• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Tingkat Dehidrasi Dan Kelelahan Pada Pekerja Terpapar Iklim Kerja Panas Di Bagian Pengepakan Dan Pelintingan Di PT. Panen Boyolali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Tingkat Dehidrasi Dan Kelelahan Pada Pekerja Terpapar Iklim Kerja Panas Di Bagian Pengepakan Dan Pelintingan Di PT. Panen Boyolali"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN TINGKAT DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA

PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANA DI BAGIAN

PENGEPAKAN DAN PELINTINGAN DI PT. PANEN BOYOLALI

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:

GHINA MUTIARA TASYRIFAH

J 410 130 115

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN TINGKAT DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA

PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANAS DI BAGIAN

PENGEPAKAN DAN PELINTINGAN DI PT. PANEN BOYOLALI

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

GHINA MUTIARA TASYRIFAH

J 410 130 115

Telah diperiksa dan disetujui untuk

diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Tarwaka, PGDip.Sc., M.Erg

NIP. 19640929 198803 1 019

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN TINGKAT DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA

PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANAS BAGIAN PENGEPAKAN

DAN PELINTINGAN DI PT. PANEN BOYOLALI

Oleh

GHINA MUTIARA TASYRIFAH

J 410 130 115

Telah dipertahankan di depan DewanPenguji

Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Rabu, 19 Juli 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

Ketua Penguji

: Tarwaka, PGDip.Sc., M.Erg

(…..…………)

Anggota Penguji I

: Dwi Astuti, SKM.,M.Kes

(………..)

Anggota Penguji II

: Sri Darnoto, SKM.,MPH

(………..)

Mengesahkan,

Dekan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

(Dr. Mutalazimah, M.Kes)

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali

secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila

kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan

saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta,

Juli 2017

Penulis

GHINA MUTIARA TASYRIFAH

J 410 130 115

(5)

PERBEDAAN TINGKAT DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANA DI BAGIAN PENGEPAKAN DAN PELINTINGAN DI PT. PANEN BOYOLALI

Abstrak

Pekerja saat melakukan pekerjaan tidak terlepas dari berbagai faktor dan potensi

bahaya disekitar lingkungan kerja. Salah satunya yaitu faktor fisika di tempat

kerja seperti iklim kerja. Tekanan panas dapat menyebabkan meningkatnya pengeluaran cairan tubuh melalui keringat, sehingga dapat terjadi dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya seperti kelelahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat dehidrasi dan kelelahan pada pekerja terpapar iklim kerja panas bagian pengepakan dan pelintingan. Metode penelitian ini

menggunakan Observasional Analitik dengan menggunakan rancangan

pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple

random sampling dengan jumlah sampel 100 responden dengan populasi 160

pekerja. Analisis data menggunakan uji independent sample t-test dengan tingkat

sig ⍺ =0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara tingkat dehidrasi dan kelelahan pada bagian pengepakan lebih tinggi dibandingkan pelintingan dengan nilai (p = 0,004) dan (p = 0,000). Dapat disimpulkan bahwa iklim kerja pengepakan mempengaruhi terjadinya dehidrasi dan kelelahan pada pekerja. Direkomendasikan kepada perusahaan untuk memperhatikan kembali iklim kerja di lingkungan kerja serta bagi tenaga kerja di sarankan untuk selalu mengkonsumsi air mineral minimal 8 gelas atau 2 liter setiap harinya, dan menyempatkan waktu untuk istirahat agar terhindar dari dehidrasi dan kekelahan.

Kata kunci : Iklim kerja, Dehidrasi, Kelelahan

Abstract

When worker is doing a job, there are many dangerous factor around work place. One of those is psychic factor on work place such as work climate. Extreme heat pressure can cause increased discharge of body fluids through sweat, and then make dehydration and other problem health such as fatigue. The aim of this research is to know the difference level of dehydration and fatigue on exposure labor by hot working climate. Method of this research is analytic observational by using cross sectional approach. The technique of sampling is simple random sampling with the amount of sample are 100 respondents with 160 labors population. The analysis data uses independent sample t-test with sig level α = 0,05. The result of research shows that there is significant difference between level of dehydration and fatigue on packing section higher than rolling section with score (p = 0,004) and (0,000). It can be concluded that work climate at packing influence the occurrence of dehydration and fatigue on labor. It is recommended on company to pay attention work climate on work environment and for labor, suggested to consume mineral water, minimum 8 glasses or 2 liters

(6)

2   

per day, and take time to have a rest in order to avoid from dehydration and fatigue.

Keywords: work climate, dehydration, fatigue

1. PENDAHULUAN

Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan bahaya dan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja apabila berada pada kondisi ekstrim panas dan dingin dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB) (Tarwaka dkk,2004). Temperatur yang ekstrim dapat menyebabkan meningkatnya pengeluaran cairan tubuh melalui keringat, sehingga dapat terjadi dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya yang lebih berat. Faktor yang menjadi penyebab beban tambahan akibat iklim kerja, antara lain dari faktor fisik, kimiawi, biologis, fisiologis dan psikis. Faktor fisik memegang peranan penting dalam iklim kerja panas. Iklim kerja yang memenuhi syarat kesehatan akan mempengaruhi efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya, begitu pula dengan temperatur yang terlalu panas akan menjadikan cepat lelah dan mengantuk (Suma’mur, 2009). Salah satu efek yang dirasakan oleh pekerja karena tekanan panas yaitu kelelahan. Kelelahan adalah mekanisme perlindungan tubuh agar tehindar dari kerusakan yang lebih lanjut, sehingga untuk mengembalikan tenaga kembali dengan cara istirahat. Otak merupakan organ yang mengatur kelelahan, sedangkan pada syaraf pusat terdapat sistem aktifasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Kelelahan dapat diartikan berbagai macam, namun pada intinya bermuara terhadap kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2015).

PT. Panen Ngemplak Kabupaten Boyolali merupakan perusahaan rokok dengan merk Lodjie, yang melibatkan berbagai proses produksi. Salah satu diantaranya adalah bagian pengepakan dan pelintingan rokok yang mempunyai jumlah pekerja paling banyak. Berdasarkan data perusahaan tentang iklim kerja panas di

peroleh ISBB pengepakan 28,7°C sedangkan pada pelintingan 25,9°C. Sumber

(7)

untuk merekatkan bungkus rokok, panas dari jarak atap yang terbuat dari asbes dan terlalu dekat dengan ruangan kerja 

Selain hal tersebut, di pengaruhi oleh padatnya populasi dalam tempat kerja pengepakan dan pelintingan yang dapat mempengaruhi suhu udara semakin panas. Tidak adanya jam istirahat yang ditentukan dari perusahaan serta adanya target setiap hari menyebabkan pekerja kebanyakan tidak memanfaatkan sedikit waktunya untuk istirahat. Perusahaan sudah menyediakan air mineral yang cukup banyak pada setiap sudut tempat kerja untuk para tenaga kerja tetapi kesadaran

tenaga kerja untuk mengkonsumsi air mineral masih sangat rendah. 

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 tenaga kerja dari 160 orang pekerja di bagian pengepakan dan pelintingan rokok, diperoleh hasil bahwa 100% tenaga kerja mengalami keluhan seperti mudah haus, lemas, dan lelah, serta mudah berkeringat. Hasil pengukuran beban kerja yang telah dilakukan pada pekerja bagian pengepakan dan pelintingan, diketahui bahwa beban kerja dikategorikan ringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat dehidrasi dan kelelahan pada pekerja terpapar iklim kerja panas bagian pengepakan dan pelintingan di PT.Panen Kab. Boyolali.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah Observasional Analitik dengan

menggunakan rancangan pendekatan cross sectional atau potong lintang. Populasi

dalam penelitian ini adalah tenaga kerja pada bagian pengepakan dan pelintingan pada PT Panen Boyolali Jawa Tengah dengan jumlah 160 dan didapatkan sampel dengan jumlah 100 responden. .Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

adalah simple random sampling dimana pada setiap anggota unit dari populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu iklim kerja panas pada bagian. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat dehidrasi dan kelelahan pada pekerja bagian pengepakan dan pelintingan di PT.Panen Kab. Boyolali. Sedangkan variabel pengganggu yang di ukur dalam penelitian ini yaitu

(8)

4   

jenis kelamin, masa kerja, IMT dan umur, sedangkan untuk variabel yang tidak

diukur dalam penelitian ini yaitu penerangan, kebisingan, circadian rhythm,

kondisi psikis dan nutrisi.

Pengambilan data untuk iklim kerja panas dengan Area Heat Stress Monitor merk

Quest Temp 10. Dehidrasi dengan menggunakan penurunan berat badan sebelum dan sesudah bekerja, dan kelelahan menggunakan kuesioner kelelahan. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama jam kerja mulai pukul 07.00 WIB hingga 13.00 WIB. Analisis data menggunakan program statistik komputerisasi meliput:

2.1. Analisis univariat

Analisis yang dilakukan terhadap masing-masing variabel bebas, terikat dan pengganggu yang menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase setiap variabel.

2.2. Analisi Bivariat

Analisis bivariat yaitu dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi dengan menggunakan uji Independent Sample t-tes.

3. HASIL

3.1. Analisi Univariat

Tabel 1. Analisis Univariat Karakteristik Responden

Data distribusi bedasarkan umur, masa kerja, IMT, beban kerjadi bagian

pengepakandan pelintingan

Pengepakan Pelintingan Umur (Th) Frekuensi (%) Umur (Th) Frekuensi (%) ≤40th 2 46% 40th 25 50% >40th 27 54% >40th 25 50% Jumlah 50 100% Jumlah 50 100% Min 17 Min 17 Max 61 Max 64 Mean 54 Mean 50 SD 0,503 SD 0,505 P-value 0,693 P-value 0,693

(9)

Masa krj (Th) Frekuensi (%) Masa krj (Th) Frekuensi (%) ≤5th 11 22% ≤5th 11 22% >5th 39 78% >5th 39 78% Jumlah 50 100% Jumlah 50 100% Mean 10,32 Mean 9,66 Min 1 Min 1 Max 16 Max 17 SD 5,188 SD 4,860 P-value 1,000 P-value 1,000 BB (kg) TB (Cm) Kat IMT F (%) BB (kg) TB (Cm) Kat IMT F (%) 37-47 135-

145 Kurus berat 2 4% 37-47 135- 145 Tinggi Kurus - -

48-57

146-155 Normal 30 60% 48-57 146-155 Normal 31 62%

66-77

156-165 Gemuk ringan 7 14% 66-77 156-165 Gemuk ringan 10 20%

78-87 165-170 Gemuk berat 11 22% 78-87 165-170 Gemuk berat 9 18 % Jumlah 50 100 % Jumlah 50 100 % Pvalue 0,735 Pvalue 0,735 Beban kerja Frekuensi (%) Beban kerja Frekuensi (%) Ringan 50 100% Ringan 50 100% Jumlah 50 100% Jumlah 50 100%

(10)

6   

Tabel 2. Analisis Univariat Hasil pengukuran iklim kerja

Pengepakan Pelintingan Titik pengukur an ISBB (°C) Beba n Kerja NAB °C Titik penguku ran ISBB (°C) Beban Kerja NAB °C Pengepaka n 29,38° C Ringa n <NAB sesuai standar Pelinting an 27,13°C Ringan <NAB sesuai standar

Tabel 2. Analisis Univariat Hasil pengukuran dehidrasi berdasarkan penurunan berat badan

Pengepakan Pelintingan Selisih (kg) Kategori Dehidrasi F (%) Selisih (kg) Kategori Dehidrasi F (%) 0,1 kg TD 5 10% 0,1 kg TD 4 8% 0,3 kg TD 4 8% 0,2 kg TD 7 14% 0,4 kg TD 5 10% 0,3 kg TD 7 14% 0,5 kg TD 5 10% 0,4 kg TD 10 20% 0,6 kg DR 11 22% 0,5 kg TD 6 12% 0,7 kg DR 9 18% 0,6 kg DR 6 12% 0,8 kg DR 5 10% 0,7 kg DR 6 12% 0,9 kg DR 6 12% 0,8 kg DR 3 6% 0,9 kg DR 1 2% Jumlah 50 100% Jumlah 50 100% Mean 0,570 Mean 0,440 SD 0,2323 SD 0,501

(11)

Tabel 3. Analisis Univariat Hasil pengukuran kelelahan

Pengepakan Pelintingan

Kriteria

Kelelahan Frekuensi (%) Kriteria Kelelahan Frekuensi (%)

Ringan 10 20% Ringan 32 64%

Sedang 36 72% Sedang 18 36%

Tinggi 4 8% Tinggi - -

Jumlah 50 100% Jumlah 50 100%

3.2 Analisi Bivariat

Tabel 4. Hasil pengukuran perbedaan tingkat dehidrasi pada iklim kerja panas bagian pengepakan dan pelintingan

Parameter Iklim Kerja N Rerata SD P-Value

Dehidrasi pengepakan pelintingan 50 50 0,57 0,44 0,23 0,21 0,004 

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa pada bagian pengepakan penurunan berat badan didapatkan rata-rata tingkat dehidrasi 0,57 ± 0,23 kg (Dehidrasi). Sedangkan pada bagian pelintingan penurunan berat badan didapatkan rata-rata tingkat dehidrasi 0,44 ± 0,21 kg (tidak dehidrasi). Nilai p=0,004 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan tingkat dehidrasi antara iklim kerja panas bagian pengepakan dan pelintingan. Selisih rata-rata tingkat dehidrasi adalah 0,13 (= 0,57-0,44) yang berarti bahwa tingkat dehidrasi pada tenaga kerja yang bekerja pada iklim kerja panas bagian pengepakan 22,8% (= [0,13/0,57]100%) lebih tinggi dibandingkan dengan iklim kerja panas bagian pelintingan.

Tabel 5. Hasil pengukuran perbedaan tingkat kelelahan pada iklim kerja panas bagian pengepakan dan pelintingan

Parameter Iklim Kerja N Rerata SD P Value

Kelelahan pengepakan pelintingan 50 50 30,68 19,56 10,211 9,522 0,000   

(12)

8   

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa terdapat hasil tingkat kelelahan terpapar iklim kerja panas bagian pengepakan dengan hasil rata-rata 30,68 ± 10,21 dan iklim kerja panas bagian pelintingan 19,56 ± 9,52 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05) maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelelahan dengan iklim panas bagian pengepakan dan pelintingan.

4. PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik responden berdasarkan umur

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur tenaga kerja bagian pengepakan rata-rata 54 ± 0,503 tahun dengan kisaran umur yaitu dari 17 sampai 61 tahun. Sedangkan pada bagian pelintingan umur tenaga kerja juga tidak jauh beda dengan rata-rata umur 50 ± 0,505 tahun dan kisaran umur dari 17 sampai 64 tahun. Berdasarkan uji statistik perbedaan didapatkan hasil nilai P-value 0,693 yang berarti ( P > 0,05), dengan begitu dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan antara umur bagian pengepakan dan pelintingan.

Suma’mur (2009) menyatakan bahwa kekuatan maksimal otot dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor usia. Pada umur 50-60 tahun penurunan kekuatan otot sebesar 25% dan penurunan sensorik sebesar 60%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja di bagian pengepakan

dan pelintingan memiliki risiko yang sama terhadap penurunan kekuatan otot

yang dapat berdampak terjadinya kelelahan kerja.

4.2. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja

Masa kerja pada bagian pengepakan yaitu dengan rata-rata 10,32 ± 5,19 tahun

dengan rentang 1 sampai 16 tahun masa kerja. Sedangkan masa kerja pada pelintingan yaitu dengan rata-rata 9,66 ± 4,86 tahun dengan rentang 1 sampai 17 tahun masa kerja. Berdasarkan uji statistik perbedaan didapatkan hasil bahwa karakteristik responden berdasarkan masa kerja pada bagian pengepakan dan pelintingan didapatkan hasil 1,000 yang berarti ( P > 0,05), dengan begitu dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan antara masa kerja bagian pengepakan dan pelintingan.

(13)

Masa kerja menentukan lama paparan seseorang terhadap kemungkinan besar orang tersebut telah mengalami aklimatisasi terhadap iklim kerja (ISBB). Semakin lama bekerja akan menimbulkan rasa jenuh pada tenaga kerja yang akan berpengaruh pada kelelahan kerja [Suma’mur, (2009); Setyawati (2011)].

4.3. Karakteristik responden berdasarkan beban kerja

Pada bagian pengepakan maupun pelintingan didapatkan hasil yang sama

pengukuran dengan nilai rata-rata beban kerja berdasarkan kebutuhan kalori dan berat badan termasuk dalam kategori beban kerja ringan yaitu 100 – 200 kilo kalori/jam. Berdasarkan urian di atas beban kerja tenaga kerja bagian pengepakan dan pelintingan tidak ada perbedaan dalam kategori beban kerja.

Menurut Standar Nasional Indonesia (2004) standar iklim kerja panas Indonesia Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas) dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) dengan beban kerja kategori ringan tidak boleh melebih 30,0̊C

4.4. Karakteristik responden berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil untuk karakteristik IMT dapat di lihat bahwa pada bagian

pengepakan rata-rata memiliki kategori IMT normal dengan jumlah 30 orang

(60%), gemuk berat 11 orang (22%), gemuk ringan 7 orang (14%) dan kurus berat 2 orang (4%). Sedangkan pada bagian pelintingan rata-rata memiliki kategori IMT normal dengan jumlah 31 orang (62%), gemuk ringan 10 orang (20%) dan gemuk berat 9 orang (18%).

Menurut penelitian Molanda (2015) tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kelelahan pada tenaga kerja di bagian produksi PT. sari usaha mandiri bitung dengan nilai p = 0,069. Tenaga kerja dengan status gizi kurang, biasanya akan lebih cepat mengalami kelelahan, gizi yang tidak terpenuhi juga dapat menyebabkan seseorang cepat mengantuk dan kurang fokus dalam melaksanakan pekerjaan yang dilakukan. Begitu pula dengan orang yang berstatus

(14)

10   

gizi lebih mengalami perlambatan gerak yang akhirnya menjadi hambatan bagi tenaga kerja dalam melaksanakan aktivitasnya. Dengan begitu dapat diartikan bahwa status gizi mempengaruhi pekerjaannya, semakin baik status gizi seseorang maka semakin kecil juga untuk mengalami kelelahan kerja yang dapat berpengaruh terhadap hasil pekerjaannya.

4.5. Perbedaan tingkat dehidrasi pada iklim kerja panas bagian pengepakan dan pelintingan

Berdasarkan hasil di atas diketahui bahwa pada bagian pengepakan pengukuran dehidrasi dengan menggunakan persentase penurunan berat badan setelah bekerja didapatkan rata-rata tingkat dehidrasi 0,57 ± 0,23 kg (Dehidrasi). Sedangkan pada bagian

pelintingan penurunan berat badan didapatkan rata-rata tingkat dehidrasi 0,44 ± 0,21 kg (tidak dehidrasi). Nilai p=0,004 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan tingkat dehidrasi antara iklim kerja panas bagian pengepakan dan pelintingan. Selisih rata-rata tingkat dehidrasi adalah 0,13 (=0,57-0,44) yang berarti bahwa tingkat dehidrasi pada tenaga kerja yang bekerja pada iklim kerja panas pengepakan 22,8% (=[0,13/0,57]100%) lebih tinggi dibandingkan dengan iklim kerja panas bagian pelintingan.

Iklim kerja panas berpengaruh signifikan pada tingkat dehidrasi tenaga kerja di PT panen boyolali, dimana tingkat dehidrasi pada karyawan yang bekerja dengan iklim panas bagian pengepakan 62% lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat dehidrasi pada iklim kerja panas bagian pelintingan 38%. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan panas yang ada di tempat kerja lebih tinggi sehingga menyebabkan pengeluaran cairan tubuh melalui keringat meningkat dan tidak di imbangi dengan asupan cairan mineral yang cukup.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayatullah (2016), menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat dehidrasi, tekanan darah dan gangguan kesehatan antara pekerja terpapar iklim kerja panas di atas dan di bawah NAB dengan nilai sig p = 0,000 < 0,05.

(15)

4.6. Perbedaan tingkat kelelahan pada iklim kerja panas bagian pengepakan dan pelintingan

Berdasarkan hasil perhitungan uji paired sample t test didapatkan hasil bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan pada bagian pengepakan dimana hasil pada kategori kelelahan pada tenaga kerja yaitu ringan (20%), sedang (72%), tinggi (8%). Sedangkan bagian pelintingan ringan (64%), sedang (36%). Tingkat kelelahan terpapar iklim kerja panas bagian pengepakan dengan hasil rata-rata 30,68 ± 10,21 dan iklim kerja pada bagian pelintingan dengan 19,56 ± 9,52 dimana nilai pada pengepakandan pelintingan yaitu sig p = 0,000 ( p <0,05). Berdasarkan hasil maka dapat diketahui bahwa ada perbedaan antara tingkat kelelahan tenaga kerja yang terpapar iklim kerja panas bagian pengepakan dan pelintingan di PT panen boyolali. Hal ini dikarenakan pada masing – masing bagian melakukan pekerjaan dengan beban kerja yang sama – sama ringan tetapi setiap bagian memiliki iklim kerja panas yang berbeda.

Dengan demikian di ketahui bahwa kelelahan kerja pada bagian pengepakan disebabkan karena iklim kerja panas lebihtinggi dibandingkan pada bagian pelintingan, Sehingga hal ini yang mengakibatkan pekerja mengalami kelelahan sedang atau berat lebih sedikit.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bintarwati (2010), Dari hasil analisa statistik perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian Oven (Pengeringan) dan bagian Packing di UD. Wreksa Rahayu, Boyolali didapatkan nilai nilai koefisien p = 0,000. Oleh

karena nilai p ≤ 0,01, maka dinyatakan sangat signifikan yang berarti Ho

(tidak ada kesesuaian) ditolak dan Ha (ada hubungan) diterima.

5. Simpulan dan Saran 5.1. Simpulan

1.1.1 Hasil pengukuran ISBB indoor pada bagian pengepakan yaitu 29,38°C, dan pada

(16)

12   

5.1.2 Hasil pengukuran tingkat dehidrasi pada bagian pengepakan didapatkan rata rata 0,57 dengan kategori dehidrasi ringan sebanyak 62% dan tidak dehidrasi sebanyak 38% Sedangkan pada bagian pelintingan rata-rata 0,44 dengan kategori dehidrasi ringan 32% dan tidak dehidrasi sebanyak 68%.

5.1.3 Hasil pengukuran tingkat kelelahan pada bagian pengepakan dengan

tingkat kelelahan ringan sejumlah 10 tenaga kerja (20%), kelelahan sedang 36 tenaga kerja (72%), kelelahan tinggi 4 tenaga kerja (8%). Sedangkan bagian pelintingan tingkat kelelahan ringan sejumlah 32 tenaga kerja (64%), kelelahan sedang 18 tenaga kerja (36%).

5.1.4 Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat dehidrasi pada tenaga

kerja terpapar iklim kerja panas di bagian pengepakan dan pelintingan p = 0,004 (p < 0,05).

5.1.5 Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat kelelahan pada

tenaga kerja terpapar iklim kerja panas di bagian pengepakan dan pelintingan p = 0,000 ( p <0,05).

5.2 Saran

5.2.1 Bagi perusahaan

a. Pihak perusahaan disarankan menambahkan ventilasi atau fasilitas seperti pendingin udara yang sesuai standar guna untuk mengendalikan kontaminan, panas dan kelembaban udara untuk kenyamanan, mencegah bahaya ledakan dan kebakaran, serta mengendalikan mikroorganisme, debu, dan partikel.

b. Air minum yang disediakan sebaiknya mudah terjangkau untuk semua pekerja dari tempat tenaga kerja agar mudah pengambilannya dan menyediakan tempat minum untuk pekerja.

5.2.2 Bagi Pekerja

a. Tenaga kerja disarankan untuk mengkonsumsi air mineral yang

(17)

b. Tidak menggunakan pakaian yang terlalu tebal dan tidak menyerap keringat, lebih baik menggunakan pakaian berbahan kaos yang dingin agar pengeluaran keringat tidak berlebih.

5.2.3 Bagi peneliti lain

Bagi penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel – variabel lain yang berhubungan dengan kesehatan kerja, produktivitas kerja dan lainnya yang merupakan efek dari iklim kerja panas di tempat kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Bintarwati, WP. (2010). Perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas

antara tenaga kerja bagian oven (pengering) dan bagian packing di UD. Wreksa Rahayu Boyolali. [Artikel Publikasi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Budiono S.,Jusuf R.M.S., Pusparini A. (2003). Bunga Rampai Hiperkes dan

Keselamata Kerja. Semarang : Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan RI. (2003). Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi

OrangDewasa dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Jakarta: [internet]. Diakses: 29 April 2017 http://www.depkes.go.id/index.php.vw=2&id=A-137

Hidayatullah, AW. (2016). Perbedaan tingkat dehidrasi, tekanan darah, dan

gangguan kesehatan pada pekerja terpapar iklim kerja panas di atas dan di bawah NAB pada bagian produksi PT. Iskandar indah printing textile Surakarta.

[Artikel Publikasi Ilmiah]. Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.

Molanda, AA (2015). hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada tenaga

kerja di bagian produksi PT. sari usaha mandiri bitung. [Skripsi Ilmiah]. Manado : Fakultas Kesehatan Masyarakat USRM.

Notoatmodjo, ED. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Nurmianto, E. (2008). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya.Surabaya: Prima

Printing.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NOMOR PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011. Nilai Ambang Batas Faktor Fisik dan Kimia di Tempat Kerja.

Setyawati, LKM. (2010). Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta : Amara

(18)

14   

Subaris,H, dan Haryono.(2011). Higiene Lingkungan Kerja.Jogjakarta: Mitra

Cendikia.

Suma’mur. (2009). Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja Edisi II Cetakan

I. Jakarta : CV. Sagung Seto.

Tarwaka, (2015).Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan

Gambar

Tabel 1. Analisis Univariat Karakteristik Responden
Tabel 2. Analisis Univariat Hasil pengukuran dehidrasi  berdasarkan penurunan berat badan
Tabel 5. Hasil pengukuran perbedaan tingkat kelelahan pada iklim kerja  panas bagian pengepakan dan pelintingan

Referensi

Dokumen terkait

Connellan, G.J. Selection of Greenhouse Design for a Healthy Cutflower Crop. Proceedings of the Australian Flower Conference, Central Coast, August

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi dari Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Nomor 1 Tahun 2015 tentang Desa, terkait dengan pelaksanaan pemilihan

Untuk mengatasi permasalahan diatas maka perlu adanya bengkel yang memenuhi kebutuhan mereka, bengkel yang tidak perlu antri, waktu servis yang disesuaikan dengan

The comumer perception aspect identified by using hvo variable test- it use to test the correlation between respondent characteristic (consumer demography variable)

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA KELAS XII

Tahap 1 dilakukan untuk mendapatkan kalus embriogenik, tahap 2 menganalisis kalus embriogenik, tahap 3 untuk menginduksi dan menyeleksi ketahanan kalus jahe

[r]

Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains. Disusun oleh: Dian