• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dan Tindakan IMD Dengan Status Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dan Tindakan IMD Dengan Status Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 Chapter III VI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan desain crossectional yaitu untuk melihat hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan tindakan IMD dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan oktober 2015 sampai Maret2017.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

(2)

3.3.2. Sampel

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus lamesshow (1997) :

Dimana

N : Besar keseluruhan populasi n : Besar sampel

Z : Tingkat kemaknaan 95% (1,96)

P : Proporsi variabel yang dikehendaki 59,1 % (0,59)

D : presisi yang ingin dicapai dinyatakan dalam desimal 0,05

(3)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh melalui dua cara yaitu :

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner yang ditanyakan kepada responden.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari puskesmas Bandar Khalipah dan puskesmas pembantu Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

3.5. Defenisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan ibu adalah pemahaman yang dimiliki oleh ibu tentang ASI

eksklusif.

2. Tindakan Inisiasi menyusu dini adalah ibu yang dapat menyusui bayinya segera dalam waktu kurang dari satu jam setelah persalinan.

(4)

3.6. Metode Pengukuran

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran

No Variabel Pengukuran Cara

Pengamatan dari total skor tertinggi (skor 1-7 ) dari 14 pertanyaan 2. Sedang bila skor 56-75% dari skor tertinggi (skor 8-10 ) dari 14 pertanyaan

0. Tidak IMD Kuesioner III nominal

3

Status Pemberian ASI Ekslusif

1. ASI eksklusif

0. Tidak ASI eksklusif Kuesioner IV Nominal

3.7. Metode Analisis Data

(5)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Bandar Klippa terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan luas wilayah ± 1828,4 Ha. Batas-batas wilayah Desa Bandar Klippa adalah:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Kolam/Bandar Setia b) Sebelah Timur berbatasan dengan: Desa Sei Rotan/Tembung c) Sebelah Selatan berbatasan dengan: Amplas/Medan

d) Sebelah Barat berbatasan dengan: Desa Bandar Khalipah

Jumlah penduduk Desa Bandar Klippa sebanyak 36.764 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 18.621 jiwa dan perempuan sebanyak 18.143 jiwa.

Bidang pendidikan di Desa Bandar Klippa sudah dapat dikatakan baik, karena sudah sepanjang jalan telah banyak di jumpai sarana dan prasana pendidikan. Jumlah sarana pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Sarana Pendidikan Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

(6)

Kesehatan adalah faktor terpenting bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan. Salah satunya faktor pendukungnya adalah dengan membangun sarana dan prasarana kesehatan. Adapun sarana kesehatan dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Sarana Kesehatan Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Sarana Kesehatan Jumlah (unit)

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang terbanyak adalah klinik/balai pengobatan sebanyak 9 unit.

4.2. Karakteristik Ibu

4.2.1. Umur Ibu

Pengelompokkan umur ibu dalam kehamilan (Raharja,2013) dibagi menjadi 3 kategori yaitu <20 tahun, 20-35 tahun, dan >35 tahun. distribusi frekuensi kelompok umur dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan Kelompok Umur Ibu Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Umur Frekuensi (f) Persentase (%)

<20 tahun 19 26,0

20-35 tahun 46 63,0

>35 tahun 8 11,0

Total 73 100,0

(7)

tahun sebanyak 46 orang ( 63,0%), dan ibu yang berumur >35 tahun sebanyak 8 orang (11,0%) .

4.2.2. Pendidikan Ibu

Pengelompokkan ibu berdasarkan kategori tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4 Distribusi Berdasarkan pendidikan Ibu Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Pendididkan Frekuensi (f) Persentase (%)

SD 3 4,1

SMP 7 9,6

SMA 57 78,1

Akademi/perguruan tinggi 6 8,2

Total 73 100,0

Latar belakang pendidikan terakhir responden, mayoritas pendidikan ibu adalah SMA sebanyak 57 orang(78,1%) disusul lulusan tingkat SMP sebanyak 7 orang (9,6%), lulusan Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 6 orang (8,2%) dan lulusan SD sebanyak 3 orang (4,1%) .

4.2.3. Pekerjaan Ibu

Pengelompokkan ibu berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini :

Tabel 4.5 Distribusi Berdasarkan pekerjaan Ibu Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Pekerjaan Frekuensi(f) Persentase (%)

Ibu rumah tangga 41 56,2

Wirasawasta 9 12,3

Buruh 16 21,9

PNS 7 9,6

Total 73 100,0

(8)

buruh sebanyak 16 orang (21,9%) dan Pegawai Negeri Sipi (PNS) sebanyak 7 orang (9,6%).

4.3. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Pengetahuan dalam penelitian ini mencakup segala sesuatu yang diketahui ibu tentang ASI eksklusif yang diperoleh dari 14 pertanyaan dalam kuesioner. Pengetahuan dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan baik. Distribusi pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini :

Tabel 4.6 Distribusi pengetahuan Ibu Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

Rendah 11 15,1

Sedang 11 15,1

Baik 51 69,8

Total 73 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa Pengetahuan responden tentang ASI eksklusif yang termasuk kategori rendah sebanyak 11 orang (15,1%), kategori sedang sebanyak 11 orang (15,1%), dan untuk kategori baik sebanyak 51 orang (69,8%).

4.4. Tindakan IMD

Pengelompokkan berdasarkan kategori tindakan IMD dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini:

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Tindakan IMD Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Tindakan IMD Frekuensi (f) Persentase (%)

IMD 17 23,3

Tidak IMD 56 76,7

(9)

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa yang melaksanakan IMD sebanyak 17 orang (23,3%) dan yang tidak melaksankan IMD sebanyak 56 orang (76,7%). Dengan demikian ibu yang tidak melaksanakan IMD lebih banyak dibandingkan dengan yang melaksanakan IMD.

4.5. Status Pemberian ASI Eksklusif

Pengelompokkan berdasarkan kategori Status pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini :

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi status pemberian ASI Eksklusif Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Status Pemberian ASI Eksklusif

Frekuensi (f) Persentase (%)

Ya 42 57,5

Tidak 31 42,5

Total 73 100,0

(10)

4.6. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Pemberian ASI Eksklusif

Hasil pengujian untuk pengetahuan ibu dengan status pemberian ASI Ekslusif adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9 Status Pemberian ASI Eksklusif berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Pengetahuan dan 19 orang (37,3%) yang tidak memberikan ASI eksklusif. Sedangkan dari 11 ibu yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 8 orang (72,7%) yang memberikan ASI eksklusif dan 3 orang (27,3%) yang tidak memberikan ASI eksklusif dan dari 11 ibu yang memiliki pengetahuan rendah terdapat 2 orang (18,2%) yang memberikan ASI eksklusif dan 9 orang (81,8%) tidak memberikan ASI eksklusif.

(11)

4.7. Hubungan Tindakan IMD Dengan Status Pemberian ASI Eksklusif

Hasil pengujian untuk tindakan IMD dengan status pemberian ASI Ekslusif adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Status Pemberian ASI Eksklusif berdasarkan Tindakan IMD Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 17 ibu yang melakukan IMD yang memberikan ASI Ekskusif sebanyak 6 orang (35,3%) dan 11 orang (64,7%) yang tidak memberikan ASI eksklusif. Sedangkan dari 56 responden yang tidak melakukan IMD, 36 orang(64,3%) yang memberikan ASI eksklusif dan 20 orang (35,7%) yang tidak memberikan ASI eksklusif.

(12)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Pemberian ASI Eksklusif

Menurut Kemenkes RI (2014), cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2013 di Indonesia sebesar 54,3%. Angka ini masih jauh dari yang ditargetkan yaitu sebesar 80%. Pemberian ASI merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan yang dilakukan oleh ibu. Perilaku tersebut termasuk dalam perilaku dalam menjaga kesehatan yang diwujudkan dalam pola pemberian dan pemenuhan kebutuhan gizi bayi dengan memberikan ASI secara eksklusif.

Berdasarkan hasil penelitian, ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 42 orang (57,5%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif hanya 31 orang ( 42,5%). Pada umumnya sebagian responden telah melaksanakan tindakan ASI Ekslusif walaupun cakupannya belum terlalu banyak. Penelitian ini sejalan dengan Rosyana (2011) di Desa Kramat Penawangan diketahui bahwa dari 60 responden, 47 orang (78,3%) responden memberikan ASI ekslusif kepada bayinya. Salah satu masalah yang berkaitan dengan pencapaian cakupan ASI eksklusif adalah pemberian susu formula, air putih, bubur bayi instan dan pisang. Bayi rata-rata sudah diberikan makanan tambahan sejak umur 4 bulan.

(13)

yang berpendidikan SMA mempunyai pola pikir yang baik yang terbentuk dari proses pendidikan formal yang dijalaninya sehingga mempengaruhi perilaku yang salah satunya diwujudkan dengan memberikan ASI

Pemberian ASI eksklusif merupakan cara pemberian makanan bayi yang alamiah dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi serta meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI Ekslusif diantaranya adalah dengan meningkatkan pemahaman ibu mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif. Selain itu dukungan tenaga kesehatan melalui penyuluhan maupun konseling juga sangat penting untuk memberikan dorongan pada ibu untuk memberikan ASI saja kepada bayinya.

5.2. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang ASI berupa apa saja yang diketahui responden tentang ASI seperti pengertian ASI, kandungan yang terdapat dalam ASI, manfaat pemberian ASI bagi ibu maupun bayinya, serta manfaat memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Arini, 2012).

(14)

Menurut penelitian Rohani (2010), menunjukkan bahwa faktor pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ASI ekslusif akan meningkat jika disertai dengan peningkatan pengetahuan tentang ASI ekslusif. Artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang ASI maka akan mempengaruhi pola pikir dan sikap seseorang sehingga akan menimbulkan perilaku positif dalam memberikan ASI eksklusif. Menurut Budiman (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: (1) pendidikan, (2) informasi media massa, (3) sosial, budaya, dan ekonomi, (4) lingkungan, (5) pengalaman, (6) usia.

(15)

reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada bayinya dan juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan dan nifas (Arini, 2012).

Selain itu pendidikan juga berkaitan dengan tingkat pengetahuan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah (Arini, 2012). Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah, terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan terbuka dalam menerima perubahan-perubahan baru yang berguna dalam pemeliharaan kesehatannya.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendidikan terakhir responden adalah tamat SMA yaitu sebanyak 57 orang (78,1%). Tingkat pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap informasi baru yang diperkenalkan, sebaliknya dengan tingkatan pendidikan yang lebih tinggi, kecenderungan seseorang untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media massa akan semakin baik sehingga nantinya dapat mengubah perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif dan pada akhirnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi selama 6 bulan dapat tercapai dengan optimal (Widiyanto, 2012).

(16)

untuk mencari berbagi informasi dan akhirnya dapat terbentuk pengetahuan yang baik. Semakin banyak informasi yang diperoleh ibu maka akan semakin baik tingkat pengetahuannya.

5.3. Tindakan IMD

Menurut PP No.33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif, IMD adalah suatu proses dimana bayi begitu dilahirkan dari rahim ibu tanpa dimandikan terlebih dahulu dimana bayi segera diletakkan pada perut dan dada ibu agar kulit bayi bersentuhan langsung pada kulit ibu. Proses ini dilakukan sekurangnya selama 1 jam dan/atau sampai dengan bayi berhasil meraih putting ibu untuk menyusu langsung sesuai lamanya menyusu saat IMD.

(17)

Dukungan keluarga terutama suami merupakan salah satu faktor dalam pengambilan keputusan terhadap perawatan ibu. Suami diperbolehkan untuk mendampingi istrinya pada saat melahirkan. Hal ini bertujuan agar ibu merasa nyaman secara psikologis dan keputusan apapun yang akan diambil terhadap perawatan ibu segera diputuskan. Hal ini didukung oleh Malau, AE (2010), yang menyatakan bahwa ibu memerlukan dukungan agar dapat termotivasi dalam melakukan perilaku kesehatan. Hal ini karena suami merupakan keluarga inti yang paling dekat dengan ibu.

Pendidikan juga berhubungan dengan pelaksanaan IMD. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Sirajuddin (2012), yang meyatakan bahwa pendidikan berpengaruh sebesar 5,9 kali lebih besar terhadap pelaksanaan IMD dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan kurang.

5.4. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dengan Status Pemberian ASI Eksklusif

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempermudah terjadinya perubahan perilaku. Pengetahuan tentang ASI yang dimiliki ibu dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Dengan pengetahuan yang baik maka diharapkan ibu akan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

(18)

Lawas Utara dengan 77 sampel ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan yang menyatakan bahwa ada perbedaan bermakna antara Ibu yang memberikan ASI eksklusif dengan pengetahuan (p=0,001). Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu tentang ASI eksklusif maka semakin tinggi pula kemungkinan ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Rachmaniah (2014) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu berpengaruh terhadap tindakan ASI ekslusif dengan p = 0,008.

Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida (2012) di wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Banten yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,539).

Meskipun persentase pengetahuan ibu yang memiliki kategori baik lebih besar dibandingkan dengan pengetahuan ibu kategori rendah, namun dapat dikatakan pengetahuan ibu belum teraplikasi dengan baik. Hal ini diketahui pada saat ibu menjawab kuesioner beberapa ibu tidak tahu terhadap pertanyaan mengenai cara menyusui yang benar dan mengenai pengertian IMD. Selain itu faktor lain yang menyebabkan rendahnya cakupan ASI eksklusif karena ibu merasa tidak yakin dengan kemampuan memproduksi ASI dan akhirnya memberikan susu formula sebagai tambahan makanan pada bayinya.

(19)

tidak sesuai dengan kebutuhan bayi dan sulit diserap oleh pencernaan bayi. Selain itu, susu formula juga tidak mengandung antibodi dan dapat menyebabkan alergi. Air putih diberikan karena menurut pengalaman responden, ketika bayi menangis maka bayi akan langsung diam setelah diberi air putih. Pemberian air putih pada bayi akan berdampak kurang baik bagi kesehatannya karena air putih yang diberikan dikhawatirkan tidak higienis sehingga terjadi paparan bakteri yang akan menghambat perkembangan bayi. Sedangkan madu dipercaya dapat menyebabkan bayi tidak mudah terserang penyakit. Pemberian madu pada bayi dibawah umur satu tahun tidak diperkenankan karena pada usia ini organ pencernaan bayi masih belum matang sehingga dapat mengganggu perkembangan pencernaan bayi. Pemberian makanan prelaktal tidak dapat menggantikan keuntungan yang diperoleh dari pemberian ASI.

5.5. Hubungan Tindakan IMD dengan Status Pemberian ASI Eksklusif

Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan memiliki tingkat keberhasilan dalam proses ASI ekslusif serta mampu mempertahankannya dibandingkan dengan ibu yang menunda untuk menyusui dini bayinya (Roesli, 2012)

(20)

dapat terlaksana dengan baik. Meskipun begitu tindakan IMD merupakan salah satu faktor pendukung yang penting untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif karena dengan melakukan IMD maka akan berpeluang 4,3 kali berperilaku memberikan ASI eksklusif dibandingan dengan yang tidak melakukan IMD (Priscilla, 2011).

Penelitian ini sejalan dengan Noviana (2011) di Desa Wijimulyo Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu yang memiliki bayi 6-12 bulan (p=0,032). Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Agusvina (2015) di Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur dengan jumlah sampel 42 responden yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan IMD dengan keberhasilan ASI eksklusif (p= 0,102).

Pada penelitian ini sebagian besar ibu tidak melakukan praktik IMD karena ibu merasa lelah saat melahirkan sehingga setelah bayi dibedong langsung disusui . Hal ini tidak sesuai dengan cara yang benar dalam melaksanakan IMD. Selain itu ibu beralasan tidak melaksanakan IMD karena takut bayi nya jatuh karena tidak ada yang menjaga karena bidan masih melakukan perawatan pada ibunya.

(21)

sejalan oleh pernyataan Roesli bahwa dengan melakukan IMD pada satu jam pertama dapat meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif.

Hasil penelitian Rahayu, dkk (2012) dengan jumlah 121 responden diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna antara keberhasilan IMD dengan lama pemberian ASI (p=0,008). Penelitian tersebut tidak melihat keberhasilan ASI eksklusif akan tetapi melihat lamanya pemberian ASI. Dengan demikian bahwa benar IMD dapat mempengaruhi lama pemberian ASI.

Keberhasilan program IMD dipengaruhi oleh perilaku ibu. Pengetahuan dan pemahaman ibu tentang IMD pada bayi baru lahir menjadi suatu kebutuhan ibu dalam pelaksanaan IMD. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Wahyuningsih (2009) yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang IMD berhubungan dengan pelaksanaan tindakan IMD dimana semakin semakin baik pengetahuan ibu maka semakin baik pula tindakan ibu untuk melakukan IMD. Pemahaman yang benar tentang ASI dan menyusu dini diharapkan dapat diiringi dengan sikap positif terhadap pemberian ASI sesegera mungkin kepada bayinya.

(22)
(23)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemberian ASI eksklusif di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei

Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2015 sebesar 57,5 %.

2. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI Eksklusif di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.

3. Terdapat hubungan antara tindakan IMD dengan status pemberian ASI eksklusif di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

(24)

2. Memberikan dukungan kepada ibu untuk melakukan ASI Eksklusif selama 6 bulan dari semua pihak yang berkaitan seperti petugas kesehatan (dokter atau bidan),sesama ibu menyusui dan pemerintah agar mensosialisasikan keunggulan ASI kepada masyarakat.

Gambar

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran
Tabel 4.1 Distribusi Sarana Pendidikan Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan Kelompok Umur Ibu Di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
Tabel 4.4 Distribusi Berdasarkan pendidikan Ibu Di Desa Bandar Klippa
+3

Referensi

Dokumen terkait

ACCESABILITY CAPACITY QUALITY AFFORDABILITY UTILITY PUBLIC COST ISTS. SUMBER: STANDFORD

[r]

Registry merupakan suatu database besar berhirarki yang berisi bermacam-macam pengaturan untuk sistem operasi Windows, seperti pengaturan-pengaturan untuk tampilan, kinerja,

Kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang telah membantu dalam keterlibatan mereka sebagai pihak yang diwawancarai terutama kepada keluarga besar masyarakat dan para pemangku

Sejauh ini hanya ada beberapa penelitian yang bertujuan untuk memprediksi tingkat suku bunga Bank Indonesia menggunakan fuzzy time series, penelitian yang banyak

JUDUL : DPR JARING ASPIRASI PROGRAM DOKTER LAYANAN PRIMER MEDIA : BERNAS. TANGGAL : 18

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui program rehabilitasi korban narkoba yang dilakukan Yayasan Tabina Aceh selama ini dan untuk mengetahui

Telah dapat dibangun suatu sistem pengambilan keputusan dengan menggunakan metode analytical hierarchy process untuk menentukan urutan prioritas dalam penentuan