• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

327 JSBPSDM 1(4)(2020), 327-335

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

https://ojs.bpsdmsulsel.id/

Kontribusi Kompetensi Pedagogi Guru Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan

Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri

Kota Makassar

Rahyuddin Jide Same

Fakultas Ilmu Keolahraggan UNM, Makassar Email: rahyuddin@unm.ac.id

ABSTRAK

Kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran Siswa yang mengandung pemahaman terhadap peserta didik, Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan pembangunan Siswa untuk merealisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogi merupakan modal utama yang mesti dimiliki oleh seorang guru dan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan motivasi belajar Siswa. Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong untuk meneliti sejauh mana pengaruh kompetensi pedagogi guru terhadap motivasi belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kasehatan di Kota Makassar. Jenis kajian ini dalah kajian survai yang bertujuan untuk mendeskripsikan kompetensi pedagogi guru dan pengaruhnya terhadap motivasi belajar Siswa dengan anggota sampelnya sebanyak 330 Siswa pada SMA Negeri di Kota Makassar yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive Random Sampling dari 2420anggota populasi. Alat utama yang digunakan ialah kuisioner untuk pengumpulan data dalam bentuk rating scale. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan teknik analisis statistik inferensial. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Kompetensi pedagogi guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan pada SMA Negeri di Makassar berada dalam kategori sangat tinggi dan tinggi 50.91 persen, kategori cukup 33.64 persen dan kategori rendah dan sangat rendah 15.65 persen. (2) Motivasi belajar Siswa Sekolah Menengah di Kota Makassar berada pada skor sangat tinggi dan tinggi 42.13 persen, kategori cukup 37.27 persen dan kategori rendah 20.61 persen. Kemudian yang merupakan variabel lain yang boleh meningkatkan motivasi belajar Siswa selain kompetensi pedagogi guru antara lain jenis kelamin, umur, dan jarak rumah dengan sekolah.

Kata Kunci: Kompetensi Pedagogi; Motivasi Belajar

© 2020 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Selatan PENDAHULUAN

Guru mempunyai peranan yang sangat strategik dalam usaha mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya di bidang pendidikan, sehingga perlu dibangunkan sebagai tenaga profesion yang bermaruah dan profesional. Sebagai sumber pendidikan, kompetensi guru saat ini sering menjadi soalan dan sorotan masyarakat, bahkan rendahnya mutu keluaran yang dihasilkan pendidikan diidentikkan dengan rendahnya kualitas guru. Hal ini dialami oleh sebahagian guru di Indonesia termasuk guru pada SMA Negeri se Kota Makassar.

Tinggi rendahnya mutu pendidikan sangat bergantung kepada kompetensi guru, sebaliknya pula, salah satu faktor yang mempengaruhi kompetensi guru ditentukan oleh tingi rendahnya tahap pendidikan dan latihan yang pernah diikutinya. Apabila hal tersebut dibiarkan terus berkelanjutan maka dapat mengakibatkan kemampuan kerja guru berpengaruh terhadap rendahnya kualitas output pendidikan.

Dipilihnya kompetensi pedagogi sebagai salah satu daripada empat kompetensi yang mesti dimiliki oleh seorang guru dalam kajian ini karena kompetensi pedagogi merupakan modal utama yang mesti dimiliki oleh seorang guru dan merupakan faktor yang sangat besar

(2)

328 pengaruhnya dalam meningkatkan motivasi belajar Siswa. Tanpa adanya guru yang berkompeten maka motivasi Siswa dalam mengikuti pembelajaran akan berkurangan. Motivasi boleh dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri Siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki boleh tercapai. Untuk meningkatkan motivasi belajar Siswa, maka diperlukan dorongan, arahan tertentu dari guru sehingga Siswa mahu belajar dengan giat dan bersemangat untuk mencapai hasil yang optimum. Memperhatikan kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa motivasi belajar Siswa SMA di Kota Makassar masih rendah. Hal ini disebabkan karena prestasi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar masih kurang. Keadaan tersebut membuat penulis berkeinginan melakukan kajian untuk melihat seberapa jauh pengaruh kompetensi pedagogi guru terhadap motivasi belajar Siswa mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Siswa pada SMA Negeri di Kota Makassar.

Berbagai masalah yang berkaitan dengan keadaan guru, antara lain adanya keberbagaian kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan penguasaan pengetahuan akan memberi kesan pada rendahnya kualitas pendidikan. Berdampak kepada rendahnya motivasi belajar Siswa. Kesan kepada banyak Siswa yang tidak datang ke sekolah, mereka lebih cenderung pergi ke mall atau tempat main game on line yang ada disekitar sekolahnya. Selain dari itu Siswa yang hadir di sekolah juga sering di dapati minta izin keluar dari kelas untuk mengelakkan Pelajaran dengan berbagai alasan. (Kasi KePelajaran Kota Makassar: 2010), hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar Siswa rendah. Berdasarkan latar belakang yang telah dihuraikan maka yang menjadi masalah adalah:

(i) Bagaimana gambaran kompetensi pedagogi guru mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada Sekolah Menengah di Kota Makassar?

(ii) Bagaimana gambaran belajar Siswa pada mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Siswa Sekolah Menengah di Kota Makassar?

(iii) Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogi guru terhadap motivasi belajar mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Siswa Sekolah Menengah di Kota Makassar?

Tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini pada dasarnya adalah untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan di atas. Secara operasi tujuan kajian ini dirumuskan seperti berikut:

(i) Ingin mengetahui gambaran kompetensi pedagogi guru mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada Sekolah Menengah di Kota Makassar;

(ii) Ingin mengetahui gambaran motivasi belajar Siswa pada mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Siswa Sekolah Menengah di Kota Makassar; (iii) Ingin mengetahui pengaruh kompetensi pedagogi guru terhadap motivasi belajar mata

Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Siswa Sekolah Menengah di Kota Makassar.

Hasil kajian ini diharapkan mempunyai manfaat praktikal dan teori bagi berbagai pihak, di antaranya:

(i) Dinas Pendidikan, khususnya Pejabat Pendidikan Kota Makassar dalam mengambil polisi yang berkenaan dengan peningkatan kualitas pendidikan;

(ii) Bagi guru khususnya guru Pendidikan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan SMA Negeri di Kota Makassar dalam meningkatkan prestasi;

(iii) Merupakan bahan perbandingan bagi kajian-kajian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah dalam kajian ini;

(iv) Untuk pengembangan teori manajemen pendidikan.

TINJAUAN LITERATUR

Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna. Menurut Jubri (2003:584) kompetensi bererti kuasa untuk menentukan atau memutuskan sesuatu perkara. Broke dan Stone (dalam Uzer 2007:14) mengemukakan bahwa kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif dari perilaku guru yang kelihatan sangat bererti. Sementara Charles (dalam Uzer, 2007:14)

(3)

329 mengemukakan bahwa: "competency as rational perfomance which satisfactorily meets the objective for a

desired condition" (kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang

dikehendaki sesuai dengan keadaan yang diharapkan). Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nombor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Pensyarah, dijelaskan bahwa: "kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, kemahiran, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau pensyarah dalam melaksanakan tugas keprofesionalan".

Pemahaman terhadap Siswa merupakan salah satu kompetensi pedagogi yang harus dimiliki guru. Sekurang-kurangnya terdapat empat perkara yang harus difahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, kemampuan fisik yang rendah, dan perkembangan kognitif. Perencanaan pembelajaran merupakan salah satu komponen pedagogi yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran sekurang-kurangnya mengandung tiga aktifitas, yaitu pengenalan keperluan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran. Kemampuan melaksanakan pembelajaran berkaitan dengan realisasi atau implementasi rencana pembelajaran yang telah disusun. Dalam pelaksanaan pembelajaran, kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam mencipta keadaan yang kondusif bagi Siswa dalam pembelajaran. Kemampuan melaksanakan pembelajaran meliputi kegiatan, antara lain: menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik, mengemukakan pokok-pokok material dan membahasnya secara terperinci menggunakan media atu alat pembelajaran, dan membuat kesimpulan pembelajaran.

Guru sebagai fasilitator, tugas guru yang paling utama adalah to facilitate of learning (memberi kemudahan belajar). Beberapa hasil kajian menunjukkan bahwa kebanyakan guru hanya menyampaikan bahan sesuai dengan urutan-urutan dan ruang lingkup yang ada dalam buku teks. Ini harus diubah. Masalah sekarang bagaimana mengubah persepsi dan pola pemikiran guru terhadap tugas pokoknya mengajar, bahwa mengajar bukan semata-mata menyampaikan bahan sesuai dengan urutan buku teks, tetapi yang paling penting bagaimana memberikan kemudahan belajar kepada Siswa sehingga bangkit rasa ingin tahunya dan terjadilah proses belajar yang tenang dan menyenangkan.

Sebagai motivator, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar, dengan mengambil kira prinsip-prinsip adalah: (a) Siswa akan bekerja keras kalau mempunyai minat dan perhatian terhadap pekerjaanya; (b) memberikan tugas yang jelas dan difahami; (c) memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik; (d) menggunakan hadiah, dan hukuman secara berkesan dan tepat guna; dan (e) memberikan penilaian dengan adil dan ihlas.

Sebagai pemacu belajar, guru harus mampu melipatgandakan potensi peserta didik, dan mengembangkannya sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka dimasa akan datang. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi semua peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimum. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan.

Sebagai pemberi inspirasi belajar, guru harus mampu melakonkan watak diri dan memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan dan idea-idea baru. Untuk itu, guru harus mampu mewujudkan lingkungan sekolah yang selamat, selesa dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi daripada seluruh warga sekolah, Kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang berpusat pada Siswa agar dapat memberikan inspirasi, membangkitkan ghairah dan semangat belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogi guru adalah (1) pengalaman mengajar guru dan (2) pengalaman pengetua sekolah. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Istilah "perjalanan" disini dapat dikaitkan sebagai proses pembelajaran.

Motivasi adalah setiap perasaan atau keinginan-keinginan yang sangat mempengaruhi kemampuan orang sehingga individu di dorong untuk bertindak. Motivasi adalah pengaruh, kekuatan yang menimbulkan kelakuan. Motivasi adalah proses-proses dalam menentukan gerakan atau perilaku individu tujuan-tujuan. Moekijat (1995), Notoatmodjo (1992), Jones (1975), dan Manullang (1993).

(4)

330 Mc Donald (dalam Sardiman, 2006) motivasi adalah perubahan tenaga dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam motivasi mengandungi tiga komponen utama yaitu (a) keperluan, (b) dorongan, dan (c) tujuan, mengikut ketiga elemen tersebut boleh dikatakan bahwa motivasi merupakan sesuatu yang sangat kompleks, suatu yang terjadi dalam diri manusia yang melibatkan persoalan / gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, dan kemudian bertindak atau melakukan sesuatu di mana kesemuanya didorong karena adanya tujuan keperluan atau keinginan.

Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Kedua-dua motivasi ini penting dimiliki oleh Siswa dan guru. Dimyati dan Mudjiono (2006) mengemukakan pentingnya motivasi bagi Siswa dan guru. Bagi Siswa pentingnya motivasi belajar adalah seperti berikut: (a) menyedarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan keputusan akhir, (b) memaklumkan tentang kekuatan usaha belajar, (c) menyedarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berterusan.

Kemampuan kompetensi pedagogi guru diduga mempengaruhi motivasi belajar Siswa. Semakin baik kemampuan pedagogi guru semakin tinggi pula motivasi belajar Siswa. Adapun model hubungan kedua-dua variabel tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Kerangka pikir

METODE

Jenis kajian ini adalah kajian survey. Menurut Singarimbun (1995:3) kajian survey adalah kajian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Nasution (2006:26) mengemukakan bahwa keuntungan utama dari jenis kajian ini adalah membolehkannya untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan yang bersifat awam yang boleh dipertanggungjawabkan. Penelitian dilaksanakan di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, pada tarikh 4 sehingga 24 November 2011.

Populasi dalam kajian ini adalah seluruh guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dan Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Kota Makassar. Variabel pada kajian ini terdiri daripada: Variabel terikat, yaitu motivasi belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Y), dan Variabel bebas, yaitu kompetensi pedagogi guru (X).

Instrumen kajian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpul data agar kegiatan tersebut menjadi sistematik dan dipermudahkan olehnya (Riduan, 2002). Instrumen yang digunakan dalam kajian ini, yaitu: kuisioner dalam bentuk skala digunakan untuk mengetahui kompetensi pedagogi guru dan motivasi Siswa. Kedua-dua Variabel dalam kajian ini menggunakan skala yang terdiri daripada lima kategori, yaitu: selalu, sering, jarang, kadang-kadang, dan tidak pernah. Kelima kategori tersebut diberi berat 5 4 3 2 1 untuk kenyataan. Sebelum kuisioner ini digunakan untuk mengumpul data, terlebih dahulu dilakukan kajian rintis mengenai analisis kesahihan dan kebolehpercayaan dengan maksud untuk mengetahui kesahihan (kebenaran) dan keterandalan dari suatu kuisioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Berdasarkan hasil kajian rintis instrumen kajian maka diperoleh peringkat kesahihan 0.84 dan tahap kebolehpercayaan 0.70.

Data yang dikumpul dalam kajian ini adalah: (1) data kompetensi pedagogi guru, dan (2) motivasi belajar Siswa bidang kajian Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Kedua-dua

MOTIVASI BELAJAR

Kompetensi Pedagogik Guru

1. Memahami peserta didik,

2. merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, 3. melaksanakan pembelajaran; 4. merancang dan melaksanakan

evaluasi pembelajaran, dan 5. pengembangan peserta didik.

(5)

331 jenis data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan kaedah kuisioner. Data yang telah dikumpulkan, diproses dengan menggunakan dua jenis teknik statistik yaitu teknik statistik analisis deskriptif dan teknik analisis statistik inferensial. Teknik analisis statistik deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan ciri-ciri masing-masing Variabel kajian dengan menggunakan

standard deviasi, skor tertinggi, skor terendah, Tabel, Frekwensi dan persenan. Sedangkan analisis

statistik inferensial bertujuan untuk menguji hipotesis kajian dengan menggunakan korelasi

Product Moment, dengan bantuan computer program SPSS versi 17.0.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Variabel Kemampuan pedagogi Guru

Berdasarkan hasil pemberian kuisioner kepada 330 orang responden, diperolehi informasi yaitu; skor tertinggi yang dicapai adalah 74,00 dan skor minimum adalah 35,00. Nilai purata skor sebanyak 59, 3515 dengan sisipan piawai sebanyak 8,15452. Selanjutnya, skor yang diperoleh responden dibahagikan dalam lima kategori.

Tabel 1 Distribusi Skor variabel Kompetensi Pedagogi Guru

Interval Nilai Kategori Frekwensi Persen

36 – 43 Sangat rendah 14 4.24 44 – 51 Rendah 37 11.21 52 – 59 Cukup 111 33.64 60 – 67 Tinggi 123 37.27 68 – 74 Sangat tinggi 45 13.64 J u m l a h 330 100

(Sumber: Data primer Tahun 2018).

2. Variabel Motivasi Belajar Siswa

Berdasarkan hasil pemberian kuisioner kepada 330 orang responden, diperolehi informasi yaitu; skor tertinggi yang dicapai adalah 73,00 dan skor minimum adalah 36,00. Nilai purata skor sebanyak 55, 8758 dengan standard deviasi sebanyak 8,17475. Selanjutnya, skor yang diperoleh responden dibahagikan dalam lima kategori.

Ta be l 2 Distribusi Skor variabel Motivasi Belajar Siswa

Interval Nilai Kategori Frekwensi Persen

36 – 42 Sangat rendah 12 3.64 43 – 49 Rendah 56 16.97 50 – 56 Cukup 123 37.27 57 – 63 Tinggi 81 24.55 64 – 73 Sangat tinggi 58 17.58 J u m l a h 330 100

(Sumber: Data primer Tahun 2018).

Pada Tabel 2 tampak bahwa responden yang mempunyai skor kategori tinggi (sangat tinggi dan tinggi) sebanyak 139 orang (42,13%), kategori cukup sebanyak 123 orang (37,27%), dan kategori rendah (sangat rendah dan rendah) sebanyak 68 orang (20,61%). Selain itu, nilai skewness sebanyak 0,137 yang menunjukkan bahwa skor motivasi belajar Siswa di atas nilai purata skor. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa motivasi belajar bidang kajian Pendidikan Jasmani, Olahraga, danKesehatan pada Siswa pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Makassar dinyatakan tergolong tinggi.

3. Pengaruh kompetensi pedagogi Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri Kota Makassar

Analisis inferesial yang digunakan untuk menguji kepentingan pengaruh kompetensi pedagogi guru terhadp motivasi belajar Siswa, adalah analisis regresi dengan persamaan: Y =  0 +  1 X + ; dalam hal ini X, adalah Variabel terikat (kompetensi pedagogi guru), sedangkan Y adalah motivasi belajar Siswa bidang kajian Pendikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada

(6)

332 SMA Negeri Kota Makassar. Hasil pemprosesan dengan program komputer SPSS menunjukkan fungsi taksiran regresi yaitu: Y = 15,132 + 0,686 X. Nilai R2 sebanyak 0,4690, nilai F = 289,625

dengan Prob.F sebanyak 0,000. Ringkasan hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Ringkasan Hasil Analisis Varians

Sumber Degree Jumlah Rata-Rata Nilai F Prob.F

Keragaman freedom Kuadrat Kuadrat

Regression 1 10309.932 10309.932 289.625 .000(a)

Residual 328 11675.974 35.597

Total 329 21985.906

(Sumber: Data primer Tahun 2018).

Hasil tersebut menggambarkan hal-hal sebagai berikut:

1) Nilai F sebesar 289.625 yang berpadanan dengan nilai Prob.F sebanyak .000(a) menunjukkan

bahwa model linier yang digunakan sudah dianggap sesuai mengikut Uji-F tersebut, karena Prob.F bernilai jauh lebih kecil dari taraf signifikansi 5 persen. Selain itu, hipotesis Sifar yang diajukan, yaitu H0:  0 =  1 = 0 ditolak, dan H1: sekurang-kurangnya salah satu daripada  0, dan  1, tidak bernilai nol, dinyatakan diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Variabel kompetensi pedagogi guru berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar Siswa bidang kajian Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada SMA Negeri di Kota Makassar. 2) Koefisien determinansi R2 sebanyak 0,4690 menunjukkan bahwa 46,90 persen perubahan

yang terjadi pada Variabel motivasi belajar ditentukan oleh keberbagaian yang terdapat pada Variabel kompetensi pedagogi guru.

3) Fungsi regresi yang diperoleh adalah Y = 15,132 + 0,686 X. Hal-hal yang dapat dijelaskan berkaitan dengan fungsi regresi tersebut adalah seperti berikut: (a) Apabila skor Variabel kompetensi pedagogi guru adalah sifar, maka skor Variabel motivasi belajar Siswa adalah 15,132. Skor tersebut ditentukan oleh semua variabel yang tidak dikawal dalam kajian ini dan (b) Setiap penambahan satu unit skor Variabel kompetensi pedagogi guru akan menyebabkan bertambahnya skor Variabel motivasi belajar Siswa sebanyak 0,686.

Selanjutnya, untuk mengetahui pengaruh secara terperinci Variabel kompetensi pedagogi guru terhadap Variabel motivasi belajar Siswa dapat dijelaskan dari hasil analisis korelasi parsial dan Uji-t. Berdasarkan hasil uji-t, diperolehi nilai "T" untuk koefisien regresi kompetensi pedagogi guru (X) sebanyak 6,262 dengan nilai kebarangkalian sebanyak 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa prediktor b1 bersifat signifikan, dengan kata lain terdapat pengaruh yang

positif dan signifikan kompetensi pedagogi guru terhadap motivasi belajar Siswa bidang kajian Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan keshatan pada Siswa Sekolah Menengah di Kota Makassar.

Hasil tersebut di atas didukung oleh nilai pekali korelasi parsial sebanyak 0,6850, yang menunjukkan bahwa 68,50 persen sumbangan relatif kompetensi pedagogi guru terhadap motivasi belajar Siswa Sekolah Menengah di Kota Makassar. Sumbangan tersebut cukup besar karena lebih dari 25 persen (Manangkasi, 1998).

Berdasarkan hasil ujian dengan analisis statistik seperti yang telah dikemukakan, diperolehi informasi seperti berikut:

Pertama, Kompetensi pedagogi guru berpengaruh terhadap motivasi belajar Siswa Sekolah Menengah di Kota Makassar. Hal tersebut didukung oleh koefisien determinansi yang cukup tinggi dari variabel terikat. Dengan kata lain, keberbagaian yang terjadi pada variabel terikat dapat dijelaskan oleh keberbagaian yang terjadi pada variabel bebas.

Kedua, Kompetensi pedagogi guru secara searah berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar Siswa mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada SMA Negeri di Kota Makassar. Hal tersebut ditujukkan oleh nilai "t" dan sumbangan relatif yang cukup tinggi dari variabel pelaksanaan Kompetensi pedagogi guru. Dengan kata lain Kompetensi pedagogi guru turut mempengaruhi peningkatan motivasi belajar Siswa Sekolah Menengah di Kota Makassar.

Kompetensi pedagogi guru adalah kemampuan mengajar yang ditunjukkan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai pencerminan penguasaan guru atas 10 kompetensinya, termasuk: (1) menguasai bahan; (2) mengelola program belajar-mengajar; (3) mengelola kelas; (4)

(7)

333 menggunakan media/sumber; (5) menguasai landasan-landasan kependidikan; (6) mengelola interaksi belajar-mengajar; (7) menilai prestasi Siswa untuk kepentingan pengajaran; (8) mengenal fungsi dan program-program bimbingan dan kaunseling di sekolah; (9) mengenal dan mengadakan pentadbiran sekolah; (10) memahami prinsip-prinsip dan mentafsirkan hasil kajian pendidikan guna keperluan pengajaran.

Untuk meningkatkan kompetensi pedagogi guru secara lebih profesional, pemerintah telah mengeluarkan polisi untuk memastikan pembinaan kerjaya, dan kerjaya kepangkatan guru yang berstatus pegawai negeri sipil melalui jabatan berfungsi seperti yang tertulis di dalam surat keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nombor 84/1983. Dasar ini diharapkan dapat memberikan kesan positif terhadap prestasi guru dan membangkitkan semangat mereka untuk lebih berinisitatif, kreatif, dan inovatif.

Menurut Thomas, Znanniecki dan Maslow, (Dimyati dan Mudjiono, 2006), menggolongkan motivasi menjadi kebutuhan: (1) keinginan untuk mendapatkan pengalaman baru, (2) untuk mendapat respon baru dan anugerah, (3) untuk mendapatkan pengakuan kasih sayang dan kebersamaan, (4) memperoleh rasa aman, dan (5) memenuhi diri atau aktualisasi diri.

Sardiman, (2006) Motivasi seseorang boleh berpunca dari dalam diri sendiri (motivasi dalaman) dan dari luar diri seseorang (motivasi luaran). Motivasi mempengaruhi adanya kegiatan yang bertalian dengan adanya aktifitas. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong manusia untuk berbuat; (2) menentukan arah perbuatan dan (3) memilih perbuatan.

Seorang guru mempunyai kompetensi pedagogi yang tinggi ciri-cirinya adalah: (1) Suka membantu dalam pekerjaan sekolah, menerangkan Pelajaran dan tugas dengan jelas, mendalam dan menggunakan contoh-contoh semasa mengajar; (2) Riang gembira, mempunyai perasaan humor dan suka menerima lelucon atas dirinya; (3) Bersikap bersahabat, merasa seorang ahli dalam kumpulan kelas; (4) Berusaha agar pekerjaan sekolah menarik, membangkitkan keinginan bekerja; (5) Tegas, sanggup menguasai kelas, membangkitkan rasa hormat pada Siswa; (6) Tidak pilih kasih, tak mempunyai kesayangan; (7) Tidak suka mengomel, mencela, mengejek dan menyindir dan (8) Betul-betul mengajar sesuatu kepada Siswa yang berharga bagi mereka.

Dengan memiliki kompetensi pedagogi guru yang tinggi, maka dapat meningkatkan motivasi belajar Siswa yang tinggi, dengan memiliki motivasi belajar yang tinggi membolehkan Siswa meraih peningkatan prestasi hasil belajar, prestasi belajar dikatakan meningkat apabila Siswa secara rata-rata nilainya mampu melewati batas kriteria kentuntasan minima setiap mata Pelajaran. Peningkatan prestasi Siswa merupakan salah satu tanda bahwa guru mempunyai kompetensi pedagogi yang tinggi dan boleh mencipta motivasi belajar yang tinggi pula.

PENUTUP

Berdasarkan hasil kajian yang dikemukakan pada bahagian terdahulu, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan seperti berikut:

1. Kompetensi pedagogi yang dimiliki oleh guru mata Pelajaran Pendikan Jasmani. Olahraga dan Kesehatan pada Kota Makassar pada umumnya tinggi;

2. Motivasi belajar yang dimiliki oleh Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri se Kota Makassar pada umumnya tinggi;

3. Kempetensi pedagogi guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar Siswa, Sifat pengaruh kedua-dua variabel tersebut linear yang bererti jika berlaku kenaikan pada satu variabel maka akan diikuti kenaikan oleh variabel lain. Hal ini bererti bahwa semakin tinggi nilai Kempetensi pedagogi guru, semakin tinggi pula tingkat motivasi bealajar Siswa.

4. Koefisien determinansi R2 sebanyak 0,4690 menunjukkan bahwa 46,90 persen perubahan

yang terjadi pada variabel motivasi belajar ditentukan oleh keberbagaian yang terdapat pada variabel kompetensi pedagogi guru. Berarti masih ada sekitar 53,10 persen yang boleh mempengaruhi motivasi belajar Siswa selain kompetensi pedagogi guru.

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan, diajukan saran-saran seperti berikut:

1. Kepada pemerintah atau instansi yang berkaitan bahwa latihan yang dilakukan oleh pemerintah sebaiknya yang dominan adalah peningktan kompetensi pedagogi guru;

(8)

334 2. Kepada Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri se Kota Makassar untuk berusaha meningkatkan kompetensi pedagogi guru. Salah satu cara yang dilakukan untuk mendapatkan hal tersebut adalah meningkatkan frekuensi latihan dan pengawsan guru;

3. Kepada guru agar senantiasa dapat meningkatkan kompetensi pedagoginya untuk meningkatkan motivasi belajar Siswa;

4. Oleh karena kajian ini hanya bisa menjelaskan sebahagian kecil daripada poin variabel kajian, maka diharapkan adanya kajian yang boleh mengungkap variabel lain yang boleh meningkatkan motivasi belajar Siswa, mengembangkannya lebih detail misalnya tentang pengaruh perbezaan jantina terhadap motivasi belajar atau pengaruh jarak rumah dengan sekolah terhadap motivasi belajar Siswa, sebagai sumbangan untuk perumusan kebijakan yang lebih baik khususnya dalam peraturan sektor pendidikan.

DAFTAR RUJUKAN

As’ad, Moh. 1987. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Astuti. 2001. Hubungan Persepsi Mengenai Pelaksanaan Supervisi dengan Kinerja Guru Madrasah

Tsanawiyah Negeri Kabupaten Bone (Tesis). Makassar: PPs. Universitas Negeri Makassar.

Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru,

Jakarta: Bumi Aksara.

Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dessler, Gary. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Bahasa Indonesia). Jakarta: Prenhallindo.

Departemen Agama RI. 1998. Supervisi Madrasah Aliyah. Jakarta: Dirjen Bimbingan Kelembagaan Agama Islam. Departemen Agama.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djojonegoro, Wardiman dan Suryadi, Ace. 1995. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Pembangunan. Jakarta 0Sekolah pada Pendidikan Dasar. Jakarta: Grasindo. Purwanto, Ngalim. 1998. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Djojonegoro, Wardiman dan Suryadi, Ace. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Fadjar, Malik A. 1998. Madrasah dan Tantangan Modernitas. Bandung: Mizan.

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen (Edisi 2), Yogyakarta: BPFE.

Himpunan Perundang-undangan tentang Pendidikan Nasional (Perguruan Agama Islam). 1998. Jakarta: Departemen Agama.

Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN). 1992. Hasil Sarasehan Nasional di Lembang. Tanggal 22-25 November 1992. Bandung.

Irawan, P. Motik S. F. dan Sakti. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: STIA LAN Press. Kerlinger, Fred N. 2000. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mangkunegara, A.. P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Morgan, C. T. King, R. A., Weisz, J. R. and Schopler. 1989. Introduction to Psychology (Seven

Edition). Singapore: Mc. Graw Hill Book Company.

Pidarta, Made. 1995. Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Dasar. Jakarta: Grasindo. Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

P. Robbins, Stephen. 1996. Perilaku Organisasi. Jakarta: prenhallindo.

Purwanto, Ngalim. 1998. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sahertian, Piet A. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset.

Sahertian, Piet, A. 1998. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sapari, A. 2001, 2 Maret. Kepala Sekolah yang Ideal. Kompas. Hal. 9.

Sardiman. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

Semiawan, Conny R. 1999. Pendidikan Tinggi: peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat

Seoptimal Mungkin. Jakarta: Grasindo

Shindunata. 2000. Membuka Masa Depan Anak-anak Kita. Yogyakarta: Kanisius. Shindunata. 2000. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Simamora, Henry. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(9)

335 Soepeno, Hadi. 1995. Potret Guru. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Soetjipto. dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumanto. 1995. Metodologi Peneltian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset. Sugiyono. 1999. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Timpe, Dale A. 1992.Performance, alih bahasa: Sofyan Cikmat. Jakarta: Elexmedia Komputindo, Usman, Moh. Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wahjosumidjo. 2001. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo persada.

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir
Tabel 1 Distribusi Skor variabel  Kompetensi Pedagogi Guru
Tabel 3 Ringkasan Hasil Analisis Varians

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Formasi Tahun Anggaran 2010, yang Surat Keputusan Pengangkatannya telah selesai diproses (daftar nama terlampir) dapat mengambil Surat Keputusan

Melalui perancangan media komunikasi visual sebagai sarana promosi Carissa Cuci Mobil Otomatis (CCMO), dan untuk menjaga eksistensi menghadapi pesaingnya,

Seorang nyai berperan di dalam transformasi modernisasi di Jawa pada khususnya, transformasi modernisasi yang penulis maksud adalah proses perubahan kebiasaan atau budaya

Menurut Edward Djamaris dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Filologi, metode landasan dipakai apabila menurut tafsiran, nilai naskah jelas berbeda sehingga ada satu

Hal ini didukung oleh pernyataan Siagian (dalam Syamsi, 1995) bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan

Batas aliran lalu lintas yang ada pada suatu ruas jalan dilampaui, maka rata-rata kecepatan lalu lintas akan turun sehingga pada saat kecepatan mulai turun maka

Untuk menganalisis lebih jelas mengenai daya tarik yang dihipotesiskan mempunyai pengaruh terhadap promosi dan informasi, aksesbilitas yang dihipotesiskan mempunyai

Babakan Baru RT.03/03 Desa Rumpin