Andi Novita Rozaliana Fadillah, 2016
ANALISIS KONTRASTIF KATA YANG MENYATAKAN EMOSI MARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan salah satu cara manusia dalam berinteraksi satu
sama lain. Terkadang manusia menggunakan kosakata emosi untuk
mengekspresikan pengalaman mental dan perasaannya. Hal ini senada dengan
pernyataan Shumeiko (dalam Rahmalina, 2014: 1) bahwa emosi merupakan suatu
cara di mana manusia mengekpresikan apa yang ada dalam dunia sadarnya, dan
menunjukkan pengalaman-pengalamannya baik pengalaman mental, perasaan,
hingga kekacauannya. Emosi menunjukkan sesuatu yang dirasakan, dillihat dari
ucapan atau ujaran manusia yang mengandung makna, yakni perasaan emosi dan
maksud. Emosi dan makna emosional yang ditunjukkan dapat terlihat dari
kata-kata yang digunakan. Dengan kata-kata lain, emosi merupakan cara manusia untuk
mengungkapkan apa yang dirasakannya dan dapat ditunjukkan melalui ekspresi
verbal, tindakan, hingga intonasi suara.
Setiap budaya memiliki kata-kata tersendiri dalam mengekspresikan emosi.
Namun, tidak semua budaya memiliki konsep emosi. Misalnya orang Tahiti yang
tidak memiliki kata emosi. Konsep emosi tiap-tiap budaya yang ditunjukkan pun
berbeda-beda. Dalam bahasa Jerman misalnya, ada kata schadenfreude yang
berarti rasa senang yang timbul karena kesialan orang lain. Dalam bahasa Inggris
ada kata joy, sadness, loving, dan anger yang memiliki padanan berbeda dalam
berbagai bahasa. Ada kosakata-kosakata emosi dalam bahasa lain pun yang tidak
ada padanan persisnya dalam bahasa Inggris, begitu pun sebaliknya (Faztilmi,
2012, https://faztilmi.wordpress.com/2012/04/04/emosi/). Adanya perbedaan
bahasa lintas budaya tersebut menunjukkan bahwa kosakata emosi bukanlah hal
yang bersifat setara dalam tiap bahasa dan budaya, kosakata emosi merupakan
khas budaya (culture bound) yang memberikan kerangka dan label tersendiri pada
masing-masing budaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wierzbicka (1992: 32)
Andi Novita Rozaliana Fadillah, 2016
ANALISIS KONTRASTIF KATA YANG MENYATAKAN EMOSI MARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1
nilai-nilai, cara berpikir, serta kerangka referensi atas realitas sosial dan
lingkungan di mana mereka berada.
Adanya fenomena pemaknaan variatif terhadap kosakata emosi
menyebabkan para ahli menganjurkan model penelitian emosi secara kontrastif.
Model penelitian kontrastif ini untuk menangkap fenomena-fenomena kultural
yang berbeda sebagai sarana untuk memahami emosi masing-masing penutur
bahasa (Lutz dan White, 1986: 418). Lebih lanjut, Lutz dan White (1986: 423)
menambahkan bahwa ada dua cara yang dilakukan untuk meneliti tentang
komunikasi verbal emosi, yaitu (1) analisis tentang leksikon emosi, dan (2)
praktik komunikasi emosi dalam konteks sosialnya. Bata, Suyoto, dan Pranowo
(2015: 3) menjabarkan leksikon-leksikon emosi yang diteliti dari teks Bahasa
Indonesia sebagai berikut:
Tabel 1
Sebaran Leksikon Emosi
Jenis Emosi Contoh
Senang Bangga, kagum, bahagia, damai, puas, ceria, riang,
sukacita
Cinta Ingin, hasrat, terpesona, tertarik, getar hati,
asmara, mesra, kangen
Marah Bosan, jenuh, muak, benci, emosi, sebal, murka,
naik darah, naik pitam
Takut Gentar, takut, kecemasan, gelisah, risau, bingung,
galau
Andi Novita Rozaliana Fadillah, 2016
ANALISIS KONTRASTIF KATA YANG MENYATAKAN EMOSI MARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sakit hati, putus asa
(Bata, Suyoto, dan Pranowo, 2015: 3)
Sedangkan, Amalia (2013) mengklasifikasikan komponen emosi ke dalam tujuh
ranah, yaitu:
Tabel 2
Jaring-jaring Makna
No. Komponen
Umum
Jaring-jaring Makna
1 Senang Asyik, bahagia, bangga, berahi, cinta, gembira, gemas,
kagum, lega, nikmat, puas, plong, rida, sayang, senang,
suka, takjub, tenang
2 Marah Berang, geram, kesal, kalap, kecewa, muak, panik, sebel
3 Bosan Bosan, galau, gamang, jemu, jenuh
4 Sedih Cemas, benci, gundah, iba, kalut, kangen, merana, pilu,
prihatin, terenyuh
5 Benci Cemburu, curiga, benci, sentimen, dengki, dongkol, sirik
6 Takut Bimbang, gentar, gelisah, khawatir, was-was, risau,
grogi, ngeri, panik, segan, tegang
7 Malu Gondok, sungkan
(Amalia, 2013)
Dari kedua tabel di atas, terlihat ada sedikit perbedaan pengklasifikasian
ranah emosi. Pada tabel (1) terlihat bahwa sebaran emosi yang diperoleh sebanyak
lima ranah, yaitu ranah senang, cinta, marah, takut, dan sedih. Masing-masing
ranah memperoleh contoh-contoh leksikonnya masing-masing. Contoh
leksikonnya tidak saja berupa kata, ada juga yang merupakan frasa, dan
keseluruhan merupakan golongan kata sifat. Sedangkan, pada tabel (2) terdapat
tujuh ranah emosi, yaitu: senang, marah, bosan, sedih, benci, takut, dan malu.
Andi Novita Rozaliana Fadillah, 2016
ANALISIS KONTRASTIF KATA YANG MENYATAKAN EMOSI MARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tabel (1) tidak terdapat ranah bosan, benci, dan malu. Sedangkan, pada tabel (2)
tidak terdapat ranah cinta. Leksikon cinta dimasukkan ke dalam ranah emosi
senang. Selanjutnya, pada tabel (1) untuk ranah emosi marah dapat terlihat
leksikon-leksikon yang terjaring, yaitu: bosan, jenuh, muak, benci, emosi, sebal,
murka, naik darah, naik pitam. Dan, pada tabel (2) terlihat leksikon-leksikon
untuk emosi marah, yaitu: berang, geram, kesal, kalap, kecewa, muak, panik,
sebel. Hanya ada dua leksikon yang sama, yaitu: muak dan sebal. Bila kita
meninjau kosakata-kosakata emosi ranah marah dalam KBBI IV (2012), sebagai
berikut:
a. Marah : sangat tidak senang (karena dihina, diperlakukan tidak
sepantasnya, dsb);
berang; gusar.
b. Berang : sangat marah; sangat gusar
c. Gusar : marah; berang
d. Bengis : marah; gusar
Ranah emosi marah di atas memiliki leksikon-leksikon yang saling bersinonim,
namun tidak semua leksikon dalam ranah emosi yang sama dapat digunakan
dalam konteks yang sama pula. Kondisi ini pun terlihat sama dalam kategori
emosi bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang, terdapat sepuluh jenis kategori emosi
berdasarkan Kanjou Hyougen Jiten (dalam Rahmalina, 2014: 2). Kategori emosi
tersebut adalah:
Tabel 3
Kategori Emosi
Emosi Ranah Emosi Contoh
Andi Novita Rozaliana Fadillah, 2016
ANALISIS KONTRASTIF KATA YANG MENYATAKAN EMOSI MARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Kanjou Hyougen Jiten, dalam Rahmalina, 2014:2)
Dari tabel di atas juga terlihat bahwa masing-masing ranah emosi hanya
memberikan padanan katanya saja. Bila kita meninjau kamus dwi bahasa untuk
mengecek kosakata emosi marah dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia,
maka akan kita peroleh:
a. Kamus bahasa Indonesia-Jepang (Taniguchi, 1999):
a. Marah : okoru, shikaru, rippuku suru
b. Berang : ikari, haradachi
*Naik berang: hidoku okoru, gekido suru
c. Gusar : okoru, rippuku suru
d. Bengis : ikari
*Membengisi: okoru, rippuku suru
b. Kamus bahasa Jepang-Indonesia (Taniguchi, 2004):
a. Okoru : marah, gusar, berang
Andi Novita Rozaliana Fadillah, 2016
ANALISIS KONTRASTIF KATA YANG MENYATAKAN EMOSI MARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Rippuku suru : timbul marah
c. Shikaru : memarahi, memberi nasehat keras,
peringatan keras
Kamus bahasa Jepang-Indonesia (Matsuura, 1994):
a. Okoru : marah, gusar, naik darah, berkecil hati
b. Rippuku : amarah
*Rippuku suru: marah, naik darah
c. Shikaru : memarahi, mengomeli
Berdasarkan tinjauan dari beberapa kamus dwi bahasa di atas, dapat terlihat
bahwa leksikon emosi marah hanya mendapat padanan yang sesuai. Namun, tidak
ada penjelasan mengenai konteks pemakaian tiap leksikon tersebut. Dalam kasus
penerjemahan, bagi seorang penerjemah tentu akan merasa bingung ketika harus
memilih antara leksikon mana yang harus digunakan untuk konteks yang sesuai.
Tidak hanya bagi seorang penerjemah, tapi juga bagi pembelajar bahasa Jepang.
Hal ini akan menyulitkan pembelajar ketika akan menggunakan kosakata tersebut
dalam berkomunikasi.
Sudah disinggung bahwa emosi tiap budaya dan bangsa berbeda-beda.
Kata okoru mungkin saja bisa diartikan marah dalam bahasa Indonesia, tapi
apakah kata shikaru juga bisa diartikan marah dalam bahasa Indonesia yang
sesuai dengan konteks emosi marah bagi orang Indonesia. Meskipun,
kosakata-kosakata tersebut berada dalam ranah emosi yang sama, tidak menutup
kemungkinan bahwa dapat memunculkan timbulnya tumpang tindih makna antar
kosakata tersebut. Hal ini setara dengan pernyataan Widhiarso (2002: 8) bahwa
model pemaknaan seperti di dalam kamus dapat berdampak negatif, yaitu:
(1) Penggunaan kosakata emosi tersebut tidak sesuai dengan konteksnya,
(2) Menimbulkan kesulitan bagi pembelajar bahasa asing dan juga penerjemah,
(3) Komunikasi interkultural dapat terhambat.
Permasalahan kontekstual di atas dapat kita lihat dalam beberapa konteks kalimat
Andi Novita Rozaliana Fadillah, 2016
ANALISIS KONTRASTIF KATA YANG MENYATAKAN EMOSI MARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(1) 親 子供 悪さ 叱 (Pratiwi, 2012: 4))
Oya wa kodomo ga warusa o suru no o shikaru.
Orang tua memarahi perilaku buruk anaknya.
(2) 私 約束 忘 彼女 ても怒 (Pratiwi, 2012: 4)
Watashi ga yakusoku o wasureta toki, kanojyo wa totemo okotta.
Dia sangat marah kepada saya ketika saya melupakan janji.
Pada contoh (1) menggunakan kosakata shikaru untuk menunjukkan emosi marah.
Sedangkan, pada contoh (2) menggunakan kosakata okoru juga untuk
merepresentasikan emosi marah. Emosi yang ingin ditunjukkan adalah sama, yaitu
emosi marah. Namun, kosakata yang digunakan untuk menunjukkan emosi marah
tersebut berbeda. Baik kata shikaru maupun okoru memperoleh padanan marah
dalam bahasa Indonesia, yang membedakan adalah konteks penggunaannya. Pada
contoh (1) verba shikaru digunakan untuk menunjukkan perasaan marah kepada
seseorang untuk memperingatkan kesalahan yang dilakukan. Pada contoh (2)
digunakan verba okoru untuk menunjukkan perasaan marah karena
ketidaksenangan terhadap sesuatu hal. Dengan melihat contoh (1) dan (2) jelas
bahwa sangat diperlukan pemahaman kontekstual sebuah kosakata tentang kapan
dan bagaimana penggunaannya agar tidak terjadi kerancuan.
(3) ゆう :今朝 夢 見 !
P-Man, tabetakunakute… Kakurete, damatte tte, sutetan da. Sore ga, mama ga mitsukatte…
Saya mimpi dimarahi oleh mama!
Saya tidak mau makan paprika, lalu saya menyembunyikan paprika itu, dan akhirnya saya buang.
Andi Novita Rozaliana Fadillah, 2016
ANALISIS KONTRASTIF KATA YANG MENYATAKAN EMOSI MARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
父 :そういえ 昔 そ こ あ !
Souieba, mukashi, sonna koto atta ne!
Itu hal yang biasa terjadi dulu, kan!
Sepenggal dialog drama Ima, Ai ni Yukimasu (episode 4) di atas
menceritakan tentang seorang anak yang bermimpi dimarahi oleh ibunya. Contoh
kalimat (3) menggunakan kata shikarareta yang berasal dari kata shikaru, dan
mengalami perubahan menjadi bentuk pasif. Kata yang digunakan untuk
mengekspresikan emosi marah sang mama adalah shikaru, bukan okoru atau
rippuku suru. Kata shikaru tidak dapat digantikan dengan kata okoru atau rippuku
suru, karena bila menggunakan kata okoru, makna kalimat akan berbeda.
Sedangkan, bila menggunakan kata rippuku suru juga maknanya menjadi berbeda.
Kata shikaru digunakan untuk mengungkapkan rasa marah dalam hal memberikan
nasehat atau peringatan yang keras. Pada contoh kalimat (3) di atas jelas bahwa
sang mama akhirnya merasa marah kepada Yuuji karena tidak memakan paprika
yang diberikan, namun, ia malah menyembunyikan dan membuang paprika
tersebut. Hingga sang mama menemukan hal tersebut, dan menegur serta memberi
nasehat kepada Yuuji. Selanjutnya, untuk padanan kata shikaru diperoleh kata
marah dalam bahasa Indonesia, bukan menggunakan kata gusar atau berang. Bila
penerjemahan kata marah diganti dengan gusar atau berang, maka nuansa kalimat
akan menjadi sangat formal, dan akan menggambarkan bahwa sang mama
betul-betul bertindak bengis terhadap Yuuji, padahal ia hanya sebatas memberikan
nasehat dan peringatan kepada Yuuji.
Dengan melihat contoh (1), (2), dan (3) jelas bahwa sangat diperlukan
pemahaman kontekstual sebuah kosakata tentang kapan dan bagaimana
pemakaiannya yang sesuai agar tidak terjadi kerancuan. Penelitian yang terkait
dengan makna kata sudah cukup banyak dilakukan. Akan tetapi, penelitian yang
secara khusus mengontraskan kosakata emosi marah antara bahasa Jepang dan
bahasa Indonesia pada tataran konteks masih sedikit dilakukan. Berdasarkan hal
Andi Novita Rozaliana Fadillah, 2016
ANALISIS KONTRASTIF KATA YANG MENYATAKAN EMOSI MARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jepang dan bahasa Indonesia, lalu mengontraskannya melalui penelitian yang
berjudul ANALISIS KONTRASTIF KATA YANG MENYATAKAN EMOSI
‘MARAH’ DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA
(DITINJAU DARI SEGI SINTAKSIS)
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diungkapkan di atas, maka
rumusan masalah umu dalam penelitian ini adalah bagaimana persamaan dan
perbedaan bentuk pengungkap ekspresi marah dalam bahasa Jepang dan bahasa
Indonesia. Dengan demikian, berdasarkan maslaah umum tersebut, maka peneliti
merumuskan permasalahan khusus sebagai berikut:
1. Apa bentuk pengungkap ekspresi marah dalam bahasa Jepang?
2. Apa bentuk pengungkap ekspresi marah dalam bahasa Indonesia?
3. Apa persamaan fungsi bentuk pengungkap ekspresi marah dalam bahasa
Jepang dan bahasa Indonesia?
4. Apa perbedaan fungsi bentuk pengungkap ekspresi marah dalam bahasa
Jepang dan bahasa Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menjabarkan:
1. Bentuk pengungkap ekspresi marah dalam bahasa Jepang.
2. Bentuk pengungkap ekspresi marah dalam bahasa Indonesia.
3. Persamaan fungsi bentuk pengungkap ekspresi marah dalam bahasa
Andi Novita Rozaliana Fadillah, 2016
ANALISIS KONTRASTIF KATA YANG MENYATAKAN EMOSI MARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Perbedaan fungsi bentuk pengungkap ekspresi marah dalam bahasa Jepang
dan bahasa Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka manfaat penelitian yang
diharapkan oleh penulis adalah:
1. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman mengenai bentuk pengungkap ekspresi marah serta fungsinya
dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia.
2. Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan agar penelitian ini dapat
berguna sebagai referensi bagi pembelajar bahasa asing, khususnya bahasa
Jepang. Serta dapat berfungsi sebagai referensi tambahan dalam
pengajaran dan penerjemahan bahasa Jepang.
E. Sistematika Pelaporan
Bab I merupakan bab pendahuluan, pada bab ini peneliti menjelaskan latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan penelitian.
Bab II merupakan bab mengenai kajian pustaka, pada bab ini peneliti
menjelaskan teori-teori analisis kontrastif, teori sintaksis termasuk di dalamnya
penjelasan fungsi, peran, dan kategori sintaksis, kosakata-kosakata yang bermakna
marah dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, serta hasil penelitian terdahulu
yang dianggap relevan dengan penelitian ini.
Bab III merupakan bab mengenai metode penelitian, pada bab ini peneliti
menjelaskan metode apa yang digunakan dalam penelitian ini, termasuk
sumber-sumber data, teknik penjaringan data, serta teknik analisis data.
Bab IV merupakan bab pembahasan dan analisis data, pada bab ini peneliti
memaparkan data-data dan menganalisisnya sesuai dengan teori yang sudah
Andi Novita Rozaliana Fadillah, 2016
ANALISIS KONTRASTIF KATA YANG MENYATAKAN EMOSI MARAH DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
shikau, hara ga tatsu, rippuku suru, gekido suru, dan kanshaku suru dalam bahasa
Jepang dan kosakata marah, berang, dan gusar dalam bahasa Indonesia.
Bab V merupakan bab penutup yang berisi hasil analisis dan pembahasan
serta memberikan saran dan rekomendasi bagi peneliti sendiri dan peneliti