• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan relatif rendah membuat Yogyakarta menjadi pilihan banyak orang dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pendidikan relatif rendah membuat Yogyakarta menjadi pilihan banyak orang dari"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kota pelajar yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia, bahkan oleh masyarakat internasional. Julukan kota pelajar melekat pada Yogyakarta sudah sangat lama, hal ini dikarenakan banyaknya universitas yang tersebar diberbagai area di Daerah Istimewa Yogyakarta, baik universitas terkenal seperti Universitas Gadjah Mada maupun universitas-universitas swasta lain. Selain itu, kualitas pendidikannya dinilai baik dan biaya pendidikan relatif rendah membuat Yogyakarta menjadi pilihan banyak orang dari luar daerah untuk mengemban ilmu setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA). Predikat kota Yogyakarta yang telah melekat sebagai kota pelajar dan kota pendidikan, menjadikan kota ini menjadi incaran utama bagi para calon mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia untuk melanjutkan jenjang pendidikannya (Dianasari, 2010 : 15).

Hingga tahun 2016 tercata ada sekitar 129 perguruan tinggi dengan 420 program studi di Daerah Istimewa Yogyakarta, baik dari perguruan tinggi negeri, perguruan tinggi kedinasan dan perguruan tinggi swasta, dengan rincian 22 universitas, 49 sekolah tinggi, 6 institut, 10 politeknik dan 42 akademi (Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta dalam http://pendidikan-diy.go.id/ diakses pada 14 juni 2016). Dengan banyaknya

(2)

perguruan tinggi di Yogyakarta, sudah pasti akan menyebabkan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di banjiri oleh mahasiswa baru setiap tahunnya.

Para calon mahasiswa yang berencana menempuh studi di Yogyakarta akan membutuhkan tempat tinggal sementara untuk menyelesaikan masa studi. Namun tidak banyak dari mereka yang memiliki sanak saudara yang dapat menampung mereka selama masa studi yang dibutuhkan dan mereka juga tidak mungkin menyewa hotel karena akan membutuhkan biaya yang besar. Oleh karena itu mereka membutuhkan solusi lain yang lebih "bersahabat". Banyaknya "tamu" yang datang untuk studi di Yogyakarta dimanfaatkan oleh sebagian orang sebagai peluang usaha seperti membuka usaha kos-kosan/indekos ataupun kontrakan. Usaha penyediaan tempat tinggal sementara memang sangat meriah di Yogyakarta khususnya usaha kos-kosan. Hal ini tentu saja dikarenakan profit yang didapat tidak sedikit dan bersifat berkelanjutan. Harga sewa yang relatif murah membuat kos menjadi pilihan yang bersahabat bagi para mahasiswa dari luar daerah. Menurut Dianasari (2010 : 24), banyak mahasiswa luar kota yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di kota ini mengakibatkan menjamurnya kos-kosan, khususnya wilayah sekitar kampus, karena pada umumnya sebagian mahasiswa memilih bertempat tinggal di kos-kosan yang letakknya berdekatan dengan keberadaan kampus mereka.

Wijianto (2003: 1) menjelaskan bahwa tidak ada definisi yang baku mengenai kos-kosan. Meskipun Kamus Besar Indonesia memuatnya dalam spectrum yang berbeda yaitu pemondokan, akan tetapi terminologi rumah pondokan tidak berbanding lurus dengan istilah kos-kosan itu sendiri. Karena itu

(3)

sejalan dengan waktu pendefinisian maknanya memang harus dikaji ulang. Sedangkan menurut Prianggono (2013: 42), asal kata kos-kosan bisa jadi berasal dari bahasa Inggris "cost" berarti "harga" yang artinya sebelum menempati bangunan terjadi tawar menawar terlebih dahulu atau dari kata "choose" yang berarti pilihan yaitu memilih tempat tinggal sebelum memutuskan menempati yang mana, atau juga dari kata "house" yang berarti rumah tempat tinggal.

Secara umum "kos-kosan" memiliki peraturan yang cukup ketat seperti adanya jam malam, tidak boleh menginapkan teman, tidak boleh membawa masuk lawan jenis dan lainnya. Karena kos-kosan menjadi rumah "kedua" bagi para mahasiswa, para pemilik atau penjaga kos pun menjadi orang tua mereka (mahasiswa) dan berperan menjaga anak kos baik dari segi fisik maupun moral anak kos. Namun cukup banyak mahasiswa yang kurang menyukai hal ini, mereka yang tinggal jauh dari orang tua merasa menginginkan kebebasan yang tidak didapat saat mereka tinggal dirumah. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat pemilik kos mulai melonggarkan peraturan kos-kosan agar banyak yang menempati kos mereka.

Mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta datang dari segala penjuru Indonesia, mereka datang dari beragam jenis latar belakang, ada yang datang dari desa sampai kota, ada juga yang datang dari keluarga yang kurang mampu sampai keluarga yang serba berkecukupan atau kaya. Seiring perkembangannya, kebutuhan seseorang semakin complex, maka permintaan pun semakin beragam, yang tadinya sudah cukup dengan fasilitas kos seadanya kini mulai menginginkan tambahan fasilitas agar dapat membuat mereka lebih nyaman berada dikos.

(4)

Perbedaan latar belakang sosial ekonomi mahasiswa menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh pada keragaman tipe kos-kosan, dan hal inilah yang membuat kamar kos menjadi cerminan status sosial mahasiswa (Prianggono, 2013 : 45).

Pada awalnya kosan adalah kamar tidak terpakai yang dimanfaatkan untuk disewakan oleh pemilik rumah dan fasilitas yang disediakan masih seadanya. Kemudian kos mulai berkembang dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal sementara dan keberagaman latar belakang dari calon penyewa, hal ini yang membuat kos-kosan menawarkan fasilitas yang beragam.

Perbedaan latar belakang sosial ekonomi para mahasiswa pendatang telah menimbulkan berbagai tipe kos-kosan. Dengan demikian kamar kos juga dapat mencerminkan status sosial mahasiswa tersebut (Sanityastuti, 2002 : 3).

Fasilitas-fasilitas tambahan seperti air panas untuk mandi, Wi-Fi, TV atau TV kabel dan lainnya terbilang cukup mahal dan pada umumya kos-kosan tidak menyediakan fasilitas tersebut. Namun hal ini kemudian dilihat sebagai peluang usaha dimana fasilitas tersebut terbilang masih cukup jarang tersedia di kos-kosan.

Kos dengan fasilitas mewah mulai bermunculan sejak tahun 2012, kos yang memiliki fasilitas mewah seperti ini pada umumnya ber-label eksklusif. Namun pertumbuhan kos eksklusif masih terbilang cukup lambat dan biasanya kos jenis ini bukan hanya berfungsi seperti kosan pada umumnya, kos jenis eksklusif kadang juga menjadi guest house. Guest House adalah sebuah fasilitas penginapan seperti hotel tetapi Harga sewanya yang tidak semahal hotel, selain itu guest house juga biasanya dapat disewa perhari, perminggu dan perbulan seperti

(5)

hotel. Biasanya pengunjung yang menggunakan fasilitas guest house adalah pengungjung yang berencana berkunjung ke Yogyakarta agak lama, karena jika pengunjung menginap di guest house maka dana yang dikeluarkan jauh lebih murah dibanding menginap di hotel.

Kos Eksklusif mulai diminati oleh mahasiswa-mahasiswa rantau, selain fasilitasnya yang lengkap, perarturan di kos eksklusif juga biasanya lebih "toleran" atau bebas terhadap penyewa jasa kos. Kebebasan ini mungkin dikarenakan kurangnya interaksi antara pemilik kos eksklusif dengan anak kos. Pemilik kos eksklusif menjadikan kos hanya sebagai lahan bisnis, mereka tidak tinggal satu atap dengan anak kos, mereka hanya sesekali berkunjung untuk melihat keadaan kos mereka.

Semakin meningkatnya permintaan tempat pemondokan dari para pelajar atau mahasiswa luar daerah telah menjadikan usaha pemondokan hanya semata-mata berlandaskan motif ekonomi. Jika sebelumnya hubungan atara pemondok dengan pemilik pondokan bersifat kekeluargaan, dimana pemilik pondok sering dianggap orang tua kedua, maka pada saat ini hubungan tersebut cendrung bersifat ekonomis. Sebagai konsekuensinya maka terjadilah pergeseran nilai pada pemilik tempat pemondokan, yaitu dari nilai kekeluargaan menjadi nilai bisnis (Sanityastuti 2002 :152).

Hal ini mungkin menjadi salah satu faktor yang membuat orang memilih untuk tinggal di kos eksklusif, karena pada umumnya pemilik atau penjaga kos memiliki peraturan yang cukup ketat guna menjaga anak kos mereka. Namun hal ini juga dapat berdampak negatif, karena dengan sistem seperti hotel yang

(6)

pengunjung hanya memanfaatkan hotel hanya sebagai tempat istirahat saja, hal ini dapat mengakibatkan kurangnya interaksi sosial selain anatara anak kos dengan pemilik kos tetapi juga interaksi antar anak kos tersebut.

Tidak seperti kos eksklusif, kos reguler yang pemiliknya masih tinggal satu atap dengan anak kos, mau tidak mau anak kos harus berinteraksi dengan pemilik kos, karena biasanya kos reguler hanya kamar-kamar kosong yang sudah tidak terpakai, kamar-kamar kosong ini kemudian disewakan untuk menambah pemasukan pemilik kos atau bisa juga pemilik kos yang memiliki lahan cukup luas pada area rumahnya membuat bangunan baru yang hanya berupa kamar-kamar saja untuk disewakan. Dengan tinggal satu atap atau satu lingkungan seperti ini akan menciptakan interaksi antara anak kos dengan pemilik kos. Karena selain sebagai pemilik, pemilik kos juga berperan sebagai orang tua pengganti bagi anak kos. Pemilik kos memiliki tanggung jawab layaknya orang tua kandung bagi anak kos dan membuat hubungan antara anak kos dengan pemilik kos menjadi lebih akrab. Selain menciptakan interaksi sosial antara anak kos dengan pemilik, tinggal satu atap atau satu lingkungan seperti ini juga dapat menciptakan interaksi antar anak kos.

Interaksi sosial sangat penting bagi anak kos perantau yang tidak memiliki kerabat dekat di D.I.Yogyakarta karena dengan melalui interaksi sosial hidup perantauan mereka akan menjadi lebih mudah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana pola relasi soial yang terbentuk di lingkungan kos eksklusif?

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Memahami proses interaksi sosial pada lingkungan kos

b. Mengetahui bentuk pola relasi sosial pada lingkungan kos eksklusif

1.4 Kerangka Teori

1.4.1 Interaksi Sosial

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pola relasi sosial yang terkonstruksi di lingkungan kos eksklusif serta membandingkannya dengan pola relasi sosial yang terbentuk di dalam lingkung kos reguler. Pola relasi sosial terbentuk melalui interaksi yang terjadi antara individu dengan dengan lingkungan disekitarnya.

Mayoritas dari mahasiswa pendatang yang melanjutkan studi mereka di D.I. Yogyakarta tidak memiliki kerabat dekat, untuk itu mereka perlu bantuan dari orang lain guna membatu hidup mereka, seperti memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu kebutuhan akan tempat tinggal atau makan. Oleh sebab itu manusia perlu melakukan interaksi sosial, karena pada dasarnya manusia selain sebagai mahluk individu, mereka juga merupakan mahluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bertahan hidup dan menjalani hidupnya.

Sebagai mahluk sosial, manusia membangun hubungan dengan manusia lainnya lewat interaksi sosial. Interaksi merupakan bentuk utama dari proses sosial, aktivitas sosial terjadi karena adanya aktivitas dari manusia dalam hubungannya dengan manusia lain. Yang bertindak, yang berhubungan itu adalah manusia (Taneko, 1984 : 110).

(8)

Menurut Soekanto (1982 : 60), Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok.

Menurut Taneko (1984 : 110-111), Interaksi Sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:

1) Adanya Kontak Sosial (Social Contact)

Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Pada interaksi sosial mengandung makna tentang kontak sosial secara timbal balik atau inter-stimulansi dan respon antara indivdiuindividu dan kelompok-kelompok. Kontak pada dasarnya merupakan aksi dari individu atau kelompok dan mempunyai makna bagi pelakunya, yang kemudian ditangkap oleh individu atau kelompok lain.

Menurut Widyaningsih (2010 : 9), Kontak sosial dapat bersifat posistif ataupun negatif. Yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada sutau pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan sutau interaksi sosial.

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: 1. Antara orang perorangan.

2. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya.

3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya (Soekanto, 1982 : 110)

(9)

2) Adanya Komunikasi

Komunikasi muncul setelah kontak berlangsung. Komunikasi timbul apabila seseorang individu memberi tafsiran pada prilaku orang lain. Dengan tafsiran tersebut, lalu seseorang itu mewujudkan prilaku,dimana prilaku tersebut merupakan reaksiterhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.

Interaksi sosial dapat terjadi melalui beberapa faktor tertentu, menurut Soekanto (1982 : 63), Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai faktor, antara lain:

1. Imitasi, adalah suatu proses meniru seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain.

2. Sugesti, faktor ini berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.

3. Identifikasi, merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.

4. Simpati, suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain.

Menurut Loomis dalam Taneko (1984: 114-115), interaksi sosial memilik ciri-ciri penting,yaitu:

(10)

2. Adanya komunikasi antara para pelaku dengan menggunakan simbol-simbol.

3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan akan datang, yang menentukan sifat dan aksi yang sedang berlangsung.

4. Adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidak sama dengan yang diperkirakan oleh para pengamat.

Interaksi sosial juga memiliki beberapa bentuk yang dihasilkan dari dari kedua unsur dasar tersebut. Bentuk interaksi sosial bisa berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), bahkan dapat juga berbentuk pertentangan (conflict) (Soekanto, 1982 : 70).

1.4.2 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Di dalam interaksi disamping memiliki unsur dasar yakni, kontak sosial dan komunikasi, juga memiliki beberapa bentuk. Bentuk interaksi sosial bisa berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition) bahkan dapat juga berbentuk pertentangan (conflict) (Soekanto, 1982 : 70).

Banyak tokoh yang mengidentifikasikan beberapa bentuk dari interaksi sosial tersebut. Gillin dan Gillin mengidentifikasikan interaksi sosial itu dalam dua bentuk, yaitu proses yang asosiatif dan disosiatif.

Proses asosiatif ini terbagi menjadi tiga bentuk khusus lagi, yakni:

a. Kerja sama

Kerja sama merupakan sebuah proses dimana terjadi sebuah kesadaran adanya kepentingan dan tujuan yang sama didalamnya yang kemudian melakukan sebuah tindakan guna memenuhi kebutuhannya tersebut.

(11)

Dalam bentuk kerjasama ada kesediaan dari anggota kelompok untuk mengganti kegiatan anggota kelompok lainnya karena kegiatan yang dilaksanakan saling bergantung dengan kegiatan yang lain dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan bersama (Santosa, 2004 : 22). Dalam hal ini kerjasama dibagi menjadi lima bentuk yaitu pertama, kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong.

Kedua, bergaining atau yang biasa disebut dengan suatu proses perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa. Ketiga, kooptasi yaitu suatu proses dimana terjadi penerimaan unsur-unsur baru guna menciptakan suatu stabilitas didalam kehidupan masyarakat. keempat,

koalisi adalah suatu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama, kelima, joint venture merupakan sebuah proses kerjasama dalam sebuah proyek tertentu (Widyaningsih, 2010 : 13).

b. Akomodasi

Akomodasi adalah sebuah bentuk usaha untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau antar kelompok kelompok di dalam masyarakat akibat perbedaan paham atau pandangan. Mencegah timbulnya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau temporer (Santosa, 2004 : 69).

c. Asimilasi

Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan

(12)

yang terdapat antara individu atau kelompok dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama (Santosa, 2004 : 81).

Sedangkan proses disosiatif atau juga disebut dengan oppositional processes terdiri dari:

a. Persaingan (competition)

Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa jadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman (Santosa, 2004 : 87). Adapun fungsi dari persaingan salah satunya adalah untuk menyalurkan sebuah keinginan individu yang bersifat kompetitif dalam masyarakat, yang kemudian secara output dengan adanya persaingan timbul sebuah perubahan sosial dimana akan merujuk pada sebuah kemajuan masyarakat (Widyaningsih, 2010 : 16).

b. Kontravensi (contravention)

Kontravensi merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian kontraversi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orangorang lain atau terhadap

(13)

orang-orang lain atau terhadap unsur unsur kebudayaan golongan tertentu (Santosa, 2004 : 90).

c. Pertentangan (conflict)

Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan dengan sebuah acmanan atau kekerasan. Di dalam diri seseorang biasanya terdapat sejumlah kebutuhan dan peran yang saling berkompetisi, berbagai macam cara untuk mengekspresikan usaha dan peran, berbagai macam halangan yang terjadi antara usaha dan tujuan, dan juga adanya aspek-aspek positif dan negatif yang terkait dengan tujuan yang diinginkan (Muchlas, 2005 : 449).

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menekankan sifat penelitian yang penuh nilai dan menghasilkan data deskriptif dari perilaku dan informan yang diteliti. Yang menjadi kasus dalam penelitian ini adalah kos regular dan kos eksklusif. Kos eksklusif berkembang cukup pesat di Yogyakarta, itu berarti peminat kos eksklusif cukup banyak. Hal yang menarik untuk diteliti adalah alasan mengapa mulai banyak orang memilih untuk tinggal di kos eksklusif dibanding kos regular.

(14)

Penelitian kualitatif digunakan untuk mencari tahu apa yang membuat kos eksklusif berbeda dengan kos regular, selain itu pendekatan kualitatif juga berguna untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial dan pola relasi sosial yang terbentuk didalam lingkungan kos eksklusif maupun kos regular.

1.5.2 Lokasi Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan mengambil tempat di sekitar jalan Seturan Raya, Depok, Sleman, Yogyakarta. Alasan dipilihnya tempat ini untuk melakukan penelitian, ditentukan berdasarkan faktor-faktor pendukung guna terlaksanya penelitia tersebut. faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu, banyaknya kost-an dengan jenis yang berbeda- beda. Kota Yogyakarta yang identik sebagai kota pelajar, sehingga terdapat banyak anak muda, khususnya mahasiswa dari luar kota Yogyakarta. Dengan adanya faktor-faktor tersebut nantinya dapat mempermudah peneliti dalam melakukan risetnya.

1.5.3 Unit Analisis

Unit analisis adalah unit yang akan diteliti di lapangan. Unit analisis dalam penenlitian ini berjumlah enam orang, ke enam orang yang dipilih secara purposive ini yaitu dua orang anak kos regular serta pengelola kosnya dan dua orang anak kos eksklusif serta pengelola kosnya

(15)

1.6 Teknik Pengumpulan Data

1.6.1 Observasi

Observasi mulai dilakukan sejak awal bulan Mei 2016. lokasi yang dipilih sebagai objek penelitian adalah kos Ananda Excel dan kos Green Boarding yang berlokasi di Jalan Seturan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.6.2 Wawancara

Wawancara akan dilakukan pada enam narasumber terkait yaitu tiga orang dari kos Ananda Excelt yang merupakan kos regular. Ketiga orang tersebut adalah Bekti Anggono dan Dennis Ariansyah yang merupakan penghuni kos Ananda Excelt, serta pengelola kos Ananda Excelt yang bernama Pak Budi.

Tiga orang lain yaitu berasal dari kos Green Boarding House yang merupakan kos Eksklusif. ketiga orang ini yaitu Ade Riza dan Bunga Pertiwi, serta petugas keamanan kos Green Boarding yang bernama Pak Hartono.

1.6.3 Studi Pustaka

Studi ini dimaksudkan untuk melengkapi data-data yang sudah didapat dilapangan, yaitu dengan cara studi buku, jurnal, web, atau media-media lain. Melalui studi literatur ini data yang mungkin tidak didapatkan sewaktu wawancara akan dilengkapi, sehingga hasil data akan lebih valid.

1.7 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (1982) bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari, dan

(16)

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain (Moleong dkk, 2008: 248).

Data yang diperoleh dikumpulkan, dilihat, dan dipilih sesuai dengan fokus dari penelitian, kemudian dianalisis dengan teori yang relevan. Adapun tahapan proses analisis ini sendiri yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (Salim, 2006 : 22). Proses reduksi data merupakan proses pemilihan hal-hal dari data, yang dirasa pokok atau penting. Sehingga data tersebut dapat fokus dan sesuai dengan tema peneltian.

Dalam proses selanjutnya, hasil pemilihan data disajikan dalam bentuk deskripsi. Data yang telah didapat kemudian diolah dengan cara melihat, menjelaskan, dan menganalisis menggunakan kerangka teori yang relevan.

Referensi

Dokumen terkait

Menyampaikan informasi secara lisan dengan lafal yang tepat dalam kalimat sederhana sesuai konteks yang mencerminkan kecakapan berbahasa yang santun dan

Kegiatan observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengamati kegiatan pembelajaran dikelas dengan penerapan model Project Based Learning, jadi aktivitas yang perlu

Puji dan syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, hidayah, dan inayah –Nya akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan

Wax dimanipulasi tanpa dilakukan pemanasan yang cukup hingga Wax dimanipulasi tanpa dilakukan pemanasan yang cukup hingga diatas suhu transisi padat-padat sehingga

Yang paling sederhana adalah nilai pancasila yang berhubungan dengan nilai-nilai ketuhanan yang terdapat pancasila yang berhubungan dengan nilai-nilai ketuhanan yang

Alur pelaksanaan PPL di SLB yakni observasi dan asesmen, menentukan masalah, menentukan tujuan, koordinasi dengan pihak sekolah, koordinasi dengan guru pamong,

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Merokok Awal pada Siswa di Kota Semarang. Semarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Pokok bahasan dalam skripsi penulis adalah bagaimanakah penyelenggaran perjanjian pengangkutan udara yang dilaksanakan PT.Lion Air Medan, Bagaimanakah tanggung jawab