• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAPARAN Mn2+ PADA Nannochloropsis salina DI LINGKUNGAN AIR TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMAPARAN Mn2+ PADA Nannochloropsis salina DI LINGKUNGAN AIR TANAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAPARAN Mn2+PADA Nannochloropsis salina DI LINGKUNGAN AIR TANAH

Krisnanopia Minggu Manan, Yusafir Hala, Paulina Taba Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin, Makassar 90245

ABSTRAK. Penelitian pemaparan Mn2+ pada Nannochloropsis salina di lingkungan air tanah. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pola pertumbuhan dan efisiensi penjerapan pada N. salina. Pada penelitian ini, salinitas air tanah yang digunakan yaitu 5 ‰.Pemaparan Mn2+dengan konsentrasi 1, 3 dan

5 ppm dilakukan di awal masa pertumbuhan N. salina. Pertumbuhan N. salina diamati setiap hari dengan cara menghitung jumlah populasi menggunakan hemositometer. Konsentrasi Mn2+ setelah pemaparan ditentukan dengan

menggunakan SSA. Hasil yang diperoleh menunjukkan pertumbuhan N. salina pada kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kultur yang dipaparkan Mn2+. Pertumbuhan optimum N. salina pada kontrol dan yang dipaparkan Mn2+1 dan 3 ppm terjadi pada hari ke-15 sedangkan yang dipaparkan Mn2+5 ppm terjadi pada hari ke-19. Efisiensi penjerapan maksimum Mn2+ dengan konsentrasi 1, 3 dan 5 ppm secara berturut-turut yaitu 64,29; 64,19 dan 67,26 %.

Kata Kunci: Air tanah, Biosorpsi, Mangan, Nannochloropsis salina PENDAHULUAN

Masalah pencemaran air di Indonesia setiap tahun semakin meningkat akibat dari aktifitas manusia yang menghasilkan limbah pertanian, domestik maupun industri (Alkhair, 2013). Di antara logam-logam berat, mangan merupakan polutan berbahaya jika masuk ke sistem perairan. Limbah mangan dapat berasal dari limbah pertambangan, maupun pabrik pengolahan tekstil dan pembuatan logam campuran atau aloi (Ariffeni, 2011).

Mangan adalah logam berat yang diperlukan oleh tubuh tetapi dapat juga menjadi racun bagi tubuh, di dalam tubuh manusia, mangan dalam jumlah kecil tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi dalam jumlah yang besar dapat terakumulasi di dalam hati dan ginjal, umumnya dalam keadaan kro-nis, mangan dapat menimbulkan gangguan pada sistem syaraf dan menunjukkan gejala seperti Parkinson yang menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tulang

(2)

(Hartini, 2012). Toksisitas mangan relatif telah tampak pada konsentrasi rendah sehingga nilai ambang batas (NAB) mangan yang dapat digunakan dalam air minum adalah 0,05 mg/L dan antara 0,01 dan 0,02 mg/L dalam air yang dapat digunakan untuk keperluan industri. (Adeogun, 2013).

Salah satu metode yang dapat mengurangi kadar logam berat dalam perairan adalah biosorpsi (Hashim, 2008). Biosorpsi merupakan teknologi untuk menghilangkan logam berat yang memerlukan biaya relatif murah dibandingkan dengan proses lain khususnya jika akan diterapkan pada kapasitas yang besar (Barleani, 2005). Menurut Doshi dkk., (2008), salah satu bahan biologis yang dapat digunakan untuk biosorpsi adalah mikroalga Nannochloropsis salina karena spesies ini mampu mengakumulasi logam berat di dalam jaringan tubuhnya meskipun pada konsentrasi logam yang tinggi dalam perairan, karena mengandung gugus-gugus fungsi seperti amina, amida dan karboksilat yang bertindak sebagai ligan (Haryanti dkk., 2010).

Logam berat yang terserap ke dalam sel mikroalga kemudian akan masuk pada jalur metabolisme (Bajguz, 2011), sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi sel mikroalga di mana keadaan ini dapat diamati dengan terjadinya penurunan jumlah sel yang hidup (Rios dkk., 2007). Logam yang diadsorpsi akan terakumulasi pada tumbuhan setelah membentuk kompleks dengan unsur atau senyawa lain (Hala, 2013). METODE PENETILIAN Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan medium Conwy, vitamin, air tanah steril, biakan murni N. salina yang diperoleh dari BPP-BAP Maros, larutan HNO3 p.a, kristal Mn(NO3)2.

4H2O, akuades dan aluminium foil.

Air tanah steril diperoleh dari air tanah yang diatur salinitasnya sampai 5 ‰ dengan laut air dan disaring dengan kertas saring Whatman dan membran sellulosa nitrat Millipore 0,45 µm lalu disterilisasi dalam autoklaf.

Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas

(3)

yang umumnya digunakan dilaboratorium, aerator merek Amara, alat pencacah hemositometer merek Marierfield LOT-No 4551, oven merek SPNISOSFD, mikroskop Nikon SE dengan perbesaran sampai dengan 125 kali, sentrifus pada Laboratorium Kimia Anorganik, SSA merek Buck Scientific model 205 VGP pada Laboratorium Kimia Analitik FMIPA Unhas, HPLC pada PT. Saraswanti Indo Genetech Bogor dan autoklaf merek All American model No. 1925 pada Laboratorium Biokimia FMIPA Unhas.

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Unhas. Analisis SSA dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Analisis asam amino dilakukan di PT. Saraswanti Indo Genetech Bogor

Prosedur Penelitian Penyiapan N. salina

Mikroalga uji N. salina sebanyak 3,7 mL dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 mL yang berisi

30 mL air tanah steril salinitas 5 ‰, kemudian ditambahkan dengan 0,1 mL medium Conwy dan 1 tetes vitamin. Volume erlenmeyer dicukupkan dengan air tanah steril hingga 50 mL. Larutan diaduk, dihubungkan dengan aerator dan ditutup. Mengacu pada penelitiaan sebelumnya (Hala dkk., 2004) kondisi kultivasi N. salina diatur pada pH netral, suhu 20 oC, intensitas cahaya 4000 lux. Pertumbuhan N. salina diamati setiap hari sampai di peroleh kepadatan yang dinginkan untuk selanjutnya digunakan pada prosedur berikutnya. Pertumbuhan N. salina yang terpapar Mn2+

Pertumbuhan N. salina yang terpapar Mn2+ dilakukan dengan menggunakan air tanah steril dan medium Conwy, pada kondisi: salinitas medium 5 ‰, pencahayaan kontinu, aerasi dan suhu ruangan 20oC.

Air tanah steril sebanyak 300 mL dimasukkan masing-masing ke dalam 4 buah toples, kemudian larutan Mn2+dengan konsentrasi 1, 3 dan 5 ppm ditambahkan ke dalam masing-masing toples. Satu toples digunakan sebagai kontrol.

(4)

Selanjutnya 1 mL larutan Conwy, 1 tetes vitamin dan 10 mL biakan murni N. salina dengan kepadatan awal 30 x 104 sel/mL ditambahkan ke dalam toples, lalu volumenya ditambahkan hingga 500 mL dengan air tanah steril. Larutan dihomogenkan dan dihubungkan dengan aerator, lalu didiamkan dalam ruangan bersuhu tetap dengan cahaya cukup. Pengamatan pertumbuhan N. salina dilakukan setiap hari menggunakan mikroskop dan hemositometer.

Pengamatan dampak

penambahan logam terhadap pertumbuhan N. salina dilakukan dengan cara menghitung jumlah sel N. salina per milimeter media setiap hari sampai diperoleh pertumbuhan optimum. Sampel diambil menggunakan pipet steril sebanyak 0,1 mL dan diteteskan pada hemositometer. Jumlah kepadatan sel dengan 4 bidang pengamatan (1, 2, 3 dan 4) dan dihitung sesuai dengan persamaan 3 dengan bantuan mikroskop.

Σ sel =1+2+3+4

4 x 10

4sel/mL (3)

Pengukuran Konsentrasi Logam a. Pembuatan Larutan Induk

Larutan Mn2+ 1000 ppm, yang dibuat dengan cara menimbang Mn(NO3)2.4H2O

sebanyak 4,5687 gram lalu dilarutkan dengan akuades kemudian diencerkan dengan akuades dalam labu ukur 1 L.

b. Pembuatan Larutan Baku dan Larutan Standar Mn2+

Larutan baku logam Mn2+ 100 ppm dibuat dengan memipet 10 mL larutan stok 1000 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, selanjutnya diencerkan dengan air sampai tanda batas. Larutan standar Mn2+ dibuat dengan konsentrasi 0,1; 0,2; 0,4; 0,8; 1,6 dan 3,2 ppm.

c. Proses Pengambilan Fitrat

Konsentrasi logam dalam medium kultur ditentukan setiap 24 jam dengan menggunakan SSA. Masing-masing medium kultur dipipet sebanyak 5 mL setiap 24 jam, kemudian disentrifugasi sampai filtrat dan residu terpisah. Filtrat kemudian di simpan pada lemari pendingin.

(5)

471.75 386 205.5 92 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 0 10 20 30 P o p u la si N. s alin a ( x 1 0 4 se l/m L )

Waktu Pertumbuhan (Hari) Kontrol

1 ppm 3 ppm 5 ppm

c. Penentuan Efesiensi Penjerapan Efesiensi penjerapan logam oleh mikroalga N. salina dihitung dengan berdasarkan perbandingan konsentrasi logam yang terjerap dengan konsentrasi logam mula-mula. Pengukuran konsentrasi logam dilakukan pada filtrat medium (prosedur b) dengan menggunakan SSA melalui persamaan (4)

A = a . b. c (4) Di mana c adalah konsentrasi, a adalah absorptivitas (L/g x cm), b adalah panjang medium absorpsi dan A adalah absorban. Nilai efesiensi penyerap (Ep) diperoleh dari persamaan (5)

Cs= Co–Cf (5)

Ep = Cs Co

x 100 % (6) Di mana Csadalah konsentrasi logam

terserap, Co adalah konsentrasi awal

ion logam dan Cf adalah konsentrasi

ion logam dalam filtrat medium. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Pertumbuhan N. salina pada kultur yang Tercemar Mn2+

Pola pertumbuhan N. salina di lingkungan air tanah dengan salinitas 5‰pada kontrol dan kultur yang tercemar Mn2+ dapat dilihat

pada Gambar 2, di mana jumlah populasi dihitung dengan menggunakan persamaan 3.

Gambar 2. Pola pertumbuhan N. salina pada kontrol dan kultur yang terpapar Mn2+ 1, 3 dan 5 ppm

Pertumbuhan optimum N. salina kontrol terjadi pada hari ke-15 dengan jumlah populasi sebesar 471,75 × 104 sel/mL. Pertumbuhan optimum N. salina yang tercemar Mn2+ 1 dan 3 ppm terjadi pada hari ke-15, dengan jumlah populasi berturut-turut sebesar 386 dan 205,5 × 104 sel/mL. Sedangkan pada kultur yang tercemar Mn2+ 5 ppm, pola pertumbuhan N. salina cenderung berfluktuasi, dengan pertumbuhan optimum terjadi pada hari ke-19 sebesar 92 × 104 sel/mL.

Setelah N. salina mencapai pertumbuhan optimum, secara umum penurunan jumlah polulasi terjadi. Hal ini disebabkan oleh ketersedian nutrien dalam kultur yang semakin

(6)

berkurang dengan semakin meningkatnya jumlah populasi yang mengkonsumsi nutrien tersebut. Selain itu, adanya bahan organik mikroalga yang mati dan mengendap ke dasar kultur dapat menjadi kompetitor baru bagi N. salina yang masih hidup dalam penggunaan oksigen terlarut di dalam medium pertumbuhan (Hala, 2013).

Jumlah populasi N. salina dalam kultur yang terpapar Mn2+ lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol. Meskipun pada konsentrasi 1 ppm, tidak menunjukkan perbedaan jumlah populasi yang signifikan, pada konsentrasi 3 ppm dan 5 ppm, perbedaan yang sangat signifikan terlihat jelas dengan kontrol. Hal ini dipengaruhi oleh semakin tingginya konsentrasi Mn2+ sehingga dapat mengganggu proses pertumbuhan N. salina. Logam Mn merupakan logam esensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan pada konsentrasi tertentu, akan tetapi dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan efek toksik bagi organisme (Widowati, 2008). Menurut Hala (2013), konsentrasi ion logam yang lebih tinggi akan meningkatkan

kenaikan jumlah ion yang menyebabkan toksisitas ion logam berat lebih tinggi sehingga kemampuan adaptasi N. salina tidak dapat mengimbangi kuantitas dan toksisitas ion logam berat dalam medium dan menghambat sel-sel N. salina melakukan pertumbuhan dan reproduksi.

Selain konsentrasi yang tinggi, pertumbuhan N. salina mengalami penurunan yang signifikan juga karena adanya interaksi ion logam pada permukaan sel mikroalga yang mengandung lapisan lemak, permukaan tubuh mikroalga ditutupi oleh membran sel sehingga potensi untuk berinteraksi dengan ion logam dalam air tinggi (Fhencel, 1988), di mana mengandung berbagai gugus fungsi seperti N-terminal dari gugus ─NH2, C-terminal dari gugus ─COO-, S-terminal dari gugus ─SH dan gugus fungsi rantai samping yang berpotensi mengikat logam pada permukaan sel mikroalga (Chu dan Hashim, 2007).

Waktu pertumbuhan N. salina hingga mencapai pertumbuhan optimum pada kondisi air tanah terjadi pada hari ke-15,

(7)

berbeda dengan waktu pertumbuhan N. salina pada kondisi air laut. Penelitian Hala dkk., (2013) menunjukkan bahwa pertumbuhan optimum N. salina menggunakan kultur dengan kondisi air laut terjadi pada hari ke-8 dengan jumlah populasi sebesar 105 × 104 sel/mL. Efisiensi Penjerapan N. salina

terhadap ion logam Mn2+

Nilai efisiensi penjerapan N. salina di lingkungan air tanah pada salinitas 5 ‰ terhadap Mn2+ dengan konsentrasi 1, 3 dan 5 ppm disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik nilai Ep N. salina setelah pemaparan Mn2+1, 3 dan 5 ppm Nilai Ep dapat dihitung dengan mengunakan persamaan 6. Gambar 3 menunjukkan perbedaan nilai Ep untuk setiap konsentrasi. Penjerapan maksimum N. salina terhadap Mn2+ 1 ppm terjadi pada hari ke-3 dengan konsentrasi logam

yang terjerap sebesar 0,64 ppm dan nilai Ep sebesar 64,29 %. Sedangkan pada konsentrasi 3 ppm, nilai Ep maksimum terjadi pada hari ke-4 sebesar 64,19 % dengan konsentrasi yang terjerap sebesar 1,93 ppm, lebih rendah dari Ep maksimum Mn2+ 1 ppm. Nilai Ep pada Mn2+ 1 dan 3 ppm mengalami fluktuasi. Nilai Ep logam yang berfluktuasi diduga terkait dengan kemampuan desorpsi pada mikroalga sebagai bentuk pertahanan diri. Desorpsi merupakan proses pelepasan kembali ion/molekul yang telah berikatan dengan gugus aktif pada absorben (Triani, 2006). Selain itu, nilai Ep Mn2+1 dan 3 ppm yang

tidak menunjukkan penurunan yang signifikan, hal ini mengindikasikan bahwa N. salina masih mampu menolerir logam berat Mn pada konsentrasi 1 dan 3 ppm.

Nilai Ep maksimum pada Mn2+ 5 ppm terjadi pada hari pertama sebesar 67,26 % dengan konsentrasi yang terjerap sebesar 3,36 ppm. Akan tetapi, selanjutnya terjadi penurunan nilai Ep secara terus menerus. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan maksimum atau kemampuan N. salina untuk

64.2964.19 67.26 -40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 E fi si ens i P enj er apan (% )

Waktu Pertumbuhan (Hari) 1 ppm

3 ppm 5 ppm

(8)

beradaptasi atau kemampuan untuk menjerap Mn2+ 5 ppm paling tinggi hanya dapat terjadi pada hari pertama dan selanjutnya terjadi penurunan. Dibandingkan dengan nilai Ep 1 dan 5 ppm, mikroalga N. salina masih mampu menolerir logam berat Mn dengan konsentrasi 3 ppm, di mana perubahan nilai Ep Mn2+ 3 ppm tidak besar dan cenderung konstan.

Nilai Ep Mn2+ 1 dan 5 ppm pada hari ke-18 menunjukkan Ep yang bernilai minus dengan konsentrasi Mn2+ dalam filtrat

berturut-turut sebesar 1,18 dan 6,45 ppm, hal ini dapat disebabkan karena N. salina mengalami desorpsi sehingga N. salina melepaskan semua logam yang telah diserap dan tidak dapat lagi menjerap logam berat.

Secara umum hasil perhitungan Ep memberikan gambaran bahwa penjerapan ion-ion logam oleh N. salina cenderung terjadi di awal waktu kontak. Hal ini terjadi karena adanya sejumlah situs aktif yang terdapat pada mikroalga sehingga hambatan sterik gugus fungsi pada permukaan setelah penjerapan awal terjadi, sehingga

waktu yang lama dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan (Murphy, 2007). Nilai Ep maksimum untuk setiap konsentrasi pada Mn2+ dapat diurutkan sebagai 5 > 1> 3 ppm.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Waktu optimum pertumbuhan N. salina pada kondisi air tanah untuk kontrol dan kultur yang terpapar Mn2+ 1 dan 3 ppm pada hari ke-15 dengan jumlah populasi berturut-turut sebesar 471,75 x 104, 386 x 104 dan 205,5 x 104 sel/mL. Sedangkan kultur yang terpapar Mn2+5 ppm pada hari ke-19 dengan jumlah populasi 92 x 104sel/mL.

2. Nilai Ep ion logam oleh N. salina pada kondisi air tanah untuk kultur yang terpapar Mn2+ 1, 3 dan 5 ppm

berturut-turut adalah 64,29; 64,19 dan 67,26 %.

DAFTAR PUSTAKA

Adeogun A. I., Idowu M. A., Ofudje, A. E., Kareem, S. O., dan Ahmed, S. A., 2013, Comparative Biosorption of

(9)

Mn(II) and Pb(II) Ions on Rraw and Oxalic Acid Modified Maize Husk: Kinetic, Thermodynamic and Isothermal Studies, Appl Water Sci., 3, 167–179. Alkhair, A., 2013, Pencemaran Air,

Jurnal Pencemaran Air, 2, 1-7.

Ariffeni, 2011, Biosorpsi Logam Mn (Vii) dengan Menggunakan Jamur Saccharomyces Sp. yang Diisolasi dari Limbah Padat Coca Cola, Skripsi diPublikasikan, Program Sarjana, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Andalas, Padang.

Bajguz, A., 2011, Supression of Chorella vulgaris Growth by Cadmium, Lead and Copper Stress and its Restoration by Endogenaus Brassinolide, Arch. Environ. Contam. Toxicol., 60, 406-416.

Barleani, A. A., 2005, Pemodelan Proses Biosorpsi logam Berat pada Reaktor Fixed Bed : Suatu Kajian Analisis Sensitivitas, Tesis dipublikasikan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Doshi, H., Ray, A., Seth, C.S., dan

Kothari, I.L., 2008, Bioaccumulation of Heavy Metals by Green Algae, Curr. Microbiol, 56, 246

255.

Hala, Y., Raya, I., dan Suryati, E., 2004, Interaksi Ion Cu(II)

dengan Chaetoceros

calcitrans dalam Lingkungan Perairan Laut, Mar. Chim. Acta, 2 (5), 11-14.

Hala, Y., 2013, Kajian Mekanisme Penjerapan Ion Ni2+,Cu2+, Zn2+, Cd2+, dan Pb2+pada Nannochloropsis salina dalam Medium Conwy,

Disertasi tidak

dipublikasikan, Program Doktor, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar. Hartini, E., 2012, Cascade Aerator

dan Bubble Aerator dalam Menurunkan Kadar Mangan Air Sumur Gali, KEMAS, 8 (1), 42-50. Haryanti, M. S., Mahardika, K., Permana, N. G., dan Fahrudin, 2010, Kajian Bakteri Pemacu Pertumbuhan Mikroalga Sebagai Sumber Pakan Alami pada Pembenihan Ikan dan Udang, Laporan Balai Besar Riset Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. Hashim, M. S., 2008, Removal of

Nickel from Aquoeous Solution by Using Dried Water Hyacinth (Eichhornia Crassipes), Skripsi dipublikasikan, Chemical Engineering, Faculty of Chemical Engineering Natural Resources, University Malaysia Pahang. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun

(10)

2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Presiden Republik Indonesia.

Widowati, W., Sastiono, A., Jusuf, R., 2008, Efek Toksik, Logam Pencegahan Dan

Penanggulangan

Pencemaran, Penerbit Andi, Yokyakarta.

Gambar

Gambar  2. Pola  pertumbuhan N.  salina pada kontrol dan kultur yang terpapar Mn 2+ 1, 3 dan 5 ppm
Gambar 3. Grafik nilai Ep N. salina setelah pemaparan Mn 2+ 1, 3 dan 5 ppm Nilai  Ep  dapat  dihitung dengan  mengunakan  persamaan  6.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Yohanes 1:7 , kita baca bahwa Yohanes Pembaptis adalah untuk menjadi saksi dari Yesus, dan untuk mempersiapkan jalan dari Tuhan supaya orang-orang boleh

Meskipun pada kenyataannya belum sepenuhnya dapat mengubah kebiasaan makan masyarakat, tetapi pesan-pesan yang didapatkan mampu meningkatkan pengetahuan dan memotivasi

Dengan mengidentifikasi kelemahan pada metode flash, diteliti pengukuran difusivitas panas yang didasarkan pada asumsi-asumsi yang mudah direalisasikan pada bangku percobaan, yaitu :

Setelah kita menguras otak untuk menyelesaikan tugas dari sekolah, akhirnya perut gue memutuskan untuk laper dan karena udah nggak bisa berkompromi lagi, tanpa malu

Beberapa contoh resep dan semua zat pembantu yang digunakan dalam proses penyempurnaan harus disu- sun dalam daftar terpisah bersama nama dagang dan sumber setiap produk. Some

No Test Procedure / Step Expected Result and Result Status 1 Mencari rute dari current position ke lokasi tertentu Pengguna dapat melihat rute dari posisi pengguna

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR MELALUI DISPENSASI UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATEN KUDUS (STUDI DI PENGADILAN AGAMA KUDUS)”.. Skripsi ini disusun untuk