• Tidak ada hasil yang ditemukan

ldentifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada lkan Mas (Cyprinus carpio) di Kolam Desa Pulau Banyak Kecamatan Tanjung Pura dan Kolam Medan SeJayang Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ldentifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada lkan Mas (Cyprinus carpio) di Kolam Desa Pulau Banyak Kecamatan Tanjung Pura dan Kolam Medan SeJayang Kota Medan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Spesies ikan mas (Cyprinus carpio) masuk dalam genus cyprinus dari family cyprinidae. Ikan mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang, sedikit pipih ke samping. Mulut terletak diujung tengah (terminal), mempunyai sungut dua pasang, sirip punggung dengan jari-jari keras berjumlah 17-22 serta sirip dada dengan jumlah 15 jari-jari keras. Letak permulaan sirip punggung ini berseberangan dengan permulaan sirip perut yang hanya ada satu dengan jumlah jari-jari keras antara 7-9. Ikan mas mempunyai sisik yang relatif besar dengan tipe cycloid, garis rusuk yang lengkap pada pertengahan sirip ekor dengan jumlah antara 35-39 (Saanin 1984).

(2)

Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Class : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus Species : Cyprinus carpio

Gambar 2. Ikan Mas (Cyprinus carpio)

(3)

dengan berbagai strain-nya yang tersebar hampir di seluruh penjuru dunia (Teguh dkk., 2002).

Tubuh ikan mas dilengkapi dengan sirip. Sirip punggung (dorsal) berukuran relatif panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras dan sirip terakhir yaitu sirip ketiga dan keempat, bergerigi. Letak antara sirip punggung dan 9 perut berseberangan. Sirip pada pectoral terletak dibelakang tutup insang (operculum). Sisik ikan mas berukuran relatif lebih besar dan digolongkan kedalam tipe sisik sikloid linea lateralis (gurat sisi), terletak dipertengahan tubuh, melintang dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor. Pharynreal teeth (gigi kerongkongan) terdiri dari tiga baris yang berbentuk gigi geraham

(Suseno, 2003).

Ikan mas termasuk kelompok ikan pemakan segala jenis makanan (Omnivora). Pada masa mudanya memakan zooplankton dan setelah tumbuh lebih besar ikan ini mulai berkelakuan sebagai ikan pemakan jasad-jasad air yang hidup di dasar perairan (benthos) seperti larva chironomus, cacing oligochaeta, tubifex dan berbagai jenis moluska (Cholik dkk., 2005).

Parasit Ikan

(4)

disebut ektoparasit, sedangkan di dalam tubuh ikan disebut endoparasit (Sarjito dkk., 2013).

Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dan merugikan organisme lain yang ditempatinya (inang) dan menyebabkan penyakit. Parasit merugikan inang tersebut karena mengambil nutrien dari inang yang dapat menyebabkan kematian.Parasit ikan akan memilih lokasi penempelan sebaik mungkin di tubuh ikan.Berdasarkan lokasi penempelannya, parasit dapat dibedakan menjadi ektoparasit, mesoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup di kulit, insang, dan bagian permukaan luar tubuh dan endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam sel organ. Mesoparasit adalah parasit yang hidupnya di antara ektoparasit dan endoparasit. Mesoparasit dapat ditemukan di kolon usus atau rongga tubuh lainnya (Ali dkk., 2014).

Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang hidup menempel pada organisme lain atau inangnya. Penyakit parasit suatu penyakit yang disebabkan karena adanya aktivitas organisme parasit yang bersifat patogenik. Penyakit parasit ikan yang disebabkan agen patogenik yang sering dijumpai di Indonesia terutama dari ektoparasit. Parasit ikan dapat masuk ke dalam kolam selain terbawa oleh air, juga oleh tumbuh-tumbuhan, benda-benda, binatang renik yang lazim sebagai makanan alami ikan. Parasit ikan hanya dapat hidup apabila di dalam perairan terdapat ikan sebagai inangnya (Riwidiharso, 2015).

(5)

nutrien, tempat hidup dan tinggal. Parasit pada ikan adalah parasit yang hidup di tubuh ikan dan menjadikan ikan sebagai inang (Sauyai dkk., 2014).

Parasit ada di lingkungan perairan seperti juga ikan hidup di lingkungan air. Jika kualitas airnya jelek mengakibatkan ikan stress, tetapi kondisi ini justru merupakan media yang baik bagi parasit sehingga mereka berkembang biak dan populasinya cukup untuk menginfeksi ikan hingga sakit (Hendriyanto, 2009).

Agen penyebab penyakit infeksius dapat disebabkan oleh organisme patogen dari golongan bakteri, parasit, jamur, dan virus. Patogen parasitik jarang mengakibatkan wabah penyakit yang sporadis, namun pada intensitas penyerangan yang tinggi dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan karena dapat mengakibatkan kematian. Di samping itu, infeksi parasit juga dapat menurunkan bobot, serta menurunkan ketahanan tubuh ikan dan akan dimanfaatkan sebagai port of entry bagi penginfeksi sekunder oleh patogen lain seperti jamur dan bakteri (Sumiati dan Yani, 2010).

(6)

Dactylogyrus sp.

Kelompok Trematoda Monogenea biasa dikenal sebagai cacing pipih. Cacing ini termasuk filum Plathyhelminthes dengan simetri tubuh simetris bilateral, tidak memiliki rongga tubuh dan memiliki kelamin ganda (hermafrodit). Spesies Dactylogyrus sp. penyebab penyakit dactylogiriasis. Cacing ini menginfeksi insang, kulit, dan sirip ikan. Cacing ini bergerak di permukaan tubuh inang dan memakan remah-remah bahan organik pada mukus kulit dan insang. Gejala klini serangan ditandai dengan aktivitas ikan yang berenang dekat permukaan, bersembunyipada salah satu sudut kolam pemeliharaan, kehilangan nafsu makan, menggosok-gosokkan tubuh ke bagian tepi kolam, terjadi gangguan prenafasan, insang bengkak dan pucat, dan memungkinkan infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur (Kurniawan, 2012).

Gambar 3. Dactylogyrus sp. (Pujiastuti, 2015)

(7)

cabang dan mempunyai testis dan ovari yang membundar. Infeksi ringan Dactylogyrus cenderung dianggap tidak membahayakan, tapi infeksi ringan

terus-menerus dapat menjadi infeksi yang parah karena memberikan potensi reproduksi untuk Dactylogyrus (Kabata, 1985).

Argulus sp.

Argulus sp. adalah salah satu parasit eksternal yang paling populer dan banyak ditemukan menyerang ikan. Parasit Argulus sp. berasal dari filum Arthropoda, kelas Crustacea, dan SubKelas Branchium dengan tubuh berbentuk pipih dan pada bagian dorsalnya dilindungi oleh karapas yang menutupi hampir seluruh tubuhnya dimana bagian karapas sedikit dapat digerakkan ke bawah menyerupai sayap. Argulus sp. melakukan penempelan pada bagian luar tubuh ikan (ektoparasit) dan dapat menyesuaikan cengkramannya dengan kecepatan gerak ikan sehingga tidak mudah lepas (Kurniawan, 2012).

Gambar 4. Argulus sp. (Pujiastuti, 2015)

Argulus sp. merupakan ektoparasit ikan yang menyebabkan argulosis. Akibat

(8)

terlepas, terdapat titik-titik merah pada kulit, insang berwarna kehitam-hitaman dan timbulnya lendir (mukus) yang berlebih pada sirip. Pertahan pertama ikan terhadap serangan penyakit berada di permukaan kulit, yaitu mukus, jaringan epitelia, insang. Mukus melapisi seluruh permukaan integumen ikan, termasuk kulit, insang dan perut. Pada saat terjadi infeksi atau iritasi fisik dan kimiawi, sekresi mukus meningkat. Lapisan mukus secara tetap dan teratur akan dipengaruhi sehingga kotoran yang menempel di tubuh ikan juga ikut dibersihkan (Pujiastuti, 2015).

Oodinium sp.

(9)

Gambar 5. Oodinium sp. (Pujiastuti, 2015)

Gejala klinis pada Oodinium sp. di mulai dari sirip ikan, tahapan lebih lanjut akan terlihat seperti memakai bedak atau bertaburan tepung, ini yang disebut velvet. Pada tahapan berikutnya, potongan sisik atau kulit dari ikan akan terkelupas, pada mata akan terlihat adanya selaput seperti kabur dan kemudian menyerang seluruh bagian tubuh. Infeksi Oodinium sp. disebabkan karena penetrasi akan rizoid ke sel epitel inang, sehingga menyebabkan nekrosis, pendarahan dan mengalami infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur (Kabata, 1985).

Prevalensi

(10)

tentang kejadian kasus baru. Prevalensi memberitahukan tentang derajat penyakit yang berlangsung dalam populasi pada satu titik waktu (Timmreck, 2001).

Untuk mengetahui tingkat infeksi/serangan parasit dalam populasi inang dikenal istilah prevalensi, intensitas dan kelimpahan parasit. Prevalensi menggambarkan persentase ikan yang terinfeksi oleh parasit tertentu dalam populasi ikan, intensitas menggambarkan jumlah parasit tertentu yang ditemukan pada ikan yang diperiksa dan terinfeksi, sedangkan kelimpahan rata-rata adalah jumlah rata-rata parasit tertentu yang ditemukan dalam populasi pada ikan baik yang terinfeksi maupun tidak (Yuliartati, 2011).

Perkembangan penyakit parasiter ini perlu di pantau setiap saat, sehingga wabah penyakit yang besar dapat dihindari. Untuk memonitor populasi suatu parasit pada ikan dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi parasit yaitu dengan cara menghitung prevalensi dan derajat infeksi. Prevalensi adalah presentasi ikan yang terserang parasit atau proporsi dari organisme-organisme dalam keseluruhan populasi yang ditemukan terjadi pada ikan pada waktu tertentu dengan mengabaikan kapan mereka terjangkit (Muntalim, 2014).

Kualitas Air

Suhu

(11)

Adanya peningkatan suhu badan air disebabkan dari proses pembusukan yang dilakukan oleh organisme pembusuk (Isnaini, 2011).

Suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap metabolisme ikan termasuk sistem imunitas. Apabila suhu mengalami penurunan akan menyebabkan kelarutan oksigen meningkat, laju metabolisme menurun, nafsu makan berkurang, pertumbuhan berkurang, sistem imun menurun, gerakan ikan melemah, disorientasi sehingga ikan dapat mengalami kematian. Sedangkan bila suhu meningkat, maka suhu tubuh meningkat, laju metabolisme juga meningkat, konsumsi oksigen bertambah sedangkan kadar oksigen terlarut menurun, toksisitas perairan dari senyawa kimia meningkat, jumlah patogen meningkat sehingga ikan mudah terekspose oleh penyakit dan dapat menimbulkan kematian (Noga, 2000).

Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem akuatik, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme. Sumber oksigen terlarut berasal dari atmosfer dan fotosintesis tumbuhan hijau.Oksigen dari udara diserap dengan difusi langsung dipermukaan air oleh angin dan arus.Jumlah oksigen yang terkandung dalam air tergantung pada daerah permukaan yang terkena suhu dan konsentrasi garam (Sembiring, 2008).

(12)

pakan maupun sisa ekskresi. Kekurangan oksigen di tambak dapat menyebabkan peningkatan penyakit protozoa (Rahmawati, 2015).

pH

Derajat keasaman adalah banyaknya ion hidrogen yang terkandung di dalam air. Tinggi rendahnya pH air sangat ditentukan oleh konsentrasi ion hidrogen yang terdapat dalam perairan. Setiap organisme mempunyai pH optimum untuk kehidupannya. Nilai pH perairan merupakan salah satu faktor lingkungan yang berhubungan dengan susunan spesies dari ikan (Jubaedah, 2006).

pH atau yang disebut dengan derajat keasaman diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun bahan pencemar dan kelarutan beberapa gas, serta menentukan bentuk zat di dalam air. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa (Isnaini, 2011).

(13)

pH (Noga, 2000). Adapun hubungan antara pH dan ikan budidaya menurut (Kordi dan Tancung, 2007) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hubungan antara pH dan Kehidupan Ikan Budidaya

pH air Pengaruh terhadap Ikan Budidaya

<4,5 Air bersifat racun bagi ikan

5-6,5 Pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif terhadap bakteri dan parasit

6,5-9,0 Ikan mengalami pertumbuhan optimal 9,0 Pertumbuhan ikan terhambat

Amonia (NH3)

Amonia merupakan sisa proses metabolisme organisme budidaya. Amonium (NH4+) bersifat non toksik, sedangkan yang bebrbentuk tak terionisasi

(NH3) bersifat sangat toksik. Konsentrasi NH3 dipengaruhi atau ditentukan oleh

pH dan suhu perairan. melalui proses nitrifikasi, amonia akan dioksidasi oleh bakteri menjadi nitrit (NO2-) dan nitrat (NO3-). Sebaliknya melalui proses

denitrifikasi nitrat akan direduksi oleh bakteri menjadi nitrit dan dari nitrit menjadi amonia atau N2 (Affandi dan Usman, 2002).

Masalah ekskresi amonia pada ikan adalah dalam pergerakan amonia dari insang ke air diluar tubuh ikan. NH3 akan terdifusi dengan cepat dari insang ke

air. Sekali NH3 melewati membran insang ke dalam air, berubah menjadi NH4+,

laju kecepatannya tergantung kepada pH air. Pada saat pH air meningkat, konsentrasi NH3 hubungannya dengan NH4+ akan meningkat, dan membuat

pergerakan NH3 epithelium insang sulit. Jika kandungan N tinggi bakteri

Gambar

Gambar 2. Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Gambar 3. Dactylogyrus sp. (Pujiastuti, 2015)
Gambar 4. Argulus sp. (Pujiastuti, 2015)
Gambar 5. Oodinium sp. (Pujiastuti, 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Munif (1997) yang menyatakan bahwa Bti Cair SH-14 pada dosis terendah (208g/m 2 ) mampu membunuh larva sampai dengan satu

Untuk melakukan penerapan Green ICT secara efektif dan efisien, dengan diciptakannya Kawasan Eco-Industrial Park atau biasa disingkat EIP memberikan kesempatan bagi

Jika halaju digandakan, kirakan peratusan jumlah rintangan kedua-dua filem dan peratus peningkatan

Paparkan  sumber  data  untuk   eksperimen

Hasil susut tercecer (bobot) perontokan dari kedua mesin perontok pada Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan putar silinder, susut tercecer (bobot) yang diperoleh

Di Indonesia beberapa virus yang menyerang ubi jalar telah dilaporkan, seperti SPFMV dan SPCSV di Jawa Barat dan Jawa Timur dengan gejala berupa pemucatan tulang daun dan

Perendaman benih cabai besar varietas Hot Chilli F1 menggunakan Pseudomonas kelompok fluorescens SKM2 dengan waktu inokulasi yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata

Hubungan Antara Konformitas dan Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Jakarta : Universitas