Bab II
DATA DAN ANALISA 2. 1 Sumber Data
Data yang ada untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh melalui: • Buku “PANC?SILA – Riwayatmu Kini”
Data yang diperoleh dari buku tersebut merupakan materi utama dalam pembuatan kampanye Garuda Pancasilaku! nantinya.
• Angket atau kuisioner
Data yang diperoleh bersifat kuantitatif karena hanya berupa opini dan pengalaman partisipan responden/pengisi kuisioner.
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan untuk memilah-milah data sehingga dapat diambil kesimpulan berkaitan dengan materi proyek Tugas Akhir. 2.1.1 Review Buku PANC?SILA – Riwayatmu Kini
Buku ini diterbitkan oleh grafisosial dan Yayasan TIFA pada tahun 2012 yang dibuat oleh Penulis: Greg Genep Sukendro, Komikus: Eko S.Bimantara, Desainer Grafis: Enrico Halim, Ilustrator: Toto M.Mukmin, serta Penyunting: Arief Adityawan S, Kurnia Setiawan, Toto M.Mukmin. Ini bukunya kaum muda, untuk jadi kawan dialog mengisi zaman. Sejarah membuktikan bahwa Pancasila dirumuskan oleh kaum muda pada zamannya. Bukti bahwa kaum muda adalah mesin perubahan dan pengerak zaman.
Buku ini sangat penting sebagai esai grafis untuk penyadaran kaum muda hingga dewasa, diulas dengan jelas, mulai dari prosesi rumusan Pancasila, tokoh-tokoh perintis Pancasila, sila pertama sampai kelima.
2.1.1.1 Prosesi Rumusan Pancasila 1935-1945
Perang Dunia II
Akhir PD II, Jepang mulai banyak mengalami kekalahan di mana-mana dari Sekutu. Jepang meyakinkan bangsa Indonesia tentang kemerdekaan dengan membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
1 Maret 1945
Jenderal Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang untuk Jawa mengumumkan pembentukan BPUPKI.
29 April 1945
KRT Radjiman Wediodiningrat sebagai Ketua BPUPKI (Kaico), duduk sebagai ketua muda (fuku kico) seorang Jepang bernama Icibangase sebagai Shucokai Cirebon yang R.P.Suroso diangkat sebagai kepala secretariat dengan dibantu oleh Toyohiti Masuda dan Mr.A.G.Pringodigdo. Jumlah anggota BPUPKI adalah 63 orang yang mewakili hampir seluruh wilayah Indonesia ditambah 7 orang tanpa hak suara.
28 Mei 1945
Dilangsungkan upacara peresmian BPUPKI di gedung Cuo sangi in, jalan pejambon (Sekarang Gedung Departemen Luar negri), Jakarta. Upacara peresmian itu dihadiri pula oleh dua pejabat jepang Jendral Itagaki (panglima tentara ke tujuh yang bermarkas di Singapura). Pada kesempatan itu dikibarkan bendera Jepang, Hinomaru oleh Mr.A.G.Pringgodigdo yang disusul dengan pengibaran bendera merah putih oleh Toyohiko Masuda.
29 Mei 1945-1 Juni 1945
Masa persidangan pertama BPUPKI membahas rumusan dasar Negara untuk Indonesia merdeka. Dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar Negara yang akan dipakai Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr.Mohammad Yamin, Prof.Mr.Dr.Soepomo, dan Ir.Sukarno.
29 Mei 1945
Mr.Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar Negara Indonesia merdeka dihadapan sidang BPUPKI. Pemikirannya diberi judul “Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia”. Mr.Mohammad Yamin mengusulkan dasar Negara Indonesia merdeka yang intinya sebagai berikut:
Peri kebangsaan; Peri kemanusiaan; Peri ketuhanan; Peri kerakyatan; Kesejahteraan rakyat; 31 Mei 1945
Prof.Mr.Dr.Soepomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di hadapan sidang BPUPKI. Pemikirannya berupa penjelasan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan dasar Negara Indonesia merdeka. Negara yang akan dibentuk hendaklah Negara integralistik yang berdasarkan pada hal-hal berikut ini:
Persatuan; Kekeluargaan;
Keseimbangan lahir dan batin; Musyawarah;
Keadilan sosial. 1 Juni 1945
Ir.Sukarno mendapat kesempatan untuk mengemukakan dasar Negara Indonesia merdeka. Pemikirannya terdiri atas lima asas berikut ini: Kebangsaan Indonesia;
Mufakat atau demokrasi; Kesejahteraan sosial; Ketuhanan yang Maha Esa
Kelima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran teman yang ahli bahasa.
1 Juni kita peringati sebagai hari lahir istilah Pancasila. 22 Juni 1945
Panitia Sembilan (Ir Sukarno (ketua), Abdulkahar Muzakir, Drs.Moh.Hatta, K.H Abdoel Wachid Hasjim, Mr.Moh.Yamin, H.Agus Salim, Ahmad Subarjo, Abikusno Cokrosuryo, dan A.A.Maramis) bekerja cerdas berhasil merumuskan dasar Negara Indonesia merdeka. Rumusan itu Moh.Yamin diberi nama Piagam atau Jakarta Charter. Rumusan dasar Negara Indonesia Merdeka adalah sebagai berikut :
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syariat islam sebagai pemeluk-pemeluknya,
(menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab Kesatuan Indonesia
(dan) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
(serta dengan mewujudkan suatu)
Keadilan sosial bagi kerakyatan Indonesia. 10 – 16 Juli 1945
BPUPKI mengadakan sidang kedua membahas rancangan undang-undang dasar.
Dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai Ir.Sukarno.
Panitia membentuk kelompok kecil yang beranggotakan tujuh orang yang khusus merumuskan rancangan UUD. Kelompok kecil ini diketuai Mr.Supomo dengan anggota Wongsonegoro, Ahmad Soebardjo, Singgih, H.Agus Salim, dan Sukiman.
Hasil disempurnakan kebahasaannya oleh Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri atas Husein Jayadiningrat, H.Agus Salim, dan Prof.Mr.Dr.Supomo.
14 Juli 1945
Ir.Sukarno melaporkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang pada sidang BPUPKI.
Disebutkan tiga hal pokok: pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan undang-undang dasar, dan undang-undang dasar (batang tubuh).
15 – 16 Juli 1945
Sidang menyusun UUD berdasarkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar.
17 Juli 1945
Laporan hasil kerja penyusunan UUD. Laporan diterima sidang pleno BPUPKI. 7 Agustus 1945
BPUPKI dibubarkan Jepang. Menindaklanjuti hasil kerja BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI atau Dokuritsu Junbi Iinkai).
PPKI beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia. 12 orang wakil dari Jawa, 3 orang wakil dari Sumatera, 2 orang wakil dari Sulawesi, dan seorang wakil dari Sunda Kecil, Maluku serta penduduk Cina.
18 Agustus 1945
PPKI mengadakan sidangnya yang pertama.
Membahas konstitusi Negara Indonesia, dengan menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI.
Namun, sebelum sidang dimulai, Drs. Mohammad Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian masalah kalimat, “… dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”
Hal ini dlakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kita harus menghargai nilai juang para tokoh-tokoh yang sepakat menghilangkan kalimat “…dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”
Dengan disetujuinya perubahan itu maka sidang pertama PPKI hasil kerja BPUPKI dibahas kembali. Pada pembahasannya terdapat usul perubahan yang dilontarkan kelompok Hatta. Mereka mengusulkan perubahan sila pertama yang semula berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan perubahan Bab II UUD Pasal 6 yang semula berbunyi “Presiden ialah orang Indonesia yang beragama Islam” diubah menjadi “Presiden ialah orang Indonesia asli”. Semua usulan itu diterima peserta sidang. Hal itu menunjukkan mereka sangat memperhatikan persatuan dan kesatuan bangsa.
Setelah disempurnakan oleh PPKI, disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. UUD itu kemudian dikenal sebagai UUD 1945. Keberadaan UUD 1945 diumumkan dalam berita Republik Indonesia Tahun ke-2 No.7 Tahun 1946 pada halaman 45-48. Sistematika UUD 1945 itu terdiri atas hal sebagai berikut:
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Pada Alenia ke-4 UUD 1945 tercantum Pancasila sebagai dasar Negara yang tertulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Rumusan dasar Negara Indonesia merdeka adalah Ketuhanan Yang Maha Esa;
Kemanusiaan yang adil dan beradab; Persatuan Indonesia;
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan;
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 2.1.1.2 Tokoh-tokoh Perintis Pancasila
Ir. Sukarno 6 Juni 1901
Lahir di Blitar, Jawa Timur. Ayahnya bernama Raden Sukemi Sasrodiharjo yang masih keturunan Raja Kediri. Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai yang masih keturunan bangsawan Bali.
1920-1925
Tamat H.B.S., melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil dan lulus.
1926
Mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr.Soetomo. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia.
4 Juli 1927
Membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI). Pada Kongres PNI Pertama, terpilih sebagai Ketua PNI. Kegiatan politik Sukarno muda tidak disukai Belanda sehingga sering dipenjarakan. Tidak patah semangat untuk berjuang memerdekakan Indonesia.
29 Mei – 1 Juni 1945
Menjelang kemerdekaan Indonesia, berjuang di dalam organisasi BPUPKI dan PPKI. Ir.Sukarno menyumbangkan pemikirannya dalam pembentukan dasar Negara Indonesia merdeka yang disebutnya dengan Pancasila pada lembaga BPUPKI.
Ir.Sukarno juga dipercaya menjadi Ketua PPKI yang dipersiapkan untuk membentuk Indonesia merdeka.
17 Agustus 1945
Puncaknya bersama Drs.Moh. Hatta mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia atas nama seluruh bangsa Indonesia. Meskipun bangsa Indonesia telah merdeka, perjuangan Ir.Sukarno tidak berhenti begitu saja.
18 Agustus 1945
Pada sidang PPKI Ir.Sukarno terpilih dan dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
20 Juni 1970
Wafat dalam kondisi tragis sebagai tahanan politik orde Soeharto, dan dimakamkan di Blitar Jawa Timur.
1986
Bersama Drs.Moh.Hatta dianugerahi gelar Proklamator Indonesia. Drs. Mohammad Hatta
12 Agustus 1902
Lahir di Bukit tinggi, Sumatera Barat. Dikenal dengan Bung Hatta, sosok yang santun, rendah hati, taat beragama, jujur dan cerdas. 1921
Di masa mudanya, menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Ekonomi (Handels Hogere Schools) di Rotterdam, Belanda. Menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia, suatu organisasi pergerakan mahasiswa yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
24 September 1927
Akibat aktivitasnya, ditangkap pemerintah Belanda dengan tuduhan menjadi anggota organisasi terlarang dan menghasut orang untuk menentang pemerintah Belanda.
Pada sidang pengadilan di Den Haag, Belanda, dituntut tiga tahun penjara. Membacakan berjudul “Indonesia Vrij”, Indonesia merdeka. Hatta dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan.
1942
Kembali ke Indonesia dan tetap menjalankan aktivitas mencapai kemerdekaan Indonesia. Ditangkap pemerintah kolonial Hindia Belanda dan dibuang ke Boven, Digul, Papua. Dibebaskan setelah Jepang masuk dan menduduki Indonesia.
29 Mei – 1 Juni 1945
Menjelang kemerdekaan Indonesia, aktif dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Menjadi anggota BPUPKI dan juga PPKI. 17 Agustus 1945
Bersama dengan Ir.Sukarno mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
18 Agustus 1945
PPKI menetapkan dan melantik Hatta sebagai Wakil Presiden RI mendampingi Ir.Sukarno..
14 Maret 1980
Wafat dalam kesederhanaan dan dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta.
1986
Bersama Ir.Sukarno dianugerahi gelar Proklamator Indonesia. Mr.Supomo
23 Januari 1903
Lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah. 1917
Supomo muda bersekolah di Europeesche Lagere School (setingkat SD) dan lulus.
1920
Melanjutkan ke Meer Uitgebreid Larger (setingkat SMP) di Solo dan lulus. Setelah lulus kemudian berangkat ke Jakarta meneruskan pendidikan Rechtsschool (sekolah hokum) dan lulus tiga tahun kemudian.
Setahun kemudian
Mendapat kesempatan belajar di Universitas Leiden dan memperoleh gelar Meester In Rechten (Mr.) dan doktor ilmu hukum.
Selama belajar di Negeri Belanda, ikut organisasi Perhimpunan Indonesia. Setelah pulang dari Negeri Belanda, menjadi ahli hukum, maka Jepang menunjuknya untuk mengepalai Departemen Kehakiman.
29 Mei – 1 Juni 1945
Aktif dalam BPUPKI. Dalam sidang BPUPKI, mengajukan konsep dasar Negara Indonesia merdeka.
Aktif menjadi ketua panitia kecil bagian dari Panitia Perancang UUD. Ketika Indonesia merdeka, Mr.Supomo diangkat menjadi Menteri Kehakiman. Ia juga pernah menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Inggris.
Wafat di Jakarta dan dimakamkan di Solo. Atas jasa-jasanya, Pemerintah Indonesia menetapkan Mr.Supomo sebagai Pahlawan Kemerdekaan.
K.H. Agus Salim 8 Oktober 1884
Lahir di kota Gadang, Bukit tinggi, Sumatera Barat. Sangat cerdas dengan penguasaan bahasa asing yang sangat luar biasa, menguasai enam bahasa asing, yaitu bahasa Prancis, Inggris, Jerman, Jepang, Turki, dan Arab.
1919
Menjadi Ketua Partai Sarekat Islam Indonesia. 1929
Bersama Semaoen mendirikan Persatuan Buruh. Mereka gigih menuntut kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda agar membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (Volskraad).
29 Mei – 1 Juni 1945
Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, termasuk salah satu anggota Panitia Sembilan dalam BPUPKI.
Ketika masa Kemerdekaan, K.H.Agus Salim dipercaya menjadi Menteri Dalam Negeri pada Kabinet Syahrir I dan II.
Beliau juga pernah ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta.
Perjuangan K.H.Agus Salim di dalam negeri maupun luar negeri sangat luar biasa.
4 November 1954
Wafat dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
1961
Pemerintah Indonesia mengangkat K.H. Agus Salim sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional.
K.H. Abdul Wachid Hasyim 1 Juni 1914
Lahir di Jombang, Jawa Timur, putra dari K.H.Hasyim Asy’ari, ulama besar dan pendiri Nahdatul Ulama.
Abdul Wahid Hasyim muda menimba ilmu di pesantren-pesantren termasuk di Pesantren Tebu Ireng milik ayahnya. Seorang otodidak mempelajari ilmu pengetahuan dengan cara membaca buku-buku ilmu
pengetahuan lainnya sehingga mempunyai wawasan pengetahuan yang luas.
1935
Mendirikan madrasah modern dengan nama Nidzamiya.
Tokoh ulama yang kharismatik seperti ayahnya. Karena ketokohan dan wawasan yang luas, ditunjuk sebagai Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama.
29 Mei – 1 Juni 1945
Anggota Panitia Sembilan dalam BPUPKI dan juga anggota PPKI mempunyai peranan penting dalam perumusan dasar Negara. Bersama dengan tokoh Islam lainnya, menyetujui adanya perubahan rumusan sila pertama dari Pancasila.
Mr. Mohammad Yamin 23 Agustus 1903
Lahir di Tawali, Sawahlunto, Sumatera Barat.
Yamin muda memiliki rasa nasionalisme yang sangat besar. Hal itu dibuktikannya dengan bergabung pada organisasi Jong Sumatranen Bond (JBS) serta Indonesia Muda.
Moh.Yamin sering mengkritik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Karena keberanian dan kritikannya yang sangat tajam, maka Belanda mencabut beasiswa yang diberikan kepadanya. Namun, Moh.Yamin tidak gentar menghadapinya. Pidato dan kritikan tajam serta ajakannya untuk bersatu melawan penjajah, dikemukakannya pada Kongres Pemuda II di Jakarta. Dalam Kongres Pemuda II di Jakarta, Mohammad Yamin menjabat sebagai sekretaris panitia kongres. 29 Mei – 1 Juni 1945
Menjelang kemerdekaan, aktif dalam BPUPKI, menyumbangkan pemikirannya tentang dasar Negara untuk Indonesia merdeka dalam sidang BPUPKI.
Terlibat dalam Panitia Sembilan di BPUPKI, memberi nama hasil rumusan dasar Negara yang dihasilkan Panitia Sembilan dengan sebutan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta.
Setelah Indonesia merdeka, Mr.Moh. Yamin menjadi anggota Komisi Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Menjabat sebagai Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Ali Sastroamijoyo I dan juga Menteri Penerangan pada Kabinet Kerja III.
17 Oktober 1962
Wafat dan dimakamkan di tanah kelahirannya Talawi, Sawahlunto. 1973
Mr.Mohammad Yamin dinyatakan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional.
2.1.1.3 Rumusan Pancasila
Sila Pertama – Ketuhanan Yang Maha Esa Lambang Bintang
Tengah terdapat symbol bintang bersudut lima melambangkan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.
Lambang bintang dimaksudkan sebagai sebuah cahaya, seperti layaknya Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia. Sedangkan latar berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna asli, yang menunjukkan bahwa Tuhan bukanlah sekedar rekaan manusia, tetapi sumber dari segalanya dan telah ada sebelum segala sesuatu di dunia ini ada.
Sila kedua – Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Lambang Rantai
Kanan bawah terdapat rantai yang melambangkan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling berkait membentuk lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.
Sila ketiga – Persatuan Indonesia Lambang Pohon Beringin
Kanan atas terdapat gambar Pohon Beringin yang melambangkan sila ketiga, Persatuan Indonesia. Pohon Beringin digunakan karena Pohon Beringin merupakan pohon yang besar di mana banyak orang bisa berteduh di bawahnya, seperti halnya semua rakyat Indonesia bisa “berteduh” di bawah naungan Negara Indonesia. Selain itu, Pohon Beringin memiliki sulur dan akar yang menjalar ke mana-mana, namun tetap berasal dari satu pohon yang sama, seperti halnya keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia. Sila Keempat – Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan
Kiri atas terdapat gambar kepala banteng yang melambangkan sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Lambang banteng digunakan karena banteng merupakan hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang-orang harus berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu.
Sila Kelima – Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Lambang Padi dan Kapas
Kiri bawah terdapat padi dan kapas yang melambangkan sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Padi dan kapas digunakan karena merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran yang merupakan tujuan utama bagi sila kelima ini.
2.1.2 Perilaku Masyarakat saat ini
Kuisioner sebagian bahan pencarian data dilakukan dengan responden masyarakat kota Jakarta, baik pria maupun wanita dengan jangkauan usia antara 14 – 35 tahun ke atas. Karena pada usia ini adalah usia produktif untuk memahami dan menyadari diri.
Data hasil kuisioner yang didapatkan pada masyarakat sehubungan dengan Pancasila sebagai berikut :
1. Sebagian besar responden kurang mengerti/hanya sekedar tahu mengenai Pancasila sedangkan ada yang sangat mengerti mengenai Pancasila.
2. Menurut responden yang kurang mengerti, alasannya kurang mendalami, cuma hanya tahu sila dan nama Pancasila, bahkan ada yang melupakan Pancasila dan pemerintah zaman sekarang kurang menggalangkan pentingnya akan Pancasila.
3. Menurut responden, Pancasila semakin jauh dari kehidupan berbangsa di Indonesia.
4. Responden menyatakan alasannya Pancasila semakin jauh dari kehidupan berbangsa di Indonesia adalah banyak korupsi, kurangnya bersatu & gotong royong, kurangnya keadilan hukum, banyak kriminalitas, kerusuhan, kurangnya kesadaran sendiri, dan banyak mementingkan diri sendiri daripada orang lain.
5. Menurut Responden, Sebagian besar Rakyat Indonesia tidak peduli, melupakan Pancasila, dan belum mengenal/mendalami makna Pancasila.
6. Responden menyatakan bahwa biasanya semua kaum ( kaum muda, dewasa, tua) tidak peduli, melupakan Pancasila, dan belum mengenal/mendalami makna Pancasila, tergantung sifat dan pemikiran rakyat Indonesia.
7. Sebagian besar Responden setuju bahwa Pancasila sangat penting untuk Indonesia, sedangkan ada sedikit menyatakan bahwa Pancasila biasa saja.
8. Responden menyarankan bahwa kampanye ini tidak menggunakan konfrontasi, lebih arah ke persuasif agar lebih mudah diterima oleh banyak orang, dan juga mengharapkan kampanye ini bisa mempancasilakan Indonesia yang sudah pudar akan nilai Pancasila agar merubah Indonesia hidup lebih baik lagi. We need Pancasila. 2.2 Keterangan Buku
Judul : PANC?SILA – Riwayatmu Kini Penulis : Greg Genep Sukendro
Komikus : Eko S.Bimantara
Desainer Grafis : Enrico Halim Ilustrator : Toto M.Mukmin
Penyunting : Arief Adityawan S,Kurnia Setiawan, Toto M.Mukmin
Penerbit : Yayasan TIFA dan grafisosial 2.3 Target Audience
2.3.1 Demografis • Unisex
• Usia : 14 – 55 tahun
• Tingkat Pendidikan : SMP – SMA – S1/S2 - Karyawan • Tingkat perekonomian menengah ke atas
2.3.2 Geografis
• Daerah perkotaan di Indonesia 2.3.3 Psikografis
• Aktif, dan senang beraktivitas, • Suka bergaul dengan teman-teman, • Gemar jalan-jalan.
2.4 Analisa Partner
Untuk penerbitan buku “PANC?SILA – Riwayatmu Kini”, grafisosial bekerja sama dengan Yayasan TIFA. Sedangkan untuk proyek Tugas Akhir yang berupa media print nantinya akan membutuhkan kerja sama dari beberapa penerbit yang sudah terpercaya dalam menangani hal-hal yang berkaitan dengan media print dan media pendukung. Untuk distribusinya sendiri, dibutuhkan kerjasama dari beberapa tempat yang sering dikunjungi oleh kaum muda dan dewasa dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti mall, café, dan lain-lainnya.
2.4.1 Grafisosial
Grafisosial adalah sebuah organisasi yang didirikan pada tanggal 9 September 2006, oleh sekelompok orang dengan dua kesamaan, yaitu mencintai negeri ini selain juga memfokuskan diri pada budaya visual sebagai lingkup kerjanya.
VISI
Berkarya sebagai sebuah lembaga yang ahli dalam bidang desain grafis dengan komitmen teguh untuk bersama-sama membangun kehidupan yang lebih baik, mewujudkan masyarakat sipil yang bersifat multikultur, inklusif, dan demokratis serta menjunjung Hak Asasi Manusia.
MISI
Menjadi katalisator untuk menciptakan perubahan sosial menuju tatanan kehidupan yang lebih baik, serta mampu memperkuat disiplin desain grafis sebagai bagian tak terpisahkan dari gerakan pemberdayaan warga dan komunitas masayarakat sipil di Indonesia. NILAI
1. Non partisan
2. Menghargai keberagaman dalam masyarakat terbuka, sebagai manifestasi dari hak asasi manusia.
3. Komitmen terhadap perubahan sosial menuju masyarakat yang lebih baik serta berkeadilan.
RUANG LINGKUP KEGIATAN
Untuk mencapai tujuan, Perkumpulan melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Mengadakan penelitian terkait dengan desain grafis untuk kepentingan sosial. Hasil penelitian menjadi basis data grafisosial dan dipresentasikan baik dalam bentuk penerbitan buku, jurnal, pameran, dan lain sebagainya.
2. Mengadakan pendidikan, pemberdayaan, dan penyadaran masyarakat terkait berbagai masalah sosial dan budaya, politik, dan HAM dalam konteks desain grafis. Baik melalui pelatihan, diskusi, seminar dan workshop untuk kelompok terbatas, maupun untuk kelompok yang lebih luas, melalui perancangan berbagai media desain grafis atau media komunikasi visual.
3. Menjalankan fungsi pengawasan terhadap berbagai media desain grafis yang beredar di masyarakat, agar dalam proses perancangan dan penyebarannya tidak melanggar aturan dan etika yang berlaku. Hal ini penting agar Pesan yang beredar ditengah-tengah masyarakat bersifat jujur dan mencerahkan kehidupan masyarakat secara umum. STRUKTUR ORGANISASI
Executive Director : Gregorius Genep Sukendro
Finance and Administration Director : Theresia Airin Sani Programme Director : Kurnia Setiawan
Creative Director : Agus Danarto Visual Art Director : Toto M. Mukmin
2.4.2 Yayasan TIFA PROFIL
Yayasan Tifa, selanjutnya disebut Tifa adalah lembaga dana (grant making institution) yang bertujuan memperkuat masyarakat warga dan mengembangkan masyarakat terbuka di Indonesia. Tifa bertujuan untuk menumbuhkan pemimpin-pemimpin muda yang akuntabel, mengembangkan mekanisme partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan, mempromosikan perdamaian melalui keadilan dan penegakan hukum serta mempromosikan open society melalui pembaharuan hukum. Yayasan Tifa saat ini fokus pada empat Program Prioritas yaitu Tata Pemerintahan Daerah (Local Governance), Hak Asasi Manusia (Human Rights), Pluralisme (Pluralism) dan Access to Justice. Program Penguatan Kapasitas Organisasi Masyarakat Warga (Capacity Building) dan Media, menjadi program pendukung yang mensinergikan program-programnya dengan keempat Program Prioritas Tifa. Pemberdayaan perempuan, penegakan hak asasi manusia, penyelesaian dan pencegahan konflik serta reformasi dan penegakan hukum adalah isu yang mendasari program-program Tifa. Disamping itu, Tifa pada tahun 2004 ini mempunyai 3 (tiga) fokus daerah yaitu Aceh, Lampung dan Banten.
MISI
Tifa mengembangkan masyarakat terbuka di Indonesia, yang menghormati perbedaan, mematuhi hukum, keadilan dan persamaan. Sementara visi Tifa adalah sebuah komunitas dimana penduduk, pemerintahan serta sektor bisnis mendukung hak-hak pribadi, terutama hak dan pandangan perempuan, kelompok minoritas dan kelompok masyarakat yang tidak diuntungkan lainnya; serta memupuk solidaritas dan pemerintahan yang baik. Strategi Tifa untuk mewujudkan visi dan misinya adalah melalui
penguatan masyarakat warga.
PROGRAM
Penguatan suara masyarakat untuk pengaruhi kebijakan. Yayasan Tifa mendukung prakarsa dan aktifitas yang bertujuan menguatkan suara masyarakat, untuk memastikan bahwa kepentingan mereka diperhatikan dalam proses pengambilan kebijakan. Di tahap ini, Tifa fokus pada tiga daerah: Aceh, Banten dan Lampung. Kendati demikian, kesempatan bagi Organisasi Masyarakat Warga di seluruh Indonesia masih terbuka.
2.5 Analisa SWOT
2.5.1 Strength (Kekuatan)
• Kurangnya penyampaian pendidikan mengenai Pancasila, • Kurangnya kesadaran diri masyarakat Indonesia.
2.5.2 Weakness (Kelemahan)
• Banyak masyarakat Indonesia tidak mengenal dan tidak tahu makna Pancasila,
• Indonesia sudah pudar akan nilai Pancasila,
• Pemerintah Indonesia sekarang kurang menggalangkan pentingnya akan Pancasila.
2.5.3 Opportunity (Kesempatan)
• Dalam kaitannya dengan proyek Tugas Akhir kali ini, media print diharapkan dapat menjadi salah satu media pembelajaran dan kampanye yang tepat, sehubungan dengan tempat kampanye.
2.5.4 Threat (Ancaman)
• Kemungkinan ada yang mengabaikan kampanye sosial yang ada di kalangan masyarakat.