PROGRAM LATIHAN SIMULASI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ATLET TARUNG DERAJAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh :
TAUFIK PERMANA
0907068
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
TAUFIK PERMANA
0907068
PROGRAM LATIHAN SIMULASI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ATLET TARUNG DERAJAT
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Mulyana M.Pd NIP: 197108041998021001
Pembimbing II
Sagitarius, M.Pd NIP: 196911132001121001
Mengetahui
Jurusan Pendidikan Kepelatihan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Ketua,
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Program Latihan
Simulasi Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Atlet
Tarung Derajat” ini beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri, dan
saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan
etika keilmuan yang berlaku di masyarakat. Atas pernyataan ini saya siap
menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ada klaim dari
pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2013
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
PROGRAM LATIHAN SIMULASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
RASA PERCAYA DIRI ATLET TARUNG DERAJAT
NAMA: TAUFIK PERMANA
Penelitian ini dilatar belakangi oleh suatu pemikiran bahwa aspek pelatihan mental sering terabaikan oleh pelatih-pelatih yang ada saat ini. Rasa percaya diri atlet dalam menghadapi suatu pertandingan adalah kunci untuk mencapai prestasi yang optimal, tentu tidak terlepas dari aspek fisik, teknik, taktik dan strategi. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan rasa percaya diri atlet dalam menghadapi pertandingan dengan menggunakan metode latihan simulasi yang terdiri dari test awal (pengisian angket), treatmen, dan test akhir (pengisian angket).
Dengan menggunakan metode eksperimen, penelitian ini melibatkan 12 orang atlet sebagai subjek penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling atau sampel bertujuan. Penelitian ini dilakukan di Satlat Katapang Kabupaten Bandung.
Instrumen yang digunakan adalah angket atau kuesioner percaya diri yang telah dimodifikasi sebelumnya, terdiri dari 52 butir pernyataan, dengan melakukan treatmen yang berupa latihan simulasi yang menyerupai pertandingan sebenarnya selama kurang lebih 6 minggu. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa program latihan simulasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan rasa percaya diri atlet Tarung derajat.
*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga angkatan 2009.
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
A. BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang Masalah 1
2. Perumusan Masalah 5
3. Tujuan Penelitian 5
4. Manfaat Penelitian 6
5. Struktur Organisasi 6
B. BAB II LANDASAN TEORI 8
1. Pengertian Percaya Diri 8
2. Hakikat Latihan 16
3. Hakikat Latihan Simulasi 19
4. Hakikat Tarung Derajat 25
C. BAB III METODE PENELITIAN 30
1. Metode Penelitian 30
2. Pupulasi dan Sampel Penelitian 31
3. Desain Penelitian 32
4. Instrumen Penelitian 33
D. BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 45
1. Deskripsi Data 45
2. Pengujian Persyaratan Analisis 46
3. Pengujian Hipotesis 50
4. Diskusi Penemuan 51
E. BAB V KESIMPULAN dan SARAN 52
1. Kesimpulan 52
2. Saran 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 53
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket 34
Tabel 3.2 Skala Likert 35
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Butir Instrumen Percaya Diri 38
Tabel 4.1 Hasil penghitungan Skor, Rata-rata, Standar deviasi dan Variansi test
awal 45
Tabel 4.2 Hasil penghitungan Skor, Rata-rata, Standar deviasi dan Variansi test
akhir 45
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Test Awal 46
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Test Akhir 46
Tabel 4.5 Gain Test Awal dan Test Akhir 47
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Homogenitas 48
Tabel 4.7 Hasil Peningkatan Percaya Diri 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tingakat Percaya Diri yang Optimal 11
Gambar 3.1 Desain Penelitian 32
Gambar 3.2 Langkah-Langkah Penelitian 32
Gambar 4.1 Perbedaan Skor Test Awal dan Test Akhir 47
Gambar 4.2 Grafik peningkatan Percaya Diri 49
Kisi-kisi Angket 53
Angket Uji Coba 60
Hasil Uji Validitas 68
Angket yang Digunakan 77
Hasil Uji Normalitas Test Awal 82
Hasil Uji Normalitas Test Akhir 83
Hasil Uji Homogenitas 84
Hasil Uji Signifikansi 86
Dokumentasi Kegiatan 88
Form Penilaian 90
Program Latihan Simulasi 98
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dharma, Surya. (2008). Strategi pembelajaran dan pemilihannya. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Kependidikan Nasional.
Gufron, N.M dan Risnawati, R.S (2010). Teori-teori Psikologi. Depok, Sleman, Jogjakarta. ARR-RUZ MEDIA.
Gunarsa, Singgih. (2004). Psikologi Olahraga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia
Harsono. (1988). Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching. Jakarta: C.V Tambak Kusuma.
Ibrahim, Rusli dan Komarudin. (2007). Psikologi Kepelatihan Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Ibrahim, Rusli, & Komarudin. (2008). Psikologi olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Leman, Martin (2000). Membangun Rasa Percaya Diri Anak. Tersedia dari: http://percayadiri.asmakmalaikat.com/membangun_rasa_percaya_diri_ana k.html
Lie. (2003). Percaya Diri dalam Psikologi. Tersedia dari: http://www.masbow.com/2009/08/percaya-diri-dalam-psikologi.html.
Lutan, Rusli. (2007). Penelitian Pendidikan Dalam Pelatihan Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Nurhasan, Cholil,H dan Hidayah, N. (2008). Statistika. Bandung: FPOK UPI.
Satriya, et al. (2007). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Sasmojo, Saswinandi. (1988). Metodologi penelitian. Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Sudjana. (1990). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2013). Metode Penellitian Pendidikan. Bandung: C.V. Alfabeta
Witarto. (2008). Memahami Pengolahan Data. Tersedia dari: http://kuliah-apsi.blogspot.com/2008/09/memahami-pengolahan-data.html.
Wiryadi, Rita (1992). Percaya Diri Dalam Psikologi. Tersedia dari: http://masbow.com/2009/08percaya-diri-dalam-psikologi.html.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tarung Derajat merupakan seni bela diri full body contact yang praktis dan
efektif berasal dari Indonesia, Tarung derajat diciptakan dan dikembangkan oleh
Achmad Dradjat melalui pengalamannya dari setiap pertarungan di jalanan pada
tahun 1960-an di Bandung. Tarung Derajat secara resmi diakui sebagai olahraga
nasional dan digunakan sebagai pelatihan dasar oleh TNI Angkatan Darat. Tarung
Derajat diajarkan dengan motto "Aku Ramah Bukan Berarti Takut, Aku Tunduk
Bukan Berarti Takluk", motto ini selalu dikumandangkan ketika sebelum berlatih
dan setelah berlatih untuk meningkatkan semangat dan daya juang. Tarung
Derajat menekankan pada agresivitas serangan dalam memukul dan menendang.
Namun, tidak terbatas pada teknik itu saja, bantingan, kuncian, dan sapuan kaki
juga termasuk dalam materi pelatihannya. Sebelum dikenal sebagai Tarung
Derajat dulu beladiri ini dinamakan beladiri Boxer, tetapi setelah melalui
beberapa pertimbangan beladiri Boxer itupun berganti nama menjadi Tarung
Derajat, nama Tarung Derajat itupun memiliki makna yang berarti bertarung
untuk derajat dan kehormatan sebagai manusia yang berhakikat. Menurut situs
web resmi perguruan pusat Tarung Derajat (2007) yaitu:
2
Dalam pertandingan beladiri, seorang atlet pasti pernah mengalami
kegagalan dalam bertanding karena atlet tersebut tidak bisa memanfaatkan dan
mengontrol perubahan emosi yang terjadi pada dirinya, atlet yang tidak bisa
mengontrol emosi biasanya mudah dikendalikan oleh lawan dan gerakannya
sangat mudah terbaca dan bahkan teknik teknik yang telah dilatih tidak bisa
dipakai secara sempurna. Ketika atlet tersebut dihadapkan pada situasi yang dapat
mengakibatkan emosinya seperti itu, atlet tersebut akan mengalami
gejolak-gejolak mental seperti anxiety dan stres sehingga dapat berpengaruh terhadap
prestasinya.
Tujuan atau sasaran yang paling utama dalam proses latihan adalah untuk
membantu atlet mencapai prestasi yang semaksimal mungkin dan usaha yang
optimal yang dikerahkan oleh atlet tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut
menurut Harsono (1988:100): “ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan
dan dilatih secara seksama oleh atlet yaitu: (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c)
latihan taktik, (d) latihan mental” begitu juga penapat bompa (2000) yang dikutip
oleh satriya (2007: 49) bahwa faktor-faktor dasar latihan yaitu meliputi persiapan
fisik, teknik, taktik, kejiwaan (psikologi)”.
Berdasarkan pendapat di atas, dalam pertandingan seringkali dijumpai
atlet yang berkemampuan bagus daripada lawannya tetapi atlet tersebut
mengalami kekalahan pada pertandingan tersebut. Yang menjadi faktor penyebab
kekalahanya ini menyangkut masalah mental yang mungkin kurang percaya diri
terhadap kemampuannya, sehingga teknik yang dilakukan pada saat pertandingan
itu mudah terbaca oleh lawan.
Kekalahan yang terjadi biasanya disebabkan antara lain karena kurangnya
rasa percaya diri terhadap kemampuannya. Seorang petarung sering berhadapan
kembali dengan lawan yang pernah mengalahkannya atau dikalahkannya pada
pertandingan terdahulu, sehingga rasa takut mengulang kekalahan seperti yang
dulu sering muncul, akibatnya rasa percaya dirinya berkurang. Kenyataan
lapangan secara psikologis tersebut di atas sesuai dengan pernyatan Smith (1986)
yang dikutip Nasution (2007: 2) bahwa: “stress yang di alami atlet timbul pada
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi penampilan atlet diantaranya adalah
mental. Masalah mental yang dialami oleh atlet seringkali ditunjukan dari perilaku
atlet pada saat sebelum pertandinngan, pada saat pertandingan dan setelah
pertandingan. Apabila pada saat sebelum pertandingan atau menjelang
pertandingan atlet mengalami gejala stress seperti gelisah, dan cenderung
melamun itu menandakan bahwa ada gejolak mental didalam diri atlet. Ketika
dalam pertandingan atlet ragu-ragu dalam melakukan teknik yang telah dilatih itu
akan sangat mempengaruhi terhadap penampilannya sehingga penampilannya
tidak akan maksimal.
Apabila masalah ini dibiarkan akan menimbulkan dampak yang
menyulitkan, menghambat, mengganggu bahkan mengancam terhadap prestasi
atlet. Atlet yang dibina tidak akan penah mencapai peak performance sesuai yang
diinginkan karena selain dia melawan musuhnya di arena pertandingan dia juga
melawan dirinya sendiri.
Latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik dan kejiwaan merupakan aspek
yang sangat penting dalam pencapaian prestasi maksimal atlet. Seorang atlet tidak
hanya tergantung pada penguasaan fisik, teknik, taktik saja, tetapi pemantapan
jiwa dalam latihan ketika bertanding pun sangat berpegaruh terhadap prestasi
atlet.
Percaya diri atau self-confidence dapat dikatakan sangat penting bagi
seorang atlet khususnya bagi atlet Tarung Derajat dalam menghadapi suatu
pertandingan. Pernyataan Weinberg (1995) yang dikutip Ibrahim dan Komarudin
(2007: 83) memberikan definisi bahwa: “confidence as the belief that you can succesfully perform a desired behavior.” Artinya percaya diri adalah kepercayaan bahwa diri anda bisa menampilkan keberhasilan sesuai denga perilaku yang
diinginkan. Agar self-confidence tersebut dapat dimiliki oleh petarung dengan
baik, salah satu upaya yang harus dilakukan seorang atlet dengan bimbingan
pelatihnya ialah melakukan latihan mental. Karena atlet juga merupakan manusia
biasa yang bukan hanya memiliki raga (fisik), tetapi juga memiliki jiwa dan emosi
4
Latihan mental dapat memberikan perngaruh yang positif terhadap rasa
tegang atlet yang timbul jika akan berhadapan dengan pertandingan. Teknik
pereda ketegangan menurut (Harsono 1988: 283) adalah: 1) teknik jackobson dan
schultz, 2) teknik cratty, 3) teknik progressive muscle relaxation dari jackobson,
4) teknik autogenic relaxation, 5) latihan pernafasan dalam (deep breathing), 6)
meditasi, 7)berfikir positif, 8) visualisasi, 9) latihan simulasi.
Bentuk latihan mental di atas dapat bermanfaat untuk pengendalian diri,
penguasaan emosi, peningkatan percaya diri, meningkatkan prestasi dalam
penampilan, dan untuk mencapai prestasi atlet yang setinggi-tingginya. Ketika
seorang atlet meragukan kemampuan akan keberhasilan dirinya sendiri atau
mengharapkan apa yang disebut “a self-fulfilling prophesty” yaitu segala yang
diharapkan terjadi secara nyata. Begitupun ketika atlet memiliki rasa percaya diri
yang berlebihan atau “over confidence” yang selalu menganggap enteng lawannya dan selalu merasa tidak terkalahkan maka akan berakibat tidak menguntungkan
bahkan bisa menimbulkan “zeigarnik effect” atau penampilan yang berakibat kegagalan (Ibrahim dan Komarudin, 2007: 81).
Upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri atlet, latihan menggunakan
teknik latihan simulasi (simulation training). Latihan simulasi adalah: suatu
proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan disekelilingnya (state of
affairs)”. Sedangkan simulasi menurut Dharma (2008: 22) adalah: “berasal dari
kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Simulasi dapat
diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan cara menggunakan situasi
tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.”
Beberapa keuntungan yang dihasilkan dari latihan simulasi. Dharma
(2008: 22) mengungkapkan sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan sebagai bekal siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
2. Dapat membangkitkan kreatifitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
5
4. Memperkaya pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5. Dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang latihan simulasi terhadap percaya diri atlet tarung bebas pada
cabang olahrag Tarung Derajat. Hal ini dilakukan untuk membuktikan sejauh
mana pengaruh latihan simulasi bisa membantu atlet mencapai prestasi terbaik
dengan cara membayangkan situasi latihan menjadi pertandingan yang
sesungguhnya, sehingga pada saat pertandingan yang sebenarnya atlet sudah
terbiasa dengan situasi maupun kondisi yang seperti itu.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan pertanyaan
penelitiannya sebagai berikut “Apakah program latihan simulasi dapat
mempengaruhi rasa percaya diri atlet dalam cabang olahraga Tarung Derajat?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan rasa
percaya diri atlet dalam menghadapi pertandingan.
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan rasa
percaya diri atlet setelah diterapkannya latihan simulasi (simulation training) pada
cabang olahraga Tarung Derajat.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan berdampak positif dan dapat berguna
secara:
1. Teoritis
a. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi masyarakatt dan
lembaga-lembaga olahraga mengenai pengaru latihan simulasi terhadap
6
b. Dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi masyarakat maupun
lembaga-lembaga olahraga, khususnya cabang olahraga Tarung Derajat.
2. Praktis
a. Secara praktis hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada
pelatih khususnya cabang olahraga Tarung Derajat. Sebagai suatu
informasi, tentang latihan simmulasi (simulation training)
b. Apabila hasil penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan, maka latihan
simulasi ini dapat diterapkan dalam proses pelatihan untuk meningkatkan
rasa percaya diri atlet.
E. Struktur Organisasi
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan pennyusunan selanjutnya,
maka berikut rencana penulis untuk membuat kerangka penulisan penelitian yang
akan diuraikan berdasarkan struktur organisasi sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan struktur organisasi.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan
tentang rasa percaya diri,latihan, tarung derajat, dan metode latihan
simulasi (simulation training).
BAB III METODE PENELITIAN
Membahas mengenai metode dan teknik pengumpulan data, desain
penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, dan analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
7
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Membahas tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian perlu menetapkan suatu metode yang sesuai dan
dapat membantu mengungkapkan suatu permasalahan. Keberhasilan suatu
penelitian ilmiah tidak akan lepas dari metode yang digunakan dalam penelitian
tersebut.
Masalah yang akan diteliti serta tujuan yang akan dicapai dalam suatu
penelitian akan menentukan penggunaan metode penelitian. Terdapat beberapa
jenis metode penelitian yang sering digunakan untuk menjawab suatu
permasalahan, seperti metode historis, deskriptif, dan eksperimen.
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen. Yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab
akibat antara variabel.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik angket atau kuisioner,
mengenai kuisioner Arikunto (2010: 194) menjelaskan: “Kuisioner adalah
sejumlah pertayaan tertulisyang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.”
Lebih lanjut mengenai beberapa keuntungan kuesioner dijelaskan oleh
Arikunto (2010: 195).
a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
b. Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing.
d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak perlu malu-malu menjawab.
31
B.Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam proses penelitian dibutuhkan suatu sumber data agar memudahkan
proses penelitian. Pada umumnya sumber data itu disebut populasi dan sampel
penelitian.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah atlet Tarung Derajat satlat katapang
Kabupaten Bandung yang berjumlah 78 orang. Diambil hanya tingkatan kurata IV
keatas karena pada tingkatan ini penguasaan tekhnik bertarung setiap atlet
dianggap sudah layak.
2. Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini tidak semua anggota pupolasi dijadikan sebagai
sumber data, tetapi hanya sebagian populasi yang umumnya disebut sebagai
sampel penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 12 orang
yang hanya akan mengikuti pertandingan yaitu sebanyak 12 nomor pertandingan.
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah memakai teknik
purposive sampling atau sampel bertujuan. Sampel bertujuan menurut Arikunto
(2010: 183) adalah: “Mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu.”
C.Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan yang disusun secara sederhana
dan efisien guna mengambil kesimpulan serta melakukan analisis sesuai dengan
tujuan penelitian. Langkah-langkah yang digunakan dalam desain penelitian
adalah sistematis dan sesuai dengan 62prosedur penelitian. Seperti pada gambar
32
T0 X T1
Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Gambar 3.1
(Sumber: Moh. Nazir, 2002: 231)
Keterangan :
T0 dan T1 : Tes awal / tes akhir (pengisian angket) X: Perlakuan (latihan simulasi)
Untuk memudahkan pelaksaan penelitian ini langkah-langkah dalam
melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 3.2
Alur penelitian
Gambar 3.2
Langkah-langkah penelitian
D. Instrument Penelitian
Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang
disebut instrument. Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket sebagai
pengumpul datanya.
Populasi
Pengolahan Data Tes Ahir (Angket) Perlakuan (Latihan Simulasi)
Tes Awal (Anngket)
33
Dalam penelitian ini dipergunakan kuisioner berstruktur , karena dalam
pelaksanaan dan pemberiann skor kuisioner berstruktur bersifat langsung dan
hasilnyapun langsung mengarah kepada analisis. Kuisioner ini akan diberikan
kepada atlet Tarung Derajat secara bersama-sama pada saat kegiatan latihan yang
diadakan setiap 3 kali seminggu di satlat (satuan latihan) Katapang.
Dalam penelitian ini penggunaan angket dijabarkan sebagai berikut: (1)
Dipandang dari cara menjawab yaitu menggunakan kuisioner tertutup, yang sudah
disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (2) Dipandang dari
cara menjawab yaitu menggunakan kuisioner langsung, responden menjawab
tentang dirinya (3) Dipandang dari bentuknya yaitu menggunakan kuisioner check
list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada
kolom yang sesuai (Arikunto, 2010: 195).
Angket dalam penelitian ini terdiri dari variabel yang dijabarkan melalui
komponen, sub komponen, indikator, dan pertanyaan. Butir-butir pertanyaan itu
merupakan gambaran tentang pengaruh latihan simulasi terhadap peningkatan rasa
percaya diri.
Untuk memudahkan dalam penyusunan butir-butir pertanyaan angket serta
jawaban yang tersedia, maka responden hannya diperkenankan untuk menjawab
salah satu altenatif jawaban. Jawaban dipilih oleh responden didasarkan pada
pendapatnnya sendiri atau suatu hal yang dialaminya.
Agar pennyusunan angket berjalan dengan baik, maka diperlukan langkah
dalam penyusunan angket. Langkah-langkah penyusunan angket tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Penyusunan Kisi-kisi Angket
Untuk mempermudah dalam menyusun angket sebelumnya harus
menyusun kisi-kisi angket terlebih dahulu. Kisi-kisi angket itu sendiri terdiri dari
komponen, sub komponen indikator-indikator yang nantinya dikembangkangkan
34
Tabel 3.1
Kisi-kisi Angket Percaya Diri (Sumber: Sugiyono, 2013: 150)
Variabel Aspek Indikator
Percaya
Diri
Faktor Internal Berfikir positif
Berani mengambil resiko
Bertanggung jawab
Mampu mengatasi masalah
Menetapkan tujuan
Mampu mengendalikan emosi
Mampu mengetahui kelebihan dan
kekurangan sendiri
Percaya dengan kemampuan sendiri
Konsentrasi
Tidak takut gagal
Tidak merasa tegang
Memiliki motivasi
Merasa setara dengan orang lain
Tidak merasa cemas
Faktor Eksternal Adanya dukungan dari orang tua
Adanya dukungan dari teman
Adanya dukungan dari pelatih
Pengalaman dalam bertanding
Riuh gemuruh sorakan penonton
Sekitar arena pertandingan
Keadaan cuaca pada saat pertandingan
35
b. Penyusunan Angket
Setelah indikator-indikator disusun dalam kisi-kisi tersebut, selanjutnya
dijadikan acuan untuk menyusun suatu pertanyaan yang akan disebarkan dalam
bentuk kuisioner atau angket. Mengenai jawaban dalam angket, penulis
menggunakan skala sikap yaitu skala Likert. Sugiiyono (2007: 134) menjelaskan bahwa: “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Mengenai skala Likert juga dijelaskan oleh Nazir (2005: 338) bahwa:
Sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert menggunakan hanya item yang secara pasti baik dan secara pasti buruk, tidak dimasukan yang agak baik, yang agak kurang, yang netral, dan rangking lain diantara dua sikap yang pasti di atas. Dalam skala Likert, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan baik pertanyaan positif maupun pertanyaan negatif dinilai subjek sangat setuju, setuju, tidak ada pilihan, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Kuestioner menggunakan skala likert untuk mengetahui jawaban
responden atas pernyataan yang diajukan.Alternatif jawaban menggunakan Skala
Likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. seperti
pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.2 Skala Likert
(Sumber: Sugiyono, 2013: 136)
NO Alternatif Jawaban Bobot Nilai
Bila Positif Bila Negatif 1.
2. 3. 4. 5.
SS (Sangat Setuju) S (Setuju)
R (Ragu-ragu) TS (Tidak Setuju)
STS (Sangat Tidak Setuju)
36
Penyusunan pertanyaan-pertanyaan tidak dilakukan dengan sembarangan,
melainkan harus bertolak ukur dari penjelasan Likert dalam Nazir (2005: 205)
sebagai berikut:
a. Jangan gunakan Perkataan-perkataan sulit.
b. Jangan gunakan pertanyaan yang bersifat terlalu umum. c. Hindarkan pertanyaan yang mendua arti (ambiguous). d. Jangan gunakan kata yang samar-samar.
e. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti. f. Hindarkan pertanyaan yang berdasarkan presumasi. g. Jangan membuat pertanyaan yang memalukan responden. h. Hindarkan pertanyaan yang menghendaki ingatan.
Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
menyusun suatu pertanyaan dalam angket harus bersifat jelas, singkat dan terarah
serta tidak memiliki tafsiran ganda.
c. Uji Coba Instrument
Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas
angket tersebut. Untuk keperluan uji coba digunakan kelompok sampel yang
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sanpel yang sebenarnya. Sampel
uji coba tersebut adalah atlet dari satlat soreang sebanyak 14 orang. Uji angket ini
dilaksanakan pada tanggal 13 juni 2013di GOR KONI Soreang Kab. Bandung
Adapun langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan
validitas instrumen adalah sebagai berikut:
1) Data yang diperoleh dari hasil uji coba dikumpulkan dan dipisahkan antara
skor tertinggi dan skor terendah.
2) Menentukan 50% responden yang memperoleh skor tinggi dan 50%
responden yang memperoleh skor rendah.
3) Kelompok responden yang memiliki skor tinggi dapat disebut kelompok
atas dan kelompok responden yang memiliki skor rendah disebut
kelompok bawah.
4) Mencari nilai rata-rata ( ̅ ) setiap butir pertanyaan kelompok atas dan
37
̅
̅ : Nilai rata-rata yang dicari : Jumlah skor
: Jumlah responden
5) Mencari simpangan baku (S) setiap butir pertanyaan kelompok atas dan
kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:
S = √ ̅
S : simpangan baku yang dicari
̅ : jumlah hasil penguadratan nilai skor dikurangi rata-rata n-1 : jumlah sampel dikurangu satu
6) Mencari variansi ( S2 ) untuk setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:
=
Keterangan:
S2 : variansi gabungan
S1 : simpangan baku kelompok satu S2 : simpangan baku kelompok dua n : sampel
7) Mencari nilai t-hitung untuk setiap butir pernyataan dengan rumus sebagai berikut:
̅ ̅ √
38
Keterangan :
̅ : rata-rata kelompok satu ̅ : rata-rata kelompok dua
S1 : simpangan baku kelompok satu S2 : simpangan baku kelompok dua n : sampel
8) Selanjutnya membandingkan nilai t-hitung dengan nilai tabel dalam taraf
nyata 0.1 atau dengan tingkat kepercayaan 90%. Instrumen ini memiliki
tingkat kebebasan n-2 = 14-2 = 12, nilai t-tabel menunjukan harga 1.356.
Sebuah pertanyaan tes dinyatakan dapat dijadikan sebagai alat pengumpul
data jika t-hitung lebih besar atau sama dengan t-tabel, jika t-hitung lebih
kecil dari tabel maka pertanyaan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat
pengumpul data. Hasil uji validitas butir angket pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.3
Data Hasil Uji Validitas Butir Instrumen Penelitian Percaya Diri Butir Soal Jumlah
Sampel
Jumlah Skor
t tabel t hitung Keterangan
1 14 60 1.36 1.2247 Tidak valid
2 14 58 1.36 0.7746 Tidak valid
3 14 55 1.36 3.3627 Valid
4 14 48 1.36 4 Valid
5 14 56 1.36 3.3717 Valid
6 14 60 1.36 3.7947 Valid
7 14 56 1.36 1.3587 Tidak valid
8 14 65 1.36 1.633 Valid
9 14 54 1.36 0.853 Tidak valid
10 14 51 1.36 2.8098 Valid
11 14 56 1.36 2.0381 Valid
12 14 57 1.36 1.1206 Tidak valid
13 14 61 1.36 1.5323 Valid
14 14 56 1.36 1.0954 Tidak valid
15 14 57 1.36 3.3627 Valid
16 14 63 1.36 1.633 Valid
17 14 63 1.36 2.3238 Valid
18 14 60 1.36 3.7947 Valid
39
20 14 61 1.36 1.8371 Valid
21 14 60 1.36 1.8464 Valid
22 14 60 1.36 3.1334 Valid
23 14 70 1.36 -1.4142 Tidak valid
24 14 65 1.36 2.4495 Valid
25 14 60 1.36 0.6325 Tidak valid
26 14 60 1.36 1.633 Valid
27 14 59 1.36 0.866 Tidak valid
28 14 59 1.36 1.8974 Valid
29 14 63 1.36 0.7071 Tidak valid
30 14 38 1.36 0.4736 Tidak valid
31 14 42 1.36 -1.589 Tidak valid
32 14 48 1.36 0.866 Tidak valid
33 14 65 1.36 2.4495 Valid
34 14 51 1.36 0.7385 Tidak valid
35 14 59 1.36 3.0619 Valid
36 14 63 1.36 4.6476 Valid
37 14 56 1.36 1.3587 Tidak valid
38 14 56 1.36 3.0984 Valid
39 14 56 1.36 1.8974 Valid
40 14 58 1.36 -0.961 Tidak valid
41 14 52 1.36 1.633 Valid
42 14 59 1.36 4.0825 Valid
43 14 58 1.36 0.8528 Tidak valid
44 14 43 1.36 -1.365 Tidak valid
45 14 46 1.36 -0.739 Tidak valid
46 14 53 1.36 4.1586 Valid
47 14 62 1.36 1.4771 Valid
48 14 64 1.36 3.4641 Valid
49 14 54 1.36 1.4142 Valid
50 14 46 1.36 0.8944 Tidak valid
51 14 49 1.36 2.1004 Valid
52 14 54 1.36 0.5657 Tidak valid
53 14 61 1.36 3.5355 Valid
54 14 53 1.36 2.5981 Valid
55 14 53 1.36 0.4082 Tidak valid
56 14 60 1.36 1.2247 Tidak valid
57 14 55 1.36 3.6927 Valid
58 14 54 1.36 0 Tidak valid
59 14 56 1.36 1.3587 Tidak valid
60 14 36 1.36 0.5443 Tidak valid
61 14 55 1.36 0.6076 Tidak valid
62 14 57 1.36 0.5941 Tidak valid
40
64 14 40 1.36 1.1239 Tidak valid
65 14 54 1.36 2.9394 Valid
66 14 62 1.36 4.6476 Valid
67 14 53 1.36 2.0135 Valid
68 14 38 1.36 0 Tidak valid
69 14 57 1.36 1.8974 Valid
70 14 55 1.36 0.7746 Tidak valid
71 14 55 1.36 4.1586 Valid
72 14 68 1.36 5.1075 Valid
73 14 52 1.36 2.2413 Valid
74 14 60 1.36 5.1962 Valid
75 14 52 1.36 1.4142 Valid
76 14 58 1.36 3.266 Valid
77 14 55 1.36 3.9337 Valid
78 14 53 1.36 1.2607 Tidak valid
79 14 49 1.36 0.3573 Tidak valid
80 14 63 1.36 8.4853 Valid
81 14 49 1.36 0.3136 Tidak valid
82 14 60 1.36 3 Valid
83 14 56 1.36 2.3764 Valid
84 14 61 1.36 4.7556 Valid
85 14 52 1.36 0.7385 Tidak valid
86 14 57 1.36 3.6927 Valid
87 14 55 1.36 0.5 Tidak valid
88 14 56 1.36 4.2426 Valid
89 14 42 1.36 0 Tidak valid
90 14 58 1.36 2.3842 Valid
Berdasarkan tabel 3.2 menunjukan bahwa butir angket yang berjumlah 90
butir soal terdapat 38 butir soal yang tidak valid,sehingga tidak dapat dijadikan
sebagai alat pengumpul data, dan sisanya berjumlah 52 butir soal yang dapat
digunakan sebagai alat pengumpul data dan siap untuk disebarkan sesuai dengan
rencana penyebaran angket yang telah dijadwalkan sebelumnnya.
d. Pelaksanaan Pennyebaran Angket
Setelah menguji validitas tiap butir soal dan telah diketahui validitasnya
maka butir soal yang valid dapat dijadikan sebagai alat pengumpul data.
41
berjumlah 12 atlet. Penulis melakukan test awal pada hari selasa 25 juni 2013 di
Kawah Braja Mantara Kabupaten Bandung tempat dimana para atlet berlatih.
e. Tempat dan Waktu Latihan
Setelah penulis menyebar angket (test awal), selanjutnya penulis mulai
melaksanakan program latihan simulasi yang dilaksanakan kurang lebih 6
minggu. Satojo (1988: 48) menjelaskan bahwa:
Mengenai masalah trek latihan tiap minggunya program De Corme dan Watkin adalah 4 kali per minggu, tetapi para pelatih dewasa ini per minggunya setuju untuk menjalankan program latihan 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu atau lebih.
Dari penjelasan di atas, maka penulis melaksanakan program latihan
simulasi ini setiap minggu selama 6 minggu dan dilaksanakan di Satlat Katapang
Kabupaten Bandung, mulai dari test awal (pre test), perlakuan (treatment), dan
test akhir (post test).
Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan juni sampai
bulan juli dengan rincian sebagai berikut.
a. Test awal dilaksanakan pada hari selasa tanggal 25 juni 2013 jam
15.30 WIB
b. Perlakuan dilaksanakan mulai hari minggu tangggal 30 juni dan 7 juli
2013 pada jam 08.00 – 10.30 pagi hari dan minggu-minggu
selanjutnya proses latihan dilaksanakan pada jam 19.30 - 21.30
karena bertepatan dengan bulan ramadhan dan untuk mengoptimalkan
proses latihan maka latihan di mundurkan waktunya.
c. Test akhir dilaksanakan pada hari selasa tanggal 30 juli 2013 jam
42
d. Pelaksanaan pengumpulan data
1. Pelaksanaan
a. Penulis menjelaskan tata cara pengisian angket dengan benar
b. Penulis membagikan angket
c. Pengisian angket oleh sampel sebelum memulai latihan
d. Angket dikumpulkan dan dihitung skor dari tiap butir soal
2. Penelitian
a. Latihan simulasi setiap satu minggu satu kali selama 6 minggu
3. Peralatan yang digunakan
a. Alat tulis
b. Balloint
c. Angket
d. Stopwatch
e. Peralatan tarung
f. Form penilaian tarung
g. Lonceng
E. Prosedur Pengolahan Data
Pada penelitian ini analisis data dilakukan dengan berorientasi kepada
pengujian hipotesis melalui uji kebermaknaan korelasi. Pengujian hipotesis
penelitian ini pada dasarnya ingin mengetahui apakah ada pengaruh latihan
simulasi terhadap peningkatan percaya diri atlet Tarung Derajat.
Agar analisis berjalan dengan lancar maka penulis menempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melihat dan memutuskan hasil sah atau tidak. Setelah angket dibagikan
kepada sumber data, penulis mengumpulkannya kembali yang kemudian
diperiksa untuk melihat dan memastikan keabsahan pengisian angket
tersebut. Mungkin saja dalam pengisian angket responden tidak mengisi
salah satu butir soal atau responden mengisi lebih dari dua alternatif
43
2. Memberikan nilai pada tiap butir pernyataan dalam angket yang telah
dijawab dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
a. Pertanyaan positif : SS=5, S=4, R=3, TS=2, STS=1
b. Pertanyaan negatif : SS=1, S=2, R=3, TS=4, STS=5
3. Mengelompokan setiap butir pernyataan
4. Menjumlahkan nilai seluruh pernyataan untuk setiap responden
5. Menghitung skor rata-rata dari setiap kelompok
6. Menghitung simpangan baku
7. Menguji variansi
8. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan liliefors, hal ini
dilakukan karena dalam skripsi ini hanya terdapat satu variabel, dan hanya
menggunakan sampel yang sedikit. Prosedur yang digunakan menurut
Sudjana (1996: 46):
Z = ̅
9. Uji Homogenitas dengan rumus:
F =
10.Uji Signifikansi peningkatan hasil latihan dan perbedaannya menggunakan
uji t dengan rumus sebagai berikut:
t = ̅ √ ⁄
Keterangan:
t :nilai kritis untuk uji signifikansi beda
̅ : rata-rata beda
: simpangan baku beda
44
11. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ho : Latihan simulasi tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan rasa percaya diri atlet
Tarung Derajat
Ha : Latihan simulasi memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan rasa percaya diri atlet Tarung
Derajat
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis statistika mengenai program latihan simulasi
dalam upaya meningkatkan rasa percaya diri atlet Tarung derajat, maka penulis
menarik kesimpulan bahwa: “Terdapat pengaruh yang signifikan latihan simulasi
terhadap peningkatan percaya diri atlet Tarung derajat.”
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang ditempuh, serta hasil kesimpulan yang
telah diambil dari hasil penelitian, penulis ingin menyampaikan saran kepada para
pelatih Tarung derajat yang kiranya dapat mengembangkan kemampuan atlet
binaannya.
1. Bagi para pelatih disarankan untuk menggunakan latihan simulasi
karena latihan simulsi dapat menigkatkan rasa percaya diri atlet.
2. Bagi para atlet harus lebih banyak mengikuti latihan simulasi
pertandingan guna menambah jam terbang dalam bertanding sehingga
dapat lebih memahami situasi dan kondisi di suatu pertandingan
sebenarnya.
3. Bagi PB KODRAT disarankan agar lebih banyak melakukan latian
simulasi sebelum menghadapi even atau kejuaraan-kejuaraan yang akan
dihadapi agar atlet yang dibina dapat meraih prestasi yang maksimal.
4. Bagi peneliti selanjutnya perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut
dengan jumlah sampel yang lebih banyak, agar diperoleh hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dharma, Surya. (2008). Strategi pembelajaran dan pemilihannya. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Kependidikan Nasional.
Gufron, N.M dan Risnawati, R.S (2010). Teori-teori Psikologi. Depok, Sleman, Jogjakarta. ARR-RUZ MEDIA.
Gunarsa, Singgih. (2004). Psikologi Olahraga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia
Harsono. (1988). Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching. Jakarta: C.V Tambak Kusuma.
Ibrahim, Rusli dan Komarudin. (2007). Psikologi Kepelatihan Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Ibrahim, Rusli, & Komarudin. (2008). Psikologi olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Leman, Martin (2000). Membangun Rasa Percaya Diri Anak. Tersedia dari: http://percayadiri.asmakmalaikat.com/membangun_rasa_percaya_diri_ana k.html
Lie. (2003). Percaya Diri dalam Psikologi. Tersedia dari: http://www.masbow.com/2009/08/percaya-diri-dalam-psikologi.html.
Lutan, Rusli. (2007). Penelitian Pendidikan Dalam Pelatihan Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Nazir. (2002). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Nurhasan, Cholil,H dan Hidayah, N. (2008). Statistika. Bandung: FPOK UPI.
Satriya, et al. (2007). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Sasmojo, Saswinandi. (1988). Metodologi penelitian. Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Sudjana. (1990). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Wikipedia Bahasa Indonesia. (2010). Simulasi. Tersedia dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Simulasi.
Witarto. (2008). Memahami Pengolahan Data. Tersedia dari: http://kuliah-apsi.blogspot.com/2008/09/memahami-pengolahan-data.html.
Wiryadi, Rita (1992). Percaya Diri Dalam Psikologi. Tersedia dari: http://masbow.com/2009/08percaya-diri-dalam-psikologi.html.