• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KHITĀBAH DAN RASA PERCAYA DIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KHITĀBAH DAN RASA PERCAYA DIRI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KHITĀBAH DAN RASA PERCAYA DIRI

A. Khitābah

1. Pengertian Khitābah

Khitābah adalah latihan berpidato yang dilaksanakan dengan tujuan melatih mental, keberanian dan kemampuan para siswa untuk bisa berda‟wah/berpidato didepan orang banyak.1

Khitābah merupakan proses transmisi ajaran Islam yaitu proses penyampaian ajaran Islam melalui bahasa lisan kepada sasaran dakwah dalam kelompok besar. Dan secara bahasa Khitābah juga terkadang diartikan sebagai pengajaran, pembicaraan dan nasihat.2

Khitābah dapat diartikan sebagai upaya sosialisasi nilai-nilai Islam melalui media lisan baik yang terkait langsung dengan pelaksanaan ibadah mahdhoh, maupun yang tidak terkait dengan pelaksanaan ibadah mahdhoh.3

Jadi, Khitābah adalah mengkaji tentang teknik-teknik berpidato sebagai bagian dari proses dakwah bil-lisan. Tujuannya adalah agar umat menguasai teknik dan seni berpidato/Khitābah untuk kepentingan penyampaian ajaran Islam

1“Latihan Khitobah Bekali Keberanian Siswa di Depan Umum”,

http://mimkaranganyar.wordpress.com/2011/10/04/latihan-khitobah-bekali-keberanian-siswa-di-depan-umum/. Diakses 08 November 2014 jam13.14.

2Andri Aji Mukhlas, “Khitobah”, http://andriajimuklas.wordpress.com/khitobah/. Diakses 08 November

2014 jam 21.35.

3Ridho Muhammad Firdaus, Definisi, Ferensi dan Diferensi Tabligh, Dakwah dan Khitâbah,,

http://ridhomfirdaus.blogspot.com/2012/06/definisi-ferensi-dan-diferensi-tabligh.html. Diakses, 23 Oktober 2014, jam. 12.35.

(2)

2. Komponen-Kompenen Khitābah

Didalam Proses Khitābah, terdapat beberapa komponen yang terlibat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya karena saling menunjang. UnsurKhitābah yang dimaksud yaitu:

a. Unsur Subyek (Khatib)adalah seseorang yang memberikan materi Khitābah. b. Pesan (Maudhû)adalah isi pesan yang disampaikan seorang da‟i.

c. Metode (Ushlûb)adalah cara penyampaian yang aktual, faltual, kontekstual dan signifikansi.

d. Media (Washîlah)adalah merupakan saluran Khitābah. e. Obyek (Makhthub)adalah yang menjadi sasaran Khitābah.4

3. Bentuk-Bentuk Khitābah

Dalam pelaksanaannya, proses Khitābah dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu:

a. Khitābah Diniyah

Khitābah diniyah merupakan proses tabligh yang terikat langsung dengan pelaksanaan ibadah mahdhah, seperti: khuthbah „idul adha, khuthbah „idul fitri, khuthbah nikah, khuthbah jum‟at, khuthbah istisqa, khuthbah gerhana bulan, dan khuthbah gerhana matahari.

b. Khithâbah ta’tsîriyyah

khithâbah ta’tsîriyyahyaitu proses tabligh yang tidak terikat secara langsung dengan ibadah mahdhah, seperti: Khitābah pada peringatan maulid nabi, isra mi‟raj, peringatan tahun baru 1 muharram, nuzulul qur‟an, peringatan hari kemerdekaan, tasyakur pernikahan, khitanan, dan lain sebagainya.5

4

Andri Aji Mukhlas, op.cit..

(3)

B. Percaya Diri

1. Pengertian Rasa Percaya Diri

Percaya diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain.

Kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian, dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan.6

Percaya diri merupakan aspek kepribadian yang berisi keyakinan tentang kekuatan, kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya.

Kepercayan diri merupakan sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek sekitarnya sehingga orang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat melaskukan sesuatu sesuai dengan kemapuannya.7

Jadi, rasa percaya diri adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang didalamnya terdapat keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistik.

Zakiah Daradjat memberikan gambaran tentang timbulnya rasa percaya diri yaitu apabila setiap rintangan atau halangan dapat dihadapi dengan sukses yang dicapai itu akan membawa kepada kegembiraan, dan kegembiraan akan menumbuhkan sikap percaya diri.8

Adapun lawan percaya diri adalah rendah diri. Dalam hubungan dengan orang lain rasa rendah diri terlihat sebagai rasa malu, kebingunan, rendah hati yang

6M. Nur ghufron dan Rini Risnawita S, Teori-Teori psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm.

34-35.

7ibid 8

Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 123-127.

(4)

berlebihan, kemasyhuran yang besar, kebutuhan yang berlebihan untuk pamer dan keinginan yang berlebih-lebihan untuk dipuji.9

2. Perkembangan Kepercayaan Diri

Suatu hal yang sangat penting membangun rasa percaya diri, bahkan rasa percaya diri diyakini sebagai kunci keberhasilan dalam kehidupan. Tanpa adanya kepercayaan diri yang baik, potensi atau kelebihan yang dimiliki oleh seseorang bukannya berkembang tetapi justru semakin redup atau bahkan mati. Jadi, rasa percaya diri harus dibangun dengan baik meskipun juga tidak boleh berlebihan. Sebab, bila berlebihan akan membuat seseorang kehilangan perhitungan atau bahkan sombong.10

Perkembangan kepercayaan diri diawali dengan pengenalan diri secara fisik, bagaimana seseorang menilai dirinya, menerima atau menolaknya. Selanjutnya menimbulkan rasa puas atau sebaliknya rasa rendah diri dan hal ini akan mempengaruhi perkembangan mental seseorang. Perkembangan konsep diri dan harga diri yang sehat akan berpengaruh positif terhadap perkembangan kepercayaan diri.Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang dialaminya.11

Secara garis besar terbentuknya rasa percaya diri yang kuat melalui proses berikut:

a. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.

9 Peter Lauster, Tes kepribadian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), hlm. 14

10 Akhmad Muhamimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Jogjakarta: Ar-Ruzz media ,

2013), hlm. 42-43

11Azdyana Ansud, “Pengertian kepercayaan Diri

Proses”,http://ansud-minlasusua.blogspot.com/2014/03/pengertian-kepercayaan-diri-proses.html Diakses 15 November 2014 jam. 15.55

(5)

b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.

c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau sulit menyesuaikan diri. d. Pengalaman dalam menjalani aspek kehidupan dengan menggunakan kelebihan yang

ada pada dirinya.

Proses terbentuknya rasa tidak percaya diri sebagai berikut:

a. Terbentuknya berbagai kekurangan atau kelemahan dalam berbagai aspek kepribadian seseorang yang dimulai dari kehidupan keluarga dan meliputi berbagai aspek seperti aspek mental, fisik, sosial, atau ekonomi.

b. Pemahaman negatif seseorang terhadap dirinya sendiri yang cenderung selalu memikirkan kekurangan tanpa pernah meyakini bahwa ia juga memiliki kelebihan. c. Kehidupan sosial yang dijalani dengan sikap negatif, seperti merasa rendah diri,

suka menyendiri, lari dari tanggung jawab, mengisolisasi dari kelompok, dan reaksi negatif lainya, yang justru semakin memperkuat rasa tidak percaya diri.12

3. Aspek-Aspek Percaya Diri

a. Keyakinan Kemampuan Diri

Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seeorang tentang dirinya. Ia mampu bersungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.

b. Optimis

Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya.

12

Heri setiawan, ”Percaya Diri”, http://herrystw.wordpress.com/2013/01/05/percaya-diri/ Diakses 10 April 2015 Jam. 23.20

(6)

c. Objektif

Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.13 d. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksankan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Allah Yang Maha Esa.14 Lebih tepatnya kesedian untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

e. Rasional dan Realistik

Rasional dan realistik adalah analisis terhadap suatu masalah, seseuatu hal, dan sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.15

Jadi, Setiap anak manusia mendapatkan anugerah dari Tuhan berupa kelebihan, potensi, atau kecerdasan yang sangat perlu untuk dikembangkan. Disinilah dibutuhkan kedekatan, kejelian, dan kesabaran untuk bisa menemukan sekaligus mengembangkan kelebihan yang dimilikinya. 16

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Individu

Kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Konsep Diri

Terbentuknya kepercayaan diri pada diri seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulannya dalam suatu kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep diri.

13 M. Nur ghufron dan Rini Risnawita S, op.cit.,hlm.36

14 Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini , (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 205

15

M. Nur ghufron dan Rini Risnawita S, op.cit.,hlm.36

(7)

b. Harga Diri

Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif pula. Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. dan tingkat harga diri seseorang akan memengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang.

c. Pengalaman

Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri. Sebaliknya, pengalaman juga dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang. Dan pengalaman masa lalu adalah hal terpenting untuk mengembangkan kepribadian sehat.

d. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan orang tersebut tergantung dan berada dibawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya. Sebaliknya, orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan yang berpendidikan rendah.17

5. Rasa Percaya Diri dalam Dimensi Agama

Firman Allah dalam Al-Qur‟an yang artinya:

“ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” (QS. Al Baqarah:30)18

Tugas manusia di dalam hidup adalah menjalankan peranan sebagai khalifah yang senantiasa menambah kesempurnaan hingga menjadi seorang muslim yang paling

17 M. Nur ghufron dan Rini Risnawita S, op.cit., hlm. 37-38

18 Departemen Agama RI, Alqur’anulkarim (Terjemah Per-kata), (Bandung: Syaamil Al-Qur‟an, 2007).

(8)

mulia dan taqwa. Manusia tidak mungkin dapat menjalankan peranan idealnya tanpa memiliki cukup pengetahuan yang berkaitan dengan peranan itu serta kemauan dan kemampuan untuk menjalankannya. Oleh sebab itu, manusia harus mengembangkan berbagai potensi yang ada didalam dirinya. Adapun cara dalam mengembangkan potensi seseorang perlu diawali dengan membangun rasa percaya diri.19

Dalam agama Islam sebagaimana firman Allah yang tercantum pada surat Al Bayyinah ayat :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh,

mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.”(QS.Al Bayyinah: 720

Selain itu juga terdapat dalam surat Al Israa ayat 70:

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut

mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami

lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang

telah Kami ciptakan.(QS. Al-Israa: 70)”21

Orang beriman tidak pantas merasa rendah diri dihadapan manusia, padahal Allah mencintainya. Jika itu terjadi sama dengan mengecilkan kecintaannya Allah, mengecilkan kebesaran Allah bahkan tidak takut dan tidak malu pada Allah tapi justru lebih takut dan malu pada sesama manusia. ini adalah pemahaman yang salah karena

19 Maimunah Hasan, Membangun Kreatifitas Anak Secara Islami, (Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2011)

hlm. 45-46

20

Kementrian Agama RI, Mushaf AL-Qur’an Terjemah, (Jakarta: An-Nur, 2009), hlm. 598.

(9)

Iebih mempertimbangkan pendapat manusia daripada pandangan dan penilaian Allah. Dengan dasar itulah maka orang beriman seharusnya bersikap selalu merasa besar hati dalam menghadapi segala permasalahan, tidak takut dan penuh rasa percaya diri dalam berkarya, bertindak dan memperjuangkan agama Allah bahkan semuanya harus dilandasi dengan riang gembira karena apapun hasilnya, dimata Allah tetap mulia, tahan uji dan tidak mudah putus asa karena yakmn bahwa sebagai orang beniman akan selalu mendapatkan rahmat dan pertolongan Allah, selalu berpikinan positif (husnudhon) dan menghindarkan diri dari prasangka negatif (su’udhon), selalu bersyukur terhadap nikmat Allah dan memanfaatkan nikmat tersebut apa adanya tanpa harus mengeluh terhadap apa yang tidak diterimanya karena semuanya adalah qadar dan Allah yang harus diterima dengan ridho sebagai ujian. Selalu berusaha memperbaiki diri sendiri dalam segala urusan dan selalu berbuat untuk kebaikan semuanya. Sikap-sikap tadi jika benar-benar diterapkan, sebetulnya merupakan cerminan untuk orang yang mempunyai rasa percaya diri yang kuat. Nabi Muhammad sendiri mencontohkan betapa beliau sendirian akan tetapi karena semangat yang terus dipompakan oleh Allah melalui Malaikat Jibril telah membesarkan hati beliau untuk pantang menyerah dan tidak merasa rendah diri menghadapi para pembesar-pembesar Quraisy yang saat itu masih dalam kekafiran. Rasa percaya diri harus dilatih dan ditumbuhkan, sehingga manusia bangga akan dirinya sendiri (tidak sombong), dengan rakhmat dan nikmat Allah yang telah diberikan pada manusia.22

Sementara itu, islam juga menjelaskan percaya terhadap diri sendiri tanpa adanya keyakinan terhadap Allah SWT merupakan kesombongan diri yang akan berakibat „ujub atau bangga dengan kelebihan yang dimilikinya, akal dan ilmunya,

22

Astrini, “Kurangnya Percaya Diri”, http://astriecollections.blogspot.com/2009/09/makalah-kurangnya-percaya-diri.html. Diakses 15 November 2014 Jam 16.02

(10)

karena itulah Islam melarang umatnya untuk bangga dengan dirinya meskipun mempunyai ilmu, fisik, akhlak dan harta yang banyak.23

23

Khalil Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda, alih bahasa Anwar Subandi (Jakarta: lentera, 1990). hlm, 46-47.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan rasa percaya diri dengan imtihan syafahi pada santriwati kelas VII Pondok Pesantren.. Ta’mirul Islam

Rasa percaya diri merupakan sikap yakin seseorang individu akan kemampuannya sendiri untuk melakukan suatu tindakan dengan penuh tanggungjawab dalam mencapai tujuan

Berdasakan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki rasa percaya diri adalah sebagai berikut: a) Individu merasa adekuat terhadap tindakan

Walaupun tugas kita sebagai orang tua yang terutama adalah menyediakan rumah dalam arti sesungguhnya dibandingkan dalam artian sekolah, rasa percaya diri anak-anak

Pada masa mendatang, secara umum Pemerintah memfokuskan pelaksanaan kebijakan untuk meningkatkan rasa percaya dan harmonisasi antarkelompok masyarakat melalui beberapa hal

Rasa percaya diri memang mutlak dibutuhkan agar kita bisa merasa bahagia dalam menjalani kehidupan.Individu yang memiliki rasa kepercayaan diri tinggi akan

Berdasarkan pemaparan data diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh untuk mengetahui adanya penumbuhan rasa percaya diri siswa melalui kegiatan muhadharah di Sekolah

Sedangkan orang yang yang kurang percaya diri cenderung tidak menarik, kurang menunjukkan kemampuan, dan jarang menduduki jabatan kepemimpinan serta merasa puas dengan apa yang ada pada