• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Beban Kerja pada Stasiun Sortasi dengan Menggunakan Metode Work Sampling dan Biomekanika untuk Menentukan Jumlah Operator Optimum di PT. Pabrik Es Siantar Chapter III VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Beban Kerja pada Stasiun Sortasi dengan Menggunakan Metode Work Sampling dan Biomekanika untuk Menentukan Jumlah Operator Optimum di PT. Pabrik Es Siantar Chapter III VII"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Manual Material Handling1

Pengangkutan secara manual adalah penyebab utama nyeri punggung yang berhubungan dengan pekerjaan. Namun, sakit punggung, khususnya nyeri punggung bawah, adalah juga umum di lingkungan pekerjaan lain seperti pekerjaan duduk, di mana tidak ada penanganan manual. Secara umum 1 dari 7

Gangguan tulang bagian belakang (muskuloskeletal) merupakan penyakit yang menjadi salah satu penyakit dengan jumlah penderita terbanyak dan terus meningkat seiting waktu. Sekitar 1 juta orang mengambil cuti dari pekerjaan setiap tahun untuk merawat dan memulihkan diri dari rasa sakit yang terkait dengan pekerjaan muskuloskeletal atau gangguan di punggung bawah. Konsekuensi ekonomi dapat diukur dengan menambahkan biaya kompensasi, kehilangan upah, dan kehilangan produktivitas. Ada perdebatan yang cukup banyak mengenai penyebab, sifat, tingkat keparahan, dan derajat keterkaitan dari gangguan muskuloskeletal serta efektivitas yang terkait dengan biaya. Tak satu pun dari gangguan muskuloskeletal umum unik yang disebabkan oleh pekerjaan eksposur. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut "yang berhubungan dengan pekerjaan" dapat disebabkan oleh faktor kerja serta faktor-faktor non-kerja.

1

(2)

orang, ada kemungkinan 70% terkena nyeri punggung bawah, saat melakukan pekerjaan secara manual. Banyak cedera punggung yang terjadi secara spontan, dan menunjukkan bahwa mengangkat dan membungkuk hanya sekitar sepertiga dari penyebab cedera punggung secara keseluruhan. Dengan demikian, pencegahan cedera kembali akibat pemindahan secara manual hanya akan mencegah sebagian kecil dari cedera tersebut.

3.2. Beban Kerja2

2

Tarwaka, dkk., Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. (Surakarta:

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas kerja sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi. Di pihak lain, dengan pekerjaan berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain, bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental.

3.2.1. Faktor-faktor Beban Kerja

(3)

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, meliputi :

a. Tugas-tugas (tasks) yang dilakukan baik yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, kondisi atau medan, sikap kerja, dan lain-lain. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan, atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung pekerja, dan lain-lain.

b. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, musik kerja, pelimpahan dan wewenang kerja, dan lain-lain.

c. Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja adalah :

a. Lingkungan kerja fisik seperti: mikroklimat, intensitas kebisingan, intensitas cahaya, vibrasi mekanis, dan tekanan udara.

b. Lingkungan kerja kimiawi seperti debu, gas-gas pencemar udara, dan lain-lain.

c. Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, parasit, dan lain-lain. Lingkungan kerja fisiologis seperti penempatan dan pemilihan karyawan, hubungan sesama pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan lingkungan sosial, dan lain-lain.

(4)

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat adanya reaksi dari beban kerja. Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai

strain. Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif, yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan secara subjektif berkaitan erat dengan harapan, keinginan, kepuasana dan lain-lain. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi:

a. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran rubuh, kondisi kesehatan, status gizi)

b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan dan lain-lain)

3.3. Work Sampling3

3

Mikell P Groover. Work System and The Methods, Measurement, and Management of Work.

(5)

Work Sampling merupakan suatu alat untuk mengetahui kegiatan-kegiatan kerja yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi tentang interaksi antara manusia dan mesin dengan waktu yang lebih sedikit dan meminimalkan biaya produksi.

3.3.1. Sampling Pendahuluan4

Cara melakukan sampling pengamatan dengan sampling pekerjaan juga tidak berbeda dengan dilakukan untuk cara jam henti yaitu yang terdiri dari tiga langkah melakukan sampling pendahuluan, menguji keseragaman data, dan menghitung jumlah kunjungan yang diperlukan. Langkah-langkah ini dilakukan terus sampai jumlah kunjungan mencukupi yang diperlukan untuk tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diperlukan.

2

Pengambilan sampel harus melebihi banyaknya variabel yang akan diukur pada populasi tersebut. Menurut Slovin, ukuran sampel yang dapat diambil adalah:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.5

3.3.2. Pengujian Keseragaman Data6

4

Benjamin Niebel. Method Standards and Work Design. (New York : MC Graw Hill)h.512 5

(6)

Beberapa hal yang berhubungan dengan pengujian keseragaman data. Secara teoritis apa yang dilakukan dalam pengujian ini adalah berdasarkan teori-teori statistik tentang peta kontrol yang biasanya digunakan dalam melakukan pengendalian kualitas di pabrik atau tempat kerja lain.

Langkah yang dilakukan sebelum pngukuran adalah merancang suatu sistem kerja dan cara kerja yang baik. Jadi, yang dihadapi adalah jika suatu sistem yang akan diukur merupakan sistem yang sudah ada maka sistem ini dipelajari untuk kemudian diperbaiki.Perancangan yang baru dan baik harus dilakukan jika sistem belum terdapat sistem.Pengukuran waktu dilakukan pada sistem yang baik.Sistem tersebut dapat menghasilkan waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Walaupun selanjutnya pembakuan sistem yang dipandang baik ini telah dilakukan, seringkali pengukur sebagaimana juga operator tidak mengetahui terjadinya perubahan-perubahan pada sistem kerja. Perubahan adalah sesuatu yang wajar karena bagaimanapun juga sistem kerja tidak dapat tetap dipertahankan terus menerus pada keadaan yang tetap sama. Keadaan sistem yang selalu berubah dapat diterima, asalkan perubahannya adalah memang yang sepantasnya terjadi. Akibatnya, waktu penyelesaian yang dihasilkan sistem selalu berubah-ubah, namun juga mesti dalam batas waktu kewajaran, dengan kata lain keseragaman.

Tugas pengukur adalah mendapatkan data yang seragam. Karena ketidakseragaman dapat datang tanpa disadari maka diperlukan suatu alat yang dapat mendeteksi hal tersebut. Sekelompok data dikatakan seragam bila berada

(7)

di antara kedua batas kontrol yaitu in control dan out of control. Data in control

adalah data yang berada pada batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Sedangkan data out of control adalah data yang berada di luar batas kontrol atas dan batas kontrol bawah.

Data yang diharapkan dari hasil pengamatan akan ditetapkan dalam sebuah peta kontrol yang memiliki batasan kontrol sebagai berikut :

1. BKA = + k

2. BKB = - k

=

Dimana : pi

= persentase terjadinya kejadian rata-rata, dinyatakan dalam desimal n = jumlah pengamtan yang dilaksanakan per siklus waktu kerja k = harga indeks besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan k = 3 (tingkat keyakinan 99%)

= 2 (tingkat keyakinan 95%) = 1 (tingkat keyakinan 68%)

(8)

3.3.3. Perhitungan Jumlah Pengamatan yang Diperlukan7

Dimana:

N = jumlah pengamatan yang perlu dilakukan p = persentase produktif

s = tingkat ketelitian

k = harga indeks dari tingkat kepercayaan yang diambil

Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan dari hasil pengamatan. Asumsi bahwa terjadinya kejadian seorang operator akan bekerja atau menganggur mengikuti pola distribusi normal, maka untuk mendapatkan jumlah pengamatan yang harus dilakukan dapat dicari berdasarkan rumus:

3.3.4. Pengukuran Akurasi Work Sampling8

Akurasi dari hasil work sampling sebaiknya dipertimbangkan untuk menentukan derajat akurasi dari hasil observasi. Pengukuran yang dilakukan dengan akurasi sebesar ±5% dapat dianggap memuaskan. Hal ini terkadang dapat dianggap sebagai standar error. Rumus yang digunakan untuk menghitung akurasi dari observasi work sampling adalah sebagai berikut ini.

Sp = k

7

(9)

Dimana :

S = Tingkat akurasi relatif

p = Persentasi hasil aktivitas yang diukur,

merupakan persentasi total hasil pengamatan, ditulis dalam bentuk desimal.

3.3.5. Rating Factor dan Allowance

N = Ukuran sampel

k = harga indeks dari tingkat kepercayaan yang diambil

9

1. Skill dan Effort Rating

Penilaian perlu dilakukan karena berdasarkan itu dapat dilakukan penyesuaian, dan pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian.

Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal maka harga p akan lebih besar dari 1 (p>1) dan sebaliknya jika operator bekerja di bawah normal maka harga p akan lebih kecil dari 1 (p<1), dan andaikan pengukur berpendapat bahwa operator bekerja secara wajar maka harga p akan sama dengan 1 (p=1).

Beberapa sistem untuk memberikan rating yang umumnya diaplikasikan dalam aktivitas pengukuran kerja, antara lain:

9

(10)

Skill didefenisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ke tingkat tertentu saja, tingkat yang merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan.Keterampilan juga dapat menurun, yaitu bila terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut atau karena sebab-sebab lain seperti karena kesehatan yang terganggu, rasa fatique yang berlebihan, pengaruh lingkungan social dan sebagainya.

2. Westinghouse System’s Rating

Cara Westinghouse mengarahkanpenilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja. Adapun 4 faktor tersebut antara lain:

a. Keterampilan atau skill, didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ke tingkat tertentu saja.

b. Usaha, adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau yang diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Usaha atau effort ini dibagi atas 6 kelas usaha dengan ciri-cirinya, yaitu:

c. Kondisi kerja atau condition, adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, suhu, dan kebisingan ruangan. Kondisi kerja merupakan sesuatu di luar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan mengubahnya.

(11)

masalah tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus diperhatikan.

Kelonggaran (Allowance) diberikan berkenaan dengan adanya sejumlah kebutuhan di luar kerja, yang terjadi selama pekerjaan berlangsung. Dalam menghitung besarnya allowance, bagi keadaan yang dianggap wajar diambil harga allowance =100 %. Sedangkan bila terjadi penyimpangan dari keadaan ini, harga p harus ditambah dengan faktor-faktor yang sesuai dengan waktu siklus yang diperoleh dan waktu ini dicapai berdasarkan setiap departemen. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu:

1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (personal)

Yang termasuk didalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekedarnya untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam sewaktu bekerja

2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique.

Fatique merupakan hal yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai akibat dari melakukan suatu pekerjaan.

(12)

3.4. Pengukuran Waktu10

3.4.1. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu

Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku yang dicari bukanlah waktu penyelesaian yang diselesaikan secara tidak wajar seperti terlalu cepat atau terlalu lambat, bukan yang diselesaikan oleh seorang pekerja yang istimewa terampilnya atau lamban dan pemalas, dan bukan pula yang mengerjakannya dalam system kerja yang belum terbaik.

11

10

Iftikar Z. Sutalaksana,. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. (Bandung: ITB), Hal :117

Ada beberapa aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk mendapatkan hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut akan dijelaskan dalam langkah-langkah berikut :

1. Penetapan tujuan pengukuran

Dalam melakukan pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.

(13)

Tujuan utama dari aktivitas pengukuran kerja adalah waktu baku yang harus dicapai oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku yang ditetapkan untuk suatu pekerjaan tidak akan benar apabila metoda untuk melaksanakan pekerjaan tersebut berubah, material yang dipergunakan sudah tidak lagi sesuai dengan spesifikasi semula, kecepatan kerja mesin atau proses produksi lainnya berubah pula, atau kondisi-kondisi kerja lainnya sudah berbeda dengan kondisi kerja pada saat waktu baku tersebut ditetapkan jadi waktu baku pada dasarnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu sistem kerja yang dijalankan pada saat pengukuran berlangsung sehingga waktu penyelesaian tersebut juga hanya berlaku untuk sistem kerja tersebut. 3. Memilih operator

Operator yang melakukan pekerjaan harus memenuhi persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Operator yang dipilih adalah pekerja yang pada saat pengukuran dilakukan dapat bekerja secara wajar dan operator mampu bekerja sama dengan pengamat (tidak terpengaruh dengan kehadiran si pengamat).

4. Melatih operator

(14)

sebelum diukur harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan.

5. Menguraikan pekerjaan atas elemen pekerjaan

Disini pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang akan diukur waktu siklusnnya. Waktu siklus adalah waaktu penyelesaian satu satuan produksi sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. 6. Menyiapkan alat-alat pengukuran

Setelah lima langkah diatas dijalankan dengan baik, tibalah sekarang pada langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran yaitu menyiapkan alat-alat yang diperlukan. Alat-alat tersebut adalah :

a. Jam henti

b. Lembaran-lembaran pengamatan c. Pena atau pensil

d. Papan pengamatan

3.5. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu baku12

Jika pengukuran-pengukuran telah selesai maka data waktu yang telah memiliki keseragaman data, jumlahnya telah memenuhi syarat yang diinginkan, maka baru kita dapat menghitung waktu baku. Waktu baku ini sangat diperlukan untuk :

a. Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja)

12

(15)

b. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan atau pekerja. c. Penjadwalan produksi dan penganggaran.

d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan pekerja yang berprestasi.

e. Indikasi keluaran output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja. Waktu baku ini merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini disini sudah meliputi kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut. Dengan demikian maka waktu baku yang dihasilkan dalam aktivitas pengukuran kerja ini akan dapat digunakan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama serta berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Di sisi lain dengan adanya waktu baku yang sudah ditetapkan ini akan dapat pula ditentukan upah ataupun insentif (bonus) yang harus dibayar sesuai dengan performa yang ditunjukkan oleh pekerja (konsep “ a fair day’s work for a fair day’s pay”).

Cara mendapatkan waktu baku dari data yang telah terkumpul yaitu adalah sebagai berikut :

Hitung waktu siklus rata-rata dengan : Ws =

(16)

Dimana p adalah faktor penyesuaian.Faktor ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar, sehingga hasil perhitungan waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan dulu untuk mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar. Jika pekerja bekerja dengan wajar, maka faktor penyesuaiannya p sama dengan 1, artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika bekerja terlalu lambat maka untuk menormalkannya pengukur harus memberi harga p<1 atau p<100%, dan sebaliknya, jika p>1 atau p>100%, artinya dianggap bekerja cepat.

3. Hitung waktu baku dengan :

Dimana 1 adalah kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada pekerja unuk menyelesaikan pekerjaannya di samping waktu normal. Kelonggaran ini diberikan untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang tidak dapat dihindarkan pekerja.Umumnya kelonggaran ini dinyatakan dalam persen dari waktu normal.

13

13

SooWon, Chang.” The Productivity Improvement for Steel Framing Work Efficiency by Work Sampling and 5-minute Rating Technique. Korea Institute of Construction Engineering and

(17)

persentase pekerjaan yang efektif dalam sebuah proyek adalah berbagai dari 50% menjadi 20% yang tergantung pada jenis dan manajemen proyek.

3.6. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Standar Berdasarkan Waktu Standar14

JTK=

Dimana :

JKP = Jam kerja work

JTK = Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

Untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga kerja standar maka harus dilakukan perhitungan waktu total dalam mengerjakan produk, yaitu:

Wt = Ws x Yi

Dimana:

Wt = Waktu total pengerjaan seluruh produk Ws = Waktu standar

Yi = Jumlah Permintaan produk

Jumlah kebutuhan tenaga kerja standar adalah:

14

(18)

3.7. Klasifikasi Biomekanika15

Biomekanika adalah jabaran ilmu yang berhubungan dengan gaya dan pembebanan tubuh. Bimekanika dibagi atas beberapa bagian diantaranya adalah: 1. General Biomechanic

General Biomechanic adalah bagian dari biomekanika yang berbicara

mengenai hukum dan konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

a). Biostatics mechanics adalah merupakan ilmu pengetahuan mengenai struktur organ-organ dalam hubungannya dengan gaya yang dihasilkan oleh interaksinya. Biostatics mechanics menunjukkan kebutuhan dasar untuk mengetahui gaya-gaya pada setiap segmen tubuh manusia. Elemen dasar dalam melakukan perhitungan gaya yang diperlukan adalah tinggi badan (H) dan berat badan (W) dan free body

dikembangkan menjadi analisis dalam perhitungan.

Biostatisc mechanics mempertimbangkan tubuh yang kaku dalam gerakan duadimensi. Analisis akan mempertimbangkan ukuran tubuh sebagaimana gaya yang berbeda dengan gaya eksternal dan diaplikasikan dalam poin yang berbeda. Tubuh dalam hal ini diasumsikan kaku, tubuh yang kaku merupakan salah satu yang tidak mengalami perubahan bentuk. Prosedur umum untuk menganalisis gaya dan momen yang dihasilkan dalam tubuh yang kaku dalam dua dimensi untuk kondisi keseimbangan statis dapat dilakukan dengan :

15

(19)

1. Gambarkan diagram free-body setiap elemen tubuh yang terkait.

2. Tentukan titik koordinat x dan y dan tunjukkan arah positif untuk seiap perpindahan translasi maupun rotasi.

3. Untuk free-body, aplikasikan kondisi yang dibutuhkan untuk keseimbangan perpindahan translasi maupun rotasi.

4. Selesaikan persamaan diatas secara simultan untuk parameter yang tidak diketahui.

Biostatisc mechanics dalam perhitungannya juga membutuhkan

strukturpendukung sederhana, hubungan yang spesifik dan alalt-alat pendukung digunakan dalam sistem mekanik teristimewa ketika menunjukkan hubungan analisis keseimbangan statis dari analisis sistem muskuloskeletal. Hubungan anatara yang dimaksud menggambarkan sebuah balok yang merupakan bagian setiap tubuh yang dihubungkan dengan balok lain atau segmen tubuh yang lain. Hal ini digunakan untuk mempermundah dalam setiap perhitungan dalam

Biostatisc mechanics.

Biostatisc mechanics mengkaji tentang otot sebagai pusat

(20)

Sesudah menentukan anatomi dan merancang model analitis pada setiap segmen tubuh manusia, ahli human factor harus mengidentifikasi aplikasi yang cocok agar mendapatkan informasi yang berguna untuk merancang perhitungannya.

3.8. Macam-macam Persamaan Pembebanan 3.8.1. RWL (Recommended Weight Limit)16

16

Soleman,Alimah.”Analisis Beban Kerja Ditinjau Dari Faktor Usia Dengan Pendekatan

Recommended Weight Limit (RWL) merupakan rekomendasi batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secararepetitive dan dalam jangka waktu yang cukup lama.RWL ini ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat. Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan :

1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun pengurangan beban ditengah-tengah pekerjaan.

2. Beban diangkat dengan kedua tangan.

3. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu maksimal8 jam.

4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau berlutut.

(21)

17

Analisa menggunakan persamaan RWL dan indeks tambahan untuk menentukan fisik kumulatif keseluruhan beban stasiun angkat. Analisis digunakan dalam kegiatan mengangkat di mana bobot dan tinggi bervariasi.

Sikap dan kondisi sistem kerja pengangkatan beban dalam proses pemuatan barang yang dilakukan oleh pekerja dalam eksperimen, penulis melakukan pengukuran terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengangkatan beban dengan acuan ketetapan NIOSH. Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk diangkat seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sebagai berikut:

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM Keterangan :

RWL: Batas beban yang direkomendasikan

LC : Konstanta pembebanan = 23 kg HM : Faktor pengali horizontal = 25/H

VM : Faktor pengali vertikal = 1 - 0.003│V-69│ DM : Faktor pengali perpindahan = 0.82 + 4.5/D AM : Faktor pengali asimetrik = 1 – 0.0032 A FM : Faktor pengali frekuensi

CM : Faktor pengali kopling (handle)

Untuk pekerja Indonesia, terdapat perbedaan dalam menentukan VM dan AM, yakni :

17

(22)

a. Untuk VM

VM = 1 – 0.0132 (V-69)

untuk pengangkatan dengan ketinggian awal di atas 69 cm. VM = 1 – 0.0145 (69-V)

untuk pengangkatan dengan ketinggian awal di bawah 69 cm. b. Untuk AM

Dimana A merupakan sudut asimetrik yang merupakan sudut yang dibentuk antara garis asimetrik dan pertengahan garis sagital.

o

3.8.2. LI (Lifting Index)

Setelah diketahui nilai RWL, selanjutnya dilakukan perhitungan Lifting Index, untuk mengetahui apakah pengangkatan yang dilakukan memiliki risiko cidera. Lifting Index digunakan untuk mengestimasi tingkat tegangan fisik dalam suatu kegiatan pemindahan material secara manual.

Persamaan dari Lifting Index adalah:

Lifting Index = Berat Aktual/RWL Dengan interpretasi:

LI <1 : Tidak berpotensi menimbulkan resiko LI >1 : Berpotensi menimbulkan resiko

(23)
(24)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Es Siantar yang berlokasi di Jalan Pematang, Kota Pematang Siantar, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2016 sampai bulan Januari 2017.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis kerja dan aktivitas yang merupakan bagian dari penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan seseorang atau sekelompok orang agar mendapat rekomendasi untuk berbagai keperluan, dimana digunakan kombinasi tool antara data kasus gangguan pada punggung bagian belakang dan gangguan tulang belakang, data elemen kerja (work sampling), data biomekanika yang diambil dengan menggunakan kuesioner Nordic Questionnaries, wawancara dan perhatian managemen [21].

4.3. Objek Penelitian

(25)

beban fisik yang diterima operator selama bekerja pada bagian sortasi di PT. Es Siantar.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Dependen

18

a. Jumlah operator optimum

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel lain. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2. Variabel Independen

19

Variabel independen dalam penelitian ini merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif:

a. Jam kerja

b. Jenis kegiatan operator c. Waktu idle operator d. Lifting Index (LI),

e. Recommended weight limit (RWL) 3. Variabel Moderator

20

18

Sukaria, Sinulingga, Metode Penelitian, (Medan: USU Press, 2015), hlm 85. 19

Ibid, hlm 86. 20

Ibid, hlm 87.

(26)

a. Persentase produktif berdasarkan work sampling

b. Nilai beban kerja berdasarkan biomekanika

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual dapat mempermudah peneliti dalam pengambilan data dan pengolahan data.Kerangka konseptual menunjukkan hubungan logis antara variabel-variabel yang telah diidentifikasi yang penting dan menjadi fondasi dalam melaksanakan penelitian.Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Lifting Index (LI)

Jenis kegiatan operator

Waktu idle

Jam kerja operator

Persentase produktif berdasarkan work

(27)

Defenisi oprasional:

1. Recommended Weight Limit (RWL) merupakan rekomendasi batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitive dan dalam jangka waktu yang cukup lama.

2. Lifting Index (LI) adalah index yang menyatakan suatu pekerjaan mengandung resiko cedera tulang belakang atau tidak.

3. Jenis kegiatan operator adalah aktivitas yang dilakukan pekerja terhadap pekerjaannya

4. Waktu idle adalah waktu tidak produktif yang dilakukan pekerja.

5. Jam kerja operator adalah batas waktu pekerja untuk melakukan pekerjaan. 6. Nilai beban kerja berdasarkan biomekanika adalah nilai beban kerja yang

diperoleh dari perhitungan RWL dan LI secara objektif.

7. Persentase produktif berdasarkan work sampling adalah nilai yang didapat dari perhitungan idle dan work dari operator sehingga dapat menentukan

produktivitas pekerja.

4.6. Blok Diagram Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai : 1. Tahap awal penelitian yaitu studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi

awal dengan observasi dan wawancara serta studi literatur tentang metode pemecahan masalah yang digunakan dan teori pendukung lainnya.

(28)

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah beban kerja yang dialami oleh operator pengangkutan krat pada stasiun sortasi.

3. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data dengan melakukan peninjauan secara langsung pada bagian produksi di PT Es Siantar. Data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu:

a. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran langsung terhadap objek penelitian di lapangan antara lain:

1) Hasil penyebaran SNQ 2) Foto operator.

3) Hasil pengamatan work idle

4) Jumlah produk yang dihasilkan setiap operator. 5) Rating factor dan allowance

b. Data sekunder berupa data umum perusahaan yang menyangkut visi, misi, sejarah perusahaan, struktur organisasi dan informasi-informasi lainnya, seperti gambaran tentang kondisi secara umum yang terjadi di perusahaan dengan teknik wawancara, uraian tugas pokok pekerja di bagian fungsi yang diteliti yang biasanya berupa dokumentasi dan arsip-arsip resmi. 4. Pengolahan data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan.

5. Analisis terhadap hasil pengolahan data.

6. Kesimpulan dan saran diberikan untuk penelitian

(29)

MULAI

Studi Pendahuluan 1. Kondisi Pabrik

2. Kondisi bagian proses produksi pabrik

Keluhan operator pada tubuh dalam proses pengangkatan krat sehingga diperlukan analisis terhadap produktifitas dan beban kerja operator agar

dapat mengoptimalkan Produktivitas tenaga kerja

Pengumpulan Data 1. Data primer

- Hasil penyebaran kuisoner SNQ - Foto Operator

- Jumlah produk yang dihasilkan operator - Hasil pegamatan work idle

- Allowance dan Rating Factor

2. Data sekunder

- Uraian tugas pokok pekerja -Jam kerja operator

- Gambaran umum perusahaan -Jumlah hari kerja

- Struktur organisasi perusahaan -Jumlah permintaan produk - Jumlah pekerja tetap

Pengolahan Data - Penentuan jumlah pengamatan

- Penentuan kategori work dan idle

- Penentuan rating factor dan allowance

- Perhitungan persentase waktu produktif pekerja - Uji keseragaman data

- Uji kecukupan data

- Perhitungan beban kerja berdasarkan biomekanika - Perhitungan jumlah operator optimum

Analisis Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

(30)

4.7. Pengumpulan Data 4.7.1. Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan juga data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran langsung terhadap objek penelitian di lapangan antara lain:

a. Hasil penyebaran SNQ b. Foto operator.

c. Hasil pengamatan work idle

d. Jumlah produk yang dihasilkan setiap operator. e. Rating factor dan allowance

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tempat objek penelitian dan bukan pengukuran langsung terhadap objek penelitian di lapangan, data sekunder yang diperoleh sebagai berikut:

a. Uraian tugas pokok pekerja b. Gambaran umum perusahaan c. Struktur organisasi perusahaan d. Jumlah pekerja tetap

e. Jam kerja operator f. Jumlah hari kerja

(31)

4.7.2. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrument penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Meteran sebagai intrumen untuk mengukur jarak pengerjaan pada operator. 2. Kamera sebagai instrumen untuk mengambil gambar dan merekam

3. Lembar SNQ, digunakan untuk melihat keluhan awal pada bagian tubuh 4. Penunjuk waktu, digunakan untuk melakukan pengukuran waktu kerja

terhadap operator yang diamati.

5. Lembar pengamatan dan alat tulis, digunakan pada kegiatan pengamatan waktu kerja operator yang diamati.

4.7.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Menentukan stasiun kerja yang akan diteliti

Penentuan stasiun kerja bagian sortasi botol. Mencatat elemen kerja operator.

Mencatat banyaknya elemen kerja yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Menentukan jenis work dan idle operator.

Menentukan work dan idle untuk menghitung produktivitas dari operator.

4. Data rating factor.

(32)

5. Data allowance.

Menentukan allowance operator berdasarkan faktor tenaga yang dikeluarkan, sikap kerja, gerakan kerja, kelelahan mata, keadaan temperatur tempat kerja, keadaan atmosfer, keadaan lingkungan yang baik, dan kebutuhan pribadi. 6. Mengambil foto.

Mengambil foto berdasarkan gerakan mengangkat dari operator untuk pengolahan biomekanika.

4.8. Metode Pengolahan Data

Pada tahap ini, data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan diolah sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan. Dalam penelitian ini, ada beberapa teknik analisis data yang digunakan, yaitu:

Penetapan jumlah pengamatan

Jumlah pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah jam kerja yang disesuaikan dengan interval waktu yang ditetapkan. Yang hasilnya kemudian diacak untuk menetapkan waktu pengamatan terpilih

2. Pengamatan sampling kerja

Pengamatan sampling kerja dilakukan untuk mengetahui aktivitas setiap operator dalam melakukan kegiatannya.Aktivitas operator dibagi menjadi dua, yaitu aktivitas produktif (A) dan aktivitas non produktif (B).

(33)

pengamatandimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah produk yang dapat dihasilkan oleh pekerja dengan jam kerja yang ada.

4. Penentuan rating factor dan allowance

Penentuan rating factor dan allowance bertujuan untuk mengetahui seberapa besar rating factor dan allowance yang dilakukan operator dalam melakukan pekerjaannya, sehingga dengan adanya rating factor dan allowance ini dapat diketahui waktu standar operator dalam menyelesaikan pekerjaannya.

5. Perhitungan produktivitas operator

Perhitungan produktivitas operator dilakukan untuk mengetahui persentase produktivitas operator.

6. Uji keseragaman data

Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulan telah seragam atau belum yang ditandai dengan tidak adanya data yang out of control. Uji keseragaman data dilakukan dengan tingkat kepercayaan 21

7. Uji kecukupan Data

95 % dimana tingkat kepercayaan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh benar dan seuai, dalam penelitian ini tingkat ketelitian 5 %.dimana tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya.

Uji Kecukupan data dilakukan untuk setiap hari pengamatan dan uji kecukupan data untuk setiap operator untuk mengetahui apakah pengamatan

21

(34)

yang dilakukan telah mencukupi atau tidak, dimana jika pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) lebih kecil dari jumlah pengamatan yang telah dilakukan (N).(N’≤N) maka data telah mencukupi dan pengamatan dihentikan.22

8. Perhitungan derajat ketelitian dari data pengamatan

Uji kecukupan data dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dimana angka 95% menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi benar dan sesuai dan tingkat keteliatian 5% menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya.

Perhitungan derajat ketelitian dari data pengamatan dilakukan untuk menentukan apakah hasil pengamatan yang didapatkan bisa dikategorikan cukup teliti.23

9. Perhitungan waktu standar

Tingkat kepercayaan yang dipakai adalah 95 % dimana angka 95% menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi benar dan sesuai dan tingkat keteliatian 5% menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya.

Perhitungan waktu standar dilakukan untuk mengetahui berapa waktu standar yang diperlukan operator dalam melakukan proses pengepakan yang disesuaikan dengan total waktu pengamatan, rating factor dan

allowance.

22

(35)

10. Pengolahan biomekanika

Pengolahan biomekanika dilakukan untuk mengetahui beban dan resiko cedera dari beban yang diangkat oleh operator.

4.9. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan untuk melihat produktivitas operator dengan metode work sampling dan beban kerja operator dengan metode biomekanika

sehingga didapat mengurangi beban kerja operator.

4.10. Kesimpulan dan Saran

(36)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dibagi dua yaitu data primer dimana, data primer didapat dengan metode langsung dan metode tidak langsung atau berupa data, metode langsung dengan pengamatan langsung dengan metode work sampling

dan metode tidak langsung melalui penyebaran kuesioner SNQ. Berdasarkan hasil kuesioner SNQ yang disebar pada operator bagian sortasi didapatkan bahwa bagian punggung, pinggang, lengan, tangan, dan kaki merupakan bagian yang paling sering dikeluhkan oleh operator bagian sortasi pada saat proses pengangkatan krat.

Pengamatan dengan metode work sampling dilakukan pada stasiun sortasi di PT. Pabrik Es Siantar. Pengamatan work sampling dilakukan selama 3 hari kerja. Pengamatan dimulai pada hari senin, 4 Oktober 2016 sampai dengan hari rabu 6 Oktober 2016.Pengamatan dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB (istirahat pukul 12.00-13.00 WIB) dengan menentukan

(37)

Tabel 5.1, dimana pada kuesioner SNQ tidak sakit bobotnya 0, agak sakit bobotnya 1, sakit bobotnya 2 dan sangat sakit bobotnya 3. Pada Gambar 5.1. menunjukkan bagian-bagian tubuh operator yang mengalami keluhan, dimana bagian tubuh yang diberi tanda merah merupakan bagian tubuh operator yang mengalami keluhan sangat sakit.

(38)

Tabel 5.1. Rekapitulasi SNQ

14 Keluhan pada pergelangan tangan kiri 2

15 Keluhan pada pergelangan tangan kanan 1 1

16 Keluhan pada tangan bagian kiri 1 1

24 Keluhan pada pergelangan kaki kiri 2

25 Keluhan pada pergelangan kaki kanan 1 1

26 Keluhan pada kaki kiri 1 1

27 Keluhan pada kaki kanan 2

(39)

5.1.1. Penentuan Waktu Pengamatan

Penentuan waktu pengamatan dilakukan secara random mulai pukul 08.00

WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB (istirahat pukul 12.00-13.00 WIB).Interval waktu pengamatan selama 3 menit. Waktu pengamatan dilakukan secara randominisasi yaitu dengan menggunakan bantuan program excel komputer.

Untuk menentukan banyaknya bilangan random yang diperlukan selama total waktu kerja dapat dilihat dari perhitungan berikut ini :

(40)
(41)

Tabel 5.2. Pengamatan Berdasarkan Interval Waktu (Lanjutan) Sumber : Pengumpulan Data

5.1.2. Penentuan Jumlah Sampel

24

24

Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian, (Medan: USU Press, 2015), hlm 217.

Jumlah sampel dari waktu kerja yang diperlukan untuk pengamatan dapat ditentukan dengan menggunakan metode pengambilan sampel slovin.Berikut perhotungan jumlah sampel.

Diketahui:

(42)

N = Populasi

e = error dengan nilai presisi 95% / sig. = 0,05

Hasil dari perhitungan diatas menunjukkan penelitian ini diambil sebanyak 104 kali pengamatan dalam satu hari. Pengamatan dilakukan dengan metode randominisasi. Metode ini dibantu dengan microsoftexcel untuk menentukan saat pengamatan. Berikut waktu pengamatan hasil metode randominisasi dengan

(43)

Tabel 5.3. Waktu Pengamatan Hasil Randominisasi

(44)

5.1.3. Pengamatan Sampling Kerja

Pengamatan sampling kerja dilakukan terhadap 2 orang operator bagian sortasi pada saat proses pengangkatan krat. Operator yang diamati adalah yang bekerja secara normal dan wajar yaitu operator dapat melaksanakan pekerjaan dengan cukup berpengalaman pada saat bekerja, melaksanakan pekerjaannya tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Ada dua kategori aktivitas yang diamati pada masing-masing operator tersebut yaitu aktivitas work dan aktivitas idle. Aktivitas work untuk seluruh operator sebagai berikut:

Aktivitas Work :

- Mengangkat krat dari tumpukan krat

Operator mengambil krat dari tumpukkan krat yang sudah disusun dan dibawa dengan forklift.

- Mengambil sampah dibotol

Operator mengambil sisa sampah berupa sedotan atau plastik yang masih ada didalam botol.

- Menyusun krat di conveyor

Operator menyusun krat yang sudah diambil ke conveyor.

(45)

Operator meletakkan botol kosong ke bagian pencucian dengan menggunakan alat khusus.

- Menyusun krat kosong

Krat yang sudah kosong ditumpuk sementara didekat operator.

-Mendorong krat kosong ke bagian penyimpanan

Operator mendorong tumpukkan krat kosong ke bagian penyimpanan.

Hasil pengamatan sampling kerja dapat dilihat pada lampiran dan data hasil pengamatan sampling kerja untuk masing-masing operator dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Pengamatan Sampling Kerja

Operator Aktifitas Hari

1 2 3

Sumber : Pengumpulan Data

(46)

Tabel 5.5 Jumlah Produk

Sumber : Data PT. Pabrik Es Siantar

5.1.4. Penentuan Rating Factor

Penentuan rating factor menggunakan metode westinghouseyang mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja. Hal tersebut meliputi: keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing. Penentuan rating factor sesuai dengan metode

westinghouse untuk masing-masing pekerja dapat dilihat seperti berikut:

1. Operator 1

a. Keterampilan

Untuk keterampilan, operator 1 yang diamati digolongkan kedalam kelas

Average(D). Hal ini dikarenakan pekerja didalam melaksanakan

(47)

Untuk faktor usaha, operator 1 yang diamati digolongkan kedalam kelas Good (C2).Hal ini dikarenakan operator menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang.

c. Kondisi Kerja

Untuk kondisi kerja yang dijalankan oleh operator selama bekerja digolongkan dalam kelas Average (D).Hal ini dikarenakan kondisi stasiun kerja tersebut cukup baik.Penerangan sudah terpenuhi meskipun dalam ruangan timbul bau-bauan dan suara-suara namun tidak menggangu pekerja dalam melakukan pekerjaannya.

d. Konsistensi

Konsistensi dari operator yang diamati termasuk kedalam kelas

Average(D).Hal ini dikarenakan pekerja dapat mempertahankan kecepatan kerjanya danmenghasilkan pekerjaan yang tidak jauh berbeda.Rating factor

operator 1 dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut:

Tabel 5.6 Rating factor Operator 1

No Rating Factor Nilai

1 Keterampilan : Average (D) +0,00 2 Usaha : Good (C2) +0,02 3 Kondisi Kerja : Average (D) +0,00 4 Konsistensi : Average (D) +0,00

Total +0,02

(48)

2. Operator 2

a. Keterampilan

Untuk keterampilan, operator 2 yang diamati digolongkan kedalam kelas

Average (A).Hal ini dikarenakan pekerja didalam melaksanakan

pekerjaannyatampak cukup terlatih mengetahui pekerjaannya. Gerakan-gerakan kerjanya juga cukup baik dan menunjukkan tidak adanya keragu-raguan

b. Usaha

Untuk faktor usaha, operator 2 yang diamati digolongkan kedalam kelas Good Effort (C2).Hal ini dikarenakan operator tampak bekerja dengan senanghati, stabil dan hasil pekerjaannya cukup memuaskan.

c. Kondisi Kerja

Untuk kondisi kerja yang dijalankan oleh operator selama bekerja digolongkan dalam kelas Average (D).Hal ini dikarenakan kondisi stasiun kerja tersebut cukup baik.Penerangan sudah terpenuhi meskipun dalam ruangan timbul bau-bauan dan suara-suara namun tidak menggangu pekerja dalam melakukan pekerjaannya.

d. Konsistensi

(49)

pekerjaan yang tidak jauh berbeda hasilya.Rating factor operator 2 dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Rating factor Operator 2

No Rating Factor Nilai

1 Keterampilan : Good (C2) +0,00 2 Usaha : Good (C2) +0,02 3 Kondisi Kerja : Average (D) +0,00 4 Konsistensi : Good (C) +0,01

Total +0,03

Sumber : Pengumpulan Data

5.1.5. Penentuan Kelonggaran (Allowance)

Ada beberapa kelonggaran yang diberikan kepada tenaga kerja diantaranya adalah kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique serta hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Faktor-faktor allowance yang diberikan kepada operator dalam menyelesaikan proses pengepakan adalah sebagai berikut:

1. Operator 1

a. Tenaga yang dikeluarkan

(50)

b. Sikap kerja

Hasil pengamatan: bekerja secara berdiri, bertumpu pada kedua kaki

c. Gerakan kerja

Hasil pengamatan: sulit, membawa beban berat yaitu krat .

d. Kelelahan mata

Hasil pengamatan: pandangan yang terputus-putus.

e. Keadaan temperatur tempat kerja

Hasil pengamatan: temperatur ruangan dalam keadaan normal .

f. Keadaan atmosphere

Hasil pengamatan: keadaan atmosphere normal.

g. Keadaan lingkungan

Hasil pengamatan: Siklus kerja berulang-ulang antara 5 - 10 detik.

h. Kebutuhan pribadi

(51)

Tabel 5.8 Allowance Operator 1

No Faktor Nilai

1 Tenaga yang dikeluarkan 10,0

2 Sikap Kerja 1,5

3 Gerakan Mata 1,0

4 Kelelahan Mata 0,5

5 Keadaan temperature tempat kerja 1,0

6 Keadaan Atmosphere 2,0

7 Keadaan Lingkungan 1,0

8 Kebutuhan Pribadi 1,0

Total 18

Sumber : Pengumpulan Data

2. Operator 2

a. Tenaga yang dikeluarkan

Hasil pengamatan: bekerja secara berdiri, mengeluarkan tenaga untuk mengangkat botol dan juga krat.

b. Sikap kerja

Hasil pengamatan: bekerja secara berdiri, bertumpu pada kedua kaki.

c. Gerakan kerja

Hasil pengamatan: agak terbatas saat mengambil botol dari krat, karena ada

conveyor.

(52)

Hasil pengamatan: pandangan yang terputus-putus.

e. Keadaan temperatur tempat kerja

Hasil pengamatan: temperatur ruangan dalam keadaan normal .

f. Keadaan atmosphere

Hasil pengamatan: keadaan atmosphere normal.

g. Keadaan lingkungan

Hasil pengamatan: Siklus kerja berulang-ulang antara 0 - 5 detik

.

h. Kebutuhan pribadi

Hasil pengamatan: allowance untuk kebutuhan pribadi pekerja pria, untuk melepas dahaga, melepas ketegangan fisik, ke kamar mandi. Allowance untuk operator 2 dapat dilihat pada Tabel 5.9.berikut:

Tabel 5.9 Allowance Operator 2

No Faktor Nilai

1 Tenaga yang dikeluarkan 8

2 Sikap Kerja 1,5

3 Gerakan Mata 1,0

4 Kelelahan Mata 0,5

5 Keadaan temperature tempat kerja 1,0

6 Keadaan Atmosphere 1,0

7 Keadaan Lingkungan 1,0

8 Kebutuhan Pribadi 1,0

Total 15

(53)

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Perhitungan Work Pada Operator

Perhitungan work operator dilakukan untuk mengetahui persentase work operator sebelum menguji keseragaman dan kecukupan data. Perhitungan tersebut dilakukan untuk mengetahui rata-rata persentase work seluruh operator. Dari perhitungan work ini juga diketahui seberapa besar persentase aktivitas tidak bekerja (idle). Persentase work pada operator dapat dicari dengan menggunakan persamaan di bawah ini.

Dari tabel hasil pengamatan sampling kerja maka didapat persentase

work masing-masing operator terdapat pada Tabel 5.10. dan hingga Tabel 5.11.

5.2.2. Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data berfungsi untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan telah seragam atau belum. Keseragaman data ditandai dengan tidak adanya data yang out of control.Uji keseragaman data dilakukan pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5%.Ini berarti bahwa tingkat ketelitian yang menunjukkan penyimpangan maksimal dari pengukuran sebesar 5%.Dan tingkat kepercayaan peneliti terhadap hasil pengukuran sebesar 95%. Untuk uji keseragaman data digunakan persamaan sebagai berikut:

(54)

BKB = - k

BKA = 0,8846+ 2 0,9473 Untuk operator 1

BKB = 0,8846- 2 0,8220

Perhitungan diatas dapat digunakan untuk peta kontrol uji keseragaman untuk operator 1 yang ditunjukkan pada Gambar 5.2.

Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.2. Peta Kontrol Produktifitas Operator I

(55)

Perhitungan di atas dapat digunakan untuk peta kontrol uji keseragaman untuk operator 2 yang ditunjukkan pada Gambar 5.3.

Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.3. Peta Kontrol Produktivitas Operator 2

Perhitungan dan gambar di atas menunjukkan bahwa data berada dalam batas kontrol sehingga dapat disimpulkan bahwa data seragam. Batas kontrol untuk work

masing-masing operator dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12. Batas Kontrol Setiap Operator

Operator N Presentase BKA BKB Keterangan

1 104 0,8846 0,9473 0,8220 Seragam

2 104 0,8910 0,9521 0,8299 Seragam

0,7600 0,8100 0,8600 0,9100 0,9600 1,0100

1 2 3

(56)

5.2.3. Uji Kecukupan Data

Banyaknya pengamatan yang dilakukan dalam sampling kerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan dari hasil pengamatan.Uji kecukupan data dilakukan pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian yang dikehendaki 5%.Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan telah mencukupi atau belum.Dimana jika N’

Namun jika N

N maka data telah mencukupi dan pengamatan dihentikan.

≥ N maka data belum mencukupi dan pengamatan harus

dilanjutkan hingga data mencukupi. Karena data yang dikumpulkan telah seragam, selanjutnya dilakukan uji kecukupan data dengan persamaan:

Dimana:

N

K = Harga indeks yang besarnya tergantung dari tingkat kepercayaan yang = Jumlah pengamatan yang diperlukan

diambil (dilihat dari tabel, dimana dengan ketelitian 5% nilai k= 1,96)

P = Work rata-rata operator (bentuk desimal)

(57)

Karena N’

Tabel 5.13. Uji Kecukupan Data Tiap Operator

≤ N (208,6956 ≤ 312) maka data sudah mencukupi. Dari hasil

perhitungan diatas maka uji kecukupan data untuk tiap operator dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Operator N N’ %P Keterangan

1 312 208,6956 0,8846 Cukup

2 312 195,6835 0,8910 Cukup

5.2.4. Uji Akurasi

Setelah didapatkan hasil dari uji kecukupan, maka diperlukan suatu perhitungan untuk menentukan apakah hasil pengamatan yang didapat bisa dikatagorikan cukup teliti. Perhitungan dengan menggunakan tingkat keyakinan sebesar 95%.Rumus yang digunakan untuk menghitung akurasi dari observasi

work sampling adalah sebagai berikut.

S = k

Dimana :

S = Tingkat akurasi relatif

(58)

merupakan persentasi total hasil pengamatan, ditulis dalam bentuk desimal.

k = Harga indeks dari tingkat kepercayaan yang diambil yaitu 1,96 N = Ukuran sampel

Maka tingkat ketelitian untuk pengamatan yang telah dilakukan adalah:

S = 1,96

Karena harga S = ± 35,00% adalah lebih kecil dari 5% (derajat ketelitian yang dikehendaki) maka jumlah 312 kali pengamatan acak yang telah

dilaksanakan, memenuhi ketelitian yang ditetapkan. =0,0350

5.2.5. Perhitungan Waktu Standar

Perhitungan waktu standar dilakukan untuk mengetahui seberapa besar waktu yang dibutuhkan pekerja dalam melakukan proses pengepakan berdasarkan

rating factor dan allowance yang dimiliki oleh operator tersebut. Dengandemikian waktu standar yang dihasilkan dalam pengamatan ini akan digunakan sebagai alat untuk menentukan jumlah tenaga kerja standar. Rumus yang digunakan untuk menghitung waktu standar adalah sebagai berikut.

Ws = x

Dimana :

(59)

WT = Working Time

RF = Rating Factor

∑Yi = Jumlah Produk yang dihasilkan All = Allowance (kelonggaran)

Ws = x Waktu standar untuk operator 1

Ws = 0.0577

Adapun waktu standar operator yang lain dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14. Waktu Standar Tiap Operator

Operator Working

Waktu standar rata-rata = =0,0572 menit

(60)

Untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga kerja standar maka harus dilakukan perhitungan waktu total dalam mengerjakan produk, yaitu:

Wt = Ws x Yi

Dimana:

Wt = Waktu total pengerjaan seluruh produk

Ws = Waktu standar

Yi = Jumlah yang diproduksi

Jumlah kebutuhan tenaga kerja standar adalah:

JTK=

Dimana :

JKP = Jam kerja work

JTK = Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

Berdasarkan data di atas maka dapat ditentukan jumlah operator optimum yang dibutuhkan di stasiun sortasi bagian pengangkatan krat di PT. Pabrik Es Siantar sebagai berikut.

- Jumlah botol yang diproduksi 23000/hari

- Waktu standar rata-rata = 0,0572menit

(61)

= 0,0572x 23000

= 1315,6

- JKP = (Total waktu kerja periode x 60)

= (7 x 60)

= 420

- JTK =

= 3,1323 ≈ 4 orang

(62)

5.3. Penilaian Biomekanika dengan Metode RWL dan LI

5.3.1. Operator Pengangkatan Krat di Bagian Sortasi

Berikut ini data pengamatan yang didapatkan oleh operator bagian pengangkatan di stasiun sortasi di PT. Pabrik Es Siantar

1. Ciri – ciri fisik pada operator

Tabel 5.15. Ciri – ciri Fisik Operator

Operator Umur (tahun) Tinggi badan (Cm)

Berat Badan (Kg)

Operator 1 65 175 75

Operator 2 25 168 70

2. Proses pengangkatan oleh operator I

(63)

Gambar 5.4. Posisi Jarak Horizontal (H) Operator I

Gambar 5.5. Posisi Jarak Horizontal Operator I

(64)

Gambar 5.6. Posisi Jarak (V) Vertikal Operator I

Gambar 5.7.Posisi Jarak Vertikal Operator I

(65)

Gambar 5.8. Jarak Perpindahan (D) Operator 1

(66)

d. A (0) merupakan sudut asimetrik, sudut tubuh pada saat pengangkatan beban, dimana sudut asimetrik yang dibentuk sebesar 114° yang ditunjukkan oleh Gambar 5.10.

(67)

Gambar 5.11. Sudut Asimetrik Operator I

Rekapitulasi jarak dan perpindahan operator yang ditunjukkan oleh Gambar 5.4.sampai 5.7. dapat dilihat pada Tabel 5.16.

Tabel 5.16. Rekapitulasi Proses Pengangkatan Operator I

Operator H (Cm) V (Cm) D (Cm) A(0) Fm Cm Operator

I

20 40 80 114 0,81 1

Keterangan :

H : Jarak hozisontal, dihitung dari beban sampai tulang lengan yang berlawanan arah dengan posisi badan.

V : Jarak vertikal, dihitung dari dasar lantai sampai dengan permukaan atas krat.

D : Jarak A0 – A1, dihitung dari permukaan atas sampai dengan tempat penurunan beban.

A : Sudut assimetrik, sudut tubuh pada saat pengangkatan beban.

Fm : frekuensi 1 pengangkatan/10 menit, dari tabel pengali frekuensi

Cm : tabel coupling multiplier V > 75 cm kategori fair

(68)

a. H (cm) yang merupakan jarak horizontal, dihitung jarak dari beban kerja sampai tulang lengan yang berlawanan arah dengan posisi badan, dimana jarak horizontal operator II yaitu 17 cm yang ditunjukkan oleh Gambar 5.12.

Gambar 5.12.Posisi Jarak Horizontal Operator II

(69)

Gambar 5.13.Posisi Jarak Vertikal Operator II

c. D (cm) merupakan jarak A0 – A1, dihitung dari permukaan atas sampai dengan tempat penurunan beban, dimana jarak perpindahan operator II yaitu 65 cm yang ditunjukkan oleh Gambar 5.14.

Gambar 5.14. Jarak Perpindahan Operator II

(70)

Gambar 5.15. Sudut Asimetrik Operator II

Rekapitulasi jarak dan perpindahan operator yang ditunjukkan oleh Gambar 5.8.sampai 5.11. dapat dilihat pada Tabel 5.17.

Tabel 5.17. Rekapitulasi Proses Pengangkatan Operator II

Operator H (Cm) V (Cm) D (Cm) A(0) Fm Cm Operator

II

17 30 65 52 0,81 1

Keterangan :

H : Jarak horizontal, dihitung dari beban sampai tulang lengan yang berlawanan arah dengan posisi badan.

(71)

V-103

A : Sudut assimetrik, sudut tubuh pada saat pengangkatan beban.

Fm : frekuensi 1 pengangkatan/10 menit, dari tabel pengali frekuensi

Cm : tabel coupling multiplier V > 75 cm kategori fair

5.3.2. Perhitungan Recommended Weight Limit

Berdasarkan data di atas maka dapat ditentukan data proses pengangkatan. Berdasarkan data di atas maka dapat dihitung Recommended Weight Limit(RWL)

tiap operator , dengan rumus sebagai berikut :

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

Dimana:

RWL: Batas beban yang direkomendasikan

LC : Konstanta pembebanan = 23 kg HM : Faktor pengali horizontal = 25/H

VM : Faktor pengali vertikal = 1 - 0.003│V-69│ DM : Faktor pengali perpindahan = 0.82 + 4.5/D AM : Faktor pengali asimetrik = 1 – 0.0032 A FM : Faktor pengali frekuensi

(72)

- LC (konstanta Pembebanan) =23 Operator 1

-HM (Faktor Pengali Horizontal) =25/H

=25/20

=1,2500

-VM (Faktor Pengali Vertikal) =1-(0,00326|V-69|)

=1-(0,00326|40-69|)

=1-((0,00326(29))

=0,9055

-DM (Faktor Pengali Perpindahan) = 0,82 + 4,5/D

= 0,82 + 4,5/80

= 0,82 + 0,0562

= 0,8762

-AM (Faktor Pengali Sudut Asimetrik) =1-((0,0032(A))

=1-((0,0032(114))

(73)

-FM (Faktor Pengali Frekuensi)

Berdasarkan tabel faktor pengali kopling dan tabel pengali frekuensi diperoleh nila FM. Frekuensi angkat/menit sebanyak 1, durasi kerja selama 7 jam dan V ≥ 75 maka diperoleh FM sebesar 0,81.

-CM (Faktor Pengali Pegangan)

Pegangan objek poor dan V >75 diperoleh CM sebesar 1.

Dari rumus diatas dapat dihitung RWL untuk operator 1 sebagai berikut:

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

= 23 x 1,2500 x 0,9055 x 0,8762 x 0,6352 x 0,81 x 1

= 11,7362

Berdasarkan nilai tersebut dapat dilihat bahwa beban angkut maksimal yang dapat diangkat oleh operator adalah sebesar 11,7362 kg jika melebihi angka tersebut maka meningkatkan resiko cedera tulang belakang pada operator I.

- LC (konstanta Pembebanan) =23

Operator 2

-HM (Faktor Pengali Horizontal) =25/H

=25/17

(74)

-VM (Faktor Pengali Vertikal) =1-(0,00326|V-69|)

=1-(0,00326|30-69|)

=1-((0,00326(39))

=0,8729

-DM (Faktor Pengali Perpindahan) = 0,82 + 4,5/D

= 0,82 + 4,5/65

= 0,82 + 0,0692

= 0,8892

-AM (Faktor Pengali Sudut Asimetrik) =1-((0,0032(A))

=1-((0,0032(52))

=0,8336

-FM (Faktor Pengali Frekuensi)

Berdasarkan tabel faktor pengali kopling dan tabel pengali frekuensi diperoleh nila FM. Frekuensi angkat/menit sebanyak 1, durasi kerja selama 7 jam dan V ≥ 75 maka diperoleh FM sebesar 0,81.

-CM (Faktor Pengali Pegangan)

Pegangan objek poor dan V >75 diperoleh CM sebesar 1.

(75)

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

= 23 x 1,4706 x 0,8729 x 0,8892 x 0,8336 x 0,81 x 1

=17,7264

Berdasarkan nilai tersebut dapat dilihat bahwa beban angkut maksimal yang dapat diangkat oleh operator adalah sebesar 17,7264 kg jika melebihi angka tersebut maka meningkatkan resiko cedera tulang belakang pada operator II.

Tabel 5.18. Rekapitulasi Hasil Nilai RWL

Operator LC HM VM DM AM FM CM RWL

Operator 1

23 20 40 80 114 0,81 1 11,7362

Operator 2

23 17 30 65 52 0,81 1 17,7264

5.3.3. Perhitungan Lifting Index

Setelah diketahui nilai RWL, selanjutnya dilakukan perhitungan Lifting Index. Perhitungan Lifting Index untuk mengetahui pengangkatan yang dilakukan memiliki risiko cidera atau tidak. Lifting Index digunakan untuk mengestimasi tingkat tegangan fisik dalam suatu kegiatan pemindahan material secara manual. Persamaan dari Lifting Index adalah:

(76)

LI <1 : Tidak berpotensi menimbulkan resiko LI >1 : Berpotensi menimbulkan resiko

LI >3 : Berkemungkinan besar menimbulkan resiko

Sehingga dapat dihitung Lifting Indeks untuk operator 1 dan 2 sebagai berikut:

Lifting Index Operator 1 = = 1,9597

Lifting Index Operator 2 = = 1,2975

Dari perhitungan diatas, semua operator melebihi lifting indeks yang disarankan yaitu ≥ 1 sehingga memiliki indikasi cidera pada tulang

(77)

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa Kuesioner SNQ

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner SNQ yang disebarkan pada 2 orang operator bagian sortasi didapatkan hasil bahwa, pada operator 1 bagian tubuh yang paling sering mengalami keluhan adalah bagian punggung, bagian pinggang hal ini dikarenakan selama proses pengangkatan krat operator I harus membungkuk untuk mengambil krat dari lantai dan memindahkan krat menuju

conveyor hal itu membuat bagian punggung dan pinggang sering mengalami sakit, lalu bagian lengan, pergelangan tangan dan tangan hal ini disebabkan karena selama proses pengangkatan krat, tangan merupakan manual material handling

(78)

sehingga bagian punggung dan pinggang sering merasakan sakit, lalu bagian tangan hal itu dikarenakan selama proses pengangkatan, pemindahan botol serta menumpuk krat operator menggunakan tangan untuk melakukan hal tersebut dan digunakan secara berulang selama 7 jam, hal yang menyebabkan bagian tangan sering merasakan sakit. Lalu bagian kaki juga mengalami banyak keluhan sakit, hal itu dikarenakan operator harus berdiri selama 7 jam pada saat proses produksi, hal itu menyebabkan operator sering merasakan sakit pada bagian kaki yang disebabkan karena kelelahan. Operator 1 lebih banyak mengalami sakit akibat faktor umur, dimana operator 1 usia sudah ta sedangkan operator 2 usianya lebih muda. Maka dari itu untuk mengurangi keluhan pada bagian tubuh operator, perlu dilakukan beberapa solusi, seperti menggunakan alat bantu dan menambah jumlah operator. Hal itu dikerenakan penambahan alat bantu sudah dilakukan dipabrik namun tidak berjalan dengan baik saat prakteknya, sehingga menambah jumlah operator merupakan solusi terbaik untuk mengatasi keluhan sakit pada bagian tubuh operator.

6.2. Analisa Pengamatan Sampling Kerja

(79)

mencukupi, jumlah pengamatan sebanyak 140 kali dimana itu dihitung dari total waktu kerja dikalikan dengan 60 menit dibagi interval waktu pengamatan 3 menit, interval waktu yang diambil 3 menit hal itu dikarenakan dengan interval waktu tersebut uraian kegiatan dan proses dapat terdefinisikan dengan teliti dan tepat sehingga tidak ada kegiatan dan proses yang tidak terdefinisi. Diambil sampel pengamatan sebanyak 104 jumlah pengamatan dengan metode pengambilan

sampling berdasarkan aturan Slovin, 104 jumlah pengamatan mewakili 140

kegiatan secara keseluruhan, sehingga dengan 104 data pengamatan tersebut seluruh kegiatan dapat terwakilkan.

6.3. Analisis Work dan Idle Operator

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa rata-rata work dan

idle dari operator 1 pada stasiun sortasi adalah 88,46% untuk work dan 11,54% untuk idle dan operator 2 adalah 89,10% untuk work dan 10,90% untuk idle

sehingga rata-rata work dan idle bagian pengangkatan krat sebesar 88,78 % dan

(80)

6.4. Analisis Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu Standar

Berdasarkan hasil pengamatan waktu standar didapatkan bahwa waktu standar operator I adalah 0,0577 dan waktu standar operator II adalah 0,0566 rata-rata operator adalah 0,0572 menit per krat, waktu standar operator II lebih cepat karena rating factor dan allowance operator II lebih baik, hal itu dikarenakan kemampuan serta skill oprator II lebih baik, hal itu juga dipengaruhi umur operator II yang jauh lebih muda dibandingkan dengan operator II yang sudah cukup tua, selain itu waktu standar ini juga menunjukkan bahwa operator sudah cukup cepat dalam bekerja, namun perlu ditingkatkan kembali kemampuan operator agar dapat memenuhi kebutuhan botol selama proses produksi dengan cara melakukan pelatihan dan juga mengurangi keluhan sakit pada bagian tubuh.

6.5. Analisis Jumlah Tenaga Kerja

Hasil penilaian waktu standar setiap operator yang telah diperoleh, dapat diketahui jumlah operator yang seharusnya dipekerjakan di bagian sortasi adalah 4 orang operator dibandingkan dengan jumlah operator saat ini yang berjumlah 2 orang, penambahan 2 orang operator dikarenakan operator di bagian sortasi saat ini masih banyak melakukan delay terutama pada saat operator mengangkat krat, meletakkan krat ke conveyor, membersihkan botol, memindahkan botol ke bagian pencucian, menumpuk krat serta memindahkan krat ke bagian penyimpanan. Jumlah tenaga kerja usulan yang berjumlah 4 orang diharapkan tidak ada lagi

(81)

sampah di botol, menyusun botol ke bagian pencucian, menumpuk krat dan membawa krat ke penyimpanan.Penambahan jumlah operator ini juga dimaksudkan agar keluhan sakit pada bagian tubuh tertentu operator dapat dikurangi dan juga waktu standar operator menjadi lebih meningkat yang dapat membantu meningkatkan hasil jumlah produksi.

6.6. Analisis Beban Kerja Operator Angkat Krat

Gambar

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian
Gambar 5.1. Bagian Tubuh Operator I dan II yang Sangat Sakit
Tabel 5.1. Rekapitulasi SNQ
+7

Referensi

Dokumen terkait

POLITENESS STRATEGIES IN MAKING REQUEST AS APPLIED BY JUNIORS, VISITORS AND SENIORS: A CASE STUDY IN WANACARAKA SOEGIJAPRANATA

Teori wear and tear atau biasa disebut dengan istilah “pemakaian dan perusakan” menyatakan bahwa terjadinya perubahan struktur dan fungsi tubuh dapat terjadi

(2) Pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf c dapat diberikan SIUP apabila

Tabel 2.2 Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia pra Sekolah Yang Sedang Dirawat di Ruang anak

Dengan asumsi teknik yang sama, jaringan, dan faktor yang berpengaruh lainnya, respon jaringan pada seluruh jenis benang jahit relatif sama pada hari ke lima hingga hari ke

Jika anda menjawab anda orang kedua dari terakhir, anda SALAH LAGI… Coba, bagaimana caranya menyalip orang TERAKHIR.. Anda sebetulnya tidak terlalu pintar, '

Sentiment analysis atau analisis sentimen dalam Bahasa Indonesia adalah sebuah teknik atau cara yang digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana sebuah sentimen

Kata kias yang berupa majas metafora banyak digunakan dalam novel ini, oleh karena itu pada tulisan ini penulis akan mengkaji teknik penerjemahan yang diterapkan pada