• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Biofisik Ekosistem Mangrove Untuk Pengembangan Ekowisata Mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Biofisik Ekosistem Mangrove Untuk Pengembangan Ekowisata Mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Analisis Biofisik Ekosistem Mangrove Untuk Pengembangan Ekowisata

Mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam

Rizal Fadlilah Muttaqin

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, rizalfm19@gmail.com Chandra Joei Koenawan, S.Pi, M.Si

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, joei_ck@yahoo.com Andi Zulfikar, S.Pi, MP

Dosen Ilmu Kelutan, FIKP UMRAH, zulfikar@yaho.com

ABSTRAK

Muttaqin. Rizal Fadlilah.2015. Analisis Biofisik Ekosistem Mangrove Untuk Pengembangan Ekowisata Mangrove Di Kecamatan Seri Kuala Lobam, Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing 1: Chandra Joei Koenawan, S.Pi, M.Si. Pembimbing 2: Andi Zulfikar, S.Pi, MP.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi biologi dan kondisi fisik ekosistem mangrove di sungai Kecamatan Seri Kuala Lobam. Penelitian dilakukan pada januari hingga juni 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey dimana peneliti melakukan pengukuran secara langsung di lapangan meliputi pengambilan data berdasarkan komponen biofisik.

Dari hasil penelitian mengenai analisis potensi biofisik ekosistem mangrove untuk pengembangan ekowisata mangrove dapat disimpulkan bahwa dijumpai 15 jenis mangrove dari 9 kelompok jenis tumbuhan mangrove dengan indeks Kesesuaian Ekosistem untuk kegiatan wisata Mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam secara keseluruhan termasuk kedalam kategori S1 (Sangat Sesuai) yang berati Kecamatan Seri Kuala Lobam sangat sesuai atau sangat berpotensi untuk dikembangkan ekowisata mangrove di daerah tersebut berdasarkan analisis biofisik.

(2)

2

Biophysical Analysis Ecosystem Mangrove for Mangrove Ecotourism

Development in Seri Kuala Lobam Subdistrict

Rizal Fadlilah Muttaqin

College Student of Marine Science, FIKP UMRAH, rizalfm19@gmail.com Chandra Joei Koenawan, S.Pi, M.Si

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, joei_ck@yahoo.com Andi Zulfikar, S.Pi, MP

Dosen Ilmu Kelutan, FIKP UMRAH, zulfikar@yaho.com

ABSTRACT

Muttaqin, Rizal Fadlilah.2015. Biophysical Analysis Ecosystem Mangrove for Mangrove Ecotourism Development in Seri Kuala Lobam Subdistrict , Thesis. Tanjungpinang: Marine Sciensce Department, Faculty of Marine Sciences and Fisheries, University of Maritim Raja Ali Haji. Advisor 1: Chandra Joei Koenawan, S.Pi, M.Sc. Co-Advisor 2: Andi Zulfikar, S.Pi, MP.

The aim of this research is to anylize biology and physical conditions of mangrove ecosystem in kecamatan seri kuala lobam river. This researh was held in january – june 2015. The methode of research is survey method researchers take measurements directly in field including data collection based on biophysical component.

The result of this research about analyze potential biophysical of mangrove ecosystem to develop mangrove ecotourism can be conclueded that was found 15 spesies mangrove from 9 groups mangrove plants with index suitability mangrove ecosystem for mangrove ecotourism activity in Kecamatan Seri Kuala Lobam overall included into category S1 (very appropriate) wich mean Kecamatan Seri Kuala Lobam very appropriate to developed mangrove ecotourism based on biophysical anylize.

(3)

3

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2002 luas total hutan mangrove 32.700 ha, dari jumlah tersebut Pulau Bintan memiliki hutan mangrove seluas 16.998 ha atau 52% dari total luas hutan mangrove di Propinsi Kepulauan Riau. Hutan mangrove tersebut umumnya tersebar di Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Bintan Utara dan Kecamatan Teluk Bintan.

Berdasarkan data di atas potensi hutan mangrove di Kepulauan Riau khususnya di pulau Bintan cukup besar, salah satunya di Kecamatan Sri Koala Lobam yang menjadi wilayah dari pulau bintan yang memiliki potensi hutan mangrove yang memungkinkan untuk dijadikan tempat wisata mangrove. Namun demikian informasi mengenai kesesuaian mangrove belum tersedia, itu perlu dilakukan analisis biofisik untuk pengembangan ekowisata.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kondisi biologi dan kondisi fisik ekosistem mangrove di sungai Kecamatan Seri Kuala Lobam.

Manfaat dari penelitian adalah memberikan informasi kepada instansi terkait mengenai kemungkinan adanya kawasan yang dapat dijadikan sebagai kawasan ekowisata mangrove. Selain itu juga dapat menjadi kegiatan yang dapat memberikan pendapatan alternatif untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan dijadikan salah satu sumber pendapatan daerah kepulauan riau.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air, dan terlindung

(4)

4 dari gelombang besar dan arus pasang-surut yang kuat. Karena itu hutan mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung (Bengen, 2001).

Ekosistem mangrove

didominasi oleh tumbuhan dari jenis Rhizophora, Avicennia, Bruguiera, dan Sonneratia (Nybakken, 1988). Selain itu, pada ekosistem mangrove juga ditemukan tumbuhan jenis Ceriops, Xylocarpus, Acrostichum, Lumnitzera, Aegiceras, Scyphyphora, dan Nypa (Soerianegara, 1993 dalam Tuwo, 2011).

Karena sifatnya yang keras, misalnya karena genangan pasang-surut air laut perubahan salinitas yang besar, perairan yang berlumpur tebal dan anaerobik, maka pohon-pohon mangrove telah beradaptasi untuk itu baik secara morfologi maupun fisiologi (Nontji, 2007).

Gambar 1. Salah satu tipe zonasi hutan mangrove di Indonesia (Bengen, 2004)

Menurut Tuwo (2011) ekowisata memiliki tiga kriteria yaitu :

a. Memberi nilai konservasi yang dapat dihitung;

b. Melibatkan masyarakat serta; c. Menguntungkan dan dapat memelihara dirinya sendiri.

Ketiga kriteria tersebut dapat dipenuhi bilamana pada setiap kegiatan ekowisata memadukan empat komponen, yaitu : 1) Ekosistem; 2) Masyarakat; 3) Budaya; 4) Ekonomi.

III. METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

(5)

5 juni 2015 berlokasi di Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan Provinsi kepulauan riau yang membutuhkan waktu sekitar 5 bulan.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey. Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.

Tabel 1. Komposisi jenis data

Kelompok jenis Data Aspek – aspek Data Primer Biofisik Ketebalan Mangrove  Kerapatan Mangrove  Jenis Mangrove  Objek Biota  Sedimen Lebar sungai Panjang sungai Kedalaman sungai -  

Tabel 2. Alat dan Bahan

No Alat Bahan

1 GPS Mangrove

2 Kompas Biota Asosiasi

3 Underwater paper 4 Roll meter 5 Kamera 6 Deep meters 7 Timbangan 8 Buku Identifikasi mangrove 9 Wadah contoh

Stasiun penelitian ditentukan dengan metode random sampling, yaitu penentuan lokasi diacak menggunakan aplikasi visual sampling plan berdasarkan luasan area hutan mangrove di Kecamatan seri kuala lobam, lalu didapatkan 31 titik sampling.

Pengambilan data mangrove untuk menentukan komposisi jenis dan kerapatan mangrove pada subplot 10 m x 10 m untuk kelompok pohon dengan diameter >10 cm. Penentuan kategori pohon atau tidak melalui pengukuran diameter pohon. Diameter pohon yang diukur adalah diameter batang pada ketinggian 1,3

(6)

6 meter dari atas permukaan tanah. Pengamatan jenis mangrove dan pengambilan sample vegetasi dilakukan secara langsung dilapangan. Sample vegetasi mangrove dimasukkan ke kantong sample untuk diidentifikasi menggunakan panduan buku identifikasi jenis mangrove.

Kerapatan

A

n

Di

=

i Keterangan: Di = kerapatan jenis ni = jumlah total individu dari jenis

A = luas area total pengambilan contoh

Dalam hal ini unit luasan yang digunakan adalah meter persegi (m2).

ANALISIS DATA

Kegiatan wisata yang akan

dikembangkan hendaknya

disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai

persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai objek wisata yang akan dikembangkan (Yulianda, 2007 dalam Wahyudi, 2008). Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter.

Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh penjumlah nilai dari seluruh parameter (Yulianda, 2007 dalam wahyudi, 2008). Kesesuaian wisata mangrove mempertimbangkan 8 parameter dengan 4 klasifikasi penilaian.

IV. HASIL DAN

PEMBAHASAN

Menurut data dinas kehutanan pada tahun 2002, luasan hutan mangrove di Di Kecamatan Seri Kuala Lobam seluas 1020 Ha, namun sekarang luas hutan mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam sekitar 350Ha, ini di akibatkan karena kurang terjaganya hutan mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam dan pembukaan lahan untuk dijadikan pemukiman.

(7)

Akhir-7 akhir ini sudah mulai dipromosikan ekowisata mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam, untuk melestarikan keastrian hutan mangrove di wilayah tersebut dengan pemanfaatan yang lebih ramah lingkungan serta untuk membuka lapangan pekerjaan alternatif bagi warga sekitar.

Berdasarkan hasil penelitian dengan bantuan software google earth didapatkan ketebalan mangrove dari garis pantai ke arah darat berbeda beda tiap tempat. Di sungai Kecamatan Seri Kuala Lobam didapatkan hasil ketebalan paling tinggi yaitu sepanjang 442 m.

Tabel 3. Ketebalan Mangrove di Kecamatan

Seri Kuala Lobam

No Lokasi Ketebalan ( m ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6 titik 7 titik 8 titik 9 titik 10 titik 11 titik 12 titik 13 titik 14 titik 15 442 125 272 164 106 95 304 102 144 221 117 93 77 129 191 16 17 18 19 titik 16 titik 17 titik 18 titik 19 436 301 213 377 Rata – rata 205,7368 Dari hasil pengamatan mangrove di seluruh titik pengamatan diperoleh 9 jenis mangrove yang terdiri dari Rhizopora, Bruguiera, Sonneratia , Lumnitzera, dan Xylocarpus, aegiceras, nypa,Avicennia, pandanus.

Dari hasil pengamatan di lapangan, di peroleh kisaran kerapatan total Mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam dengan cara menjumlahkan semua jenis yang terdapat pada setiap titik sample lalu di rata-ratakan didapatkan hasil 14ind/100m2.

Dari hasil pengamatan di lapangan, Jenis Rhizopora Aphiculata yang paling mendominasi, ini terbukti saat pengamatan di lapangan karena jenis ini sering ditemukan pada 31 titik sampling , hal ini dikarenakan Rhizopora Aphiculata tumbuh pada substrat yang berlumpur,halus,dalam

(8)

8 dan tergenang pada saat pasang normal.

Hasil identifikasi kelompok biota daratan (terestrial) di Ekosistem Mangrove Kecamatan Seri Kuala Lobam adalah jenis burung seperti Burung Elang Laut dada Putih (Haliaeetus leucogaste), Burung Bangau (Bubulcus ibis kuntul), Burung Jalak Hitam (Acridotheres javanicus) dan jenis reptil seperti biawak (Varanus salvator), ular Bakau (Chrysopelea sp). Sedangkan kelompok biota perairan (akuatik) di ekosistem Mangrove ini adalah seperti : ikan belanak (Mugil sp.), jenis moluska seperti kerang bakau (Polymesoda bengalensis L.), jenis krustasea seperti udang putih ( Panaeus merguensis), kepiting bakau (Scylla serrata), Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus).

Dari hasil pengukuran maka didapatkan rata-rata nilai lebar sungai Kecamatan Seri Kuala Lobam adalah 213,03 m dan termasuk kedalam kategori S2 yaitu sesuai untuk kategori lebar sungai dengan skor 3 pada matriks kesesuaian yang memiliki kriteria 201-500m. Lebar

sungai diukur untuk mengetahui daya tampung sungai agar dapat dilewati pompong. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa sungai di Kecamatan Seri Kuala Lobam memiliki ukuran sungai yang begitu lebar sehingga mampu menampung lebih dari 2 pompong.

Hasil pengukuran panjang sungai yaitu 9,2 km. Panjang sungai di kawasan sungai Kecamatan Seri Kuala Lobam masuk kategori S1 yaitu sangat sesuai, karena memiliki panjang sungai yang cukup panjang sebagai trek ekowisata mangrove.

Hasil dari penelitian didapatkan bahwa kondisi substrat di lokasi penelitian adalah substrat pasir berlumpur kondisi substrat seperti ini bisa mendukung pertumbuhan sebagian besar spesies mangrove seperti Rizophora apiculata dan Rizopora mucronata yang termasuk kedalam famili Rizophoraceae sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh chapman dalam noor (2006) bahwa sebagian besar spesies-spesies mangrove tumbuh dengan baik pada tanah yang berlumpur terutama didaerah dimana endapan lumpur

(9)

9 terakumulasi. Adapun jumplah pasir kasar yang tinggi pada lokasi penelitian berasal dari sampah cangkang hewan molusca.

Berdasarkan hasil Penelitian yang didapatkan di Kecamatan Seri Kuala Lobam (Tabel 17).

Tabel 4. Kategori Tingkat potensi ekowisata

N o

Parameter Bobot Hasil Penelitian S ko r Bobot x skor 1 Jenis mangrove 0.222 9 jenis 4 0.888 2 Objek biota 0.194 Burung, reptil, monyet, molusca, ikan,molusca, crustacea 4 0.776 3 Kerapatan 0.167 14ind/100m2. 3 0.501 4 Ketebalan 0.139 . 205,7368 m 3 0.417 5 Kedalaman 0.111 4,322 m 3 0.333 6 Panjang sungai 0,083 9 km 4 0.249 7 Lebar sungai 0,056 213,03 m 3 0.168 8 Sedimen 0.028 Pasir kasar,pasir sedang, pasar halus 4 0.112 Total 1 3.444 Skor Tertinggi 4 Nilai Skor Hasil Evaluasi (%) 86.1

%

Tabel 5. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) (%)

No Kategori Kelayakan Nilai

1 S1 (sangat sesuai) 81.25 – 100 % 2 S2 ( sesuai) 62.5 – 81.25 % 3 4 S 3(sesuai bersyarat) N (Tidak sesuai) 43,75 – 62,5% <43,75

Dengan didapatkannya hasil analisis biofisik bahwa sungai di Kecamatan Seri Kuala Lobam masuk kategori S1 (Sangat Sesuai) dan berpotensi untuk kawasan ekowisata mangrove perlu adanya perhatian pemerintah dalam menjaga ekosistem mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam, dengan pemanfaatan hutan mangrove yang lebih ramah lingkungan untuk menunjang pengembangan kegiatan ekowisata mangrove serta perlu adanya keterlibatan masyarakat di dalam mengelola, menjaga dan melindungi ekosistem mangrove yang ada agar terjaga kelestarian ekosistem mangrove sehingga masyarakat dapat hidup dengan sejatera, karena ekowisata bisa dijadikan mata pencharian alternatif bagi warga sekitar.

(10)

10

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai analisis potensi biofisik ekosistem mangrove untuk pengembangan ekowisata mangrove dapat disimpulkan:

 Kondisi biofisik hutan mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam terdiri dari 9 jenis dengan 15 spesies, yaitu Rhizopora, Bruguiera, Aviccenia, Soneratia, Xylocarpus, Lumnitzera, Aegiceras, nypa, pandanus. Jenis mangrove yang paling mendominansi dari 31 titik sample adalah jenis Rhizophora aphiculata. Dan kerapatan rata-rata didapat 14 ind / 100 m2 dengan ketebalan sebesar 205,7368m . Sedangkan biota yang berasosiasi diantaranya fauna darat seperti Burung, reptil, monyet dan fauna perairan seperti Ikan, crustacea, Moluska. Selanjutnya untuk lebar sungai yang didapat adalah 213,03m, panjang sungai 9,2km dan substrat terdiri dari 3

penyusun yaitu pasir kasar, pasir sedang, pasir halus.

 Indeks Kesesuaian Ekosistem untuk kegiatan wisata Mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam secara keseluruhan termasuk kedalam kategori S1 (Sangat Sesuai) yang berati Kecamatan Seri Kuala Lobam sangat sesuai atau sangat berpotensi untuk dikembangkan ekowisata mangrove di daerah tersebut berdasarkan analisis biofisik

Saran

Berdasarkan hasil penelitian analisis potensi biofisik ekosistem mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam menyatakan ekosistem mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam memiliki potensi untuk dijadikan kawasan ekowisata mangrove, perlu dilakukan koservasi ekosistem mangrove di Kecamatan Seri Kuala Lobam untuk menjaga serta melestarikan keasrian hutam mangrove disana,selain itu untuk kepentingan pengembangan sebagai kawasan ekowisata mangrove perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kriteria lain yang dapat

(11)

11 menunjang pengembangan ekowisata mangrove seperti analisis mengenai daya dukung kawasan, daya atraksi dan di bidang sosial mengenai pendapat masyarakat terhadap kegiatan ekowisata mangrove serta pengelolaannya.

Daftar Pustaka

Bengen, D.G. 2004. Pedoman Teknis. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL-IPB, Bogor

Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

Budiman, A. dan Suhardjono. 1992. Struktur Komunitas Mangrove. Prosiding

Lokakarya Nasional

Penyusunan Penelitian Biologi Kelautan dan Proses Dinamika Pesisir, Semarang 24-28 November 1992. Dahuri, R., 1996. Pengelolaan

Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta

Fachrul, Melati Ferianita, 2006,

Metode Samping

Bioekologi, PT Bumi Aksara.

Feronika, Foltra, 2011, Studi Kesesuaian Ekosistem Mangrove Sebagai Objek Ekowisata Di Pulau Kapota Taman Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara, Skripsi, Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin.

Hutabarat, Armin Ambrosius,, Yulianda, Fredinan,, Fahrudin, Achmad,, Harteti,

Sri,, Kusharjani, 2009, Pengelolaan Pesisir dan Laut Secara Terpadu,

PUSDIKLAT Kehutanan – Departemen Kehutanan RI SECEM – Korea

International Cooperation Agency, Bogor.

Kordi K., M.G.H., 2012, Ekosistme Mangrove :Potensi, Fungsi, dan Pengelolan,

Rineka Cipta, Jakarta

Yulianda, F. 2006. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi.. Makalah

Seminar Sehari

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut, Institut

(12)

12

Gambar

Gambar 1 .  Salah satu tipe zonasi hutan   mangrove  di  Indonesia  (Bengen, 2004)
Gambar 2.  Peta lokasi penelitian
Tabel 3. Ketebalan Mangrove di Kecamatan  Seri Kuala Lobam
Tabel  4.  Kategori  Tingkat  potensi  ekowisata

Referensi

Dokumen terkait

---, 2008e, Panduan Umum Pengembangan Silabus, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Coremap (Coral Reef Rehabilitation and Management Program) atau Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang adalah program jangka panjang yang diprakarsai

Judul : PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pihak BMT AL-Hikmah Mlonggo, manager marketing dan manager cabang menyatakan bahwa penanganan pembiayaan

Performa karyawan yang tinggi akan mengarahkan pada dukungan organisasi yang lebih baik sehingga karyawan merasa organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli

Edible coating pati ganyong dengan variasi konsentrasi bubuk kunyit putih (1, 2, dan 3 %) memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap masa simpan pada susut bobot,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa amilum umbi gadung, gembili dan porang memiliki bentuk bulat tidak beraturan serta tipe konsentris, sedangkan amilum umbi uwi

Anak dengan skor 6 yang diperoleh dari kontak dengan pasien BTA positif dan hasil uji tuberkulin positif, tetapi tanpa gejala klinis, maka dilakukan observasi atau