• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Hygiene Sanitasi Lingkungan Penjualan dengan Kandungan Escherichia Coli Pada Air Tebu di Beberapa Kecamatan di Kota Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Hygiene Sanitasi Lingkungan Penjualan dengan Kandungan Escherichia Coli Pada Air Tebu di Beberapa Kecamatan di Kota Medan Tahun 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi

tidak terjaga kebersihannya maka dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, mulai dari penyakit ringan yang tidak membahayakan sampai penyakit berat, membahayakan jiwa (Puspitasari, 2013).

Kesadaran masyarakat mengenai kebersihan makanan merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena makanan atau minuman yang mengandung bahan tercemar

bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

illness, yaitu penyakit yang ditularkan melalui makanan. Penyakit bawaan makanan

oleh bakteri umumnya akan menimbulkan gejala diare (Arlita, 2012).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan, antara lain adalah hygiene perorangan yang buruk, cara penanganan makanan yang

tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih. Salah satunya penyebabnya adalah karena kurangnya pengetahuan dalam memperhatikan kesehatan

diri dan lingkungannya dalam proses pengolahan makanan yang baik dan sehat (Musfirah, 2014). Para penjual makanan yang menjajakan makanan umumnya tidak memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, khususnya dalam hal hygiene dan

(2)

Pengetahuan penjual makanan tentang hygiene dan sanitasi pengolahan makanan akan sangat mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan kepada

masyarakat konsumen (Sujaya, 2009). Dalam kegiatan proses produksi makanan dan minuman tindakan higiene sanitasi yang merupakan bagian dari kesehatan lingkungan

juga analisis bahaya dan titik pengendalian kritis (HACCP: Hazard Analysis Critical

Control Point) merupakan salah satu upaya untuk menghindari pencemaran terhadap

proses produksi. Yang dalam proses pengolahannya terdapat enam (6) prinsip higiene

dan sanitasi yang harus diperhatikan, yaitu pemilihan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan

makanan dan penyajian makanan (Depkes RI, 2004).

Tingginya tingkat pencemaran lingkungan oleh bakteri, jamur dan jasad renik lainnya adalah merupakan ancaman yang tiada habis-habisnya terhadap kualitas

makanan dan minuman. Kehadiran kehidupan bakteri patogen tidak diharapkan dalam minuman karena dapat menyebabkan penyakit, yaitu diare, di samping adanya

pengaruh lain, seperti timbulnya rasa bau dan tidak sedap atau perubahan warna. Bakteri E.Coli atau Coliform merupakan indikator dalam makanan dan minuman karena ketentuan WHO (World Health Organization) kualitas air secara biologis

ditentukan oleh kehadiran bakteri E.Coli di dalamnya. Kandungan bakteri E.Coli dalam air berdasarkan ketentuan WHO, untuk air minum jumlah maksimum yang

(3)

adanya Staphylococcus aureus mengidentifikasi praktek higiene yang kurang (Wijaya, 2009).

Penyakit bawaan makanan oleh bakteri dapat berupa intoksifikasi atau infeksi. Intoksifikasi melalui makanan disebabkan oleh adanya toksin bakteri yang terbentuk

di dalam makanan pada saat bakteri bermultiplikasi, sedangkan infeksi melalui makanan disebabkan oleh masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang terkontaminasi dan tubuh memberikan reaksi terhadap bakteri tersebut.

Bakteri paling umum yang menyebabkan infeksi melalui makanan adalah

Salmonella dan E.Coli (Balai Pom RI, 2011). Escherichia Coli adalah bakteri Gram

negatif yang berbentuk batang, dan dapat memfermantasi laktosa dengan cepat. Bakteri ini bersifat fakultatif anaerob dan merupakan flora normal intestinal pada manusia dan hewan berdarah panas (Thoen, 2011). E.Coli dapat menyebabkan

penyakit pada manusia terutama penyakit yang berkaitan dengan pencernaan yaitu

Enteropatogenic E.Coli yang dapat menyebabkan diare, khususnya pada bayi dan

anak-anak. Penyakit–penyakit lain yang disebabkan E.Coli yaitu infeksi saluran kemih, gastroenteritis, meningitis, peritronitis, dan infeksi luka (Brooker, 2009).

E.Coli dipilih sebagai indikator polusi, karena bakteri ini ditemukan

dimana-mana (dalam tinja manusia, hewan, tanah, ataupun air yang terkontaminasi dengan debu, serangga, burung, dan binatang kecil lainnya), serta secara relatif mudah

(4)

yang tercemar dengan Escherichia Coli dapat mengakibatkan penyakit disentri, kolera, gastroenteritis, dan penyakit saluran pencernaan lainnya.

Kasus penyakit karena pencemaran makanan oleh Escherichia coli

(Escherichia coli enterohemorrhagik) di Jepang beberapa waktu lalu yang menyerang

sekitar 9.500 penduduk terutama anak-anak sekolah dan juga sering terjadi dalam 10 tahun terakhir di negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Kanada dan Inggris (Motarjemi, 2004). Di Negara Prancis terdapat rata-rata 70-100 kasus uraemic

sindrom hemolitik (HUS) per tahun dengan penyebab bakteri Escherichia coli sedangkan di Amerika Serikat pada bulan Oktober sampai November 2005 terdapat

893 kasus. (King, 2009).

Data BPOM berdasarkan laporan balai besar/balai POM mengenai frekuensi kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan, pada 25 provinsi yang melaporkan

frekuensi kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan ada 3 kota yang paling banyak melaporkan frekuensi KLB keracunan pangan diantaranya kota Semarang terdapat 14

kejadian (10,94%), Makassar dengan 14 kejadian (10,94%) dan Lampung 12 kejadian (9,38%). Sedangkan berdasarkan tempat/lokasi kejadian KLB keracunan pangan pada 19 tempat/lokasi, Sekolah Dasar (SD) menempati urutan kedua tempat/lokasi KLB

dengan angka kejadian 24 kejadian (18,75%) setelah tempat/lokasi rumah tinggal dengan 59 kejadian (46,09%), disusul pada urutan ketiga yaitu tempat terbuka dengan

8 kejadian (6,25%). (BPOM, 2011).

(5)

coli merupakan bakteri patogen yang sering menyebabkan keracunan pangan dan juga menjadi salah satu mikroba indikator sanitasi. Sedangkan Staphylococcus aureus

merupakan bakteri yang biasa menghuni hidung, mulut, tenggorokan, maupun kulit. Salah satu makanan yang dapat terkontaminasi oleh Escherichia coli adalah

makanan yang proses pengolahannya menggunakan air yang sudah tercemari oleh bakteri E.Coli. Hasil penelitian Efi Sirait (2009) pada susu kedelai yang dipasarkan di kota Medan, didapatkan bahwa susu kedelai yang diproduksi pada usaha kecil dan

dipasarkan di kota Medan terbukti dari 10 sampel susu kedelai yang diuji menunjukkan 4 sampel minuman mengandung Escherichia coli sebanyak 50 sampai

120 per 100 ml sampel. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sari (2009) pada minuman cincau hijau yang dijual di Pasar Raya Kota Padang, juga didapatkan hasil bahwa semua sampel yang diperiksa positif mengandung bakteri Escherichia coli

yang berkisar dari 96 sampai 240 dalam 100 ml sampel. Ini juga berarti bahwa minuman cincau hijau tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan (Sanjaya, 2009).

Air tebu adalah salah satu jenis minuman yang dapat tercemar. Hal ini Kemungkinan sumber bakteri pencemar tentu dari lingkungan kebersihan pasar, kemudian proses pengolahan air tebu yang masih manual dan tradisional dan

pengelola air tebu sendiri karena air tebu itu steril. Berdasarkan penelitian Munthe (2006) diketahui bahwa kandungan E.Coli dalam air tebu di pasar kota Medan tidak

(6)

penelitian lain yang dilakukan Misbah (2008) pada minuman jagung, mendapatkan 3 sampel (30%) tidak memenuhi syarat kesehatan karena mengandung E.Coli.

Air tebu merupakan minuman jajanan yang dijual tanpa kemasan khusus, di produksi tempat penjualanya sehingga sulit dilakukan pengawasan terhadap mutunya.

Sedangkan makanan dan minuman jajanan yang baik bila diproduksi dan diedarkan kepada masyarakat luas haruslah memenuhi persyaratan Kep. Menkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi pada Makanan

Jajanan.

Sekarang ini banyak ditemukan pedagang kaki lima yang menjual minuman di

tempat-tempat keramaian, seperti minuman air tebu. Minuman air tebu banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Minuman air tebu biasanya dijual dengan menggunakan gerobak lengkap dengan mesin khusus pemeras air tebu yang bisa disajikan dalam

gelas plastik ataupun kantong-kantong plastik.

Berdasarkan adanya kemungkinan air tebu yang dijual oleh pedagang kaki

lima tersebut mudah terkontaminasi, maka penulis ingin mengetahui kualitas air tebu secara bakteriologis khususnya kandungan bakteri Escherichia Coli yang ada di dalamnya, dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan Permenkes RI

No.492/Menkes/SK/IV/2010, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

1.2 Permasalahan

Sebagian besar kuman yang mencemari air dan makanan datang dari feses

(7)

yang terkait dengan air yang telah terkonsentrasi di negara berkembang, di bagian dunia yang sedang berkembang, diantara rumah tangga perkotaan dan pedesaan dari

negara-negara yang lebih miskin. Hampir separuh populasi di negara-negara berkembang menderita karena masalah-masalah kesehatan yang berkaitan dengan air.

penyakit-penyakit yang muncul dari masuknya patogen ke dalam air atau makanan yang tercemar telah menimbulkan dampak keseluruh dunia.

Air tebu merupakan minuman yang banyak dijual oleh pedagang makanan

dan minuman. Minuman ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena selain segar juga mengandung banyak vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Namun tidak

menutup kemungkinan minuman air tebu tersebut mengandung mikroorganisme, seperti Escherichia coli yang merupakan indikator polusi. Demikian juga dengan air tebu yang dijual di beberapa kecamatan di kota Medan, mungkin juga mengandung

mikroorganisme, seperti Escherichia coli. Hal ini dapat terjadi pada semua tahap yang dilalui oleh air, baik itu pada proses pengolahan, penyajian maupun pada proses

lainnya.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan

hygiene sanitasi lingkungan penjualan dengan kandungan Escherichia coli pada air

(8)

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini di harapkan akan memberikan manfaat kepada

berbagai pihak yaitu :

1. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam mengkonsumsi

minuman sari tebu yang dijual oleh pedagang air tebu di kota Medan.

2. Sebagai masukan bagi pihak Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan dalam mengelola dan meningkatkan sanitasi pasar.

3. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan khususnya bagian kesehatan lingkungan dalam hal pengawasan sanitasi makanan dan minuman sehingga

program yang disusun dan dilaksanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

1.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat hubungan pemilihan tebu dengan kandungan E.coli pada air tebu 2. Terdapat hubungan penyimpanan tebu dengan kandungan E.coli pada air tebu

3. Terdapat hubungan pengolahan tebu dengan kandungan E.coli pada air tebu 4. Terdapat hubungan penyimpanan air tebu dengan kandungan E.coli pada air

tebu

Referensi

Dokumen terkait

technique can improve students’ writing ski ll in terms of: (a) developing the information/ ideas appropriate with the topic provided; (b) organizing a text; (c)

2014 Aplikasi Basic Data dengan Visual Basic .NET Studi Kasus : Pengolahan Data Rekam Medis.. Algoritma

Muljono et al (2014) menggaribawahi pendekatan komunikasi yang persuasif membantu masyarakat untuk mengenal posdaya lebih dekat sehingga posdaya bukan sebagai

Kesimpulan penelitian adalah ditemukan prevalensi karies interproksimal yang tinggi pada anak sekolah dasar Letjend Djamin Ginting Berastagi yaitu sebesar 61,16% dan prevalensi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi kepada masyarakat, Pemerintahan daerah dan Dinas kesehatan Kabupaten Karo mengenai prevalensi karies interproksimal

information on public participation in PPMK community empowerment in selected DKI Jakarta villages in Kampung Rawa village, Johar Baru (Central Jakarta); Kali Baru vil-

Example of waste water treatment at coffee mills.. Small

Sebaliknya untuk rumah makan yang menawarkan harga relatif murah dapat memilih target pasar kelompok alpha sosializer sebab kelompok ini cenderung memiliki