• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINCESS OF THE MASK (PARA WANITA BERTOPENG MAKE UP DALAM PERSEPSI LELAKI DI SMA PGRI 2 KAYEN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRINCESS OF THE MASK (PARA WANITA BERTOPENG MAKE UP DALAM PERSEPSI LELAKI DI SMA PGRI 2 KAYEN)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PRINCESS OF THE MASK

(PARA WANITA BERTOPENG MAKE UP DALAM PERSEPSI LELAKI DI SMA PGRI 2 KAYEN)

Bagus Mu’min1, Dika Alif1, Betty Shinta Indriani2, Siswa SMA PGRI 2 Kayen

Guru SMA PGRI 2 Kayen

Email: Bagusmumin84@gmail.com1, smapgri2pati@gmail.com1,

Shintaindri18@gmail.com2 ABSTRACT

The trend of using make up among female students lately was increasingly prevalent. School girls who use makeup like using masks because real faces are manipulated by various types of cosmetics. Whereas the use of make up in schools was a form of violation in the medium-heavy category. The use of make up that was not in accordance with the rules causes negative impacts physically and psychologically. Based on observations, as many as 66.6% of female students who use make up to school have the motivation to look beautiful. Therefore, it was necessary to conduct a study to find out whether there was a relationship/correlation between the use of makeup and the formation of beautiful perceptions by male students. With this research it was expected to be a consideration for the use of makeup among girls students.

This research was conducted through a questionnaire method with closed answers on 67 samples of male students in class XI. Data analysis performed was univariate with SPSS IBM 22 to determine the acquisition of frequency, validity and normality of data. Correlation test is done by bivariate analysis of Pearson moment products so that the conclusion is a positive and significant correlation between the use of makeup and the formation of physical beauty and inner beauty perception of students in the view of men.

Keywords: use of makeup, physical beauty, inner beauty ABSTRAK

Trend penggunaan make up dikalangan pelajar siswi akhir-akhir ini semakin marak dilakukan. Para siswi yang menggunakan make up selolah menggunakan topeng karena wajah asli yang termanipulasi oleh berbagai jenis kosmetik. Padahal penggunaan make up di sekolah merupakan salah satu bentuk pelanggaran tata tertib dengan kategori sedang-berat. Penggunaan make up yang tidak sesuai dengan aturan menyebabkan dampak negatif baik secara fisik maupun secara psikis. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan sebanyak 66,6% siswi perempuan yang menggunakan make up ke sekolah memiliki motivasi agar terlihat cantik. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah penelitian guna mengetahui adakah hubungan/korelasi antara penggunaan make up dengan pembentukan persepsi cantik oleh para siswa terhadap para siswi. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan penggunaan make up dikalangan pelajar putri.

(2)

Penelitian ini dilakukan melalui metode angket dengan jawaban tertutup pada 67 sampel siswa laki-laki kelas XI. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dengan SPSS IBM 22 untuk mengetahui perolehan frekuensi, validitas dan normalitas data. Uji korelasi dilakukan dengan analisis bivariat produk moment pearson sehingga diperoleh kesimpulan adanya korelasi yang positif dan signifikan antara penggunaan make up dengan pembentukan persepsi cantik secara fisik maupun inner beauty para siswi dalam pandangan para lelaki.

Kata kunci: penggunaan make up, kecantikan secara fisik, kecantikan inner beauty

PENDAHULUAN

Trend penggunaan make up akhir-akhir ini semakin marak dikalangan pelajar. Setiap pagi pada saat jam pelajaran dimulai, banyak sekali teman-teman pelajar perempuan yang ditegur oleh bapak-ibu guru karena menggunakan make up berlebihan. Make up menurut KBBI memiliki arti berdandan, Elianti (2017) menyebutkan bahwa make up adalah seni merias wajah atau mengubah bentuk asli dengan bantuan alat dan bahan kosmetik yang bertujuan untuk memperindah serta menutupi kekurangan sehingga wajah terlihat ideal. Para siswi yang menggunakan make up selolah menggunakan topeng karena wajah asli yang tertutupi oleh riasan kosmetik. Penggunaan make up yang tidak tepat pada usia dini menyebabkan dampak negatif yaitu iritasi, alergi, jerawat, wajah tampak lebih tua dari usia yang sebenarnya, kerutan dan flek wajah muncul lebih awal daripada biasanya serta gangguan psikis lainnya (Pasadina,2016).

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa sebanyak 92,9% siswi kelas XI selalu menggunakan make up saat berangkat sekolah. Adapun produk-produk make up yang sering digunakan adalah lipstick, bedak, dan mascara. Beberapa siswi bahkan nekat untuk menggunakan cream pemutih wajah instan non BPOM agar dapat memiliki wajah tampak lebih cerah. Pada saat dilakukan observasi, salah satu siswi menyatakan bahwa setiap hari ia selalu menggunakan make up walaupun selalu ditegur oleh bapak/Ibu guru di sekolah. Hal ini menunjukkan telah terjadinya dekadensi moral para pelajar perempuan akibat penggunaan make up. Selain itu, aktivitas penggunaan make up oleh para siswi menimbulkan perilaku konsumtif yang bahkan pada suatu kasus menyebabkan mereka menggunakan uang yang seharusnya dibayarkan ke sekolah untuk membeli peralatan kosmetik yang diinginkan.

Berdasarkan hasil wawancara, salah satu guru BK menyebutkan bahwa penggunaan make up yang berlebihan oleh siswi dikhawatirkan dapat menyebabkan mereka tidak berkonsentrasi dalam belajar sehingga mempengaruhi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Peraturan di sekolah menyebutkan bahwa penggunaan make up yang berlebihan pada jam belajar belangsung merupakan salah satu bentuk pelanggaran dengan kategori sedang-berat. Apabila skor pelanggaran terhadap peraturan tersebut melampaui ambang batas maka siswi tersebut dapat dikeluarkan dari sekolah.

Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan. Hasil observasi dikalangan teman-teman pelajar putri

(3)

menunjukkan bahwa sebanyak 66,6% siswi kelas XI termotivasi menggunakan make up agar terlihat cantik. Hal ini didukung oleh Christanti & Raditya (2013) yang menyebutkan bahwa perempuan pada masa pubertas (usia 10-19 tahun) menginginkan perhatian besar terhadap keadaan dirinya. Pemakaian berbagai macam produk kosmetik dilakukan guna menunjukkan harga diri dan eksistensi diri sebagai perempuan yang cantik dan menarik. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah penelitian guna mengetahui adakah hubungan/ korelasi antara penggunaan make up dengan pembentukan persepsi cantik oleh para siswa terhadap para siswi.

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan teman-teman siswi dapat berfikir ulang saat mencoba untuk menggunakan make up secara berlebihan sehingga dampak negatif akibat penggunaan make up dapat dihindari.

METODE PENELITIAN Waktu pelaksanaan penelitian:

Penelitian ini berlangsung di SMA PGRI 2 Kayen pada bulan Januari-Februari 2020.

Sumber data: 1. Data primer

Data primer diperoleh dari hasil angket/kuesioner, hasil observasi dan wawancara peneliti terhadap sampel penelitian. Untuk memperoleh data tersebut, peneliti memberikan seperangkat angket penelitian kepada sampel penelitian yang telah ditentukan.

2. Data sekunder:

Data sekunder diperoleh dari hasil studi literatur berbagai sumber informasi seperti artikel, buku dan jurnal penelitian sebelumnya. Sumber-sumber data sekunder tertulis dalam daftar pustaka.

Populasi dan sampel penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan purposive sampling. Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas XI sejumlah 191 orang. Penelitian dilakukan kepada kelas XI karena kelas tersebut dianggap dapat merepresentasikan kondisi kelas XII dan kelas X. Sedangkan pemilihan sampel penelitian menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

(4)

Berdasarkan rumus tersebut dapat ditentukan jumlah sampel sebagai berikut: 191

(191𝑥0.01) + 1 = 66,5 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

Total sampel berdasarkan rumus slovin adalah sejumlah 66,5 orang sehingga dibulatkan menjadi 67 orang.

Teknik pengumpulan data:

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari dan membaca sumber/referensi berupa artikel, jurnal ilmiah dan buku yang berhubungan dengan penelitian ini. 2. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung kejadian yang terjadi di lapangan.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada responden sehingga didapatkan data berupa penjelasan langsung oleh responden.

4. Angket

Angket disusun berdasarkan indikator-indikator cantik yang telah ditentukan kemudian diberikan kepada sampel yang telah ditetapkan. Menurut Cristanti & Raditya (2013) definisi cantik dipersepsikan dengan dua hal yaitu cantik secara fisik dan secara ruhiyah (inner beauty). Berdasarkan hal tersebut dapat ditentukan pertanyaan dalam angket sebagai berikut:

a. Cantik secara fisik

1. Siswi yang menggunakan make up terlihat cantik

2. Siswi yang cantik adalah yang menggunakan cream wajah agar terlihat putih

3. Siswi yang cantik adalah yang memiliki bulu mata lentik karena menggunakan mascara

4. Siswi yang cantik adalah yang memiliki alis tebal karena menggunakan pensil alis

5. Siswi yang cantik adalah yang berbibir merah karena menggunakan lipstick

6. Siswi yang cantik adalah yang bermata tajam karena menggunakan eyeliner

7. Siswi yang menggunakan make up terlihat lebih cantik daripada siswi yang tidak menggunakan make up

(5)

b. Cantik secara ruhiyah (inner beauty)

1. Siswi yang menggunakan make up memberikan suasana positif 2. Siswi yang menggunakan make up terlihat ceria

3. Siswi yang menggunakan make up terlihat sederhana dan bersahaja 4. Siswi yang menggunakan make up memiliki rasa empati

5. Siswi yang menggunakan make up berperilaku dan berbicara dengan sopan

6. Siswi yang menggunakan make up berbicara dengan lemah lembut 7. Siswi yang menggunakan make up cerdas secara akademik

8. Siswi yang menggunakan make up terlihat mandiri

Dalam penelitian ini, jenis angket yang diberikan kepada responden adalah jenis angket tertutup, adapun pilihan jawaban yang telah ditentukan yaitu: sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Adapun distribusi soal dapat dilihat dalam tabel 1 berikut:

Tabel 1. Indikator dan sebaran soal dalam angket penelitian

Variabel Indikator Sebaran soal Jumlah

soal Persepsi

cantic Cantik secara spiritual Cantik secara fisik 1,2,3,4,5,6,7,8 8 (inner beauty) 9,10,11,12,13,14,15,16, 8

Total soal 16

Skor yang diberikan untuk masing-masing jawaban berdasarkan skala likert adalah: Sangat setuju (4), Setuju (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1).

Teknik analisis data

Data yang telah diperoleh kemudian disesuaikan dengan ketentuan skala likert dan ditabulasi dalam Ms. Office Excell. Data yang telah ditabulasi kemudian dianalisis secara diskriptif dengan uji univarat untuk melihat distribusi frekuensi, validitas & normalitas data menggunakan software IBM SPSS 22. Untuk mengetahui korelasi antar variabel dilakukan uji bivariat korelasi produk momen pearson dengan interpretasi nilai r disebutkan dalam tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Interpretasi r pada korelasi produk moment (Usman & Akbar,2000)

r Interpretasi 0 Tidak berkorelasi 0,01-0,20 Sangat rendah 0,21-0,40 Rendah 0,41-0,60 Agak rendah 0,61-0,80 Cukup 0,81-0,99 Tinggi 1 Sangat tinggi

(6)

Nilai korelasi produk momen pearson (KPM) disimbolkan dengan r (rho). Nilai KPM juga berada di antara -1 < r < 1. Bila nilai r = 0, berarti tidak ada korelasi atau tidak ada hubungan anatara variabel independen dan dependen. Nilai r = +1 berarti terdapat hubungan yang positif antara variabel independen dan dependen. Nilai r = -1 berarti terdapat hubungan yang negatif antara variabel independen dan dependen. Dengan kata lain, tanda “+” dan “-“ menunjukkan arah hubungan di antara variabel yang sedang diopersionalkan. (Usman & Akbar,2000)

Gambar 1. Diagram alur kerja penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3. Hasil analisis SPSS respon penggunaan make up terhadap pembentukan persepsi cantik secara fisik dalam pandangan para lelaki

No

Soal STS TS S Frekuensi SS N STS TS Valid % S SS Total SD Var Mean 1 14 48 4 1 67 20.9 71.6 6.0 1.5 100 781 611 2.42 2 14 33 16 4 67 20.9 49.3 23.9 6.0 100 821 674 2.15 3 14 44 5 4 67 20.9 65.7 7.5 6.0 100 728 530 1.99 4 14 48 4 1 67 20.9 71.6 6.0 1.5 100 565 319 1.88 5 24 30 12 1 67 35.8 44.8 17.9 1.5 100 764 583 1.85 6 21 39 7 0 67 31.3 58.2 10.4 0 100 616 380 1.79 7 16 25 23 3 67 23.9 37.3 34.3 4.5 100 857 735 2.19 8 15 38 11 3 67 22.4 56.7 16.4 4.5 100 758 575 2.03 Hasil penelitian indikator cantik secara fisik pada tabel 3 dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1). 71,64% siswa laki-laki tidak setuju jika siswi yang ber-make up terlihat cantik; 2). 49,25% siswa laki-laki tidak setuju jika siswi yang menggunakan cream pemutih wajah terlihat cantik; 3). 65,68% siswa laki-laki tidak

(7)

setuju jika siswi yang menggunakan mascara terlihat cantik; 4). 71,64% siswa laki-laki tidak setuju jika siswi yang menggunakan pensil alis terlihat cantik; 5). 44,78% siswa laki-laki tidak setuju jika siswi yang menggunakan lipstick terlihat cantik; 6). 58,20% siswa laki-laki tidak setuju jika siswi yang menggunakan eyeliner terlihat cantik; 7). 37,31% siswa laki-laki tidak setuju jika siswi yang ber-make up terlihat lebih cantik daripada siswi yang tidak ber-make up; 8). 56,72% siswa laki-laki tidak setuju jika siswi yang bermake up tampak lebih muda daripada usianya.

Berdasarkan data pada tabel 3 tersebut dapat diurutkan keseluruhan respon para siswa terhadap siswi bermake up dengan indikator cantik secara fisik sebagai berikut: paling banyak siswa menjawab tidak setuju (56%), selanjutnya menjawab sangat tidak setuju (25%), kemudian setuju (15,4%) dan paling sedikit siswa yang menjawab sangat setuju (3,6%). Uji normalitas data cantik secara fisik dalam program SPSS memperlihatkan gambar histogram dengan distribusi normal dan valid 100%.

Pasadina (2016) menjelaskan bahwa anak usia remaja (termasuk siswa SMA) sudah mulai mengerti betapa pentingnya kecantikan, daya tarik dan popularitas dalam membentuk dukungan sosial. Standar kecantikan dalam pikiran para remaja saat ini adalah tubuh langsing, kulit putih-mulus, berhidung mancung dan berbibir sensual (Suprapto,2013). Menjadi hal yang wajar jika para siswi berlomba-lomba mengenakan make up ke sekolah dengan harapan dapat memanipulasi penampilan mereka sehingga mendapat dukungan sosial seperti dianggap cantik dan popular oleh teman-teman seusianya. Harapan tersebut terkadang membuat mereka tidak berfikir panjang untuk memilih jenis make up yang digunakan sehari-hari.

Tabel 4. Hasil analisis SPSS korelasi produk momen pearson penggunaan berbagai jenis make up terhadap persepsi cantik secara fisik

Variabel Cream

pemutih Mascara Pensil alis lipstick Eyeliner Cantik Pearson Correlation .468** .304* .115* .258* 058* Sig. (2-tailed) .000 .012 .355 .035 .640 N 67 67 67 67 67

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan analisis data pada tabel 4 dapat disimpulkan bahwa penggunaan jenis make up terhadap persepsi cantik secara fisik memberikan korelasi positif yang signifikan dengan rincian interpretasi sebagai berikut: 1).

(8)

Penggunaan cream pemutih wajah berkorelasi agak rendah (0,468) terhadap persepi cantik secara fisik, 2). Penggunaan mascara dan lispstick berkorelasi rendah (0,304 & 0,258) terhadap persepi cantik secara fisik,, 3). Penggunaan pensil alis dan eyeliner berkorelasi sangat rendah (0,115 & 0,058) terhadap persepi cantik secara fisik,

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa beberapa siswi yang menggunakan berbagai jenis make up seperti data diatas memiliki beberapa keluhan berupa wajah yang mudah memerah saat terkena panas, mudah iritasi dan kulit wajah terasa lebih tipis. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tranggono & Latifah (2007) dalam Pasadina (2016) yang menyatakan bahwa penggunaan jenis make up yang tidak sesuai dapat menimbulkan efek samping berupa iritasi, alergi, fotosensitasi, jerawat, intoksitasi, penyumbatan fisik & komedogenik.

Perkembangan psikologis anak usia remaja yang belum sempurna diduga menyebabkan mereka lebih memilih untuk menggunakan jenis make up yang memberikan efek cantik/putih secara instan. Padahal jenis kosmetik semacam ini dikhawatirkan mengandung zat aktif berupa merkuri dan hidroquinon yang melebihi ambang batas normal dan dapat menyebabkan kanker kulit (Asih, 2006). Dalam Pasadina (2016) dijelaskan bahwa jenis-jenis make up yang sesuai dengan usia remaja adalah bedak, lip gloss, blush on dan eye shadow namun dengan komposisi bahan yang harus lebih ringan dibandingkan jenis make up untuk usia dewasa.

Terlihat cantik secara fisik seharusnya tidak perlu dilakukan dengan menggunakan make up sembarangan. Cristanti & Raditya (2013) menyebutkan bahwa makna kecantikan remaja sekarang ini harus mulai diarahkan pada aspek ruhaniah (inner beauty). Kecantikan yang sesungguhnya harus bisa memberikan energi positif bagi sekitarnya, sehingga kriteria kecantikan yang tadinya berasal dari indikator-indikator fisik berubah menjadi indikator-indikator ruhaniah (inner beauty). Kecantikan Inner beauty diharapkan dapat memberikan dampak positif yang lebih banyak bagi lingkungan dan masyarakat.

Tabel 5. Hasil analisis SPSS respon penggunaan make up terhadap pembentukan persepsi cantik secara inner beauty dalam pandangan para lelaki

No

Soal STS TS S Frekuensi SS N STS TS Valid S SS Tot SD Var Mean 9 6 28 28 5 67 9.0 41.8 41.8 7.5 100 766 587 2.48 10 9 43 9 6 67 13.4 64.2 13.4 9.0 100 777 604 2.18 11 9 35 19 4 67 13.4 52.5 28.4 6.0 100 770 593 2.27 12 4 35 22 6 67 6 52.5 32.8 9 100 744 554 2.45 13 5 39 19 4 67 7.5 58.5 28.4 6.0 100 705 497 2.33 14 6 44 15 2 67 9.0 65.7 22.4 3.0 100 633 401 2.19 15 6 39 15 7 67 9 58.2 22.4 10.4 100 789 623 2.34 16 5 34 21 7 67 7.5 50.7 31.3 10.4 100 784 615 2.45

(9)

Hasil penelitian dalam tabel 5 dibawah ini menyatakan bahwa;1). Siswa laki-laki memberikan respon setuju dan tidak setuju bahwa siswi yang ber-make up memberikan suasana yang positif dengan jumlah yang sama besar (41,7%). Hal ini berarti siswi yang mengenakan make up tidak selalu memberikan suasana negatif dalam lingkungan sekolah. 2). 64,18% siswa tidak setuju bahwa siswi yang ber-make up selalu terlihat ceria, 3). 52,2% tidak setuju bahwa siswi yang ber-ber-make up terlihat sederhana, bersahaja dan berempati, 4). 58,2% siswa tidak setuju jika siswi yang ber-make up terlihat cerdas secara akademik serta berperilaku dan berbicara sopan, 5). 65,7% siswa laki-laki tidak setuju jika siswi yang ber-make up berbicara dengan lemah lembut, 6). 50,7% siswa laki-laki tidak setuju jika siswi yang ber-make up terlihat mandiri.

Berdasarkan data tersebut dapat diurutkan keseluruhan respon para siswa terhadap siswi ber-make up dalam indikator cantik secara inner beauty sebagai berikut: 55,41% menjawab tidak setuju, 27,61% menjawab setuju, 9,33% menjawab sangat tidak setuju, dan 7,65% menjawab sangat setuju. Uji normalitas data cantik secara inner beauty dalam program SPSS memperlihatkan gambar histogram dengan distribusi normal dan valid 100%.

Tabel 6. Hasil analisis SPSS korelasi produk momen pearson indikator cantik secara inner beauty

indikator cantik secara inner beauty

Positif Ceria Sederhana Empati Sopan Lembut Cerdas Mandiri Pearson Correlation 1* .639 ** .750** .571** .550 ** .439** .383** .156* Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .001 .208 N 67 67 67 67 67 67 67 67

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan analisis data pada tabel 6 dapat disimpulkan bahwa penggunaan make up berkorelasi positif yang signifikan dalam membentuk persepsi cantik secara inner beauty para siswa dengan rincian interpretasi sebagai berikut: 1). Penggunaan make up berkorelasi sangat tinggi (1) dengan persepsi siswi yang memberikan suasana positif, 2). Penggunaan make up berkorelasi cukup tinggi (0,639 & 0,750) dengan persepsi siswi yang ceria dan sederhana, 3). Penggunaan make up berkorelasi agak rendah dengan persepsi siswi yang memiliki sikap empati, sopan dan lemah lembut (0,572., 0,550, 0,439), 4). Penggunaan make up berkorelasi rendah dengan persepsi siswi yang cerdas secara akademik (0,383), 5). Penggunaan make up berkorelasi sangat rendah dengan persepsi siswi yang memiliki sikap mandiri.

Kecantikan fisik (outer beauty) adalah keindahan fisik yang begitu nyata dan tampak dari luar sehingga bisa mempengaruhi perhatian para siswa kepada para siswi. Jenis kecantikan ini dapat dimanipulasi dengan penggunaan berbagai jenis make up. Namun kecantikan fisik bersifat sementara dan bisa hilang seiring

(10)

berjalannya waktu. Yang tidak kalah penting dan perlu diperhatikan adalah jenis kecantikan ruhiyah (inner beauty). Para siswi yang menggunakan make up ke sekolah hendaknya tetap berusaha untuk mempercantik sikap dan tingkah lakunya sesuai kebudayaan masyarakat sehingga mereka tetap terlihat cantik baik dari luar maupun dalam.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

Terdapat korelasi positif yang signifikan antara penggunaan make up dengan pembentukan persepsi cantik para siswa terhadap siswi baik secara fisik maupun secara inner beauty.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perlu adanya penelitian selanjutnya guna mengetahui seberapa besar dampak penggunaan make up terhadap kondisi fisik (wajah) para siswi saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Raden wijaya. 2013. Perhitungan interval skala likert. [online]. https://www.slideshare.net/wijayaraden/skala-likert-metode-perhitungan-persentase-dan-interval. diakses pada tanggal 15 Febuari 2020.

Anonim. 2016. Tutorial analisis dengan SPSS [Online]. https://desertflowers125.wordpress.com/2016/04/01/tutorial-spss-analisis-univariat-data-numerik/. Diakses pada tanggal 16 februari 2020. Slamet Budi Asih. 2006. Dampak Penggunaan Kosmetika Pemutih terhadap

Kesehatan Kulit pada Ibu-Ibu di RW II Desa Limpung Kec. Limpung Kab. Batang Jateng. SKRIPSI: FT UNNES.

Cristianti, Ovi Nita.,Raditya Ardhi. 2013. Konstruksi Perempuan Cantik di kalangan Siswi SMAN 1 Sooko Mojokerto. Paradigma: 1(1).

Pasadina, Dini. 2016. Analisis Perilaku Pemakaian Kosmetika Rias Wajah (Dekoratif) pada Remaja Pubertas (Suatu Survei yang Dilakukan pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 68 Jakarta). SKRIPSI: FT UNJ.

Ellianti, Litta Dona. 2017. Makna Penggunaan make up sebagai identitas Diri (Studi Mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta). SKRIPSI: FIS UNY.

Tranggono, Retno Iswari dan Fatima Latifa. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Solistiawati, Ayu & Novendawati. 2015. Hubungan antara citra tubuh dengan harga diri remaja puti. Jurnal psikologi: 13 (1).

Pratiwi,Dinda Surya. 2011. Hubungan Konsep Diri Remaja Putri Dengan Perilaku Membeli Produk Kosmetik Pemutih Wajah. Thesis: Universitas Negeri Semarang.

(11)

Suprapto, Maria Helena. 2013. I Love My Body: Efektivitas Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan Bibliotherapy dalam Meningkatkan Citra Tubuh Mahasiswi. Gema aktualita: 2(1).

Gambar

Tabel 1. Indikator dan sebaran soal dalam angket penelitian
Tabel 3. Hasil analisis SPSS respon penggunaan make up terhadap pembentukan  persepsi cantik secara fisik dalam pandangan para lelaki
Tabel 4. Hasil analisis SPSS korelasi produk momen pearson penggunaan berbagai  jenis make up terhadap persepsi cantik secara fisik
Tabel 5. Hasil analisis SPSS respon penggunaan make up terhadap pembentukan  persepsi cantik secara inner beauty dalam pandangan para lelaki
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan mengkaji tentang bagaimana upaya Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia (DPC) Perjuangan Kabupaten Situbondo dalam memberikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi xanthan gum terhadap sifat fisik krim ekstrak etanol kulit buah manggis yang meliputi organoleptis,

Infermedica adalah sebuah Aplication Proggramming Interface yang memungkinkan untuk di aplikasikan kedalam sebuah rancangan aplikasi untuk kesehatan, singkatnya

Perancangan animasi interaktif ini digunakan untuk membantu masyarakat pada umumnya serta umat islam pada khususnya agar mengetahui bagaimana tata cara pelaksanaan

Penambahan luas ini sebagai bagian dari komitmen pemerintah kabupaten terutama DKP yang terus melakukan pembangunan dan optimalisasi TPST untuk dapat memenuhi Sidoarjo Zero

Upaya penanggulangan illegal fishing yang dilakukan Satuan Kepolisian Perairan Resor Biak Numfor meliputi : upaya preventif (mengadakan penyuluhan hukum,

Nilai ini berarti bahwa sebesar 20,7% Pertumbuhan Ekonomi pada Provinsi Gorontalo dipengaruhi oleh Belanja Modal yang dialokasikan oleh Pemerintah untuk

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok. Pertimbangan untuk nasihat lain •