
Dengan membandingkan spektrum massa unknown dengan data library yang
memiliki tingkat similarity indeks tertinggi (97%), maka senyawa tersebut dapat
disimpulkan sebagai α - Terpinolen (C10H16) dengan rumus bangun seperti pada
gambar 16.
Gambar 16. Rumus bangun α – Terpinolen
Spektrum massa unknown memberikan puncak ion molekul M+ 136 yang
merupakan berat molekul dari C10H16. Pelepasan CH3· menghasilkan fragmen [C9H13]+
dengan m/z 121. Pelepasan C2H4 menghasilkan fragmen [C7H9]+ dengan m/z 93.
Pelepasan C4H4 menghasilkan fragmen [C3H5]+ dengan m/z 41.
3. Farnesol ; Puncak dengan waktu tambat 22,477 menit mempunyai M+ 222 diikuti fragmen m/z
Dengan membandingkan spektrum massa unknown dengan data library yang
memiliki tingkat similarity indeks tertinggi (97%), maka senyawa tersebut dapat
disimpulkan sebagai Farnesol (C15H26O) dengan rumus bangun seperti gambar 18.
Gambar 18.Rumus bangun Farnesol
Spektrum massa unknown memberikan puncak ion molekul M+ 222 yang
merupakan berat molekul dari C15H26O. Pelepasan H2O menghasilkan fragmen
[C10H16]+ dengan m/z 136. Pelepasan CH3· menghasilkan fragmen [C9H13]+ dengan
m/z 121. Pelepasan CH2 menghasilkan fragmen [C8H11]+ dengan m/z 107. Pelepasan
CH2 menghasilkan fragmen [C7H9]+ dengan m/z 93. Pelepasan C4H4 menghasilkan
fragmen [C3H5]+ dengan m/z 41.
4. Tujen Puncak dengan waktu tambat 4,175 menit mempunyai M+ 136 diikuti fragmen m/z 121, 93, 65, 39.
Dengan membandingkan spektrum massa unknown dengan data library yang
memiliki tingkat similarity indeks tertinggi (92%), maka senyawa tersebut dapat
disimpulkan sebagai Tujen (C10H16) dengan rumus bangun seperti gambar 20.
Gambar 20. Rumus bangunTujen
Spektrum massa unknown memberikan puncak ion molekul M+ 136 merupakan
berat molekul dari C10H16O. Pelepasan CH3 menghasilkan fragmen [C9H13]+
dengan m/z 121. Pelepasan C2H4 menghasilkan fragmen [C4H11]+ dengan m/z 93.
Pelepasan C2H4 menghasilkan fragmen [C5H7]+ dengan m/z 65. Pelepasan C2H2
menghasilkan fragmen [C3H5]+ dengan m/z 39.
5. β - Osimen Puncak dengan waktu tambat 4,311 menit mempunyai M+ 136 diikuti fragmen m/z 93, 67, 41.
Dengan membandingkan spektrum massa unknown dengan data library yang
memiliki tingkat similarity indeks tertinggi (96%), maka senyawa tersebut dapat
disimpulkan sebagai β - Osimen (C10H16) dengan rumus bangun seperti gambar 22.
Gambar 22. Rumus bangunβ - Osimen
Spektrum massa unknown memberikan puncak ion molekul M+ 136 merupakan
berat molekul dari C10H16O. Pelepasan C2H2 menghasilkan fragmen [C8H14]+ dengan
m/z 93. Pelepasan C2H2 menghasilkan fragmen [C6H12]+ dengan m/z 67. Pelepasan
C2H2 menghasilkan fragmen [C4H10]+ dengan m/z 41.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia buah kemukus (Cubebae fructus) dari
daerah Wonosobo diperoleh kadar air 9,32%; kadar sari yang larut dalam air 15,72%;
kadar sari yang larut dalam etanol 12,72%; kadar abu total 1,13%; kadar abu yang
tidak larut dalam asam 0,17%; hasil penetapan kadar minyak atsiri dengan alat Stahl
sebesar 9,03% v/b. Hasil penetapan indeks bias yaitu dan bobot jenis . Karakterisasi
simplisia buah kemukus dari daerah Wonosobo telah memenuhi persyaratan Materia
Medika Indonesia.
Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia buah kemukus (Cubebae fructus) dari
daerah Padang Sidempuan diperoleh kadar air 8,65%; kadar sari yang larut dalam air
23,44%; kadar sari yang larut dalam etanol 15,97%; kadar abu total 2,35%; kadar abu
yang tidak larut dalam asam 0,58%; hasil penetapan kadar minyak atsiri dengan alat
Stahl diperoleh kadar minyak atsiri 5,99% v/b. Hasil penetapan indeks bias yaitu dan
bobot jenis .
Hasil analisis GC-MS minyak atsiri buah kemukus dari daerah Wonosobo yang
diperoleh, menunjukkan 5 komponen dengan konsentrasi paling tinggi yaitu: Sabinen
(27,63%), α-Terpinolen (9,33%), Tujen (5,52%), β-Osimen (4,33%), dan α – Terpinen
(0,33%).
Hasil analisis GC-MS minyak atsiri yang diperoleh dari buah kemukus dari
yaitu: Sabinen (14,97%), α-Terpinolen (4,39%), Farsenol (4,34%), Tujen (3,51%), dan
β-osimen (2,89).
5.2. Saran
Dengan melihat komponen – komponen yang terkandung dalam simplisia buah
kemukus (Cubebae fructus) maka untuk penelitian selanjutnya dapat dibuat suatu
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2007). Engineered Indonesia Essential Oil Heritage. Diambil dari: http;//perkebunan.litbang.deptan.go.id/?p=teknologi.2.9
Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Cetakan I. Padang: Andalas University Press. Hal. 39
Depkes RI. (1977). Materia Medika Indonesia. Jilid I. Cetakan I. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. Hal. 74-79
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 813.
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1030-1031.
Eaton, D. C. (1989). Laboratory Investigations in Organic Chemistry. USA: McGraw-Hill, Inc. P. 152-157.
Gembong., (1991). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 163 – 178.
Gritter, R. J. Bobbit, J. M. Schwatting. (1985). Introduction of Chromatography. Penerjemah: Kosasih Padmawinata. (1991). Pengantar Kromatografi. Edisi ke-3. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 36-39.
Guenther, E. (1987). The Essential Oils. Terjemahan. Ketaren, R.S. (1990). Minyak
Atsiri. Jilid II. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Hal. 103
Gunawan, D. & Mulyani, S. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid I. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 107.
Haris, R. (1987). Tanaman Minyak Atsiri. Surabaya: Penebar Swadaya. Hal.56-57
Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka. Hal. 19 - 29.
Lutony, T.L. & Rahmayati, Y. (2002). Produksi Dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 1-33