• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Pemungutan Pajak Parkir dan Retribusi Parkir. a. Tata Cara Pemungutan Pajak Parkir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Pemungutan Pajak Parkir dan Retribusi Parkir. a. Tata Cara Pemungutan Pajak Parkir"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

36 A. PEMBAHASAN MASALAH

1. Pemungutan Pajak Parkir dan Retribusi Parkir

a. Tata Cara Pemungutan Pajak Parkir

Dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 4 tahun 2011 tentang Pajak Daerah, Pajak Parkir dipungut diseluruh wilayah daerah tempat parkir berlokasi. Pelaksanaan penarikan Pajak Parkir di Surakarta berdasarkan Peraturan Daerah sebagai berikut:

a. Wajib pajak menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang ke DPPKA dengan mengisi Surat Pemberitahuan Tagihan Pajak Daerah (SPTPD) disertai dengan lampiran-lampiran yang diperlukan.

b. SPTPD oleh Wajib Pajak atau kuasanya harus diserahkan kembali kepada Kepala Dinas paling lambat 7 (tujuh) hari kerja atau paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setelah masa pajak berakhir.

c. Berdasarkan SPTPD, Kepala Dinas menetapkan pajak terutang dan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah

d. Bukti pembayaran dan penyetoran Pajak Parkir menggunakan SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) atau Nota Perhitungan dengan nominal pajak yang telah deregister oleh Dinas.

(2)

e. Tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak terutang adalah 10 (sepuluh) hari setelah berakhirnya masa pajak atau tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya. Pembayaran dan penyetoran pajak setelah jatuh tempo dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar 2% setiap bulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)

f. Surat peringatan atau Surat Teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran pajak.

g. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi pajak terutang. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana yang telah ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa.

h. Apabila setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga melunasi hutang pajaknya setelah jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada kepala Kantor Lelang Negara.

(3)

i. Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita segera memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak.

Pelaksanaan pemungutan pajak parkir di DPPKA Kota Surakarta dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan Pendaftaran dan Pendataan Wajib Pajak Parkir Untuk mendapatkan data Wajib Pajak, dilaksanakan pendaftaran dan pendataan secara langsung ke lapangan terhadap Wajib Pajak yang memiliki obyek pajak di wilayah kota Surakarta. Diawali dengan pengisian formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap dan benarserta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya dengan melampirkan fotocopy identitas pomohon. Kemudian, petugas pajak mencatat data Wajib Pajak kedalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang kemudian digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

b. Penghitungan Penetapan Pajak Parkir

Wajib Pajak yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD), setiap awal masa pajak harus mengisi Surat Pemberitahuan Tagihan Pajak Daerah (SPTPD) harus segera diserahkan kepada Kepala Dinas selambat-lambatnya sepuluh (10) hari setelah berakhirnya masa pajak. Data yang sudah masuk akan disimpan kedalam berkas atau kartu data

(4)

yang merupakan hasil akhir untuk memperhitungkan besarnya tagihan pajak dengan menerbitkan SKPD.

c. Pembayaran

Seluruh Wajib Pajak datang sendiri ke kantor DPPKA untuk membayar tagihan pajak. Persyaratan pembayaran dan penyetoran Pajak Parkir dengan melampirkan SPTPD yang telah diisi dan ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya, bukti transaksi dan rekapitulasi omzet. Dengan itu DPPKA mulai tahun 2008 membangun sendiri loket/tempat pembayaran khusus untuk Wajib Pajak membayar seluruh pajak daerah yang diberlakukan di Surakarta dan harus tepat waktu jika Wajib Pajak tidak ingin dibebani sanksi atas keterlambatan pembayaran.

d. Sanksi Pembayaran

Tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak terutang adalah 10 (sepuluh) hari setelah berakhirnya masa pajak atau tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya. Pembayaran dan penyetoran pajak setelah jatuh tempo dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar 2% setiap bulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar dan ditagih dengan menerbitak Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)

(5)

b. Tata Cara Pemungutan Retribusi Parkir

Dalam melakukan pemungutan retribusi parkir, UPTD Perparkiran mengacu pada Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 tentang retribusi daerah dan juga mengacu pada Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perhubungan.

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta dalam melaksanakan pemungutan retribusi parkir pelaksanaannya dikerjasamakan atau dipihakketigakan. Jadi, ada 2 sistem dalam pelaksanaannya yaitu, sistem lelang dan sistem penunjukkan. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta dapat memungut retribusi setiap tahunnya untuk sistem lelang dan setiap bulan untuk sistem penunjukkan.

Untuk lebih jelasnya mengenai sistem pemungutan retribusi parkir oleh UPTD Perparkiran Kota Surakarta dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

(6)

Sumber : UPTD Perparkiran Kota Surakarta Gambar 3.1

Sistem Pemungutan Retribusi Parkir

Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan mengenai sistem pemungutan retribusi parkir itu dari pihak Pemerintah Kota Surakarta melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kota Surakarta mengkerjasamakannya atau memihakketigakan dengan pengelola parkir melalui sistem lelang dan sistem penunjukkan. Pihak ketiga yang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setelah memenuhi persyaratan kerjasama diberi izin dan hak sebagai pengelola parkir. Kemudian dalam pengelolaan parkir, pihak ketiga mempekerjakan petugas parkir untuk memungut retibusi parkir kepada pengguna jasa parkir setelah mendapatkan kartu tanda anggota.

Potensi pendapatan parkir ditentukan berdasarkan pada hasil survey yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, pengelola parkir dan/atau akademisi. Dari hasil survey potensi parkir tersebut dijadikan sebagai dasar untuk pertimbangan penetapan target retribusi parkir. Dalam pengelolaan parkir yang ada di Kota Surakarta, terdapat sistem

Pemerintah Kota UPTD Perparkiran

Sistem Tender atau Lelang dan Sistem Penunjukan

Pengelola Parkir Petugas Parkir Petugas Parkir

(7)

bagi hasil diantara pemerintah, pengelola parkir dan tukang parkir. Sistem bagi hasil pendapatan parkir di atur dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2013. Berikut sistem bagi hasil pendaptan parkir di kota Surakarta:

Tabel 3.1

Sistem Bagi Hasil Pendapatan Parkir Di Kota Surakarta

Pihak Jenis Parkir

Tepi Jalan Tempat Khusus

Pemerintah Kota 40% 40%

Pengelola Parkir 20% 20%

Petugas Parkir 25% 25%

Jaminan Sosial &

hak-haklainnya 15% 15%

Sumber : Perda No. 1 Tahun 2013

Pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum, tidak hanya untuk parkir umum tetap namun juga parkir umum insidental yaitu parkir yang diselenggarakan secara tidak tetap, yang diselenggarakan karena kegiatan tertentu, seperti pasar malam, sekaten, pameran dan lain-lain, maka Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Kota Surakarta dapat melakukan pemungutan retribusi secara langsung bagi pengelola perseorangan yang menggunakan lahan sendiri tanpa harus mematok lahan parkir yang telah disediakan. Bagi pengelola badan usaha atau perseorangan yang mematok lahan yang telah disediakan, maka penarikan atau pemungutan dapat dilakukan dengan mengikuti sistem lelang atau tender yang dilakukan sebelum adanya kegiatan. Dalam proses melaksanakan pemungutan harus ada tanda pungutan

(8)

biaya parkir dan tanda tersebut berbentuk karcis yang disahkan oleh Walikota dan DPPKAD.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah, tarif retribusi parkir sesuai dengan dengan zona-zona parkir yang sudah ditetapkan. Di dalam Peraturan Daerah ini, mengatur adanya lima zona area parkir di tepi jalan umum. Mulai dari zona E dengan beban biaya parkir terendah hingga zona A yang kenaikan tarif parkirnya tertinggi. Sementara waktu, Pemerintah Daerah belum menerapkan pelaksanaan untuk zona A dan zona B, dan yang sudah diterapkan pelaksanaannya yaitu zona C, D, dan E. Untuk lebih jelas mengenai wilayah pembagian zona parkir di Kota Surakarta dimulai dari zona C, D, dan E, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2

(9)

No Zona Wilayah

1 C Sepanjang Jl. Slamet Riyadi

2 D  Jl. Urip Sumoharjo  Jl. Kapt. Mulyadi  Jl. Yos Sudarso  Jl. Dr. Rajiman  Jl. Veteran  Jl. Gatot Subroto  Jl. Kapt. Tendean  Jl. Sutan Syahrir  Jl. RM Said  Jl. Dr. Muwardi  Jl. S. Parman  Jl. RE Martadinata  Jl. Brigjend Sudiarto  Jl. Gajah Mada  Jl. Honggowongso  Jl. Suryopranoto  Jl. Sutowijoyo

3 E Semua ruas jalan di tepi jalan

umum selain yang termasuk di Zona C dan D

Sumber : UPTD Perparkiran Surakarta

Mengenai tarif retribusi parkir, Pemerintah Kota Surakarta mengatur tarif parkir berdasarkan zona-zona yang sudah diatur dalam Perda Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011. Berikut tarif parkir sesuai

(10)

dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah :

Tabel 3.3

Tarif Retrisbusi Parkir

Jenis Kendaraan Tarif Parkir

Zona C Zona D Zona E

Sepeda 500 500 500

Andong/Dokar 500 500 500

Sepeda Motor 2.000 1.500 1.000

Mobil Penumpang/ pick up 3.000 2.000 1.500

Bus/Truck sedang 5.000 3.500 3.000

Bus/Truck Besar 7.000 5.500 4.000

Sumber : UPTD Perparkiran Surakarta

Pembagian zona parkir yang diberlakukan mempunyai tujuan untuk lebih menata perparkiran di Kota Surakarta. Penzoningan yang diberlakukan telah didasarkan pada berbagai perincian dan klasifikasi dari potensi ruas jalan, untuk Zona C lebih diutamakan untuk ruas jalan protokol yaitu jalan yang ditetapkan sebagai jalan utama pada suatu kota yang cenderung berada pada pusat tatanan Kota Surakarta. Zona D merupakan zona yang diperuntukan untuk jalan-jalan yang bukan menjadi jalan protokol di Kota Surakarta. Zona E merupakan zona yang diperuntukkan untuk ruas jalan yang berada di luar ruas jalan yang disebutkan di Zona C dan Zona D.

(11)

2. Analisis Realisasi Serta Pertumbuhan Penerimaan Pajak Parkir dan

Retribusi Parkir

a. Analisis Realisasi Penerimaan Pajak Parkir dan Retribusi Parkir

Pajak Parkir dan Retribusi Parkir merupakan salah satu bagian pajak daerah yang dipungut pemerintah daerah dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah yang sekaligus untuk mengatur dan menertibkan parkir di Kota Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta mengharap perolehan Pajak Parkir dan Retribusi Parkir dari tahun ke tahun menigngkat. Besar kecilnya penerimaan Pajak Parkir dan Retribusi Parkir tergantung juga pada mekanisme pemungutannya. Penerimaan Pajak Parkir dan Retribusi Parkir dapat diketahui dengan perbandingan target terhadap realisasi penerimaan pajak reklame. Target Pajak Parkir atau Retribusi Parkir adalah kemampuan maksimum yang ingin dicapai dari penerimaan pajak parkir atau retribusi parkir, sedangkan realisasi merupakan hasil pungut dari penerimaan pajak parkir atau retribusi parkir.

Penulis akan menganalisis tingkat efektifitas penerimaan Pajak Parkir dan Retibusi Parkir berdasarkan laporan target dan realisasi pendapatan daerah Kota Surakarta untuk tahun anggaran 2013-2015. Efektifitas merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk menilai apakah pemungutan yang dilakukan sudah maksimal sehingga dapat diperoleh hasil yang memuaskan. Efektifitas adalah mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak atau retribusi dengan

(12)

dengan potensi hasil pajak atau retribusi tersebut, dengan asumsi semua wajib pajak atau wajib retribusi membayar kewajiban masing-masing. Semakin besar nilai efektifitas, maka semakin tinggi tingkat efektifitas penerimaan.

Untuk mengetahui perhitungan rasio efektifitas penerimaan pajak parkir dan retribusi parkir menggunakan rumus : (Catur, 2009)

Berikut adalah tabel yang menyajikan perbandingan antara target yang telah ditetapkan dengan realisasi penerimaan pajak parkir dan Retribusi Parkir dalam kurun waktu 3 tahun, untuk mengetahui rasio efektifitas.

Tabel 3.4

Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Parkir Tahun Anggaran 2013 sampai dengan tahun 2015 Tahun Target Realisasi Selisih Efektifitas

2013 1.775.000.000 2.029.861.115 254.861.115 114,36% 2014 1.908.231.000 2.530.723.410 622.492.410 132,62% 2015 2.819.022.000 2.871.410.892 52.388.892 101,86% Sumber: DPPKA Kota Surakara

Tabel 3.5

Realisasi dan Target Penerimaan Retribusi Parkir Tahun Anggaran 2013 sampai dengan tahun 2015 Tahun Target Realisasi Selisih Efektifitas

2013 3.225.000.000 3.309.575.114 84.575.114 102,62% 2014 3.300.000.000 3.445.186.652 145.186.652 104,40% 2015 3.500.000.000 3.500.809.415 809.415 100,2% Sumber:UPTD Perparkiran Kota Surakarta

(13)

Dari tabel 3.4 dan 3.5 di atas, dapat dikatakan bahwa selama kurun waktu 3 tahun terakhir, yaitu tahun 2013-2015 tingkat prosentase efektifitas Pajak Parkir dan Retribusi Parkir mengalami fluktuasi. Untuk Pajak Parkir pada tahun 2013 Prosentasi Efektifitas sebesar 114,36%, kemudian pada tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 132,62%, tetapi pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 101,86%. Sedangkan, untuk Retribusi Parkir pada tahun 2013 Prosentasi Efektifitas sebesar 102,62%, kemudian pada tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 104,40%, kemudian terjadi penurunan pada tahun 2015 menjadi 100,2%.

Meskipun tingkat efektifitas Pajak Parkir dan Retribusi Parkir mengalami penurunan pada tahun 2015, realisasi Pajak Parkir dan Retribusi Parkir masih melebihi target yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pemungutan Pajak Parkir yang dilakukan oleh DPPKA Kota Surakarta dan Retribusi Parkir yang dilakukan oleh UPTD Perparkiran Kota Surakarta sudah cukup baik melalui perbandingan antara target yang telah ditetapkan dengan realisasi penerimaannya.

b. Analisis Pertumbuhan Penerimaan Pajak Parkir dan Retribusi

Parkir

Penerimaan target dan realisasi Pajak Parkir dan Retribusi Parkir merupakan dasar untuk mengetahui seberapa besar laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan ini digunakan untuk mengukur

(14)

kenaikan atau perkembangan penerimaan Pajak Parkir dan Retribusi Parkir dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan penerimaan Pajak Parkir dan Retribusi Parkir menurut Halim (Catur, 2009) menggunakan rumus sebagai berikut:

G : Laju Pertumbuhan

pt : Realisasi Penerimaan Pajak / retribusi parkir tahun berikutnya

(pt-1) : Realisasi Penerimaan Pajak / retribusi parkir tahun sebelumnya

Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan penerimaan Pajak Parkir selama 3 tahun terahir dapat diketahui dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.6

Tingkat Pertumbuhan Target Penerimaan Pajak Parkir Tahun Anggaran 2013 sampai dengan tahun 2015

Tahun Target Tahun ke – n (pt) Target Tahun Sebelumnya (pt – n) Pt – (pt – 1) G 2013 1.775.000.000 1.513.600.000 261.400.000 17,27% 2014 1.908.231.000 1.775.000.000 133.231.000 7,50% 2015 2.819.022.000 1.908.231.000 910.791.000 47,72% Sumber: Data diolah

(15)

Tabel 3.7

Tingkat Pertumbuhan Realisasi Penerimaan Pajak Parkir Tahun Anggaran 2013 sampai dengan tahun 2015

Tahun Realisasi Tahun ke – n (pt) Realisasi Tahun Sebelumnya (pt – n) Pt – (pt – 1) G 2013 2.029.861.115 1.704.059.800 325.801.315 19,11% 2014 2.530.723.410 2.029.861.115 500.862.295 24,67% 2015 2.871.410.892 2.530.723.410 340.687.482 13,46% Sumber: Data diolah

Dari tabel 3.7 dapat dilihat bahwa prosentase pertumbuhan penerimaan Pajak Parkir pada tahun 2013 sebesar 19,11% dari realisasi penerimaan Pajak Parkir tahun 2012. Selanjutnya pada tahun 2014 prosentase pertumbuhan penerimaan Pajak Parkir naik menjadi 24,67%. Kemudian pada tahun 2015 turun menjadi 13,46%. Dari tabel 3.7 tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penerimaan Pajak Parkir yang tertinggi terjadi pada tahun 2014, hal ini disebabkan pada tahun 2014 jumlah Wajib Pajak Parkir yang ada di Kota Surakarta meningkat. Pada tahun 2013 tercatat ada 110 Wajib Pajak Parkir yang ada di Kota Surakarta, kemudian tahun 2014 meningkat menjadi 122 Wajib Pajak Parkir. Selain itu Pemerintah Kota Surakarta hanya menaikkan target penerimaan Pajak Parkir pada tahun 2014 sebesar 7,50% dari target penerimaan Pajak Parkir tahun sebelumnya.

Untuk tahun 2015, karena adanya peningkatan jumlah Wajib Pajak Parkir pada tahun 2014, Pemerintah Kota Surakarta menaikkan target penerimaan Pajak Parkir sebesar 47,72% dari taget penerimaan

(16)

Pajak Parkir tahun sebelumnnya, sehingga pertumbuhan penerimaan Pajak Parkir hanya sebesar 13,46%. Selain itu, pada tahun 2015 lalu ada penurunan jumlah parkir insidental yang ada di Kota Surakarta, salah satunya acara sekatenan yang digelar setiap tahun di lapangan alun-alun utara Kota Surakarta harus terganggu karena adanya pemindahan sementara Pasar Klewer ke lapangan alun-alun utara Kota Surakarta karena terbakar. Kemudian dalam melakukan audit lapangan, DPPKA Kota Surakarta masih menemukan beberapa kendala. Kendala yang pertama, yaitu terbatasnya jumlah tenaga fiskus. Pihak fiskus dalam hal ini pihak personil DPPKA Kota Surakarta sangat terbatas jumlahnya, terutama personil untuk melakukan pengawasan langsung ke wajib pajak. Bidang yang menangani langsung mengenai pemungutan pajak parkir, yaitu bidang pendaftaran dan pendataan serta bidang penetapan dan pembukuan. Tercatat hanya ada 19 fiskus yang menangani masalah pajak parkir. Ke dua bidang ini pun tidak hanya berkonsentrasi menangani masalah pajak parkir melainkan juga pajak-pajak daerah lainnya. Hal ini yang menjadikan pihak fikus tidak mampu melakukan pengawasan secara baik karena tidak hanya fokus pada satu jenis pajak saja.

Kendala yang selanjutnya, yaitu faktor dari wajib pajak itu sendiri (kesadaran membayar pajak). Banyak wajib pajak parkir terlambat membayar dengan alasan parkir sepi sehingga pendapatan dari parkir menurun. Alasan lain, yaitu beberapa wajib pajak parkir berdomisili di

(17)

luar kota. Kemudian adanya Wajib Pajak Parkir yang tidak mau transparan dalam mengungkap omset sesungguhnya dan rendahnya kesadaran Wajib Pajak Parkir untuk mengisi SPTPD sesuai dengan pajak yang sesungguhnya sehingga tidak diketahui besarnya pajak yang sesungguhnya terutang.

Selanjutnya, penulis akan menyajikan bagaimana pertumbuhan penerimaan Retribusi Parkir selama 3 tahun terahir

Tabel 3.8

Tingkat Pertumbuhan Target Penerimaan Retribusi Parkir Tahun Anggaran 2013 sampai dengan tahun 2015

Tahun Target Tahun ke – n (pt) Target Tahun Sebelumnya (pt – n) Pt – (pt – 1) G 2013 3.225.000.000 3.025.000.000 200.000.000 6,61% 2014 3.300.000.000 3.225.000.000 75.000.000 2,32% 2015 3.500.000.000 3.300.000.000 200.000.000 6,06% Sumber: Data diolah

Tabel 3.9

Tingkat Pertumbuhan Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir Tahun Anggaran 2013 sampai dengan tahun 2015

Tahun Realisasi Tahun ke – n (pt) Realisasi Tahun Sebelumnya (pt – n) Pt – (pt – 1) G 2013 3.309.575.114 3.159.063.550 150.511.564 4,76% 2014 3.445.186.652 3.309.575.114 135.611.538 4,10% 2015 3.500.809.415 3.445.186.652 55.622.763 1,61% Sumber: Data diolah

(18)

Dari tabel 3.9 di atas dapat dilihat bahwa prosentase pertumbuhan penerimaan Retribusi Parkir pada tahun 2013 sebesar 4,76% dari realisasi penerimaan Retribusi Parkir tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2014 prosentase pertumbuhan penerimaan retribusi parkir sebesar 4,10%. Kemudian pada tahun 2015 prosentase pertumbuhan penerimaan retribusi parkir sebesar 1,61%.

Dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa prosentase pertumbuhan penerimaan Retribusi Parkir di Kota Surakarta selama 3 (tahun) tahun terakhir sangat rendah bila dibandingkan dengan prosentase pertumbuhan penerimaan Pajak Parkir. Padahal selama 3 (tahun) terakhir Pemerintah Kota Surakarta hanya menaikkan target penerimaan Retribusi Parkir paling tinggi pada tahun 2013, yaitu sebesar 6,61% dari target penerimaan Retribusi Parkir pada tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan karena Pemerintah Kota Surakarta memang sengaja tidak menambah zona parkir untuk menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), seperti yang diungkapkan oleh Moch. Usman,S.SiT selaku Kepala UPTD Perparkiran:

"Manajemen parkir di Solo ini tidak diarahkan ke PAD, tapi lebih ke pelayanan dan pengendalian lalu lintas, jika hanya melihat dari sisi finansial, pemkot pun berani mematok target hingga Rp 12 miliar, namun akan mengorbankan lalu lintas yang c .”

Dari wawancara tersebut dapat membuktikan bahwa adanya keterbatasan ruang parkir yang ada di Kota Surakarta, baik di tepi jalan maupun tempat khusus parkir, sehingga Pemerintah Kota Surakarta

(19)

lebih mengarahkan manajemen parkir ke pelayanan dan pengendalian lalu lintas. Tujuannya adalah untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang akan menjadi beban lalu lintas di jalan-jalan utama Kota Surakarta, sehingga dampak yang timbul akibat lalu lintas yang berlebih (kemacetan, kebisingan, pencemaran udara dan tingkat kecelakaan lalu lintas) di jalan-jalan utama Kota Surakarta bisa dikurangi. Untuk mengatasi terbatasnya lahan parkir tersebut, Pemerintah Kota Surakarta berencana untuk menyediakan ruang parkir khusus, seperti taman parkir di pinggiran Kota Surakarta (park and ride) yang akan disesuaikan dengan rute dan koridor Bus Solo Trans. Rencana ini bersifat jangka menengah dan jangka panjang yang akan dilakukan kajian terlebih dahulu. Kemudian, UPTD Parkir juga sudah mengurangi ruas-ruas parkir yang ada di beberapa jalan di Kota Surakarta untuk mengurai kemacetan, seperti pengurangan sudut parkir yang ada di Jl. Urip Sumoharjo (depan Pasar Gede) yang dulunya sebesar 600 diubah menjadi 00.

Selain itu, masih kurangnya kualitas sistem pengawasan, pengendalian dan pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah Surakarta sehingga menimbulkan banyak permasalahan di lapangan. Dari data yang di peroleh dari UPTD Perparkiran, rata-rata pelanggaran yang sering terjadi dilapangan adalah banyaknya juru parkir yang tidak memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA), seragam dan penarikan retribusi diluar ketentuan. Lemahnya kualitas sistem

(20)

pengawasan, pengendalian dan pembinaan tersebut juga disampaikan oleh kepala UPTD Perparkiran, Moch. Usman,S.SiT yang menyebutkan Keberadaan juru parkir (jukir) yang beroperasi di Kota Surakarta dinilai tidak sebanding dengan lahan perparkiran dan memicu berbagai masalah di lapangan. Berikut wawancara dengan Kepala UPTD Perparkiran, Moch. Usman, S.SiT :

“Pada tahun 2015 lalu tercatat ada 3.500 jukir resmi yang tercatat pemerintah. Idealnya dengan panjang jalan kota sekitar 670 km, jumlah jukir 1.500 orang. Kami akan mulai tata tahun ini. Kalau jumlahnya kebanyakan, jukir terkadang asal-asalan saat menarik parkir. Karena lahan mereka sangat terbatas sekali. Paling banter 30 meter. Penataan jukir nanti dampaknya kami kembalikan untuk kesejahteraan jukir sendiri”

3. Usaha Pemerintah Kota Surakarta dalam meningkatkan penerimaan

Pajak Parkir dan Retribusi Parkir di Kota Surakarta.

a. Pajak Parkir

Dalam upaya meningkatkan penerimaan Pajak Parkir, Pemerintah Kota Surakarta melalui DPPKA Kota Surakarta sebagai Pelaksana dan Pengawas Pemungutan Pajak Parkir di Kota Surakarta dilakukan dengan :

1. Pendataan Wajib Pajak baru.

Secara umum, pendataan merupakan salah satu upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih khusus melalui pajak parkir yang dilakukan dengan mengoptimalkan potensi yang sudah ada guna mendapatkan hasil yang lebih

(21)

baik, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Mengenai pendataan terhadap objek pajak khususnya pajak parkir yang baru dengan menerjunkan petugas untuk melakukan survey ke lapangan setiap sebulan sekali. Setiap melakukan pendataan petugas akan mendatangi apabila ditemukan wajib pajak parkir yang baru dan memberikan penjelasan mengenai ketentuan sebagai wajib pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2. Pemeriksaan Wajib Pajak

Apabila dalam penelitian SPOP terdapat kesalahan tulis dan hitung, maka pemeriksa memberitahukan kepada wajib pajak melalui surat agar wajib pajak membenarkan SPOP tersebut. Pihak DPPKA Kota Surakarta melakukan pemeriksaan lapangan untuk menyesuaikan apakah yang telah dilaporkan wajib pajak dalam SPOP sudah sesuai dengan hasil observasi petugas di lapangan. Pemeriksaan lapangan juga dilakukan untuk mendata yang belum terdaftar sebagai wajib pajak. 3. Memperkuat Proses Pemungutan

Upaya yang telah dilakukan pihak DPPKA Kota Surakarta dalam memperkuat proses pemungutan, antara lain menerapkan sistem penyesuaian dan peningkatan akurasi dasar pengenaan pajak, penambahan dan peningkatan kualitas SDM melalui diklat pegawai.

(22)

4. Meningkatkan Pengawasan

Tindakan yang telah dilakukan DPPKA Kota Surakarta antara lain dengan melakukan pemeriksaan secara dadakan dan berkala, memperbaiki proses pengawasan, menerapkan sanksi terhadap pihak fiskus yang melakukan penyelewengan, serta meningkatkan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat, khususnya para pembayar pajak parkir.

5. Meningkatkan Efisiensi Administrasi.

Untuk meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan pajak di Kota Surakarta dilakukan dengan memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui penyederhanaan administrasi pajak. Pihak DPPKA Kota Surakarta memberikan proses pembayaran secara cepat dan efisien. Tindakan yang telah diupayakan pihak DPPKA Kota Surakarta yaitu memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui penyederhanaan administrasi pajak dan meningkatkan efisiensi pemungutan.

6. Meningkatkan Kapasitas Penerimaan Melalui Perencanaan yang Lebih Baik.

Upaya yang telah dilakukan DPPKA Kota Surakarta yaitu dengan meningkatkan koordinasi dan kerja sama dengan pihak-pihak terkait di daerah yang menyelenggarakan aktivitas

(23)

perparkiran, seperti UPTD Perparkiran, koordinasi dilakukan baik dalam tahap pendataan objek dan subjek pajak parkir, serta penentuan perkiraan target penerimaan pajak parkir, maupun dalam rangka pelaksanaan pemungutannya.

7. Kegiatan Sosialisasi

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta melakukan sosialisasi kepada wajib pajak. Dalam sosialisasi tersebut disampaikan hal-hal yang berkaitan tentang pajak parkir. Sosialisasi tidak dilakukan secara rutin, tetapi dilakukan jika sewaktu-waktu ada perubahan ketetapan. Bagi wajib pajak baru juga akan diadakan sosialisasi. Pada saat melakukan sosialisasi, DPPKA Kota Surakarta mengundang seluruh wajib pajak parkir yang ada di Kota Surakarta untuk memberikan penjelasan perda tentang pajak parkir dimana pajak perorangan yang melakukan usaha penitipan dikenakan pajak parkir.

Sosialisasi masalah pajak parkir ini dilakukan untuk seluruh para wajib pajak parkir yang ada di Kota Surakarta. Sosialisasi diadakan di kantor DPPKA untuk mensosialisasikan perda tentang pajak parkir, pajak perorangan yang melakukan usaha penitipan sepeda/motor dikenakan pajak dan ketetapan mengenai pajak parkir. Selain itu dengan adanya sosialisasi

(24)

diharapkan wajib pajak dapat lebih tepat waktu dalam membayar pajak.

b. Retribusi Parkir

Usaha yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta melalui UPTD Perparkiran, sebagai Pelaksana dan Pengawas pemungutan Retribusi Parkir di Surakarta dalam meningkatkan penerimaan Retribusi Parkir dilakukan dengan :

1. Peningkatan Pengawasan Perijinan Kartu Tanda Anggota Petugas Parkir dan Peningkatan Peranan dan Fungsi Pengelola Parkir

Petugas parkir merupakan salah satu ujung tombak implementasi pelayanan parkir di lapangan dengan kedudukan di bawah koordinasi Pengelola Parkir. Dengan peranan yang sangat vital tersebut diperlukan pengawasan yang tegas, baik dari UPTD Perparkiran maupun Pengelola Parkir. Salah satu bentuk pengawasan adalah dengan Penerbitan Kartu Tanda Anggota Parkir oleh UPTD Perparkiran.

2. Peningkatan SDM Petugas Parkir;

Dalam rangka peningkatan kualitas SDM Petugas Parkir dilaksanakan dengan cara Pembinaan Teknis Petugas Parkir. Dengan adanya pembinaan teknis petugas parkir tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas petugas parkirnya

(25)

Dalam melaksanakan pengawasan, penertiban dan pengendalian di lapangan, UPTD Perparkiran bekerja sama dengan DISHUBKOMINFO, Polresta Surakarta, DENPOM IV/ 4, Kejaksaan Negeri, Pengadilan Negeri, Satpol PP dan ASPARTA untuk melakukan Program operasi gabungan. Program Operasi gabungan tersebut diharapkan dapat menertibkan petugas parkir yang nakal atau premanisme dan pelanggaran parkir.

4. Manajemen Komplain

UPTD Perparkiran telah membentuk unit manajemen komplain. Pengaduan dari berbagai pihak yang berkaitan dengan parkir akan di catat dan dimasukkan data base pengaduan setelah itu akan diambil tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Penerapan Pencatat Parkir Portable

Pemerintah Kota Surakarta melalui UPTD Perparkiran akan mulai memberlakukan sistem tariff parkir progresif elektronik di sejumlah titik jalan raya. Sistem baru ini menggunakan peralatan digital portable yang akan di bawa oleh petugas parkir sesuai zona parkirnya. Dengan peralatan tersebut, petugas parkir akan mencatat identitas kendaraan, serta waktu saat parkir dan meninggalkan lokasi sebagai dasar penetapan tariff parkir progressif.dengan penerapan pencatatan parkir portable ini diharapkan dapat mengoptimalkan penerimaan retribusi lewat pelaksanaan tarif progresif sesuai Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2011.

(26)

Dari upaya upaya diatas, Pemerintah Kota Surakarta melalui UPTD Perparkiran selaku pengawas dan pelaksana pemungutan Retribusi Parkir di Surakarta berharap supaya perparkiran di Kota Surakarta dapat lebih tertib, sehingga akan meningkatkan penerimaanya.

B. TEMUAN

1. Kelebihan

a. Sistem Pemungutan Pajak Parkir dan Retribusi Parkir di Kota Surakarta dapat dikatakan sudah baik. Hal itu dapat dilihat dari penerimaan Pajak Parkir dan Retribusi Parkir yang selalu mengalami peningkatan dan realisasinya mampu melebihi target yang telah ditentukan setiap tahunnya. Selain itu, dapat dilihat juga dari tingkat efektivitas penerimaan Pajak Parkir dan Retribusi Parkir yang selalu lebih dari 100%.

b. Sudah ada upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta untuk meningkatkan penerimaan PAD terutama dari sektor Pajak Parkir dan Retribusi Parkir baik secara eksternal maupun internal.

2. Kekurangan

a. Kurangnya sosialisasi yang lebh intensif mengenai peraturan yang baru tentang tarif parkir di berbagai zona menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 9 Tahun 2011 dari Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perparkiran Surakarta karena masih banyak masyarakat pengguna jasa

(27)

parkir yang belum mengetahui tentang pemberlakuan Perda baru yang menganut sistem zona.

b. Kurangnya kualitas sistem pengawasan, pengendalian dan pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah Surakarta, sehingga menimbulkan banyak permasalahan dilapangan dalam pemungutan Retribusi Parkir c. Minimnya lahan parkir yang ada di kota Surakarta, sehingga

menimbulkan banyak keluhan dari masyarakat.

Terbatasnya jumlah tenaga fiskus. Pihak fiskus dalam hal ini pihak personil DPPKA Kota Surakarta sangat terbatas jumlahnya, terutama personil untuk melakukan pengawasan langsung ke wajib pajak.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengguna internet untuk menghindari iklan di internet adalah perceived goal Impedimint, variabel

Sedangkan untuk jenis perpustakaan khusus biasanya memiliki pustakawan ahli dan petugas lapangan dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, mengingat yang menjadi pengguna pada jenis

Tidak tercapainya maksud dan tujuan suatu kontrak yang disebabkan karena keadaan memaksa atau force majeur, pada umumnya berakibat terhadap suatu peristiwa dimana

Melalui kegiatan diskusi, menggali informasi dan praktik dalam pembelajaran ini, peserta didik mampu menjelaskan konsep kewargaan digital, konsep internet safety, jenis

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengembangan media pembelajaran fisika berbasis lagu dan

Hasil data membuktikan bahwa Surat Kabar Harian Surya Malang melakukan penerapan kode etik jurnalis sesuai pedoman UUD yang diterapkan di Indonesia untuk wartawan agar

Fase Melaksanakan Tindakan, selama melaksanakan penelitian kelas, peneliti mengumpulkan semua data yang relevan, data jumlah peserta

Dan syair dianalisis dengan mengkonsentrasikan struktur Fisik [Diksi, Pengimajian, Kata Konkret, Majas, Versifikasi (Rima, Ritma, Metrum) dan Tipografi] serta struktur Batin